oleh: P. Victor Hoagland, C.P.
Masa Adven. Empat minggu sebelum Natal merupakan masa persiapan, penantian serta pengharapan. Liturgi Adven menggemakan kembali dengan seruan kerinduan para nabi Yahudi: Sabda Yesus dan pewartaan Yohanes Pembaptis bahwa Tuhan sudah dekat. Dengarkanlah seruan mereka. Meditasi singkat atas Bacaan Injil selama Minggu Adven berikut ini semoga membantu kalian dalam mendengarkan suara mereka.
MINGGU ADVEN I
Yesus mengatakan kepada para muridnya: �Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! � Kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu datang.� Markus 13:33
O Yesus, suara-Mu lantang menembus ruang-ruang hidupku: "Hati-hatilah dan berjaga-jagalah!"
Namun demikian, hampir-hampir tak pernah aku mendengarkan-Mu. Aku sibuk dengan berbagai macam hal, sibuk ini dan itu, seperti seorang hamba terperangkap dalam rutinitas sehari-hari, hampir tak pernah aku memikirkan apa makna hidupku. Rohku sudah lelah, dan Engkau ya Tuhan-ku, terasa amat jauh. Bagaimana aku dapat mendengarkan suara-Mu hari ini?
Berbicaralah kepada jiwaku selama masa rahmat ini, seperti Engkau berbicara kepada para nabi-Mu dan para kudus-Mu. Ingatkan aku kembali akan panggilan hidupku dan akan pekerjaan yang Engkau kehendaki aku lakukan. Aku ini hambamu, ya Tuhan. Berbicaralah kepadaku pada masa yang kudus ini dan arahkan mataku untuk menantikan kedatangan-Mu.
O Imanuel, Yesus Kristus, kerinduan setiap bangsa, Juruselamat segenap umat manusia, datang dan tinggallah di antara kami.
MINGGU ADVEN II
Ketika Yohanes Pembaptis menampilkan diri sebagai seorang pengkhotbah di tanah Yudea, inilah yang diserukannya: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" Matius 3:2
O Yesus, di padang gurun yang sepi, nabi-Mu Yohanes mewartakan : Tuhan di sini, Tuhan ada bersamamu. Tuhan telah datang untuk mewujudkan suatu kerajaan dimana tak ada lagi ketidakadilan serta penderitaan, di mana air mata akan dihapuskan dan mereka yang berpaling kepada Tuhan akan menikmati perjamuan.
�Berpalinglah sekarang. Tuhan-mu berdiri di sampingmu. Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" Di gurun yang sepi Yohanes menyerukan kata-kata itu.
Berilah aku iman seperti Yohanes, ya Yesus, teguh percaya bahkan dalam kekeringan sekalipun bahwa Engkau dan kerajaan-Mu tidaklah jauh dariku. Buatlah hatiku teguh seperti hatinya, tak tergoyahkan oleh pencobaan-pencobaan atau pun terjerat oleh kesenangan-kesenangan palsu. Berilah aku keberanian untuk tetap setia hingga janji-janji-Mu digenapi.
O Raja segala bangsa, Yesus Kristus, satu-satunya sukacita bagi setiap jiwa, datang dan selamatkanlah umat-Mu.
MINGGU ADVEN III
Murid-murid Yohanes bertanya kepada Yesus, �Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?� Yesus menjawab mereka: �Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir ... dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.� Lukas 7:19,22
O Yesus, aku bersukacita atas tanda-tanda bahwa Engkau dekat dengan kami. Kuasa-Mu ada di mana-mana, andai saja aku mampu melihatnya.
Namun demikian, mataku lebih sering melihat hanya kegelapan dan ketidakpastian. Aku percaya kepada-Mu, tetapi jika aku memandang sekeliling, kejahatan tampak begitu kuat sementara kebaikan begitu lemah. Jika Engkau telah datang, mengapa masih saja ada begitu banyak penderitaan dan mengapa kaum miskin masih saja putus pengharapan? Di manakah mukjizat-Mu kini?
Rahmat-Mu, ya Tuhan, pada kenyataannya lebih berlimpah dari yang dapat aku bayangkan. Aku tahu, kuasa-Mu ada di mana-mana di sekelilingku, ah andai saja aku dapat melihatnya. Tunjukkan kepadaku sekarang di mana orang buta melihat dan orang lumpuh berjalan.
Jadikan penglihatanku lebih tajam dari semula.
MINGGU ADVEN IV
Malaikat Gabriel berkata kepada Maria, �Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi�.� Luk 1:30-32
O Yesus, aku percaya bahwa Engkau dilahirkan oleh Perawan Maria dan bahwa Engkau adalah Putra Allah.
Kedatangan-Mu yang penuh misteri ada di luar pengertian kami. Namun, seperti BundaMu yang kudus, Maria, aku rindu Engkau datang kepadaku, sebab Engkau sendiri telah menjanjikannya. Ijinkan aku melayani-Mu dengan segala cara yang aku mampu serta menyadari bahwa Engkau menyertaiku dari hari ke hari sepanjang hidupku.
Seperti Maria, BundaMu, meskipun aku hanya mengenal-Mu melalui iman, biarlah seluruh keberadaanku mewartakan keagungan-Mu dan rohku bersukacita oleh karena kasih-Mu kepadaku.
O Kebijaksanaan, Sabda Allah yang kudus, Yesus Kristus, yang menggenggam segala sesuatu dalam tangan-Mu yang kuat namun lembut, datanglah dan tunjukkan kepada kami jalan keselamatan.
sumber : �Meditations for Each Week of Advent� by Fr Victor Hoagland, C.P.; Copyright 1996, 1997, 2000 - The Passionist Missionaries; www.cptryon.org/prayer Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Victor Hoagland, CP.�
Showing posts with label Adven. Show all posts
Showing posts with label Adven. Show all posts
Monday, November 26, 2012
Sunday, May 27, 2012
Asal-mula Masa Adven
oleh: P. William P. Saunders *
Masa Liturgi Adven menandai masa persiapan rohani umat beriman sebelum Natal. Adven dimulai pada hari Minggu terdekat sebelum Pesta St. Andreas Rasul (30 November). Masa Adven berlangsung selama empat hari Minggu dan empat minggu persiapan, meskipun minggu terakhir Adven pada umumnya terpotong dengan tibanya Hari Natal.
