Latest News

Tuesday, December 27, 2011

Ibadat Sabda Doa Syukur Untuk Calon Pasangan Suami Istri

01. LAGU PEMBUKAAN
"Ya Tuhan Bimbing Aku", PS. No.684, hlm. 674, atau lagu lain.

02. TANDA SALIB DAN SALAM
P. Demi nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, Amin.
P. Semoga damai sejahtera dari Allah turun atas rumah ini, dan atas kita semua yang berkumpul demi nama Nya.
U. Sekarang dan selama lamanya.

03. TEMA
P. Kita berkumpul di rumah ini dan di hadapan Allah Bapa yang Mahakasih untuk bersyukur dan bergembira bersama Sdr......... dan Sdri. ........... yang akan melaksanakan perkawinannya memasuki hidup berkeluarga. Oleh karena itu, secara istimewa kita diminta berdoa bersama bagi mereka: Semoga Sdr...... dan Sdri..... yang akan melaksanakan perkawinan, dapat membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera. Lagi pula, semoga keluarga yang akan dibangun oleh Sdr.... dan Sdri..... dapat menjadi penopang perkembangan umat beriman di paroki Santo Herkulanus, khususnya lingkungan Malaekat Agung Gabriel ini.
Marilah kita hening sejenak, dan mengangkat hati kita ke hadirat Tuhan, semoga Sdr....... dan Sdri..... yang akan mengikrarkan janji perkawinannya di hadapan Allah dapat membangun hidup berkeluarga yang ditaburi cinta kasih Allah, dan supaya kita dapat melaksanakan ibadat suci ini dengan sepenuh hati.
---------------- hening sejenak -----------------

04. DOA PEMBUKAAN
P. Marilah kita berdoa.
Allah Bapa yang Mahakasih, Engkau menghendaki agar pria dan wanita membangun keluarga yang bahagia. Kedua hamba Mu ini akan memasuki bahtera perkawinan hidup berkeluarga. Berkatilah cinta kasih mereka supaya tahan uji dalam untung dan malang. Anugerahkanlah kepada mereka keturunan yang dapat dibanggakan dan merupakan tali pengikat cinta kasih sejati mereka. Bimbinglah mereka untuk dapat meneladani Keluarga Kudus di Nasaret. Demi Kristus, Putera Mu, Tuhan dan pengantara kami, yang bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.
U: Amin.

05. LITURGI SABDA
P. Saudara sekalian,
orang bilang bahwa cinta itu adalah pengorbanan. Pepatah ini semoga berlaku pula dan tumbuh berkembang dalam hati calon pasangan suami istri ini dalam mengarungi hidup perkawinannya. Maka marilah kita membuka hati bagi sabda Tuhan. Semoga sabda Tuhan menggerakkan hati kita, khususnya bagi Sdr...... dan Sdri....., supaya semakin rela berkorban demi kebahagiaan orang yang kita cintai.
L: Bacaan pertama.
Bacaan pertama, diambil dari ....................
( Dapat dipilih salah satu dari kutipan ini atau dari kutipan / bacaan yang lain
Kej 1:26 28. 31a, Rm 12:1 2.9 18, IKor 6:13c 15a.17 20)
L: Demikianlah Sabda Tuhan.
U: Syukur kepada Allah.

P: Untuk menanggapi Sabda Tuhan, marilah kita menyanyikan lagu pujian dari Puji Syukur No. .........
("Andaikan Aku Pahami", PS No. 661, hlm. 646 atau lagu yang lain.)
P: Alleluia, Alleluia, Alleluia
P: Semoga Tuhan beserta kita
U: Sekarang dan selama-lamanya
P: Inilah Injil Yesus Kristus menurut ...........
( Dapat dipilih salah satu kutipan Injil ini atau dari kutipan yang lain
Mat 7:21.24 29, Mat 5:1 12a, Mat 5:13 16 )
U: Dimuliakanlah Tuhan.
(Selesai membaca)
P: Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan, dan tekun melaksanakannya.
U: Tanamkanlah sabda-Mu, ya Tuhan, dalam hati kami

06. RENUNGAN
( Diisi renungan/homili oleh pemimpin ibadat atau dibacakan renungan berikut)
Kelompok yang paling kecil di dalam setiap masyarakat adalah keluarga. Demikian pula kelompok yang paling kecil di dalam jemaat beriman adalah keluarga. Keluargalah kesatuan yang paling erat dan mendasar, dan atas keluarga keluarga ini dibangun jemaat beriman, entah dalam wadah lingkungan, wilayah, stasi, atau dalam wadah paroki.
Keluarga kita masing masing diharapkan menjadi dasar yang kokoh bagi jemaat beriman, khususnya jemaat di wilayah Santa Maria ini. Ciri ciri kekokohan ini akan nampak jelas dalam hal hal berikut:
- bila dalam keluarga kita terjalin hubungan yang akrab, intim, dan rukun, antar semua anggota terjalin cinta sejati antara suami isteri, antara orang tua anak, dan antar anak anak; terjalin saling pengertian, dsb.;
- bila keluarga kita didasari penghayatan iman akan Tuhan, baik pada saat susah maupun senang, malang maupun untung, kurang maupun lebih, sakit maupun sehat;
- bila keluarga kita tidak masa bodoh terhadap tetangga dan situasi lingkungan. Kalau demikian keadaan keluarga kita, jelas kita semua menjadi dasar yang kokoh bagi wilayah/stasi/paroki kita.
Marilah kita merenungi keluarga kita masing masing: Adakah ciri ciri di atas sungguh nampak di dalam keluarga kita?
------------- hening sejenak -------------

07. SYAHADAT
P. Saudara sekalian, kita semua senang kalau iman kristiani semakin hidup di kalangan umat. Dan malam ini kita berdoa agar iman kristiani sungguh bersemi di dalam calon keluarga baru ini. Maka marilah kita bersama sama membaharui iman kita dengan mendoakan Syahadat.
U. Aku percaya ..........

08. DOA ROSARIO (fakultatif)
Kalau dalam ibadat ini disisipkan doa rosario, Syahadat diatas langsung disambung dengan doa doa sbb.:
Kemuliaan kepada Bapa ..............
Bapa kami ...........
Salam, Puteri Allah Bapa. Salam Maria ..........
Salam, Bunda Allah Putera. Salam Maria ............
Salam, Mempelai Allah Roh Kudus. Salam Maria ............
Kemuliaan kepada Bapa ...........
Terpujilah ..................

Lalu menyusul rangkaian Doa Salam Maria; peritiwa peristiwa rosario dapat diganti dengan renungan-renungan berikut:
1. Cinta sejati tidak egois.
Bapa kami...............
Salam Maria.............. (10X)
Kemuliaan kepada Bapa............

2. Cinta sejati tidak mencari kesenangan sendiri.
Bapa kami...............
Salam Maria.............. (10X)
Kemuliaan kepada Bapa............

3. Cinta sejati selalu rela berkorban.
Bapa kami...............
Salam Maria.............. (10X)
Kemuliaan kepada Bapa............

4. Cinta sejati ingin membahagiakan yang dicintai.
Bapa kami...............
Salam Maria.............. (10X)
Kemuliaan kepada Bapa............

5. Cinta sejati selalu penuh pengertian.
Bapa kami...............
Salam Maria.............. (10X)
Kemuliaan kepada Bapa............

09. NYANYIAN
"Kasih Allah Menjadi Pedoman", PS. 614 hlm. 595 atau lagu lain.

10. DOA
Doa Calon Suami-Isteri Kepada Bunda Maria (CS.=Suami; CI = Isteri)
CS. Santa Maria, Bunda Yesus dan bunda kami yang tercinta, hari hari ini sangat membahagiakan kami berdua, karena kami telah berjanji saling setia untuk melaksanakan perkawinan, hidup berkeluarga. Kami berniat menempuh perjalanan hidup yang membentang di depan ini bersama sama sebagai suami isteri. Maka kami mohon doa restumu, ya bunda kami. Dampingilah kami berdua di sepanjang jalan yang akan kami lalui. Semoga kami berhasil membangun rumah tangga yang damai, sejahtera dan bahagia. Semoga kami berhasil pula meniru teladan keluarga kudusmu di Nazaret dulu.

CI. Santa Maria, doakanlah kami, agar cinta kami tahan uji dalam segala suka duka hidup berkeluarga. Semoga kami dapat mendirikan rumah tangga yang sejahtera dan membangun keluarga yang bahagia. Semoga kami dapat mengatur rumah tangga dengan baik dan menghiasinya dengan keceriaan. Ya bunda yang baik hati, doakanlah kami pada puteramu, Tuhan kami Yesus Kristus.
CSI. Salam Maria ... (1 kali).

11. DOA UMAT
P. Saudara saudara, marilah berdoa bagi ke dua calon pasangan suami-isteri ini, bagi sanak saudara mereka, dan bagi seluruh umat Allah, khususnya yang tinggal di wilayah Santa Maria ini.
1. Ya Tuhan, pencipta dan pembimbing manusia, lindungilah kedua calon pasangan suami isteri yang akan memasuki jenjang perkawinan ini. Persatukanlah mereka dalam cinta kasih sejati.
Kami mohon........
2. Ya Tuhan, pemberi damai dan kesejahteraan, dampingilah kedua calon pasangan suami isteri ini yang akan menjadi tali pengikat kerukunan kedua sanak-saudara mereka masing-masing.
Kami mohon........
3. Ya Tuhan, pelindung dan penyelamat umat beriman, tunjukkanlah belas kasih Mu kepada kami semua, dan limpahilah keluarga keluarga kami dengan kurnia Mu.
Kami mohon.......
4. Ya Tuhan, gembala dan penghibur umat beriman, bahagiakanlah arwah nenek moyang keluarga ini dan arwah seluruh umat beriman yang sudah menghadap hadirat Mu. Terimalah mereka dalam perjamuan abadi di surga.
Kami mohon.........
5. Ya Tuhan, sumber kebaikan dan cinta kasih, lindungilah saudara-saudara kami yang tidak dapat berkumpul bersama kami pada malam hari ini, berkatilah mereka, dan limpahkanlah cinta kasihMu kepada mereka.
Kami mohon........
6. Ya Tuhan, berkatilah para pengurus dan seluruh warga wilayah Santa Maria. Bangkitkanlah gairah hidup menggereja dan sikap saling melayani di antara seluruh warga wilayah Santa Maria ini.
Kami mohon ..........
7. (Bagi mereka yang akan berdoa secara spontan, dipersilahkan)
Kami mohon ............

P. Demikian Bapa, doa-doa yang kami panjatkan kepada-Mu, semoga berkenan dan selaras dengan kehendak-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami, yang bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus, yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

12. DOA BAPA KAMI
P. Saudara sekalian, Allah, Bapa kita di surga, berkenan melipatgandakan umat Nya melalui keluarga keluarga baru. Marilah kita memuji Dia dengan mendoakan Bapa Kami.
U. Bapa Kami ................

P. Ya Bapa, datanglah kerajaan Mu di atas seluruh muka bumi, dan jadilah kehendak Mu, sebab itulah satu satunya pedoman hidup kami. Semoga kami tak henti hentinya berusaha agar kerajaan dan kehendak Mu benar benar terwujud di dalam calon keluarga baru ini, dan juga di tengah keluarga kami masing masing, sementara kami semua menantikan kedatangan penyelamat kami, Yesus Kristus.
U. Sebab Engkaulah raja yang mulia dan berkuasa untuk selama lamanya.

13. DOA PENUTUP
P. Marilah kita berdoa.
Ya Bapa di surga, kedua calon pasangan suami-isteri ini sebentar lagi akan Kaupersatukan dalam ikatan suci perkawinan. Semoga mereka senantiasa sehati sejiwa berbakti kepada Mu dan beramal kepada sesama. Semoga damai dan sejahteralah rumah tangga mereka nanti, sebab Engkau sendiri mendampingi mereka setiap hari. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami, yang bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus, yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

14. BERKAT PENGUTUSAN
P. Saudara sekalian, ibadat kita sudah selesai.
U. Syukur kepada Allah.

P. Marilah kita menenangkan hati kita, dan mengharapkan berkat Allah bagi diri kita masing masing, dan lebih lebih bagi calon keluarga baru ini.
-------------- hening sejenak --------------

P. Semoga Allah Bapa yang mahakuasa menganugerahkan sukacita kepada kedua calon pasangan suami-isteri ini, dan semoga menganugerahkan keturunan nanti, sebagai tambatan hati mereka.
U. Amin

P. Semoga Allah Putera dengan penuh kasih sayang membantu kedua calon pasangan suami-isteri ini dalam untung dan malang.
U. Amin.

P. Semoga Allah Roh Kudus selalu mencurahkan cinta kasih Nya ke dalam hati kedua calon pasangan suami-istri ini.
U. Amin.

P. Semoga kita semua selalu dilindungi dan didampingi oleh berkat Allah yang maha kuasa, Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U. Amin.

15. LAGU PENUTUP
"Tuhan Allah Gembalaku", PS 656, hlm. 641 atau lagu lain.

Saturday, December 17, 2011

Ibadat Peringatan Arwah Hari Ke-100

Pembuka

P : Saudara-saudari terkasih, Hari ini kita bersama-sama berdoa bersama untuk mendoakan arwah dari saudara kita John Syukur yang pada 100 hari yang lalu dipanggil Bapa. Kita percaya bahwa segala doa yang kita panjatkan untuk mereka yang sudah meninggal sangat bermanfaat demi terwujudnya harapan iman mereka untuk berdiam di rumah Tuhan selama-lamanya.