Masa Adven mengalami perkembangan dalam kehidupan rohani Gereja. Sejarah asal-mula Adven sulit ditentukan dengan tepat. Dalam bentuk awalnya, yang bermula dari Perancis, Masa Adven merupakan masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani, hari di mana para calon dibaptis menjadi warga Gereja; jadi persiapan Adven amat mirip dengan Prapaskah dengan penekanan pada doa dan puasa yang berlangsung selama tiga minggu dan kemudian diperpanjang menjadi 40 hari. Pada tahun 380, Konsili lokal Saragossa, Spanyol menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Diilhami oleh peraturan Prapaskah, Konsili lokal Macon, Perancis, pada tahun 581 menetapkan bahwa mulai tanggal 11 November (pesta St. Martinus dari Tours) hingga Hari Natal, umat beriman berpuasa pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Lama-kelamaan, praktek serupa menyebar ke Inggris. Di Roma, masa persiapan Adven belum ada hingga abad keenam, dan dipandang sebagai masa persiapan menyambut Natal dengan ikatan pantang puasa yang lebih ringan.
Gereja secara bertahap mulai lebih membakukan perayaan Adven. Buku Doa Misa Gelasian, yang menurut tradisi diterbitkan oleh Paus St. Gelasius I (wafat thn 496), adalah yang pertama menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari Minggu. Di kemudian hari, Paus St. Gregorius I (wafat thn 604) memperkaya liturgi ini dengan menyusun doa-doa, antifon, bacaan-bacaan dan tanggapan. Sekitar abad kesembilan, Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan Gereja. Dan akhirnya, Paus St. Gregorius VII (wafat thn 1095) mengurangi jumlah hari Minggu dalam Masa Adven menjadi empat.
Meskipun sejarah Adven agak �kurang jelas�, makna Masa Adven tetap terfokus pada kedatangan Kristus (Adven berasal dari bahasa Latin �adventus�, artinya �datang�). Katekismus Gereja Katolik menekankan makna ganda �kedatangan� ini: �Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua� (no. 524).
Oleh sebab itu, di satu pihak, umat beriman merefleksikan kembali dan didorong untuk merayakan kedatangan Kristus yang pertama ke dalam dunia ini. Kita merenungkan kembali misteri inkarnasi yang agung ketika Kristus merendahkan diri, mengambil rupa manusia, dan masuk dalam dimensi ruang dan waktu guna membebaskan kita dari dosa. Di lain pihak, kita ingat dalam Syahadat bahwa Kristus akan datang kembali untuk mengadili orang yang hidup dan mati dan kita harus siap untuk bertemu dengannya.
Suatu cara yang baik dan saleh untuk membantu kita dalam masa persiapan Adven adalah dengan memasang Lingkaran Adven. Lingkaran Adven merupakan suatu lingkaran, tanpa awal dan akhir: jadi kita diajak untuk merenungkan bagaimana kehidupan kita, di sini dan sekarang ini, ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah yang kekal dan bagaimana kita berharap dapat ikut ambil bagian dalam kehidupan kekal di kerajaan surga. Lingkaran Adven terbuat dari tumbuh-tumbuhan segar, sebab Kristus datang guna memberi kita hidup baru melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Tiga batang lilin berwarna ungu melambangkan tobat, persiapan dan kurban; sebatang lilin berwarna merah muda melambangkan hal yang sama, tetapi dengan menekankan Minggu Adven Ketiga, Minggu Gaudate, saat kita bersukacita karena persiapan kita sekarang sudah mendekati akhir. Terang itu sendiri melambangkan Kristus, yang datang ke dalam dunia untuk menghalau kuasa gelap kejahatan dan menunjukkan kepada kita jalan kebenaran. Gerak maju penyalaan lilin setiap hari menunjukkan semakin bertambahnya kesiapan kita untuk berjumpa dengan Kristus. Setiap keluarga sebaiknya memasang satu Lingkaran Adven, menyalakannya saat santap malam bersama dan memanjatkan doa-doa khusus. Kebiasaan ini akan membantu setiap keluarga untuk memfokuskan diri pada makna Natal yang sebenarnya.
Secara keseluruhan, selama Masa Adven kita berjuang untuk menggenapi apa yang kita daraskan dalam doa pembukaan Misa Minggu Adven Pertama: �Bapa di surga� tambahkanlah kerinduan kami akan Kristus, Juruselamat kami, dan berilah kami kekuatan untuk bertumbuh dalam kasih, agar fajar kedatangan-Nya membuat kami bersukacita atas kehadiran-Nya dan menyambut terang kebenaran-Nya.
* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria.
sumber : �Straight Answers: The Celebration of Advent� by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright �2003 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.�
Masa Liturgi Adven menandai masa persiapan rohani umat beriman sebelum Natal. Adven dimulai pada hari Minggu terdekat sebelum Pesta St. Andreas Rasul (30 November). Masa Adven berlangsung selama empat hari Minggu dan empat minggu persiapan, meskipun minggu terakhir Adven pada umumnya terpotong dengan tibanya Hari Natal.
Masa Adven mengalami perkembangan dalam kehidupan rohani Gereja. Sejarah asal-mula Adven sulit ditentukan dengan tepat. Dalam bentuk awalnya, yang bermula dari Perancis, Masa Adven merupakan masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani, hari di mana para calon dibaptis menjadi warga Gereja; jadi persiapan Adven amat mirip dengan Prapaskah dengan penekanan pada doa dan puasa yang berlangsung selama tiga minggu dan kemudian diperpanjang menjadi 40 hari. Pada tahun 380, Konsili lokal Saragossa, Spanyol menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Diilhami oleh peraturan Prapaskah, Konsili lokal Macon, Perancis, pada tahun 581 menetapkan bahwa mulai tanggal 11 November (pesta St. Martinus dari Tours) hingga Hari Natal, umat beriman berpuasa pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Lama-kelamaan, praktek serupa menyebar ke Inggris. Di Roma, masa persiapan Adven belum ada hingga abad keenam, dan dipandang sebagai masa persiapan menyambut Natal dengan ikatan pantang puasa yang lebih ringan.
Gereja secara bertahap mulai lebih membakukan perayaan Adven. Buku Doa Misa Gelasian, yang menurut tradisi diterbitkan oleh Paus St. Gelasius I (wafat thn 496), adalah yang pertama menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari Minggu. Di kemudian hari, Paus St. Gregorius I (wafat thn 604) memperkaya liturgi ini dengan menyusun doa-doa, antifon, bacaan-bacaan dan tanggapan. Sekitar abad kesembilan, Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan Gereja. Dan akhirnya, Paus St. Gregorius VII (wafat thn 1095) mengurangi jumlah hari Minggu dalam Masa Adven menjadi empat.
Meskipun sejarah Adven agak �kurang jelas�, makna Masa Adven tetap terfokus pada kedatangan Kristus (Adven berasal dari bahasa Latin �adventus�, artinya �datang�). Katekismus Gereja Katolik menekankan makna ganda �kedatangan� ini: �Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua� (no. 524).
Oleh sebab itu, di satu pihak, umat beriman merefleksikan kembali dan didorong untuk merayakan kedatangan Kristus yang pertama ke dalam dunia ini. Kita merenungkan kembali misteri inkarnasi yang agung ketika Kristus merendahkan diri, mengambil rupa manusia, dan masuk dalam dimensi ruang dan waktu guna membebaskan kita dari dosa. Di lain pihak, kita ingat dalam Syahadat bahwa Kristus akan datang kembali untuk mengadili orang yang hidup dan mati dan kita harus siap untuk bertemu dengannya.
Suatu cara yang baik dan saleh untuk membantu kita dalam masa persiapan Adven adalah dengan memasang Lingkaran Adven. Lingkaran Adven merupakan suatu lingkaran, tanpa awal dan akhir: jadi kita diajak untuk merenungkan bagaimana kehidupan kita, di sini dan sekarang ini, ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah yang kekal dan bagaimana kita berharap dapat ikut ambil bagian dalam kehidupan kekal di kerajaan surga. Lingkaran Adven terbuat dari tumbuh-tumbuhan segar, sebab Kristus datang guna memberi kita hidup baru melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Tiga batang lilin berwarna ungu melambangkan tobat, persiapan dan kurban; sebatang lilin berwarna merah muda melambangkan hal yang sama, tetapi dengan menekankan Minggu Adven Ketiga, Minggu Gaudate, saat kita bersukacita karena persiapan kita sekarang sudah mendekati akhir. Terang itu sendiri melambangkan Kristus, yang datang ke dalam dunia untuk menghalau kuasa gelap kejahatan dan menunjukkan kepada kita jalan kebenaran. Gerak maju penyalaan lilin setiap hari menunjukkan semakin bertambahnya kesiapan kita untuk berjumpa dengan Kristus. Setiap keluarga sebaiknya memasang satu Lingkaran Adven, menyalakannya saat santap malam bersama dan memanjatkan doa-doa khusus. Kebiasaan ini akan membantu setiap keluarga untuk memfokuskan diri pada makna Natal yang sebenarnya.
Secara keseluruhan, selama Masa Adven kita berjuang untuk menggenapi apa yang kita daraskan dalam doa pembukaan Misa Minggu Adven Pertama: �Bapa di surga� tambahkanlah kerinduan kami akan Kristus, Juruselamat kami, dan berilah kami kekuatan untuk bertumbuh dalam kasih, agar fajar kedatangan-Nya membuat kami bersukacita atas kehadiran-Nya dan menyambut terang kebenaran-Nya.
* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria.
sumber : �Straight Answers: The Celebration of Advent� by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright �2003 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.�
Friday, December 17, 2010
Sekilas Penjelasan Tentang Masa Adven
1. Pengertian masa Adven
Masa Adven adalah masa empat minggu sebelum hari Natal, ketika Gereja merayakan kedatangan Kristus yang pertama dan mengharapkan kedatangan-Nya yang kedua. Hari pertama Adven dapat jatuh antara tanggal 27 November sampai 3 Desember.
Kata �Adven� berasal dari kata Latin �adventus� (bahasa Yunani-nya parousia), artinya �kedatangan�. Maka fokus masa Adven adalah kedatangan Mesias, yaitu Yesus Kristus. Maka doa- doa penyembahan dan bacaan Kitab Suci tidak saja mempersiapkan kita secara rohani akan kedatangan-Nya (untuk memperingati kedatangan-Nya yang pertama) tetapi juga mempersiapkan kedatangan-Nya yang kedua. Itulah sebabnya bacaan Kitab Suci pada masa Adven diambil dari Perjanjian Lama yang mengharapkan kedatangan Mesias dan Perjanjian Baru yang mengisahkan kedatangan Kristus untuk menghakimi semua bangsa. Demikian juga, tentang Yohanes Pembaptis, sang perintis yang membuka jalan bagi kedatangan Kristus Sang Mesias.