Lagu Pembukaan PS. No.

Tanda Salib


P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin
P : Semoga Allah Bapa menghibur kita dengan belas kasih-Nya, semoga Allah Putera menerangi kita dengan sabda-Nya, dan semoga Alllah Roh Kudus mempersatukan kita sekalian.
U : Sekarang dan selama-lamanya

Tobat

P : Saudara-saudari, Marilah kita dengan jujur dan ikhlas kita mengakui segala dosa dan kelemahan kita dihadapan Allah dan sesama ; marilah kita mohon ampun atas segala kelemahan dan kedosaan yang telah kita perbuat. Secara khusus kita mohonkan ampun juga atas kesalahan dan dosa dari saudara kita John Syukur yang dipanggil Bapa di surga 100 hari yang lalu.

P : Kasihanilah kami ya Bapa
U : Sebab kami orang berdosa
P : Tunjukkanlah belas kasihan-Mu kepada kami
U : Sebab kami orang berdosa
P : Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita, dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U : Amin

Doa Pembuka

P : Marilah berdoa :
Allah mahakasih, Engkaulah pencipta dan penebus kami. Tuhan Yesus telah berjaya dengan mengalahkan maut dan masuk kedalam kemuliaan abadiMu. Semoga ya Bapa, hambaMu ini saudara John Syukur juga mengalahkan maut dan masuk dalam kemuliaanMu untuk selamalamanya. Demi Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan dan
pengantara kini dan sepanjang masa.
U : Amin

BACAAN KITAB SUCI

Bacaan Pertama

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 15:12-23)

Kebangkitan Kita
Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati ? Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus-padahal Ia tidak membangkitkanNya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan. Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkann, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati kedalam Kritus. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya : Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milikNya pada waktu kedatanganNya.

L : Demikianlah Sabda Tuhan U : Syukur kepada Allah

Antar Bacaan PS. No. 646

P : Tuhanlah gembalaku, aku takkan berkekurangan. Ia membaringkan daku di padang rumput yang hijau. Ia membimbing aku ke air yang tenang dan menyegarkan daku. Ia menuntun aku di jalan yang lurus, demi nama-Nya yang kudus.
U : Tuhanlah gembalaku aku takkan berkekurangan
P : Sekalipun berjalan dalam lembah yang kelam, aku tiada takut bahaya, sebab Engkau besertaku. Tongkat gembalaan-Mu itulah yang menghibur aku.
U : Tuhanlah gembalaku aku takkan berkekurangan
P : Engkau menyediakan hidangan bagiku di hadapan segala lawanku. Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak, pialaku penuh berlimpah.
U : Tuhanlah gembalaku aku takkan berkekurangan
P : Kerelaan dan kemurahan-Mu mengiringi aku seumur hidupku. Aku akan diam di dalam rumah Tuhan sepanjang masa.
U : Tuhanlah gembalaku aku takkan berkekurangan

Bacaan Injil

P : Semoga Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya
P : Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:37-40)
U : Dimuliakanlah Tuhan

Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehedak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.

P : Demikianlah Sabda Tuhan
U : Terpujilah Kristus

Renungan Singkat

Doa Rosario

Doa Umat


P : Saudara-saudari terkasih, marilah kita panjatkan doa-doa bagi arwah saudara kita yang sudah meninggal, juga bagi kita semua dan Gereja yang terus menerus.
P : Bagi saudara kita John Syukur yang sudah dipanggil Bapa 100 hari yang lalu. Semoga melalui pembaptisan yang telah diterima saudara kita John Syukur dan berkat iman akan Yesus sepanjang hidupnya, ia dianugerahi hidup kekal yang telah dijanjikan Allah sendiri kepadanya.
Hening sejenak �� Marilah kita mohon :
U : Kabulkanlah doa kami ya Tuhan

P : Bagi para uskup dan para imam kita yang sudah meninggal. Semoga para pemimpin Gereja kita yang sudah dipanggil menghadap Bapa, diikutsertakan dalam perayaan surgawi.
Hening sejenak ��. Marilah kita mohon :
U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

P : Bagi siapa saja yang sudah meninggal dengan harapan akan bangkit kembali. Semoga semua orang yang meninggal dengan harapan akan bangkit lagi, diterima dalam pangkuan surgawi abadi.
Hening sejenak �� Marilah kita mohon :
U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

P : Bagi kita semua yang ada di tempat ini. Semoga iman pengharapan kita akan Yesus Kristus semakin dikuatkan dalam perjuangan hidup keseharian kita.
Hening sejenak ��. Marilah kita mohon :
U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

P : Saudara-saudara terkasih,
Marilah kita satukan semua doa kita dengan doa yang diajarkan
Kristus sendiri.

BAPA KAMI
P + U : Bapa Kami��
.
PENUTUP
Doa Penutup


P : Allah Bapa kami yang mahabaik, semoga doa kami
berguna bagi keselamatan saudara��yang sudah
dipanggil Bapa 100 hari yang lalu. Ya Bapa, bebaskanlah
dan bersihkanlah dia dari segala dosanya, limpahkanlah
penebusan-Mu kepadanya. Demi Kristus Tuhan kami.
U : Amin

Berkat Pengutusan

P : Saudara-saudari sekalian
Dengan ini upacara untuk mendoakan keselamatan arwah
saudara kita���sudah selesai. Semoga kita sekalian
senantiasa diberkati oleh Allah, Bapa yang mahakuasa.
Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin

Lagu Penutup

Kita masuk tahta suciNya
Bersama para malaikat menyembah
Mari puji Yesusku
Kita masuk hadiratNya Maha Kudus

(04) SEJAUH TIMUR DARI BARAT
Sejauh timur dari barat Engkau membuang dosaku
Tiada kau ingat lagi pelanggaranku
Jauh ke dalam tubir laut, Kau melemparkan dosaku
Tiada Kau perhitungkan kesalahanku

Betapa besar kasih pengampunanMu, Tuhan
Tak Kau pandang hina hati yang hancur
Kuberterima kasih kepadaMu ya Tuhan
Pengampunan yang Kau bri pulihkanku

(05) BERI PENGAMPUNAN
Dengan rendah hati aku mengaku
Atas dosaku s�lama ini
Ya Tuhan, Maha Pengasih
B�ri pengampunan untukku

Kristus Putra bapa, Krsitus Juru S�lamat
Sungguh kusesali dosaku
Aku bersalah padaMu
B�ri pengampunan untukku

(06) KUSIAPKAN HATIKU TUHAN
Kusiapkan hatiku tuhan �tuk dengar FirmanMu saat ini
Kusujud menyembahMu Tuhan Dalam hadiratMu saat ini

Curahkan urapanMu Tuhan Bagi jemaatMu saat ini
Kusiapkan hatiku tuhan�tuk dengar FirmanMu

Reff:
FirmanMu Tuhan tiada berubah
Dahulu sekarang selama-lamanya, tiada berubah
FirmanMu Tuhan Penolong hidupku
Kusiapkan hatiku Tuhan �tuk dengar FirmanMu

(07) FIRMANMU PELITA BAGI KAKIKU
Firmanmu p�lita bagi kakiku terang bagi jalanku
FirmanMu p�lita bagi kakiku terang bagi jalanku

Waktu kubimbang dan hilang jalanku
Tetaplah Kau di sisiku
Dan tak�kan ku takut sal Kau di dekatku
Besertaku selamanya

(08) BETAPA HATIKU
Betapa hatiku berterima kasih Yesus, Kau mengasihiku, Kau
memilikiku

Hanya ini Tuhan persembahanku, Segenap hidupku jiwa dan ragaku
Sbab tak kumiliki harta kekayaan, Yang cukup berarti �tuk
kupersembahkan

Hanya ini Tuhan permohonanku, Terimalah Tuhan persembahanku
Pakailah hidupku sebagai alatMu, Seumur hidupku

(09) BAPA SURGAWI
Bapa surgawi, ajarku mengenal
Betapa dalamnya kasihMu
Bapa surgawi buatku mengerti
Betapa kasihMu padaku

Semua yang terjadi di dalam hidupku
Ajarku menyadari Kau selalu sertaku
Bri hatiku selalu, bersyukur padaMu
Karna rencanaMu indah bagiku

(10) BAYU SENJA
Hidup bagai biduk di laut lepas
Aku pelaut tunggal siap melaju
Reff;
O bayu senja, hembusan sang Ilahi
Bawa bidukku ke tepian cerah
Pantai umat tebusan

Arus gelombang tantang biduk tak daya
Hati merayu Tuhan nada nan cemas
>>reff
Malam kabut nan pekat bintang pun lenyap
Setia kunanti Dikau wujud tak tampak >>reff

(11) AVE MARIA
Engkau yang dipilih Allah Bapa di surga
Untuk melahirkan PutraNya yang kudus
Engkaulah Bunda Kristus
Bunda sang Penebus s�gala dosa manusia

Bunda Maria p�rawan yang tiada bernoda
Hatimu bersinar putih tiada bercela
Engkau Bunda Almasih yang diangkat
Ke surga penuh kemuliaan

Ave maria, ave Maria
Terpujilah Bunda, terpuji namaMu
S�panjang s�gala masa
Ave maria, ave Maria Syukur kepadaNya
Tuhan yang Pengasih S�lama-lamanya


(12) TUHAN ADALAH GEMBALAKU
Tuhan adalah gembalaku, Tak�kan kekurangan aku
Ia membaringkan aku, Di padang yang berumput hijau
Reff
Ia membimbingku ke air yang tenang
Ia menyegarkan jiwaku
Ia menuntunku ke jalan yang benar
Oleh karna namaNya
Sekalipun aku berjalan, dalam lembah kekelaman

Aku tidak takut bahaya, Sebab Engkau besertaku
GadaMu dan tongkatMu, Itulah yang menghibur aku

(13) KAU YANG TERINDAH
Kau yang terindah di dalam hidup ini
Tiada Allah Tuhan yang seperti Engkau
Besar perkasa penuh kemuliaan

Kau yang termanis di dalam hidup ini
Kucinta Kau lebih dari segalanya
Besar kasih setiaMu kepadaku

Reff:
Kusembah Kau ya Allahku, Kutinggikan namaMu selalu
Tiada lutut tak bertelut, Menyembah Yesus Tuhan Rajaku

Kusembah Kau ya Allahku, Kutinggikan namaMu selalu
Selalu lidah kan mengaku, Engkaulah Yesus Tuhan Rajaku

(14) BAPA SURGAWI
Bapa surgawi ajarku mengenal
Betapa dalamnya kasihMu
Bapa surgawi buatku mengerti

Betapa kasihMu padaku
Semua yang terjadi, di dalam hidupku
Ajarku menyadari Kau selalu sertaku
Bri hatiku selalu, bersyukur padaMu
Karna rencanaMu indah bagiku

(15) ALLAH PEDULI
Banyak perkara yang tak dapat kumengerti
Mengapakah harus terjadi
Didalam kehidupan ini

Satu perkara yang kusimpan dalam hati
Tiada sesuatu kan terjadi tanpa Allah peduli

Allah mengerti, Allah peduli
Segala persoalan yang kita hadapi
Tak akan pernah dibiarkannya
Kubergumul sendiri
S�bab Allah peduli

(16) ONE DAY AT THE TIME
I�m only human, I�m just a man
Help me believe in what I could be
And all that I am
Show me the stairway I have to climb
Lord for my sake; Teach me to take
One day at a time

Chorus:
One day at a time sweet Jesus
That�s all I�m asking from you
Just give me a strength to do everything
What I have to do
Yesterday�s gone sweet Jesus
Tomorrow may never be mine
Help me today show me the way
One daya at a time

Do you remember
When You walk among men
Well Jesus know
If you are looking below
It�s worst now and then
Cheating and stealing
Violence and crimed
So for may sake Lord teach me to take
One day at a time>>>back to chorus

(17) IN MOMENT LIKE THIS
In moment like this, I sing out a song
I sing out a love song to Jesus
In moment like this, I lift up my hands
I lift up my hands to the Lord
Singing I love you, Lord (3x) I love you

(18) GIVE THANKS
II: Give thanks with a greatful heart
Give thanks to the Holy One
Give thanks because He�s given
Jesus Christ, His son: II
II: And now let the weak say I�m strong
Let the poor say I�m rich
Because of what the Lord has done for us: II
Give thanks

(19) TUBUHKU YESUS
TubuhMu Yesus sucikan daku
TubuhMu Yesus bebaskanku
TubuhMu Yesus ubahkan daku
Ku dijadikan baru

(20) DARAHMU YESUS
DarahMu Yesus sucikan daku
DarahMu Yesus bebaskanku
DarahMu Yesus ubahkan adaku
Ku dijadikan baru

(21) EL SHADAI
Tak usah ku takut, Allah menjagaku
Tak usah ku bimbang, Yesus p�liharaku
Tak usah ku susah, Roh Kudus hiburku
Tak usah ku cemas, Dia memberkatiku

El Shadai, El Shadai, Allah Maha kuasa
Dia besar, Dia besar, el Shadai mulia
El Shadai, El Shadai, Allah Maha kuasa
BerkatNya melimpah, El Shadai

(22) TIAP LANGKAHKU
Tiap langkahku diatur oleh Tuhan
Dan tangan kasihNya memimpinku
Di tengah badai dunia menakutkan
Hatiku tetap tenang teduh

Reff:
Tiap langkahku ku tahu Tuhan yang pimpin
Ke tempat tinggi ku dihantarNya
Hingga sekali nanti aku tiba

Di rumah bapa, surga yang baka
Di waktu imanku mulai goyah
Dan bila jalanku hampir sesat
Kupandang Tuhanku Penebus dosa
Ku teguh sebab Dia dekat>>

Reff
Di dalam tuhan saja harapanku
Sebab di tanganNya sejahtera
DibukaNya Yerusalem yang baru
Kota Allah yang suci mulia>>Reff

(23) DI DOA IBUKU
Di waktuku masih kecil gembira dan senang
Tiada duka kukenal, tak kunjung mengerang
Di sore hari nan sepi ibuku bertelut
Sujud berdoa kudengar, namaku disebut

Seringlah ini kukenang di masa yan benar
Di kala hidup mendesak dan nyaris kusesat
Melintas gambar ibuku sewaktu bertelut
Kembali sayup kudengar namaku disebut

Reff�.
Sekarang dia telah pergi ke rumah yang senang
Namun kasihnya padaku selalu kukenang
Kelak di sana kami pun bersama bertelut
Memuji Tuhan yang dengar namaku disebut
Reff��.