2. Makna Adven
Katekismus Gereja Katolik menjelaskan tentang makna Adven sebagai berikut:
KGK 524 Ketika Gereja merayakan liturgi Adven setiap tahunnya, ia menghadirkan kembali pengharapan di jaman dahulu akan kedatangan Mesias, sebab dengan mengambil bagian di dalam masa penantian yang panjang terhadap kedatangan pertama Sang Penyelamat, umat beriman memperbaharui kerinduan yang sungguh akan kedatangan-Nya yang kedua. Dengan merayakan kelahiran sang perintis [Yohanes Pembaptis] dan kematiannya, Gereja mempersatukan kehendaknya: �Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.�(Yoh 3:30)
Dengan demikian masa Adven merupakan masa menantikan kelahiran Kristus/ penjelmaan-Nya menjadi manusia. Masa Adven ini bukan bagian dari masa Natal, tetapi merupakan persiapannya. Oleh karena itu, masa Adven merupakan masa pertobatan (menyerupai masa Prapaska), sebab memang pertobatan-lah yang diserukan oleh Yohanes Pembaptis agar kita dapat menyambut Kristus Sang Penyelamat. Ciri- ciri perayaan masa Adven adalah tenang dan sederhana, tidak semeriah masa biasa, sebab penekanannya adalah pertobatan yang diwarnai oleh pengharapan akan kedatangan Tuhan.
Budaya sekular di sekitar kita dan juga banyak gereja- gereja non- Katolik merayakan hari Natal yang berdiri sendiri, terlepas dari masa Adven dan masa oktaf Natal sampai Epifani. Namun sesungguhnya hari Natal tidak dimaksudkan sebagai hari yang berdiri sendiri, tetapi sebagai perayaan yang tidak terlepas dari penanggalan tahunan liturgis. Natal sebagai perayaan Inkarnasi Tuhan Yesus perlu dipersiapkan terlebih dahulu pada masa Adven. Sebab masa Adven merupakan masa peringatan akan penghiburan yang diberikan Tuhan dan kesempatan di mana kita menyesuaikan diri dengan kehendak Tuhan, seperti halnya ketika para patriarkh, para nabi dan raja menanti dengan penuh pengharapan akan janji Allah yang akan mengutus Putera-Nya menjadi manusia.
3. Latar belakang Kitab Suci
Perjanjian Baru mengidentifikasikan Yesus sebagai Mesias bangsa Yahudi, meskipun Yesus bukanlah Mesias yang diharapkan oleh kebanyakan orang Yahudi pada saat itu. Sebab bangsa Yahudi saat itu menantikan Mesias yang dapat mengusir bangsa Romawi yang menjajah mereka. Injil dengan jelas menyatakan bahwa Kristus tidak datang untuk mendirikan Kerajaan di dunia atau untuk membebaskan orang- orang Yahudi dari penjajahan Romawi; tetapi Ia mewartakan Kerajaan Surga bagi bangsa Yahudi dan bangsa non- Yahudi. Meskipun jemaat perdana mengakui bahwa Yesus telah berjaya di dalam Gereja-Nya namun mereka mengakui bahwa segala hal belum sepenuhnya takluk kepada-Nya, sehingga masih ada penggenapan Kerajaan-Nya di masa mendatang (lih. KGK 680). Oleh karena itu, para jemaat perdana menantikan dengan rindu kedatangan Kristus yang kedua dalam kemuliaan-Nya, untuk mencapai kemenangan sempurna kebaikan atas kejahatan, ketika Kristus akan mengadili semua orang, baik yang hidup dan yang mati (lih. KGK 681, 682) dengan keadilan dan kasih yang sempurna. Maka bacaan Kitab Suci inilah yang mendasari masa Adven.
Kitab Suci mengajarkan agar kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan. Persiapan diri yang dimaksud adalah �berjaga-jaga�, karena memang inilah yang diperintahkan oleh Kristus untuk menyambut kedatangan-Nya (lih. Mat 24:42. Mat 25:13; Mrk 13:33). �Berjaga- jaga� di sini maksudnya adalah untuk mengarahkan pandangan kita kepada hal- hal surgawi, dan bukan kepada hal- hal duniawi, pesta pora, dan dosa, seperti yang dilakukan orang banyak pada jaman nabi Nuh (lih. Mat 24:37-39, Kej 6:5-13). Dengan demikian masa Adven merupakan masa pertobatan, di mana kita dipanggil Allah untuk kembali ke jalan Tuhan. Adven adalah kesempatan untuk menumpas gunung dan bukit kesombongan hati kita, maupun menimbun lembah kekecewaan dan luka-luka batin kita, agar semua yang berliku diluruskan dan yang berlekuk diratakan (lih. Luk 3:5-6) agar kita siap menyambut Kristus. Dengan demikian kita akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.
4. Latar Belakang Sejarah
Referensi pertama tentang perayaan Adven terjadi pada abad ke-6. Sebelumnya, terdapat perayaan- perayaan dan puasa yang menyerupai masa Adven kita saat ini. St. Hilarius dari Poitiers (367) dan Konsili Saragossa di Spanyol (380) menjabarkan tentang tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Paus St. Leo Agung banyak berkhotbah tentang �masa puasa pada bulan kesepuluh (yaitu bulan Desember)� sebelum hari Natal. Gelasian Sacramentary (750) memberikan bacaan liturgi bagi lima Minggu sebelum hari Natal, juga Rabu dan Jumat. Akhirnya Gereja Barat memutuskan untuk menentukan 4 Minggu pada masa Adven, yang dimulai dari akhir November atau awal Desember sampai hari Natal.
Gereja- gereja Timur juga melakukan puasa untuk menyambut Natal. Masa puasa ini lebih panjang dari masa Adven yang dirayakan oleh Gereja Barat, yaitu dimulai pada pertengahan bulan November. Maka Adven, atau masa puasa pada Gereja- gereja Timur ini dirayakan baik oleh Gereja Katolik, maupun gereja- gereja Orthodox.
Pada masa Reformasi, beberapa tokoh Protestan menolak masa peringatan/banyak hari perayaan dalam kalender liturgi Gereja, dan dengan ini memisahkan gereja mereka dari ritme perayaan liturgis yang dirayakan Gereja Katolik setiap tahunnya (kecuali gereja Lutheran yang kini mempunyai kalender liturgi yang kurang lebih sama dengan kalender liturgi Gereja Katolik). Namun demikian beberapa gereja Protestan mempertahankan masa Adven, seperti gereja Anglikan. Kemungkinan karena gerakan liturgis, ataupun sebagai reaksi akan perayaan Natal yang cenderung semakin dikomersialkan di kalangan dunia sekular, maka perayaan Adven sekarang ini menjadi semakin populer di kalangan gereja- gereja non- Katolik dan non- Orthodox. Gereja- gereja Lutheran, Anglikan, Methodis dan Presbytarians dan kelompok- kelompok evangelis telah memasukkan juga tema Adven ke dalam ibadah penyembahan mereka, walau dengan derajat yang berbeda- beda.
5. Kesimpulan
Maka, walaupun masa Adven tidak secara eksplisit tertulis dalam Kitab Suci, namun bukan berarti masa Adven ini tidak ada dasar Alkitabnya. Bahwa Allah selalu menginginkan umat-Nya untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya, itu bukan merupakan �ide baru�; tetapi memang sudah diajarkan dalam Kitab Suci. Perayaan Adven itu merupakan peringatan akan masa persiapan menyambut kelahiran Kristus (kedatangan-Nya yang pertama), dan penegasan masa penantian akan kedatangan Kristus yang kedua. Tidak ada yang salah jika kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus, malah itu adalah keharusan, seperti diserukan oleh Yohanes Pembaptis, ataupun oleh Yesus sendiri, seperti telah dijabarkan di atas.
Jika untuk kedatangan bapak Presiden saja, orang- orang mempersiapkannya dengan sungguh- sungguh dalam banyak hal, apalagi kita menyambut Kristus, Sang Raja di atas segala raja di bumi. Maka kita sebagai umat Kristiani selayaknya tidak memandang hari raya Natal sebagai hari yang berdiri sendiri, yang dapat dirayakan tanpa persiapan hati yang cukup sebelumnya. Jika kita mengamini Kristus sebagai Raja Semesta alam yang mengatasi semua pemimpin negara di dunia, tentulah Ia layak menerima penghormatan melebihi para pemimpin tersebut. Seumpama pak Presiden berkenan datang di rumah kita, tentu kita akan membersihkan dan mempersiapkan rumah kita sebaik mungkin, bukan? Maka, mari kita lakukan hal yang sama, mempersiapkan rumah hati kita sebaik mungkin untuk menyambut kedatangan Kristus Tuhan dan Juru Selamat kita!
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Sumber : http://katolisitas.org/2010/12/14/masa-adven/
Masa Adven adalah masa empat minggu sebelum hari Natal, ketika Gereja merayakan kedatangan Kristus yang pertama dan mengharapkan kedatangan-Nya yang kedua. Hari pertama Adven dapat jatuh antara tanggal 27 November sampai 3 Desember.
Kata �Adven� berasal dari kata Latin �adventus� (bahasa Yunani-nya parousia), artinya �kedatangan�. Maka fokus masa Adven adalah kedatangan Mesias, yaitu Yesus Kristus. Maka doa- doa penyembahan dan bacaan Kitab Suci tidak saja mempersiapkan kita secara rohani akan kedatangan-Nya (untuk memperingati kedatangan-Nya yang pertama) tetapi juga mempersiapkan kedatangan-Nya yang kedua. Itulah sebabnya bacaan Kitab Suci pada masa Adven diambil dari Perjanjian Lama yang mengharapkan kedatangan Mesias dan Perjanjian Baru yang mengisahkan kedatangan Kristus untuk menghakimi semua bangsa. Demikian juga, tentang Yohanes Pembaptis, sang perintis yang membuka jalan bagi kedatangan Kristus Sang Mesias.
2. Makna Adven
Katekismus Gereja Katolik menjelaskan tentang makna Adven sebagai berikut:
KGK 524 Ketika Gereja merayakan liturgi Adven setiap tahunnya, ia menghadirkan kembali pengharapan di jaman dahulu akan kedatangan Mesias, sebab dengan mengambil bagian di dalam masa penantian yang panjang terhadap kedatangan pertama Sang Penyelamat, umat beriman memperbaharui kerinduan yang sungguh akan kedatangan-Nya yang kedua. Dengan merayakan kelahiran sang perintis [Yohanes Pembaptis] dan kematiannya, Gereja mempersatukan kehendaknya: �Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.�(Yoh 3:30)
Dengan demikian masa Adven merupakan masa menantikan kelahiran Kristus/ penjelmaan-Nya menjadi manusia. Masa Adven ini bukan bagian dari masa Natal, tetapi merupakan persiapannya. Oleh karena itu, masa Adven merupakan masa pertobatan (menyerupai masa Prapaska), sebab memang pertobatan-lah yang diserukan oleh Yohanes Pembaptis agar kita dapat menyambut Kristus Sang Penyelamat. Ciri- ciri perayaan masa Adven adalah tenang dan sederhana, tidak semeriah masa biasa, sebab penekanannya adalah pertobatan yang diwarnai oleh pengharapan akan kedatangan Tuhan.
Budaya sekular di sekitar kita dan juga banyak gereja- gereja non- Katolik merayakan hari Natal yang berdiri sendiri, terlepas dari masa Adven dan masa oktaf Natal sampai Epifani. Namun sesungguhnya hari Natal tidak dimaksudkan sebagai hari yang berdiri sendiri, tetapi sebagai perayaan yang tidak terlepas dari penanggalan tahunan liturgis. Natal sebagai perayaan Inkarnasi Tuhan Yesus perlu dipersiapkan terlebih dahulu pada masa Adven. Sebab masa Adven merupakan masa peringatan akan penghiburan yang diberikan Tuhan dan kesempatan di mana kita menyesuaikan diri dengan kehendak Tuhan, seperti halnya ketika para patriarkh, para nabi dan raja menanti dengan penuh pengharapan akan janji Allah yang akan mengutus Putera-Nya menjadi manusia.