(24) TUHAN BERIKANLAH
Tuhan berikanlah istirahat
Abadi dan tenang bagi yang wafat
Beri pengampunan segala dosanya
Karna Maha murah hatiMu Allah

Kami berimankan sabda Putra
Aku kebangkitan dan kehidupan
Barang siapalah percaya �kan daku
Ia akan hidup untuk selamanya

Kami menantikan saat itu
Maut akan lenyap diganti hidup
Smoga kami kelak memandang wajahMu
Di sinari terang dalam rumahMu

(25) INDAH RENCANAMU TUHAN
Indah rencanaMU Tuhan di dalam hidupku
Walau ku tak tahu dan ku tak mengerti semua jalanMu
Dulu ku tak tahu Tuhan berat kurasakan
Hati menderita namun tak kuasa menghadapi semua

Reff:
Tapi kumengerti s�karang Kau tolong padaku
Kini kumelihat dan kemerasakan indah rencanaMu>>2x

(26) BAPA SUNGGUH BAIK
Bapa, Engkau sungguh baik
KasihMu melimpah di hidupku
Bapa, ku bert�rima kasih
BerkatMu hari ini, yang Kau sediakan bagiku

Kunaikkan syukurku buat hari yang Kau b�ri
Tak habis-habisnya kasih dan rahmatMu
Slalu baru dan tak pernah terlambat pertolonganMu
Besar setiaMu di s�panjang hidupku

(27) JALAN TUHAN
Ada waktu di hidupku
Pencobaan berat menekan
Aku berseru mengapa ya Tuhan
Nyatakan kehendakMu

Jalan Tuhan bukan jalanku
Jangan bimbang ataupun ragu
Nantikan tuhan jadikan semua
Indah pada waktunya

Reff:
Pada Tuhan masa depanku
Pada Tuhan kus�rahkan hidupku
Nantikan Tuhan berkarya
Indah pada waktunya

Hari esok tiada kutahu
Namun tetap langkahku maju
Ku yakin Tuhan jadikan semua
Indah pada waktunya

(28) TANGAN TUHAN
Apa yang kau alami kini
Mungkin tak dapat engkau mengerti
Satu hal tanamkan di hati
Indah semua yang Tuhan beri

Tuhanku tak akan memberi
Ular beracun pada yang minta roti
Cobaan yang engkau alami
Tak melebihi kekuatanmu
Reff:
Tangan Tuhan sedang merenda
Suatu karya yang agung mulia
Saatnya �kan tiba nanti
Kau lihat pelangi kasihNya

(29) HANYA KEPADAMU
Hanya kepadaMu kami dapat berpasrah
Tuhan Yesus Kristus
Di dalam tanganMu hidup dan mati kami
Engkaulah Penebus

CintaMu ya tuhan mengalahkan maut
Hanya Dikau pangkal kehidupan
Yang selalu kami dambakan

Ya Yesus sambutlah saudara kami ini
Dalam rumah Bapa
Karna Engkau wafat supaya kami hidup
Untuk selamanya

Hidup atau mati kami milik Tuhan
Maka Tuhan bimbinglah umatMu, Di jalan menuju padaMu

(30) DOAKAN KAMI BUNDA
Cantik hatimu tiada bernoda
Bunda penolong umat manusia
Trimalah nyanyian puji bagimu
Kar�na kekagumanku pada iman dalam bening hatimu

Kau perawan suci nan lembut hati
Terberkati dalam rahmat Ilahi
Dengarkan selalu doaku O Bunda yang setia
Kaulah perantara doa kami pada Yesus PutraMu

Reff:
Maria, Maria terpujilah engkau untuk selamanya
Doakan kami Bunda saat ini dan saat ajal nanti


(31) BUNDA PEMBANTU ABADI
Pada wajahmu yang suci
Matamu nampak bening sejuk lembut
Kau pandang para abdimu berdoa
Oh Bunda pembantu abadi
Engkau pagku anakmu Yesus Putra Allah
Sumber suka dan duka hatimu
Hanya engkau sendirilah yang tahu
Pahit dan manisnya hidupku

Bukanlah kepadamu oh bunda
Pandangan penuh cintaNya tertuju
Salib dan tombak bengis dilihatNya
Oh Bunda pembantu abadi
Tangan Bunda dipegang didekapNya erat
Gambaran gelisah manusia
Bagaikan terbayang sengsara maut
Siksaan salah manusia

Matamu ya Bunda suci
Memberitakan pesanNyaterindah
Wahau kamu orang-orang berdosa
Lihatlah juru selamatmu
Terdengar pesan indah namun kami lemah
Terbawa gelombang masa kini
Kami pinta doamu pada Bapa
Oh Bunda Pembantu abadi

Pandanglah dunia ini oh bunda
Dunia yang penuh dengan kebencian
Doakan perdamaian yang sejati
Sadarkan hati manusia
Arahkan pikian tingkah laku kami
Biarkan tampak cinta sesame
Bantulah di saat ajalku tiba
Oh Bunda Pembantu abadi

Saturday, November 26, 2011

Mazmur Tanggapan

Bacaan-bacaan Alkitab dan Mazmur tanggapan merupakan unsur pokok dalam liturgi sabda (PUMR 55). Sesuai dengan namanya, Mazmur tanggapan dimaksudkan untuk memperdalam renungan atas sabda Allah dan sekaligus menanggapi sabda Allah yang baru saja kita dengarkan dalam bacaan pertama. Mazmur tanggapan memiliki makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas sabda Allah. Karena itu, Mazmur tanggapan tidak boleh diganti dengan teks lain atau nyanyian lain yang bukan dari Alkitab (PUMR 57).

Tradisi menyanyikan Mazmur atau Kidung setelah mendengarkan bacaan dari Kitab Suci, sebenarnya sudah dilakukan sejak jaman dahulu oleh orang-orang Yahudi. Tradisi ini kemudian diikuti oleh Gereja di mana mana dalam tradisi Gereja Latin. Biasanya, setelah pembacaan Kitab Suci, seseorang akan menyanyikan Mazmur atau Kidung dengan berdiri di anak tangga (dekat panti Imam) yang dalam bahasa latin dinamakan Gradus.

Sejalan dengan perkembangannya, Mazmur dan Kidung ini kemudian dihimpun dalam dua buah buku yang diterbitkan oleh Gereja dengan nama Graduale Romanum dan Graduale Simplex di mana nama buku (Graduale) diambil dari kata Gradus tersebut di atas. Sejak abad XX Mazmur tanggapan wajib dinyanyikan dalam Ekaristi. Nyanyian Mazmur tanggapan dapat dinyanyikan di mimbar sabda atau di tempat lain yang dianggap layak (PUMR 61).

Makna utama yang terkandung dalam Mazmur tanggapan adalah :
� Sebagai jawaban atau tanggapan jemaat atas sabda Allah yang baru saja diwartakan atau dibacakan.
� Mazmur tanggapan bermakna menjawab dengan pujian atas karya-karya Illahi dari Allah yang terus berlangsung sejak dunia ini diciptakan-Nya hingga sekarang ini
� Mazmur tanggapan merupakan pewartaan kabar gembira tentang karya keselamatan Allah, di mana karya keselamatan ini memuncak pada diri Yesus Kristus Putra Nya yang tunggal.

PEDOMAN MEMBAWAKAN MAZMUR TANGGAPAN
Sejak dikeluarkannya Pedoman Umum Missale Romawi (PUMR) 2002 dan diterbitkannya Tata Perayaan Ekaristi (TPE) di Indonesia pada tahun 2005, hal tentang membawakan Mazmur Tanggapan ini dijelaskan secara lebih rinci lagi.
� Sesuai dengan PUMR no 61, Mazmur tanggapan sebaiknya dibawakan dengan cara dinyanyikan, sekurang-kurangnya pada bagian ulangan (antifon) sesuai dengan hakikat dari Mazmur sendiri yang merupakan sebuah nyanyian
� Mazmur tanggapan dinyanyikan dengan tenang dan mengalir, selaras dengan sifat lagunya yang lebih bersifat kontemplatif dan meditatif
� Mazmur Tanggapan dibawakan secara khusus oleh pemazmur dan sebaiknya dibedakan dengan solis yang lebih berfungsi sebagai petugas dalam kelompok paduan suara.
� Seandainya petugas pemazmur tidak ada, maka Solis dari kelompok paduan suara dapat mengambil alih tugas ini; dan seandainya pemazmur dan solis dari paduan suara tidak ada, maka Lektor dapat mengambil alihnya.

Makna dan Maksud
Mazmur Tanggapan merupakan unsur pokok dalam liturgi sabda, dan mempunyai makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas sabda Allah. Maksud mazmur tanggapan adalah menanggapi sabda Tuhan! Dan tanggapan ini bukan dengan sembarang kata, tetapi dengan kata-kata Alkitab, yang telah dipilih secara saksama oleh para ahli liturgi.

Struktur
Mazmur Tanggapan terdiri dari ulangan dan ayat atau bait Mazmur.

1. Ulangan dimaksudkan sebagai kunci penafsiran atau sebagai amanat inti dari bacaan yang baru saja didengar.
2. Ulangan memungkinkan umat ambil bagian secara aktif dalam permohonan, pujian, renungan, dll. sebagai tanggapan terhadap sabda Allah.
3. Ayat/bait-bait bermaksud memperdalam amanat pewartaan.
4. Dialog antara ayat - ulangan, antara pemazmur - umat, antara pewarta dan penerima sabda, menggambarkan dialog antara Allah dan umat-Nya.

Tata Pelaksanaan
Mazmur tanggapan muncul dari suasana hening, tanpa keributan atau pun pengumuman. Itulah sebabnya ulangan sebaiknya dihafal, sehingga umat tidak harus membaca. Cara membawakan mazmur tanggapan adalah sbb:

1. Pemazmur melagukan [ayat-ayat] mazmur dari mimbar atau tempat lain yang cocok.
2. Sesudah intro dari organis, pemazmur melagukan ulangan, kemudian umat menirukan pemazmur: melagukan ulangan.
3. Kemudian pemazmur melagukan ayat-ayat, dan sesudah setiap ayat, umat melagukan ulangan.
4. Hendaklah dihindari kebiasaan buruk: umat ikut bersenandung pada saat pemazmur melagukan ayat-ayat mazmur. Tugas umat waktu pemazmur melagukan ayat adalah meresapkan syair ayat mazmur sehingga dapat menanggapi secara mantap waktu melagukan ulangan.

Peran Pemazmur
Pemazmur memainkan peranan kunci dalam membawakan mazmur tanggapan. Maka ia harus sungguh memahami fungsi mazmur tanggapan dan menguasai teknik-teknik membawakannya, a.l:

1. Ulangan: Pemazmur harus mampu mengangkat ulangan dengan mantap dan meyakinkan, sesuai dengan jiwa teks, sehingga umat pun dapat serempak mengulanginya.
2. Ayat-ayat: Ayat-ayat mazmur mengungkapkan inti tanggapan kita terhadap sabda Allah. Maka harus dibawakan dengan tepat.

Suasana dan penjiwaan
Jiwa dan suasana Mazmur tanggapan sangat bervariasi: gembira, pujian, syukur, gagah, agung / megah, susah, merana merintih, tenang (doa, renungan), dll. Semua ini harus mendapat perhatian dari pemazmur, agar ia dapat membawakan ayat-ayat mazmur tanggapan dengan suasana dan penjiwaan yang tepat.

Tempat
Tempat pemazmur membawakan ayat-ayat mazmur ialah mimbar atau tempat lain yang cocok. Umat mendengarkan sambil duduk. Sedapat mungkin umat berpartisipasi dengan menyanyikan ulangan, kecuali kalau yang dinyanyikan itu hanya mazmur saja tanpa ulangan.

Marilah kita siapkan hati dan pikiran kita untuk merenungkan Sabda Tuhan dengan menanggapi dan menyanyikan Mazmur tanggapan dengan sepenuh hati.
Semoga Tuhan memberkati kita semua.
Oleh : Ign. Djoko Irianto
*) Penulis, Prodiakon Paroki St. Herkulanus.

Monday, November 21, 2011

Bacaan Alkitab dalam Liturgi Sabda

Setelah Ritus Pembuka, Perayaan Ekaristi masuk ke dalam Liturgi Sabda. Pada bagian Liturgi Sabda ini umat diajak untuk mendengarkan Sabda Tuhan dan menanggapinya. Bagian ini merupakan dialog perjumpaan antara Allah yang bersabda dan umat yang menanggapinya. Karena apabila Alkitab dibacakan dalam gereja, Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya, dan Kristus sendiri mewartakan kabar gembira, sebab Ia hadir dalam sabda itu (PUMR 29).

Pada masa Gereja Perdana, pemilihan dan jumlah bacaan dari Kitab Suci (Alkitab) bervariasi untuk setiap liturgi. Kemudian berkembang pola di mana satu bacaan dari salah satu epistula atau surat para rasul akan dibacakan sebelum bacaan Injil. Kitab para nabi dari Perjanjian Lama juga diberi prioritas untuk disampaikan kepada umat. Lebih lanjut, Gereja menetapkan bahwa hanya kitab-kitab para Nabi atau para Rasul yang dibacakan kepada umat beriman dalam Perayaan Ekaristi (Misa).

Sejak tahun 1969 ditetapkan bahwa dalam Misa Hari Minggu digunakan struktur bacaan sbb.: Bacaan Pertama - Mazmur Tanggapan - Bacaan Kedua - Bacaan Injil. Bacaan Injil dibagi ke dalam siklus 3 tahunan menurut kalender liturgi pada tahun tersebut (tahun A � Injil Matius, tahun B � Injil Markus, tahun C � Injil Lukas, sementara Injil Yohanes disebar dalam tiga tahun tersebut). Sementara, untuk Hari Raya walaupun berstruktur sama namun hanya ada satu rangkaian bacaan yang digunakan setiap tahunnya.

Untuk Pesta, Peringatan dan Hari Biasa tanpa pesta digunakan struktur bacaan sbb.: Bacaan Pertama - Mazmur Tanggapan - Bacaan Injil. Dalam Pesta digunakan bacaan-bacaan khusus sementara untuk Peringatan dan hari biasa bacaan mengikuti siklus dua tahunan. Dalam siklus dua tahunan ini bacaan Injilnya sama dan yang berbeda ialah bacaan pertama dan pilihan mazmurnya.

Setiap pembacaan Kitab Suci harus selalu diakhiri dengan kata-kata �Demikianlah Sabda Tuhan�. Kata-kata ini merupakan pernyataan resmi bahwa yang dibacakan tadi adalah sabda Allah sendiri sebab Allah hadir ketika Kitab Suci dibacakan. Dan umat menjawab �Syukur kepada Allah�.

Aklamasi �Syukur kepada Allah� (Deo gratias) dipergunakan oleh umat sejak abad keempat sebagai jawaban atas pernyatan �demikianlah sabda Tuhan�. Umat menjawab: �syukur kepada Allah�, untuk menyatakan kepercayaannya bahwa apa yang baru disampaikan benar-benar sabda Tuhan. Umat tidak berhenti pada jawaban singkat itu, bahkan menanggapi sabda itu dengan mazmur tanggapan yang tidak lain adalah suatu madah untuk memuji Tuhan dengan kata-kata yang diilhami oleh Roh Kudus. Jika kita memahaminya dan mengulang refreinnya benar-benar, maka kita akan memberikan tanggapan / jawaban secara tepat atas sabda Tuhan (bdk. DV 25).

Bacaan Pertama diambil dari Perjanjian Lama, kecuali pada masa Paskah dimana seluruhnya diambil dari Kisah Para Rasul. Dalam bacaan pertama kita diajak untuk mengingat kembali sejarah perjanjian kita. Sementara Bacaan Kedua selalu diambil dari Perjanjian Baru non-Injil. Bacaan Pertama umumnya selalu memiliki kaitan tematis yang langsung dengan Bacaan Injil, tujuannya memberi latar belakang sehingga menambah pengertian / pemahaman sejarah keselamatan Allah dari perjanjian lama dan berpuncak pada Yesus yang diwartakan dalam Injil. Sementara Bacaan Kedua umumnya bersifat kontinuitas dan tidak selalu memiliki kaitan tematis yang langsung baik dengan Bacaan Pertama maupun Injil.

Pada saat membaca, lektor hanya memaklumkan: Bacaan dari kitab ......... tanpa menyebutkan bab, ayat, tanpa membacakan kalimat dengan huruf miring, dan tanpa menyebutkan Bacaan I atau II. Alasan teologisnya adalah demi spontanitas kehadiran pribadi Allah yang mau berbicara.

Dalam perayaan, doa-doa dan nyanyian-nyanyian harus bersifat spontan, yang keluar dari hati. Karena itu, nyanyian-nyanyian hendaknya bersifat sederhana namun sublim, yang mudah diingat oleh umat. "Sebab, hanya kalau dapat dihayati secara pribadi, liturgi adalah doa umat beriman. Kalau doa liturgis tidak dapat masuk ke dalam hati, maka dengan sendirinya akan menjadi upacara. Hanya kalau hati orang terlibat, liturgi dapat menjadi perayaan." (Tom Jacobs, Teologi Doa, 2004 : 81).

Seluruh bagian Liturgi Sabda hendaknya dilangsungkan di mimbar (PUMR 58). Mimbar adalah �pusat perhatian umat selama Liturgi Sabda�. Bacaan Pertama, Mazmur Tanggapan, Bacaan Kedua, Injil, Homili, Syahadat, Doa Umat, disampaikan dari mimbar.

Sabda Allah (bacaan pertama dan kedua) sebaiknya dimaklumkan dari Lectionarium. Karena dalam Lectionarium itu, perikop yang dimaklumkan, sudah ditempatkan konteksnya dan jika ada ayat yang dilewati, juga sudah didrop; sehingga memudahkan pemakluman.

Menurut tradisi, pembacaan itu bukanlah tugas pemimpin perayaan, melainkan tugas pelayan yang terkait. Oleh karena itu, bacaan-bacaan hendaknya dibawakan oleh lektor, sedangkan Injil dimaklumkan oleh diakon atau imam lain yang tidak memimpin perayaan. Akan tetapi, kalau tidak ada diakon atau imam lain, maka Injil dimaklumkan oleh imam selebran sendiri. (PUMR 59). Hal tersebut dimaksudkan bahwa pemimpin perayaan/pastor yang biasanya memberi homili bukan hanya seorang pewarta Sabda Allah; tapi juga seorang pendengar sabda pula. Sebagai pendengar sabda, pemimpin perayaan ikut mendengarkan pewartaan bacaan pertama dan kedua, serta Injil apabila dibacakan oleh diakon tertahbis.

Dengan mendengarkan bacaan Kitab Suci dalam Perayaan Ekaristi, umat mengaktualisasikan teks Alkitab secara paling sempurna. Perayaan Ekaristi menempatkan pewartaan di tengah-tengah komunitas umat beriman, yang berkumpul di sekitar Yesus untuk mendekatkan diri pada Allah. Oleh karena itu kita perlu membedakan pembacaan Kitab Suci dalam liturgi dengan membaca Kitab Suci untuk Studi Ilmiah atau renungan.

Bagaimanapun "Mendengarkan bukan sekedar tindakan reseptif, yang hanya menerima saja, melainkan juga tindakan aktif. Sebab bila kita mendengarkan, kita sebenarnya sedang membuka diri, untuk menerima dengan sadar, sapaan dari luar diri kita. Dengan sadar pula mau mengambil bagian dalam peristiwa yang didengarkan itu. Demikianlah dalam liturgi, tindakan mendengarkan ini begitu dominan. Kita mendengarkan Sabda Tuhan, homili, doa, nyanyian, musik, dan sebagainya" (E. Martasudjita, Memahami Simbol-simbol Dalam Liturgi, 1998:15).
Semoga Tuhan memberkati kita semua.

Oleh : Ign. Djoko Irianto
Penulis, Prodiakon Paroki St. Herkulanus

Sunday, November 6, 2011

Liturgi Sabda dalam Perayaan Ekaristi

Secara umum perayaan ekaristi dibagi menjadi 4 bagian, yaitu ritus pembuka, Liturgi Sabda, Liturgi Ekaristi dan ritus penutup. Ritus pembuka bertujuan untuk mempersatukan umat dan mempersiapkan umat untuk menyadari kehadiran Allah, agar dapat mendengarkan sabda Allah dan dapat merayakan Ekaristi dengan pantas. Pewartaan dan pembacaan Sabda Allah merupakan unsur yang sangat penting dalam Liturgi Sabda. Umat wajib mendengarkan dengan penuh hormat. Bila Alkitab (Kitab Suci) dibacakan dalam gereja, Allah sendirilah yang bersabda kepada umat-Nya, dan Kristus mewartakan kabar baik, sebab Ia hadir dalam sabda itu. (PUMR 29).

Liturgi sangat erat hubungannya dengan Kitab Suci. Bahkan hampir tidak ada liturgi tanpa Kitab suci. Dalam perjalanan Gereja baik sejarah Gereja maupun sejarah liturgi, sekurang-kurangnya tak biasa ada liturgi tanpa Kitab Suci. Dikatakan sekurang-kurangnya, karena ada perayaan liturgi dulu tanpa Kitab Suci seperti perayaan tobat. Secara konkrit, liturgi menimba spiritualitas dari Kitab Suci, sebaliknya liturgi merupakan muara Kitab Suci karena liturgi dibentuk oleh sabda Allah.

Santo Hieronimus (347-420), seorang rahib dan pujangga Gereja menegaskan, �Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus.� Penegasan ini dikutip lagi oleh Konsili Vatikan II, dalam Konstitusi Dei Verbum No 25. Selanjutnya, Hieronimus mengingatkan bahwa tempat yang paling tepat untuk membaca dan mendengarkan Sabda Allah adalah liturgi. Maka, belum cukup hanya merenungkan sendiri Kitab Suci. Tafsiran ilmiah terhadap Kitab Suci pun hanya bersifat membantu. Karena bagi Hieronimus, penafsiran Kitab Suci yang otentik selalu harus sesuai dengan iman Gereja Katolik.

Kita harus membaca Kitab Suci dalam komunio dengan Gereja yang hidup. Kalau Kitab Suci dibacakan dalam Gereja, terutama dalam Perayaan Ekaristi, maka Allah sendiri berbicara kepada umat-Nya dan Kristus hadir dalam Sabda-Nya (PUMR 29 dan SC 7).

Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi merupakan dua bagian pokok dalam perayaan ekaristi (PUMR 28), keduanya berhubungan erat. Dalam Liturgi Sabda dipaparkan karya keselamatan Allah yang disyukuri dalam Liturgi Ekaristi. Mengenai hubungan antara Sabda dan Ekaristi, PUMR 28 menulis: �Perayaan Ekaristi boleh dikatakan terdiri atas dua bagian: Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Keduanya berhubungan begitu erat satu sama lain, sehingga merupakan satu tindak ibadat.� Sebab dalam Perayaan Ekaristi itu sabda Allah dihidangkan untuk menjadi pengajaran bagi orang-orang beriman dan Tubuh Kristus dihidangkan untuk menjadi santapan bagi mereka.

Dalam liturgi sabda, Gereja merayakan misteri kehadiran Tuhan melalui sabda, dalam sikap dan semangat doa. Umat beriman berdoa dengan seluruh kemanusiaannya. Umat mengambil sikap duduk untuk mendengar dengan penuh hikmat. Duduk di sini tentunya tetap dalam sikap doa.

Pelaksanaan Liturgi Sabda dalam Perayaan Ekaristi
Kerangka � Kerangka dasar Liturgi Sabda selengkapnya adalah: Bacaan 1 � Mazmur Tanggapan � Bacaan 2 � Bait Pengantar Injil � Aklamasi Sebelum Injil � Injil � Aklamasi Sesudah Injil � Homili � Syahadat � Doa Umat.

Bacaan-bacaan Alkitab dan mazmur tanggapannya merupakan bagian pokok dari Liturgi Sabda. Dalam bacaan-bacaan ini, Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya (PUMR 29). Di situ Allah menyingkapkan misteri penebusan dan keselamatan serta memberikan makanan rohani. Lewat sabda-Nya, Kristus sendiri hadir di tengah-tengah umat beriman.

Dalam Perayaan Ekaristi, bacaan-bacaan Alkitab tidak boleh dihilangkan atau dikurangi, apalagi diganti dengan bacaan lain yang bukan dari Alkitab; begitu juga nyanyian (mazmur) yang diambil dari Alkitab. PUMR 57 menegaskan : �Tidak diizinkan mengganti bacaan dan mazmur tanggapan, yang berisi sabda Allah, dengan teks-teks lain yang bukan dari Alkitab.� Sebab lewat Sabda Allah yang diwariskan secara tertulis itulah "Allah masih terus berbicara kepada umat-Nya."

Cara Pelaksanaan � Liturgi Sabda haruslah dilaksanakan sedemikian rupa sehingga mendorong umat untuk merenung. Oleh karena itu, setiap bentuk ketergesa-gesaan yang dapat mengganggu permenungan harus sungguh dihindari.