3. Latar belakang Kitab Suci
Perjanjian Baru mengidentifikasikan Yesus sebagai Mesias bangsa Yahudi, meskipun Yesus bukanlah Mesias yang diharapkan oleh kebanyakan orang Yahudi pada saat itu. Sebab bangsa Yahudi saat itu menantikan Mesias yang dapat mengusir bangsa Romawi yang menjajah mereka. Injil dengan jelas menyatakan bahwa Kristus tidak datang untuk mendirikan Kerajaan di dunia atau untuk membebaskan orang- orang Yahudi dari penjajahan Romawi; tetapi Ia mewartakan Kerajaan Surga bagi bangsa Yahudi dan bangsa non- Yahudi. Meskipun jemaat perdana mengakui bahwa Yesus telah berjaya di dalam Gereja-Nya namun mereka mengakui bahwa segala hal belum sepenuhnya takluk kepada-Nya, sehingga masih ada penggenapan Kerajaan-Nya di masa mendatang (lih. KGK 680). Oleh karena itu, para jemaat perdana menantikan dengan rindu kedatangan Kristus yang kedua dalam kemuliaan-Nya, untuk mencapai kemenangan sempurna kebaikan atas kejahatan, ketika Kristus akan mengadili semua orang, baik yang hidup dan yang mati (lih. KGK 681, 682) dengan keadilan dan kasih yang sempurna. Maka bacaan Kitab Suci inilah yang mendasari masa Adven.
Kitab Suci mengajarkan agar kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan. Persiapan diri yang dimaksud adalah �berjaga-jaga�, karena memang inilah yang diperintahkan oleh Kristus untuk menyambut kedatangan-Nya (lih. Mat 24:42. Mat 25:13; Mrk 13:33). �Berjaga- jaga� di sini maksudnya adalah untuk mengarahkan pandangan kita kepada hal- hal surgawi, dan bukan kepada hal- hal duniawi, pesta pora, dan dosa, seperti yang dilakukan orang banyak pada jaman nabi Nuh (lih. Mat 24:37-39, Kej 6:5-13). Dengan demikian masa Adven merupakan masa pertobatan, di mana kita dipanggil Allah untuk kembali ke jalan Tuhan. Adven adalah kesempatan untuk menumpas gunung dan bukit kesombongan hati kita, maupun menimbun lembah kekecewaan dan luka-luka batin kita, agar semua yang berliku diluruskan dan yang berlekuk diratakan (lih. Luk 3:5-6) agar kita siap menyambut Kristus. Dengan demikian kita akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.
4. Latar Belakang Sejarah
Referensi pertama tentang perayaan Adven terjadi pada abad ke-6. Sebelumnya, terdapat perayaan- perayaan dan puasa yang menyerupai masa Adven kita saat ini. St. Hilarius dari Poitiers (367) dan Konsili Saragossa di Spanyol (380) menjabarkan tentang tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Paus St. Leo Agung banyak berkhotbah tentang �masa puasa pada bulan kesepuluh (yaitu bulan Desember)� sebelum hari Natal. Gelasian Sacramentary (750) memberikan bacaan liturgi bagi lima Minggu sebelum hari Natal, juga Rabu dan Jumat. Akhirnya Gereja Barat memutuskan untuk menentukan 4 Minggu pada masa Adven, yang dimulai dari akhir November atau awal Desember sampai hari Natal.
Gereja- gereja Timur juga melakukan puasa untuk menyambut Natal. Masa puasa ini lebih panjang dari masa Adven yang dirayakan oleh Gereja Barat, yaitu dimulai pada pertengahan bulan November. Maka Adven, atau masa puasa pada Gereja- gereja Timur ini dirayakan baik oleh Gereja Katolik, maupun gereja- gereja Orthodox.
Pada masa Reformasi, beberapa tokoh Protestan menolak masa peringatan/banyak hari perayaan dalam kalender liturgi Gereja, dan dengan ini memisahkan gereja mereka dari ritme perayaan liturgis yang dirayakan Gereja Katolik setiap tahunnya (kecuali gereja Lutheran yang kini mempunyai kalender liturgi yang kurang lebih sama dengan kalender liturgi Gereja Katolik). Namun demikian beberapa gereja Protestan mempertahankan masa Adven, seperti gereja Anglikan. Kemungkinan karena gerakan liturgis, ataupun sebagai reaksi akan perayaan Natal yang cenderung semakin dikomersialkan di kalangan dunia sekular, maka perayaan Adven sekarang ini menjadi semakin populer di kalangan gereja- gereja non- Katolik dan non- Orthodox. Gereja- gereja Lutheran, Anglikan, Methodis dan Presbytarians dan kelompok- kelompok evangelis telah memasukkan juga tema Adven ke dalam ibadah penyembahan mereka, walau dengan derajat yang berbeda- beda.
5. Kesimpulan
Maka, walaupun masa Adven tidak secara eksplisit tertulis dalam Kitab Suci, namun bukan berarti masa Adven ini tidak ada dasar Alkitabnya. Bahwa Allah selalu menginginkan umat-Nya untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya, itu bukan merupakan �ide baru�; tetapi memang sudah diajarkan dalam Kitab Suci. Perayaan Adven itu merupakan peringatan akan masa persiapan menyambut kelahiran Kristus (kedatangan-Nya yang pertama), dan penegasan masa penantian akan kedatangan Kristus yang kedua. Tidak ada yang salah jika kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus, malah itu adalah keharusan, seperti diserukan oleh Yohanes Pembaptis, ataupun oleh Yesus sendiri, seperti telah dijabarkan di atas.
Jika untuk kedatangan bapak Presiden saja, orang- orang mempersiapkannya dengan sungguh- sungguh dalam banyak hal, apalagi kita menyambut Kristus, Sang Raja di atas segala raja di bumi. Maka kita sebagai umat Kristiani selayaknya tidak memandang hari raya Natal sebagai hari yang berdiri sendiri, yang dapat dirayakan tanpa persiapan hati yang cukup sebelumnya. Jika kita mengamini Kristus sebagai Raja Semesta alam yang mengatasi semua pemimpin negara di dunia, tentulah Ia layak menerima penghormatan melebihi para pemimpin tersebut. Seumpama pak Presiden berkenan datang di rumah kita, tentu kita akan membersihkan dan mempersiapkan rumah kita sebaik mungkin, bukan? Maka, mari kita lakukan hal yang sama, mempersiapkan rumah hati kita sebaik mungkin untuk menyambut kedatangan Kristus Tuhan dan Juru Selamat kita!