Pembacaan Alkitab dalam perayaan Ekaristi bukanlah sekedar penyampaian kisah informatif tentang Allah dan cara-cara Dia berurusan dengan manusia di masa lalu. Pembacaan Alkitab dalam perayaan Ekaristi adalah suatu peristiwa yang sedang terjadi, sebuah campur tangan Allah secara nyata dalam masalah dan keprihatinan jemaat yang tengah berkumpul. Jadi, pada saat Alkitab dibacakan Allah sungguh hadir dan berkarya nyata, sama seperti dulu, semasa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Pada saat Alkitab dibacakan, Allah menyelamatkan umat yang sedang berhimpun, menyembuhkan, membangun, menasihati, menegur ... dll sesuai dengan firman yang diwartakan.

Dalam liturgi sabda kita tidak hanya mendengar bahwa Allah dulu menebus umat Israel, tetapi mengalami bahwa Ia kini menebus kita pada saat dan tempat kita sedang beribadat. Oleh karena itu pembacaan sabda Tuhan merupakan unsur yang sangat penting dalam liturgi. Umat wajib mendengarkannya dengan penuh perhatian supaya mereka sungguh terlibat dalam peristiwa yang sedang terjadi.

Unsur Dasar � Unsur dasar Liturgi Sabda adalah pewartaan dan pendengaran, mewartakan dan mendengarkan, pewarta dan pendengar. Maka, Gereja menekankan pentingnya membacakan dan mendengarkan sebagai ritual dasar Liturgi Sabda. Pembacaan adalah tugas lektor, diakon, dan imam. Mendengarkan adalah tugas jemaat. PUMR 29 menegaskan, �Umat wajib mendengarkan dengan penuh hormat.� Berhubung dengan ini, perlu kita tinjau kembali penggunaan lembaran misa. Membaca bersama-sama dengan lektor bukanlah mendengarkan. Fungsi dan peran mendengar agak tergeser. Kiranya kita akan memetik jauh lebih banyak buah, kalau kita berkonsentrasi pada mendengarkan sambil menyimak kata demi kata.

Tata Gerak � Tata gerak yang lazim waktu mendengarkan adalah duduk (tegak); tangan dengan telapak tengadah tertumpang pada paha, sikap ini merupakan simbol penerimaan sabda Tuhan. Cara kita duduk menunjukkan sikap kita terhadap sabda Allah.
Semoga Tuhan memberkati kita semua.

*) Penulis, Prodiakon Paroki St. Herkulanus
Catatan:
PUMR = Pedoman Umum Misale Romawi
SC = Sacrosanctum Concilium
DV = Dei Verbum

Sunday, September 25, 2011

Doa Pembuka

Seluruh rangkaian ritus pembuka dalam Perayaan Ekaristi akan ditutup dengan doa pembuka. Doa pembuka ini biasa disebut oratio collecta atau doa kolekta dan bersifat presidensial. Dengan sebutan doa kolekta, dimaksudkan bahwa doa ini bersifat mengumpulkan dan meringkaskan ujud-ujud doa dari umat beriman. Yang mengumpulkan dan meringkaskan doa-doa umat beriman adalah imam yang memimpin Ekaristi. Kata oratio dalam bahasa latin berasal dari kata orare yang bukan hanya berarti berdoa tetapi juga berbicara, mengajar, dan mewartakan. Dengan demikian, doa yang termasuk oratio ini juga merupakan bentuk pewartaan yang harus disampaikan oleh seorang pemimpin perayaan atau pemimpin ibadat. Disebut doa presidensial karena doa pembuka ini adalah doa resmi yang dibawakan oleh pemimpin ibadat atas nama seluruh umat. Dalam doa pembuka ini, umat tidak diikutsertakan untuk mengucapkannya. Umat hanya menjawab �amin� setelah imam mengakhiri doanya.

PUMR 54 menyatakan: �Imam mengajak umat untuk berdoa. Lalu semua yang hadir bersama dengan imam hening sejenak untuk menyadari kehadiran Tuhan, dan dalam hati mengungkapkan doanya masing-masing. Kemudian, imam membawakan doa pembuka yang lazim disebut collecta, yang mengungkapkan inti Perayaan liturgi hari yang bersangkutan.� Dalam PUMR 54 tersebut jelas bahwa ada waktu hening yang cukup yang diberikan kepada umat beriman. Waktu hening tersebut, selain untuk menyadari kehadiran Tuhan, juga untuk mengungkapkan doa pribadi yang menjadi ujud mereka masing-masing dalam hati. Pada saat hening itulah umat ambil bagian dalam doa pembuka ini. Selanjutnya, imam merumuskan doa yang berisi misteri iman yang dirayakan dalam perayaan Ekaristi dalam bentuk doa permohonan.

Menurut tradisi tua Gereja, doa-doa selalu diarahkan kepada Allah Bapa. Demikian pula doa pembuka ini diarahkan kepada Allah Bapa atau Allah Tritunggal. PUMR 54 juga menyatakan : �Selaras dengan tradisi tua Gereja, doa pembuka diarahkan kepada Allah Bapa, dengan pengantaraan Putra, dalam Roh Kudus�. Dengan demikian, doa-doa Gereja termasuk doa pembuka ini sejak dulu berciri trinitaris karena selalu ditutup dengan rumusan panjang yang trinitaris. Oleh sebab itu, setiap doa pembuka memiliki rumusan penutup yang menyebut kepengantaraan Yesus Kristus yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dan Roh Kudus.

Sebagai doa presidensial, peran dan partisipasi umat dalam doa pembuka selain memadukan hati dalam doa ini, seperti pada saat hening dan saat imam menyampaikan doanya dengan suara lantang, mereka perlu menjadikan doa pembuka ini sebagai doa mereka sendiri dengan aklamasi: �Amin� (PUMR 54). Dengan jawaban �Amin� itu, umat menyetujui dan menjadikan doa yang disampaikan imam atau pemimpin ibadat itu sebagai doa mereka sendiri. Dalam perayaan Ekaristi, ada beberapa doa presidensial yaitu: Doa Syukur Agung (DSA), doa pembuka, doa persiapan persembahan dan doa sesudah komuni. Selain doa pembuka, doa persiapan persembahan dan doa sesudah komuni juga disebut sebagai oratio yaitu suatu pewartaan yang harus disampaikan oleh seorang pemimpin ibadat.

Doa pembuka dalam perayaan Ekaristi
Doa pembuka merupakan akhir dan sekaligus puncak bagian pembukaan Perayaan Ekaristi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam doa pembuka:
Struktur - Doa Pembuka mempunyai struktur baku: ajakan - hening - permohonan - penutup yang terdiri dari doksologi dan - aklamasi. Doa pembuka ditujukan kepada Bapa dengan perantaraan Putra dalam persekutuan Roh Kudus, dan diakhiri dengan penutup trinitaris atau penutup panjang: �Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.�

Pelaksanaan - Imam mengajak umat �Marilah kita berdoa.� Lalu semua hening sejenak untuk menyadari kehadiran Tuhan dan mengungkapkan doa pribadi. Lalu imam mengucapkan inti doa yang menyatakan isi perayaan pada hari yang bersangkutan. Permohonan selalu ditutup dengan doksologi, dan akhirnya jemaat menyetujui doa itu dengan aklamasi �Amin.�

Doa Pembuka adalah doa presidensial, artinya doa pemimpin. Maka, hanya pemimpin seorang diri yang membawakan doa ini atas nama seluruh umat dan semua yang hadir, dan melalui dia Kristus sendiri memimpin himpunan umat.

Ada beberapa alternatif rumusan penutup yang trinitaris dalam doa pembuka. (PUMR 54)
� Kalau doa diarahkan kepada Bapa:
Dengan pengantaraan Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
� Kalau doa diarahkan kepada Bapa, tetapi pada akhir doa disebut juga Putra:
Sebab Dialah Tuhan, pengantara kami, yang bersama dengan Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
� Kalau doa diarahkan kepada Putra:
Sebab Engkaulah Tuhan, pengantara kami, yang bersama dengan Bapa, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.

Tata gerak - Umat berdiri dengan �sikap doa�, khidmat. Sangat kurang pas kalau selama doa pembuka ini umat berdiri santai, tangan dilipat di dada atau di belakang, atau tangan bertumpu pada bangku / kursi.

Semoga Tuhan memberkati kita semua.

*) Penulis, Prodiakon Paroki St. Herkulanus

Monday, September 19, 2011

Madah Kemuliaan

Rangkaian pernyataan tobat dan seruan Tuhan kasihanilah kami akan diakhiri dengan absolusi, yaitu doa permohonan pengampunan. Rumusan absolusi dalam TPE 2005, yaitu: �Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita, dan mengantar kita ke hidup yang kekal�. Sesudah absolusi, seturut petunjuk penanggalan liturgi, dilanjutkan dengan menyanyikan atau melafalkan �Madah Kemuliaan�.

Madah Kemuliaan atau madah Gloria merupakan �madah yang sangat dihormati dari zaman Kristen kuno� (PUMR 53). Di Gereja Timur, madah Gloria ini lazim digunakan dalam Ibadat Harian, terutama dalam Ibadat Pagi pada abad IV-V. Di Gereja Katolik Roma, madah Gloria semula dimasukkan dalam Misa pertama Hari Raya Natal pada abad V. Paus Symmachus (498-514) memperluas penggunaan madah Gloria itu juga pada Misa hari Minggu dan pesta para martir, tetapi hanya untuk Misa yang dipimpin oleh Uskup. Namun, sejak abad VIII, Gloria boleh dinyanyikan pada setiap Misa yang dipimpin oleh imam. Teks Gloria sebagaimana kita kenal sekarang berasal dari zaman sesudah Paus Gregorius Agung (590-604), yakni sejak pembaruan liturgi oleh Karolus Agung.

Madah Gloria atau madah Kemuliaan berisi madah yang memuji dan memuliakan Allah Bapa dan Yesus Kristus Putra-Nya bersama Roh Kudus. Bagian pertama madah ini berisi seruan pujian dan pemuliaan yang ditujukan kepada Allah Bapa di surga. Rumusan yang digunakan mengutip nyanyian pujian para Malaikat di surga: �Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya� (Luk 2:14). Terhadap teks nyanyian para malaikat tersebut, Gereja menambah 5 buah seruan pujian dan pemuliaan Allah Bapa, yakni: �kami memuji Dikau, kami meluhurkan Dikau, kami menyembah Dikau, kami memuliakan Dikau, dan kami bersyukur kepada-Mu�. Pujian yang diulang-ulang dan ditekankan ini bermaksud untuk sungguh-sungguh mengagungkan Allah Bapa.

Seruan pujian kedua ditujukan kepada Tuhan Yesus Kristus, Putra yang tunggal. Bagi umat kristiani, yang menjadi Raja itu hanyalah Kristus dan yang harus disembah itu hanyalah Tuhan Yesus. Kristus dipuji dan dimuliakan sebab karya penebusan-Nya. Itulah sebabnya Dia disebut Anak Domba Allah (Yoh 1:19,36). Tentang peran Kristus yang telah menebus umat manusia itu, disampaikan tiga seruan dalam bentuk anak kalimat: �Engkau yang menghapus dosa dunia, kasihanilah kami; Engkau yang menghapus dosan dunia, kabulkanlah doa kami; Engkau yang duduk di sisi Bapa, kasihanilah kami�. Dari pengakuan iman dan pujian kepada Kristus Penebus itu, disampaikan tiga pujian kepada pribadi Yesus Kristus: �Engkaulah kudus, Engkaulah Tuhan, Engkaulah mahatinggi�. Akhirnya, madah Kemuliaan ditutup dengan menyebut �bersama Roh Kudus�, sehingga Trinitaris dari madah Kemuliaan menjadi tampak dan jelas. Pujian kepada Bapa dan Putra bagaimanapun juga selalu bersama dan bersatu dengan Roh Kudus.

Madah Kemuliaan (Gloria) dalam Perayaan Ekaristi

Inti Madah Kemuliaan adalah memuji Allah Bapa dan Anakdomba Allah, serta memohon belaskasihan Tuhan. Madah ini dilagukan oleh jemaat (Gereja) yang berhimpun atas dorongan Roh Kudus. Menurut PUMR 53, teks madah Kemuliaan ini tidak boleh diganti dengan teks lain. Maka teks-teks saduran hendaknya tidak dipakai.

Madah Kemuliaan pada dasarnya adalah madah seluruh umat beriman. Dalam PUMR 53 dinyatakan: �Kemuliaan dibuka oleh imam atau, lebih cocok, oleh solis atau oleh koor, kemudian dilanjutkan oleh seluruh umat bersama-sama atau oleh umat dan paduan suara bersahut-sahutan, atau hanya oleh koor. Kalau tidak dilagukan, madah kemuliaan oleh seluruh umat bersama-sama atau oleh dua kelompok umat secara bersahut-sahutan.� Dari ketentuan dalam PUMR 53 tersebut, madah kemuliaan tidak harus dibuka oleh imam. Alasannya, karena madah Kemuliaan ini bagian umat.

Teks lengkap Madah Kemuliaan adalah sebagai berikut:
Kemuliaan kepada Allah di surga, - dan damai di bumi kepada orang - yang berkenan pada-Nya. - Kami memuji Dikau. - Kami meluhurkan Dikau. - Kami menyembah Dikau. - Kami memuliakan Dikau. - Kami bersyukur kepada-Mu, - karena kemuliaan-Mu yang besar. - Ya Tuhan Allah, raja surgawi, - Allah Bapa yang mahakuasa. - Ya Tuhan Yesus Kristus, Putra yang tunggal. - Ya Tuhan Allah, Anak Domba Allah, Putra Bapa. - Engkau yang menghapus dosa dunia, kasihanilah kami. - Engkau yang menghapus dosa dunia, kabulkanlah doa kami. - Engkau yang duduk di sisi Bapa, kasihanilah kami. - Karena hanya Engkaulah kudus. - Hanya Engkaulah Tuhan. - Hanya Engkaulah mahatinggi, ya Yesus Kristus, - bersama dengan Roh Kudus, dalam kemuliaan Allah Bapa. - Amin.

Madah Kemuliaan diucapkan atau dilagukan untuk memberi warna pesta kepada perayaan ibadat yang dilaksanakan. Karena itu, madah Kemuliaan biasanya diucapkan atau dilagukan pada hari-hari pesta: Minggu (kecuali Adven dan Prapaskah), hari raya dan pesta serta pada perayaan-perayaan yang setingkat. Pada pesta-pesta ini, madah Kemuliaan dibawakan langsung sesudah seruan Tuhan Kasihanilah Kami atau sesudah pernyataan tobat cara 3. Melagukan madah Kemuliaan hendaknya umat berdiri, sikap berdiri menunjukkan penghormatan kepada Allah yang datang dan hadir di tengah-tengah umat. Marilah kita siapkan hati kita untuk memuji dan memuliakan Allah.
Semoga Tuhan memberkati kita semua.

*) Penulis, Prodiakon Paroki St. Herkulanus

Monday, August 15, 2011

Kyrie Eleison

Dalam TPE 2005, terdapat 4 alternatif cara menyatakan tobat, dua di antaranya dilanjutkan dengan seruan Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami. Istilah Kyrie diambil dari kata-kata Yunani Kyrie eleison, yang diterjemahkan: Tuhan kasihanilah. Seruan Tuhan (Kyrie) pertama-tama adalah seruan untuk menyampaikan penghormatan kepada Yesus Kristus yang kita sebut Tuhan. Seruan kasihanilah (eleison) merupakan seruan untuk memohon belas kasih ilahi. Seruan itu pula yang disampaikan oleh dua orang buta dalam Injil Mateus (Mat 9:27 dan Mat 20:30), atau seruan Bartimeus (Mrk 10:47) atau seruan perempuan Kanaan (Mat 15:22).

Dari segi bentuk, seruan Kyrie eleison ini merupakan suatu litani. Bentuk litani selalu terdiri atas suatu pernyataan atau permohonan yang disampaikan oleh seorang pemimpin umat, dan dijawab oleh umat dengan seruan yang selalu sama secara berulang. Sebenarnya, seruan Kyrie eleison sudah dikenal sejak jaman dahulu ketika orang-orang pada waktu itu menghormati dewa atau raja/kaisar mereka. Litani Kyrie eleison ini mula-mula digunakan di Timur dan biasanya digunakan untuk menjawab berbagai doa permohonan.

Paus Gelasius I (492-496), telah memasukkan litani Kyrie eleison ini ke dalam liturgi Katolik Romawi untuk menggantikan doa-doa permohonan pada akhir liturgi sabda. Pada masa pembaruan liturgi oleh Paus Gregorius Agung (590-604), litani Kyrie eleison ini dipersingkat menjadi tiga kali tiga pengulangan dengan memberi variasi Christe eleison pada bagian tengahnya. Dalam Missale Romanum 1970, Kyrie eleison ditempatkan pada permulaan Misa dan dipersingkat menjadi dua kali tiga seperti yang kita praktekkan dalam TPE sekarang ini. Meskipun begitu, seruan Kyrie eleison ini boleh diulang-ulang lebih banyak (PUMR 52).

Seruan Kyrie elesion dalam perayaan Ekaristi

Dalam TPE 2005, seruan Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami selalu digunakan menyusul pernyataan tobat cara 1 dan 2. Jika memakai pernyataan tobat cara 3 dan 4, seruan Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami tidak usah digunakan. Seruan Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami biasanya dilagukan/dinyanyikan oleh seluruh umat, yakni �silih-berganti antara umat dan paduan suara atau solis� (PUMR 52). Seruan Tuhan Kasihanilah kami pada pernyataan tobat cara 3 merupakan jawaban umat atas pernyataan iman dan penghormatan kepada Kristus yang disampaikan oleh imam. Jika pernyataan tobat diganti atau diisi dengan percikan air suci, seperti pada pernyataan tobat cara 4, maka seruan Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami juga tidak usah digunakan.

Ada beberapa alternatif nyanyian untuk seruan Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami yang disesuaikan dengan keperluan atau intensi misa. Dalam buku doa dan nyanyian gerejawi �Puji Syukur� tersedia beberapa pilihan nyanyian Kyrie eleison mulai dari nomor 339 sampai dengan 363. Pemimpin koor atau pemimpin ibadat dapat memilih yang sesuai.

Ada dua unsur dalam seruan Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami yaitu unsur pujian dan penghormatan kepada Tuhan Yesus Kristus dan unsur permohonan belas kasih Allah. Meski ada unsur permohonan, tidak mengubah struktur pujian dalam seruan Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami ini. Nyanyian Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami hendaknya dinyanyikan dalam suasana syukur dan penuh hormat karena kita memuji Tuhan. Kita patut bergembira dan bersyukur karena kita telah diundang ke perjamuan-Nya. �Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya!�

Semoga Tuhan memberkati kita semua.

Oleh : Ign. Djoko Irianto
Prodiakon Paroki St. Herkulanus

Sunday, August 7, 2011

Tobat, Penyesalan atas Dosa dan Kesalahan

Pada awal perayaan Ekaristi, imam menyampaikan salam dengan mengucapkan: �Tuhan sertamu�. Dengan salam itu, imam menyampaikan kepada umat bahwa Tuhan sungguh hadir di tengah-tengah kita dalam perayaan Ekaristi. Karena itu kita perlu mempersiapkan hati dan pikiran kita untuk menyambut kehadiran Tuhan, salah satunya dengan menyatakan tobat. Pernyataan tobat merupakan bentuk penyesalan atas dosa dan kesalahan kepada Tuhan dan sesama.

Dalam Perjanjian Lama, pertobatan merupakan karunia Allah. Allah menganugerahkan hati yang murni dan baru sehingga orang mau bertobat (Mzm 51:12). Tradisi para nabi menekankan aspek penting dari pertobatan yaitu pertobatan hati dan sikap hidup.

Dalam Perjanjian Baru, hidup, karya, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan peristiwa perdamaian. Yesus Kristus adalah sakramen pengampunan dari Allah. Dalam nama Yesus, warta tentang pertobatan dan pengampunan dosa disampaikan kepada segala bangsa mulai dari Yerusalem (Luk 24:47). Oleh karena itu dalam Perjanjian Baru, Injil mencatat bahwa sikap tobat menjadi bagian integral dari seluruh pewartaan Yesus mengenai kerajaan Allah. �Bertobatlah, percayalah pada Injil karena Kerajaan Allah sudah dekat� Mat 4:12-17, Mrk 1:14-15.

Tobat juga merupakan perwujudan dari iman. Dari Kis 26:20 tampak bahwa seluruh proses pertobatan tidak hanya berarti meninggalkan hidup lama, tetapi juga memulai hidup yang baru. Dengan demikian pengampunan ini berdimensi ganda yakni vertikal, pulihnya relasi Allah-manusia, dan horisontal, pulihnya relasi manusia-manusia. Gereja menjadi mediasi pengampunan karena Yesus menganugerahkan kuasa mengampuni atas warga Gereja yang berdosa (Mat. 18:15-17).

Tobat dalam Perayaan Ekaristi
Pernyataan tobat dalam perayaan Ekaristi meliputi pemeriksaan batin dan pengakuan dosa secara umum sebelum masuk dalam perayaan Ekaristi. Pernyataan tobat ini jangan disamaartikan dengan Sakramen Tobat, yang tetap amat diperlukan bagi pengampunan dosa berat.

Dalam perayaan Ekaristi ada 4 cara pernyataan tobat menurut TPE 2005.
Cara 1. Imam mengajak umat menyesali dan mengakui dosa. Menanggapi ajakan tersebut, umat hening sejenak. Kemudian, seluruh umat mengakui dosanya disertai sikap tobat dengan mengucapkan :
Saya mengaku - kepada Allah yang mahakuasa - dan kepada Saudara sekalian, - bahwa saya telah berdosa - dengan pikiran dan perkataan, - dengan perbuatan dan kelalaian. (Pada bagian ini diucapkan sambil menebah dada.) Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh sebab itu saya mohon - kepada Santa Perawan Maria, - kepada para malaikat dan orang kudus - dan kepada Saudara sekalian, - supaya mendoakan saya kepada Allah, Tuhan kita.

Sesudah pernyataan tobat, imam memohonkan pengampunan. Perlu dicamkan bahwa pengampunan di sini berbeda dengan absolusi yang diberikan imam dalam Sakramen Tobat. Tobat Cara 1 disusul Tuhan, kasihanilah kami.
Cara 2. Umat menyatakan tobat dengan mendaras mazmur tobat, yaitu ayat yang diambil dari Mazmur (Mzm 32, Mzm 51, Mzm 103). Tobat Cara 2 disusul Tuhan, kasihanilah kami.
Cara 3. (tobat yang dipadukan dengan Tuhan Kasihanilah Kami). Tobat cara 3 ini menggunakan pola litani Kyrie. Imam mengucapkan pernyataan iman mengenai Kristus, lalu disambung dengan seruan �Tuhan/Kristus kasihanilah kami�, dan dijawab umat �Tuhan/Kristus kasihanilah kami�. Kyrie bukanlah pernyataan atau seruan penyesalan dan pertobatan, tapi suatu pernyataan yang bersifat penghormatan dan permohonan kepada Kristus. Ayat-ayat tobat cara 3 ini pada dasarnya merupakan seruan pujian kepada Tuhan Yesus dan memohon belaskasih-Nya. Contoh : �Tuhan Yesus Kristus, Engkau diutus menyembuhkan orang yang remuk redam hatinya. Tuhan kasihanilah kami�.
Pada tobat cara 3, tidak lagi diucapkan/dilagukan Tuhan Kasihanilah Kami secara tersendiri, karena sudah tercakup dalam pernyataan tobat ini. Maka, perlu ada komunikasi dan koordinasi yang baik antara koor/dirigen dan imam, supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu, misalnya: sesudah tobat cara 3 koor masih melagukan Tuhan, Kasihanilah Kami tersendiri.
Cara 4. Pada hari Minggu, khususnya selama Masa Paskah, pernyataan tobat dapat diganti dengan pemberkatan dan percikan air suci untuk mengenang pembaptisan. Acara percikan diiringi nyanyian Asperges me (Percikilah aku) sesuai Mzm 51:9 atau nyanyian lain yang sesuai atau Vidi aquam (Aku melihat air).
Pengenangan baptisan dengan percikan air dapat dipakai untuk mengganti tobat di awal misa, karena baptis merupakan peristiwa pertobatan dasar kita dan pernyataan iman kita akan Tuhan Yesus Kristus. Tobat cara 4 ini cocok untuk hari Minggu atau hari raya, terutama masa Paskah. Nyanyian Asperges me untuk masa biasa; sedangkan Vidi Aquam untuk masa Paskah.

Keempat cara tobat ini diakhiri dengan absolusi, yang merupakan doa permohonan pengampunan: �Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita, dan mengantar kita ke hidup yang kekal�. Absolusi ini tidak memiliki kuasa pengampunan seperti absolusi dalam Sakramen Tobat (PUMR 51).

Pernyataan tobat dimaksudkan untuk mempersiapkan diri menyambut komuni dengan menyadari keberdosaan dan memohon pengampunan, tetapi secara teologis tidak mengembalikan persekutuan yang terputus akibat dosa berat.

Keterputusan persatuan ini, hanya efektif diperbaiki dalam Sakramen Tobat. Karena itu orang yang menyadari dirinya dalam dosa berat, tidak dapat menerima komuni sebelum menerima Sakramen Tobat. Dosa berat menghancurkan hubungan dengan Allah dan memutus kita dari persatuan dengan Tubuh Kristus (Gereja). Itu sebabnya ada Sakramen Tobat yang tujuannya membawa pengampunan Allah, dan menerima kembali umat ke dalam persekutuan dengan Gereja.

Pada Sakramen tobat memerlukan dua unsur yang harus dipenuhi. Pertama, manusia melakukan penyesalan, pengakuan, dan penitensi. Kedua, Allah oleh pelayanan Gereja, memberikan absolusi yang melepaskan dosa, dan dengan demikian diterima kembali dalam persekutuan Gereja. Unsur-unsur ini tidak dipenuhi seluruhnya dalam pernyataan tobat ketika awal misa, karena dari sisi umat hanya mengungkapkan penyesalan, dan bukan pengakuan, tidak ada pula penitensi.