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Sumber : http://katolisitas.org/2010/12/14/masa-adven/
Wednesday, December 8, 2010
Asal Mula Liturgi Adven
oleh: Jeanne Kun
Perayaan untuk memperingati hari kelahiran para penguasa merupakan hal yang umum dilakukan pada zaman Kristus. Hari ulang tahun ini masih dirayakan secara luas, bahkan juga setelah orang yang dihormati itu meninggal. Maka sepantasnyalah bila umat Kristiani purba ingin menghormati tanggal kelahiran Penyelamat mereka, Tuhan Allah penguasa semesta alam.
Pada mulanya kelahiran Kristus dirayakan bersamaan dengan Epiphany, pesta penampakan Kristus, yang jatuh pada tanggal 6 Januari. Tetapi setelah masa terakhir dari masa penganiayaan orang Kristiani oleh penguasa Romawi, sekitar tahun 330 Masehi, Gereja Roma menetapkan 25 Desember sebagai tanggal untk memperingati kelahiran Kristus. Untuk beberapa lama beberapa Gereja Timur tetap merayakan pesta kelahiran ini pada tanggal-tanggal yang berbeda, tetapi pada akhir abad ke 4, tanggal yang ditetapkan oleh Roma diterima di seluruh dunia.
Ada berbagai penjelasan tentang pemilihan tanggal 25 Desember ini, tetapi tidak ditemukan dokumen gerejani resmi yang berasal dari masa itu yang memberikan alasan yang tepat. Yohanes Krisostomus dan beberapa bapa Gereja purba keliru mempercayai 25 Desember benar-benar merupakan tanggal lahir Kristus, dengan memastikan dari catatan-catatan tentang sensus yang dilakukan Cyrinius. Meskipun demikian, Gereja Roma tidak pernah secara resmi menyatakan bahwa catatan-catatan sensus tersebut masih terdapat pada adad 4, yaitu pada masa dimana tanggal kelahiran Yesus ditetapkan, bahkan gereja Roma tidak pernah memberikan kesan bahwa tanggal kelahiran Kristus itu dicatat. Kenyataannya tradisi yang berbeda-beda berlaku di bagian-bagian yang berlainan di dunia kristen, karena tanggal yang sebenarnya dari kelahiran Sang Juru Selamat tidaklah diketahui.
Sebuah penjelasan yang lebih baik didasarkan pada fakta bahwa bangsa Romawi kafir merayakan hari pesta dewa matahari (Sol invictus: Matahari yang tak terkalahkan) pada tanggal 25 Desember. Kemungkinan besar Gereja Romawi memilih tanggal tersebut terutama dengan tujuan supaya rakyat berbalik dari penyembahan kepada matahari menuju pada penyembahan kepada Kristus Tuhan, "Surya Kebenaran" (Mal 3:20) dan "Terang Dunia" (Yoh 9:5).
Dalam abad ke 5, Natal telah ditetapkan sebagai permulaan tahun Gereja. Sedikit demi sedikit, berbagai persiapan bagi perayaan pesta ini mulai dikembangkan. Catatan-catatan pertama tentang hal ini ditemukan di Gereja Perancis yang mencatat bahwa pada tahun 490, Uskup Perpetuus dari Tours mengeluarkan peraturan supaya umat berpuasa selama tiga hari dalam seminggu dimulai pada tanggal 11 November, yang merupakan hari raya St. Martinus dari Tours, sampai hari Natal. Inilah yang dikenal sebagai 40 hari Puasa St. Martinus.
Kebiasaan untuk mengadakan puasa dan pertobatan sebelum Natal menyebar ke seluruh Perancis, Spanyol dan Jerman, tetapi tanggal dimulainya berbeda-beda dari daerah ke daerah, ada yang mulai tanggal 24 September dan ada yang baru mulai pada tanggal 1 Desember. Teks misa masa prapaska dipakai selama masa pra-Natal di Gereja Perancis.
Baru abad ke 6 perayaan Adven muncul di Gereja Roma. Di sana masa ini terdiri dari 4 atau 5 hari Minggu. Pada tahun 604, Paus Gregorius Agung secara khusus memberikan khotbah Adven. Berbeda dengan Gereja Perancis, Roma tidak mengadakan puasa. Masa Adven di Roma lebih merupakan perayaan, masa yang pernuh kegembiraan mempersiapkan pesta Natal, yang bersifat penitential.
Pada adab ke 8, Gereja Perancis menerima liturgi Roma, maka terjadilah pertentangan antara sifat Adven Roma yang meriah dengan cara Perancis yang melaksanakan pertobatan dan puasa yang cukup lama. Selama beberapa abad terdapat kebimbangan. Dengan tibanya abad ke 10, permulaan tahun Gereja dimulai pada minggu pertama dalam masa Adven dan pada abad ke 13 suatu bentuk yang tetap bagi masa Adven telah dibuat dan merupakan gabungan antara kedua tradisi itu: Roma menerima puasa dan pertobatan yang berasal dari tradisi Perancis; dan kebiasaan Roma yang mempunyai masa 4 minggu dan teks-teks liturgi Roma berlaku selama masa 7 sampai 9 minggu seperti yang dilakukan di Perancis. Liturgi Adven ini secara praktis berlaku selama 600 tahun, sampai diadakan perubahan masa puasa pada th 1960 dan suatu revisi dibuat bagi teks misa yang dipakai untuk ligurgi Adven setelah Vatikan II.