Gereja senantiasa menganjurkan penerimaan Sakramen Tobat sebelum mengikuti perayaan Ekaristi, sehingga dapat menyambut Sakramen Mahakudus yang demikian suci dengan tubuh dan jiwa yang suci pula.
Semoga Tuhan memberkati kita semua.
*) Penulis, Prodiakon Paroki St. Herkulanus

Saturday, July 30, 2011

Makna Salam Dalam Liturgi

Untuk mengawali Misa Kudus, sesudah membuat tanda salib, sambil membuka tangan, imam menyampaikan salam kepada umat beriman dengan mengucapkan: �Tuhan sertamu�. Umat menjawab: �Dan sertamu juga�. Atau dengan ucapan salam yang lain seperti yang tertera dalam buku Tata Perayaan Ekaristi (TPE).

Tradisi saling memberi salam ini sudah ada sejak jaman Perjanjian Lama, seperti tertulis dalam kitab 2 Raja-raja 4:29, �Jangan berhenti untuk memberi salam kepada siapa pun yang kau jumpai di jalan. Kalau orang memberi salam kepadamu, jangan buang waktu untuk membalas salamnya.� Memberi dan menerima salam merupakan ungkapan bahwa kedua belah pihak memiliki relasi yang dekat.

Dalam tradisi gereja, praktek penyampaian salam pemimpin kepada umat juga sudah berlangsung sejak abad V, yaitu seperti yang dilaksanakan oleh Santo Agustinus yang memberi salam sebelum pembacaan Injil.

Ungkapan Salam dalam Perayaan Ekaristi

Ungkapan salam dalam perayaan Ekaristi bersumber dari Alkitab. Ungkapan salam yang klasik dan bersifat biblis yang banyak digunakan dalam perayaan Ekaristi terdapat dalam kitab Ruth 2:4. Tidak lama kemudian Boas datang dari Betlehem dan memberi salam kepada para penuai. �Semoga TUHAN menyertai kalian�, katanya. Para penuai menjawab, �Semoga TUHAN memberkati Bapak." (Ruth 2:4).

Rumusan kata-kata untuk salam dalam Ritus Romawi adalah: Dominus Vobiscum, dan umat menjawab: Et cum spiritu tuo. Dalam TPE 2005 kata-kata salam tersebut diterjemahkan dalam dua alternatif, yaitu: Tuhan sertamu � Dan sertamu juga, dan Tuhan bersamamu � Dan bersama rohmu. Kedua terjemahan tersebut telah mendapat pengesahan dari para Uskup KWI dan pengakuan Tahta Suci. Bahkan TPE 2005 memberikan tujuh alternatif salam sesuai dengan keperluan. Alternatif salam nomor 6 digunakan khusus untuk Misa Arwah, sedangkan alternatif salam nomor 7 khusus diperuntukkan bagi Uskup.

Dalam Misa Kudus, ada empat kali imam menyampaikan salam ini kepada umat untuk membangun kesadaran umat bahwa Tuhan sungguh hadir di tengah-tengah kita. Salam yang pertama disampaikan imam dalam ritus pembuka sesudah membuat �Tanda Salib�, kedua sebelum pembacaan Injil, ketiga sebelum Doa Syukur Agung, dan keempat sebelum berkat penutup.

Makna Salam dalam Perayan Ekaristi

Dengan kata-kata salam ini, imam menyatakan bahwa Tuhan sungguh hadir di tengah umat yang siap beribadat. Dan dengan jawabannya, umat menyatakan bahwa Tuhan yang sama sungguh hadir dalam diri imam. Jadi pada saat melaksanakan dialog salam ini imam dan umat sedang menyadari bahwa Tuhan benar-benar hadir di tengah kita. Selain itu, salam dari imam dan jawaban dari pihak umat memperlihatkan misteri Gereja yang sedang berkumpul (PUMR 50).

Salam dalam Perayaan Ekaristi yang bersumber dari Alkitab atau salam alkitabiah ini tidak sama dengan �salam sekular� seperti ; selamat pagi, selamat sore, bapak-bapak dan ibu-ibu, dll. �Salam sekular� semata ungkapan relasi yang hangat antara dua pihak. Salam alkitabiah dalam Perayaan Ekaristi ini merupakan puncak kesadaran dan pernyataan iman umat akan kehadiran Allah. Kesadaran ini dibangun melalui suasana dan alur ibadat mulai dari perarakan, nyanyian pembukaan, tanda salib, yang pada tahap ini menanjak pada kesadaran dan pernyataan iman akan kehadiran Allah.

Cara imam memberikan salam dan cara umat menanggapi salam menjadi hal yang sangat penting. Salam pada hakikatnya harus komunikatif: harus benar-benar ada komunikasi antara pemberi salam (imam) dan penerima salam (umat). Dari pihak imam, komunikasi diungkapkan lewat: pandangan mata, mimik, dan tata gerak tangan. Semua ini benar-benar menopang kata-kata salam yang diungkapkan secara mantap. Umat harus menjawab salam dari imam ini dengan mantap pula, karena dengan jawaban itu umat sedang menyatakan imannya akan kehadiran Tuhan. Komunikasi dan kemantapan salam harus terungkap baik ketika salam itu dilagukan maupun dilafalkan. Maka umat mesti menghafal lagu untuk salam.

Kata salam oleh imam kepada umat bukanlah sekadar bersifat manusiawi � sosial seperti budaya sapa-menyapa, dan bukan basa-basi, melainkan suatu pewartaan karya keselamatan Allah melalui Kristus. Umat menjawab salam dari imam dengan jawaban Dan bersama rohmu atau Dan sertamu juga (dalam bahasa Inggris: And also with you). Sebagaimana salam dari imam bukan suatu salam basa-basi, demikian pula jawaban umat bukan pula basa-basi sekadar menanggapi sapaan imam. Jawaban umat merupakan tanggapan kepada pelayan Perayaan Ekaristi yang adalah �hamba Kristus yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah� (1 Kor 4:1). Dengan demikian, salam dalam Perayaan Ekaristi bukan sekadar salam yang bersifat sosial manusiawi, melainkan bersifat teologis, yaitu merayakan misteri kehadiran Tuhan yang menyelamatkan di tengah umat-Nya.

Setelah imam menyampaikan salam kepada umat, imam, atau diakon, atau pelayan lain dapat memberikan pengantar sangat singkat kepada umat tentang Misa yang akan dirayakan (PUMR 50). Pada bagian pengantar ini, disampaikan penjelasan singkat mengenai tema atau isi misteri iman yang dirayakan dalam Perayaan Ekaristi saat itu. Adapun yang boleh menyampaikan kata pengantar ialah imam yang memimpin Misa, atau imam lain atau diakon atau pelayan yang lain.

Marilah kita siapkan pikiran dan hati kita untuk menyambut salam dari imam dengan mantap, karena Tuhan sungguh hadir di tengah-tengah kita dalam Perayaan Ekaristi. Semoga Tuhan memberkati kita semua.

Oleh : Ign. Djoko Irianto
*) Penulis, Prodiakon Paroki St. Herkulanus

Sunday, July 10, 2011

Tanda Salib Sebagai Ungkapan Iman Kepada Tritunggal Mahakudus

Tanda Salib merupakan tata gerak yang mengingatkan umat beriman pada salib keselamatan dengan menyerukan nama Tritunggal Mahakudus. Tanda Salib merupakan sakramentali, suatu lambang sakral yang ditetapkan Gereja guna mempersiapkan orang untuk menerima rahmat. Tanda Salib menjadi tata gerak orang katolik setiap mengawali doa atau ibadat; juga ketika mengawali Perayaan Ekaristi. Gerakan Tanda Salib juga telah dilakukan sejak masa Gereja Perdana untuk memulai dan mengakhiri doa.

Para Bapa Gereja telah menegaskan penggunaan Tanda Salib dalam setiap gerak kehidupan. Tertulianus (wafat th.250) menggambarkan kebiasaan membuat Tanda salib: �Dalam segala kegiatan dan gerakan, setiap kali kami datang maupun pergi, saat makan, saat menyalakan lilin, saat berbaring, dalam segala apapun yang kami lakukan, kami menandai dahi kami dengan Tanda Salib�.

St. Sirilus dari Yerusalem (wafat th.386) dalam Pengajaran Katekesenya menyatakan, �Jadi, marilah kita tanpa malu-malu mengakui Yang Tersalib. Jadikan Salib sebagai meterai kita, yang dibuat dengan mantap menggunakan jari-jari di dahi kita dan dalam segala kesempatan; atas roti yang kita makan dan cawan yang kita minum, saat kita datang dan pergi; sebelum kita tidur, saat kita berbaring dan saat kita terjaga; saat kita bepergian, dan saat kita beristirahat� .

Tanda Salib, harus dilakukan dengan khidmat. Dengan Tanda Salib, kita menyadari kehadiran Tritunggal Mahakudus. Kita juga harus ingat bahwa Salib adalah tanda keselamatan kita. Yesus Kristus, sungguh Allah yang menjadi sungguh manusia, yang mempersembahkan kurban sempurna bagi penebusan dosa-dosa kita di atas altar salib.

Tata Cara Membawakan Tanda Salib
Paus Inosensius III (1198 - 1216) memberikan instruksi sebagai berikut : �Tanda Salib dibuat dengan tiga jari, sebagai tanda perlindungan Tritunggal Mahakudus. Beginilah cara melakukannya: dari atas ke bawah sebab Kristus turun dari surga ke bumi, dan dari kiri ke kanan, sebab dari sengsara (kiri) kita harus beralih menuju kemuliaan (kanan), sama seperti Kristus beralih dari mati menuju hidup�.

Tanda salib merupakan perpaduan antara kata-kata dan perbuatan (tata gerak). Tanda Salib juga merupakan ringkasan iman kita akan Bapa - Putra - Roh Kudus. Tanda Salib juga mengungkapkan bahwa keselamatan kita datang lewat salib.

Gerakan ritual Tanda Salib pada umumnya disertai dengan ucapan Trinitarian : di dahi (in nomine Patris / dalam nama Bapa), di perut / dada (et Filii / dan Putera), di bahu sebelah kiri (et Spiritus / dan Roh) dan menyilang di dada kanan (Sancti / Kudus). Kemudian kedua tangan terkatup sambil berseru : Amen / Amin.

Tata gerak tanda salib harus dilaksanakan dengan khidmat dan cermat, tidak serampangan atau sambil lalu saja. Kita memulai tanda salib dengan menyentuhkan tangan pada dahi, lalu pada dada, lalu pada bahu kiri, dan akhirnya pada bahu kanan.

Tanda Salib dalam Perayaan Ekaristi
Dalam Liturgi Ekaristi, Tanda Salib yang dianjurkan adalah dua kali, yaitu saat pembukaan dalam ritus pembuka dan saat akhir dalam ritus penutup. Ditambah dengan tiga tanda salib kecil dalam dialog yang mengawali bacaan Injil, serta jika pemercikan air suci diadakan. Di luar itu tidak perlu ada tanda salib. Dalam satu kali Misa Kudus diawali dan diakhiri dengan "tanda salib". Artinya di tengah itu sebenarnya masih dalam suasana Misa Kudus, dan dengan demikian sebenarnya tidak diperlukan tanda salib baru.

Tanda Salib dalam perayaan Ekaristi dibawakan sbb: Pemimpin mengucapkan �Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus� (sementara itu semua membuat tata gerak salib mulai pada dahi, dada, bahu kiri, bahu kanan), dan umat menanggapi dengan �Amin�. Jadi, pada dasarnya tanda salib dalam perayaan Ekaristi bersifat dialogal. Pemimpin mengucapkan �Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus� dan umat mengamini dengan aklamasi �Amin�. Baik dilafalkan maupun dilagukan, jawaban �Amin� ini harus mantap.

Sesudah menerima Hosti, dan selama berdoa pribadi di Misa tidak perlu membuat Tanda Salib, karena seluruh Misa dari awal sampai akhir itu adalah satu rangkaian doa yang panjang. Doa dimulai saat Tanda Salib di awal dan diakhiri dengan berkat. Mungkin perlu diberi keterangan bahwa tidak perlu tidak sama artinya dengan tidak boleh.

Kita juga menandakan salib dengan ibu jari pada dahi, mulut, dan dada saat awal pembacaan Injil. Makna tiga tanda salib ini adalah sebagai berikut: Pertama kita membuat tanda salib di dahi. Tanda ini memiliki arti, "Dalam pikiranku, saya percaya". Kita mohon bantuan Roh Kudus agar kita bisa percaya pada sabda Tuhan, dalam pikiran kita. Kedua kita membuat tanda salib di mulut. Tanda ini memiliki arti, "Melalui mulutku saya mewartakan". Kita setuju untuk mewartakan sabda Tuhan yang kita percayai dalam pikiran kita ke semua orang. Ketiga kita membuat tanda salib di dada. Tanda yang ini memiliki arti, "Dalam hatiku, saya simpan sabda Tuhan". Kita sudah percaya pada sabda Tuhan, dan kita juga sudah setuju untuk mewartakannya ke semua orang. Namun kita harus juga menyimpan sabda Tuhan itu dalam hati kita, agar kitapun beroleh berkat-Nya

Dengan tanda salib, tubuh kita telah dimeterai dan disucikan oleh Allah. Dalam segala kegiatan kita: dari kita bangun tidur, sebelum tidur, kita belajar, kita bekerja, kita melakukan pelayanan, kita makan, kita susah, kita senang, kita tertawa, kita menangis. Jika kita membuat tanda salib itu berarti kita mengundang Allah Tritunggal Mahakudus untuk menjaga, melindungi kita sehingga kita tidak melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Bapa. Semoga Tuhan memberkati kita semua.

Oleh : Ign. Djoko Irianto
Prodiakon Paroki St. Herkulanus

Wednesday, June 29, 2011

Nyanyian Pembuka, Nyanyian Yang Menyatukan

Dalam Perjanjian Lama ada tradisi yang menetapkan suku Lewi sebagai petugas di rumah TUHAN (Bait suci). Kedudukan ini menyebabkan orang-orang Lewi mengatur pembagian tugas, supaya ibadat dapat berjalan lancar dan menyentuh. Salah satu kelompok yang terlibat dalam ibadat itu adalah kelompok musik/nyanyian (I Tawarikh 6:31- 32; I Tawarikh 23: 5; 25: 1- 8). Agaknya kelompok nyanyian ini bukan kelompok ala kadarnya, tetapi kelompok yang memang amat serius dalam menjalankan tugasnya (I Tawarikh 25: 7).

Puji-pujian yang disampaikan oleh kelompok nyanyian ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari ibadat. Bahkan mereka menempati kedudukan khusus dalam ibadat [I Tawarikh 6: 31; II Tawarikh 5: 11- 13]. Sekalipun tidak secara eksplisit menyebut nyanyian, tetapi tersirat pemahaman bahwa puji-pujian dalam ibadat harus dipersiapkan dengan baik, bukan hanya masalah teknik vokal maupun penampilan, tetapi juga suasana hati para pemujinya. Sehingga puji-pujian yang disampaikan itu benar-benar adalah ekspresi iman, bukan sekedar keindahan suara (Amos 5: 23).

Fungsi Nyanyian di dalam Ibadat
Jelaslah bahwa sejak zaman dahulu musik/nyanyian memainkan peranan yang amat penting bagi pembangunan iman jemaat. Musik dalam ibadat dikelola secara serius [lihat di kitab I dan II Tawarikh]. Musik dipandang amat penting, karena:
1. Musik menjadi salah satu mata rantai liturgi. Artinya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan rangkaian ibadat.
2. Memberi bobot/mempertajam pengungkapan makna iman dan perasaan yang tak cukup bila hanya diungkapkan dengan kata-kata. Sehingga kegiatan ibadat tidak terbatas pada ruang akal-perasaan semata, tetapi memasuki kedalaman spiritual.
3. Dalam penghayatan tertentu nyanyian dapat memancarkan daya kuasa yang dapat menyegarkan, memperbaharui dan bahkan mengubah sikap hidup seseorang (I Samuel 16: 16, 23)
4. Memberi kesempurnaan penghayatan ibadat melalui keutuhan, kekhidmatan dan kesucian ibadat. Nyanyian-nyanyian bisa membantu tersentuhnya batin jemaat.

Dengan demikian nyanyian dalam ibadat menyatu bukan hanya dengan bagian-bagian lain liturgi, melainkan juga dengan hati / batin jemaat yang beribadat. Dalam ibadat tidak ada pihak yang menjadi penonton, dan lainnya sebagai tontonan. Sebab pada hakekatnya musik dalam ibadat berfungsi melayani! Pengiring musik dan warga jemaat lainnya sama-sama tunduk dan bersimpuh di depan Tuhan. Kesatuan hati antara pengiring musik dan warga jemaat lainnya amat penting. Pengiring musik / pemandu pujian (koor) bukan tontonan dan warga jemaat bukan penonton! Suasana ibadat bisa rusak kalau pengiring / koor memerankan diri sebagai �artis pertunjukkan� yang merasa akan ditonton oleh orang lain, sehingga menonjolkan kemerduan suaranya atau ketrampilan bermain musiknya semata.

Oleh karena itu musik/nyanyian tidak hanya berurusan dengan penguasaan teknik alat musik/ vokal dan penampilan, tetapi juga berurusan dengan soal integritas moral, kebersihan hati pelaku (Amos 5: 23). Warga jemaat datang ke Perayaan Ekaristi bukan untuk menyaksikan pertunjukkan nyanyian, tetapi ingin memenuhi undangan Tuhan untuk datang ke perjamuan-Nya. Dalam Sacrosanctom Concilium (SC) art. 112 dikatakan: �Musik Liturgi semakin suci, bila semakin erat berhubungan dengan upacara ibadat, entah dengan mengungkapkan doa-doa secara lebih mengena, entah dengan memupuk kesatuan hati, entah dengan memperkaya upacara suci dengan kemeriahan yang lebih semarak.�

Musik / nyanyian liturgi juga mengabdi pada partisipasi umat dalam ibadat, seperti yang diuraikan dalam SC art. 114: �Khazanah musik liturgi hendaknya dilestarikan dan dikembangkan secermat mungkin. Para uskup dan para gembala jiwa lainnya hendaknya berusaha dengan tekun, supaya pada setiap upacara liturgi yang dinyanyikan segenap jemaat beriman dapat ikut serta secara aktif dengan membawakan bagian yang diperuntukkan bagi mereka.�

Nyanyian Pembuka memiliki beberapa fungsi: (PUMR no. 47-48).
1. mengiringi perarakan para petugas liturgi (imam dan para pelayan lain) memasuki ruang ibadat; maka nyanyian pembuka harus dilagukan selama perarakan berlangsung;
2. membina persekutuan umat; maka seluruh jemaat harus berpartisipasi dalam nyanyian pembuka: bernyanyi dengan segenap hati, dengan suara lantang; oleh karena itu baik dipilih nyanyian yang mampu mempersatukan umat.
3. mengantar umat memasuki misteri yang dirayakan; maka tema nyanyian pembuka harus cocok dengan Perayaan Ekaristi hari yang bersangkutan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menunjang terciptanya persekutuan jemaat, a.l.:
1. tata gerak: selama melagukan nyanyian pembuka kita semua berdiri tegap, tidak loyo, tidak ada yang duduk; kesamaan sikap ini menunjukkan kekompakan, persekutuan. �Sikap tubuh yang seragam menandakan kesatuan seluruh jemaat yang berhimpun untuk merayakan Liturgi kudus. Sebab sikap tubuh yang sama mencerminkan dan membangun sikap batin yang sama pula.�
2. terlibat: seluruh umat melagukan nyanyian pembuka, entah silih berganti dengan koor, entah bersama-sama dengan para anggota koor;
3. berbagi buku: kalau teman di sebelah kita tidak membawa buku, kita ajak ia menyanyi dengan buku kita; dengan menawarkan buku untuk dipakai bersama, kita membangun persekutuan;
4. latihan: kalau nyanyian pembuka belum dikuasai umat, dirigen harus melatihnya beberapa menit sebelum Perayaan Ekaristi.

Marilah kita kita siapkan diri kita untuk mengikuti Misa Kudus dengan penuh hormat dan dengan hati yang dipenuhi oleh ungkapan syukur. Kita satukan diri kita bersama jemaat lainnya untuk menyanyikan pujian dengan hati yang dilandasi oleh iman dan kasih. Semoga Tuhan memberkati kita semua.

Oleh : Ign. Djoko Irianto
Prodiakon Paroki St. Herkulanus

Tuesday, June 21, 2011

Memahami Makna �Perarakan Masuk�


Suatu ketika seorang teman bertanya : �Adakah makna perarakan masuknya rombongan Imam beserta para petugas liturgi dalam Perayaan Ekaristi?�

Perarakan (prosesi) adalah satu elemen yang ada dalam seluruh perayaan yang kita temukan hampir dalam setiap bentuk ibadah keagamaan. Menurut para ahli, prosesi adalah sebuah praktek liturgi kuno yang diadopsi dari perarakan kerajaan duniawi. Dalam tradisi kuno Babilonia, Hindu, Yunani dan Romawi juga terdapat praktek prosesi yang dilakukan dengan berjalan dan berdoa. Tradisi yang sama juga terdapat di Amerika yaitu berjalan ke tempat yang suci dengan ritual khusus. Prosesi yang lebih erat dihubungkan dengan kekristenan diadaptasi dari tradisi Romawi.

Gambaran biblis tentang perarakan diambil dari Kitab Keluaran, yaitu perarakan bangsa Israel yang keluar dari Mesir melewati Laut Merah menuju tanah terjanji. Dari tempat perhambaan ke tempat kebebasan, terlepas dari penindasan dan penderitaan masuk ke �tanah terjanji�. Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel menjadi umat Allah, dan status itu sungguh-sungguh suatu rahmat Allah.

Hubungan antara Misteri Israel dengan Misteri Gereja hanya dapat digambarkan dalam perspektif sejarah keselamatan. Peristiwa keluaran menjelaskan kepada kita pemahaman atas pembaptisan sebagai sebuah pencucian dengan air yang membersihkan kita dari dosa dan maut (tempat perhambaan) dan membawa kita masuk pada hidup kebangkitan (tanah terjanji). Perarakan liturgis Katolik melambangkan perjalanan kehidupan kita dari mati menuju hidup yang kekal, dari dosa kepada pengampunan dan hidup baru. Ekaristi digambarkan sebagai �manna dari surga� sebagai makanan selama perjalanan bangsa Israel di padang gurun ke tanah terjanji.

Dalam liturgi Katolik ada banyak perarakan (prosesi) yang dilaksanakan. Dalam Perayaan Ekaristi dikenal empat prosesi utama, yaitu : perarakan masuk, perarakan Injil, perarakan persembahan, dan perarakan Komuni Suci. Dan dalam liturgi khusus sering ada perarakan yang dilakukan secara meriah, seperti perarakan pada waktu pekan suci yaitu perarakan palma pada Minggu Palma, perarakan Sakramen Mahakudus sesudah Ekaristi pada Kamis Putih, perarakan Lilin Paskah pada malam Paskah.

Perarakan berarti gerak beberapa atau banyak orang dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak yang dimaksud bukanlah gerak sembarangan, tetapi bergerak dengan teratur dari satu tempat ke tempat lain dalam liturgi, yang biasanya diiringi dengan nyanyian. Berjalan dilakukan dengan badan dan kepala yang tegak, tenang dan agung. Berjalan juga bisa dipahami sebagai ungkapan kesiapsediaan kita menanggapi tawaran kasih karunia Allah yang selalu ada di hadapan kita.

Perarakan Masuk adalah perarakan memasuki ruang ibadat (gereja) yang melibatkan rombongan pemimpin ibadat dan para pembantunya. Perarakan ini dilaksanakan dari sakristi atau tempat lain ke ruang ibadat. Perarakan Masuk menjadi bagian paling awal dari seluruh rangkaian Ritus Pembuka. Menurut PUMR 46, �Ritus Pembuka meliputi bagian-bagian yang mendahului Liturgi Sabda, yaitu perarakan masuk, salam, kata pengantar, pernyataan tobat, Tuhan Kasihanilah, Kemuliaan, dan doa pembuka; semua bagian ini memiliki ciri khas sebagai pembuka, pengantar, dan persiapan.� Tujuan semua bagian itu ialah mempersatukan umat yang berhimpun dan mempersiapkan mereka, supaya dapat mendengarkan sabda Allah dengan penuh perhatian dan merayakan Ekaristi dengan layak. Dengan demikian, perarakan masuk menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam Perayaan Ekaristi.

Selama Perarakan Masuk, umat berdiri dan dalam suasana hening. PUMR 43a: �Umat hendaknya berdiri dari awal nyanyian pembuka, atau selama perarakan masuk menuju altar sampai dengan doa pembuka selesai�. Berdiri merupakan simbol gerakan badan yang penting dalam liturgi. Berdiri merupakan tindakan liturgis yang mengungkapkan perhatian, kepedulian, penghormatan, dan kesiapsediaan terhadap kehadiran Tuhan, baik melalui diri pemimpin ibadat maupun dalam Sabda dan Doa. PUMR 45 : �Bahkan sebelum perayaan Ekaristi, dianjurkan agar keheningan dilaksanakan dalam gereja, di sakristi, dan di area sekitar gereja, sehingga seluruh umat dapat menyiapkan diri untuk melaksanakan ibadat dengan cara yang khidmat dan tepat.

Seluruh unsur dalam Ritus Pembuka bersifat mengantar dan mempersiapkan jemaat untuk dapat mendengarkan Sabda Allah (dalam Liturgi Sabda), yang kemudian memuncak dalam persatuan dengan Tubuh Kristus (dalam Liturgi Ekaristi). Tujuan utama dan paling mendasar dari Ritus Pembuka adalah agar kesatuan jemaat dapat sungguh terwujud. Umat dipersatukan satu sama lain, dipersatukan dengan Gereja sedunia, bahkan dengan Allah. Maka, umat yang berkumpul harus menjadi jemaat (congregatus) yang bersekutu di bawah pimpinan Kristus.

Marilah kita mengikuti Misa secara utuh mulai dari ritus pembuka hingga ritus penutup, mulai perarakan masuk hingga perarakan Imam keluar gedung gereja. Semoga Tuhan memberkati kita semua.

Oleh : Ign. Djoko Irianto
*) Penulis, Prodiakon Paroki St. Herkulanus