Sepintas lalu, mada masa Adven kelihatannya meragukan, dengan peralihan antara kegembiraan merayakan kelahiran Sang Penyelamat yang sudah lama dinantikan, dengan ketenangan karena memikirkan penghakiman terakhir yang masih harus dihadapi. Tetapi pemahaman kita atas beberapa arti Adven dapat membantu kita untuk melepaskan dan menjelaskan rasa tegang yang kita rasakan. "Adven cenderung untuk menjadi sesuatu antara pertobatan yang dilakukan pada masa prapaskah dan kegembiraan masa Natal. Pada masa permulaan terjadinya Adven, St. Hilarius terkenal karena menyebutnya sebagai "masa puasa Natal"... Melalui peringatan dari kedatangan Kristus yang pertama, perhatian kita dibimbing kepada pemikiran akan kedatanganNya yang kedua. Aspek ganda dari masa Adven ini mempengaruhi pemilihan bacaan-bacaan Kitab Suci
Bacaan Injil pada empat hari minggu Adven merefleksikan semangat dan bentuk masa ini. Minggu pertama terpusat pada penghakiman akhir zaman (tahun A - Mat 24:37-44; tahun B - Mark 13:33-37; tahun C - Luk 21:25-28, 34-36). Bacaan Injil pada Minggu ke II dan III menyajikan pesan pertobatan Yohanes Pembaptis, suatu seruan untuk mempersiapkan diri bagi penghakiman (tahun A - Mat 3:1-12; 11:2-11; tahun B - Mark 1:1-8; Yoh 1:6-8, 19-28; tahun C - Luk 3:1-6; 3:10-18). Pada Mingu ke IV perhatian kita ditujukan pada kelahiran Kristus dengan merenungkan peristiwa-peristiwa yang membimbing kita kearah itu dan juga pada tokoh-tokoh yang tersangkut di dalamnya (tahun A - Mat 1:18-25; tahun b - Luk 1:26-38; tahun C - Luk 1:39-44).
Bacaan Perjanjian Lama terutama diambil dari nubuat mesianik Yesaya, yang mengingatkan kita kepada sejarah penyelamatan yang panjang, yang berakar pada janji-janji yang diberikan Allah kepada umat Israel. Bacaan Perjanjian Baru, yang diambil dari surat-surat, sejalan dengan tema mingguan dari bacaan Injil dan Perjanjian Lama.
Sabda Allah dengan jelas berbicara kepada kita selama masa Adven. Dengarkanlah baik-baik supaya anda siap menyambut Sabda yang menjadi manusia pada hari pesta penjelmaanNya. Dan dengarkan sabda itu yang diucapkan tepat pada waktunya, supaya anda siap mendengarnya lagi pada akhir zaman: "Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan." (Mat 25:34).
Sumber : http://www.ekaristi.org/
Perayaan untuk memperingati hari kelahiran para penguasa merupakan hal yang umum dilakukan pada zaman Kristus. Hari ulang tahun ini masih dirayakan secara luas, bahkan juga setelah orang yang dihormati itu meninggal. Maka sepantasnyalah bila umat Kristiani purba ingin menghormati tanggal kelahiran Penyelamat mereka, Tuhan Allah penguasa semesta alam.
Pada mulanya kelahiran Kristus dirayakan bersamaan dengan Epiphany, pesta penampakan Kristus, yang jatuh pada tanggal 6 Januari. Tetapi setelah masa terakhir dari masa penganiayaan orang Kristiani oleh penguasa Romawi, sekitar tahun 330 Masehi, Gereja Roma menetapkan 25 Desember sebagai tanggal untk memperingati kelahiran Kristus. Untuk beberapa lama beberapa Gereja Timur tetap merayakan pesta kelahiran ini pada tanggal-tanggal yang berbeda, tetapi pada akhir abad ke 4, tanggal yang ditetapkan oleh Roma diterima di seluruh dunia.
Ada berbagai penjelasan tentang pemilihan tanggal 25 Desember ini, tetapi tidak ditemukan dokumen gerejani resmi yang berasal dari masa itu yang memberikan alasan yang tepat. Yohanes Krisostomus dan beberapa bapa Gereja purba keliru mempercayai 25 Desember benar-benar merupakan tanggal lahir Kristus, dengan memastikan dari catatan-catatan tentang sensus yang dilakukan Cyrinius. Meskipun demikian, Gereja Roma tidak pernah secara resmi menyatakan bahwa catatan-catatan sensus tersebut masih terdapat pada adad 4, yaitu pada masa dimana tanggal kelahiran Yesus ditetapkan, bahkan gereja Roma tidak pernah memberikan kesan bahwa tanggal kelahiran Kristus itu dicatat. Kenyataannya tradisi yang berbeda-beda berlaku di bagian-bagian yang berlainan di dunia kristen, karena tanggal yang sebenarnya dari kelahiran Sang Juru Selamat tidaklah diketahui.
Sebuah penjelasan yang lebih baik didasarkan pada fakta bahwa bangsa Romawi kafir merayakan hari pesta dewa matahari (Sol invictus: Matahari yang tak terkalahkan) pada tanggal 25 Desember. Kemungkinan besar Gereja Romawi memilih tanggal tersebut terutama dengan tujuan supaya rakyat berbalik dari penyembahan kepada matahari menuju pada penyembahan kepada Kristus Tuhan, "Surya Kebenaran" (Mal 3:20) dan "Terang Dunia" (Yoh 9:5).
Dalam abad ke 5, Natal telah ditetapkan sebagai permulaan tahun Gereja. Sedikit demi sedikit, berbagai persiapan bagi perayaan pesta ini mulai dikembangkan. Catatan-catatan pertama tentang hal ini ditemukan di Gereja Perancis yang mencatat bahwa pada tahun 490, Uskup Perpetuus dari Tours mengeluarkan peraturan supaya umat berpuasa selama tiga hari dalam seminggu dimulai pada tanggal 11 November, yang merupakan hari raya St. Martinus dari Tours, sampai hari Natal. Inilah yang dikenal sebagai 40 hari Puasa St. Martinus.
Kebiasaan untuk mengadakan puasa dan pertobatan sebelum Natal menyebar ke seluruh Perancis, Spanyol dan Jerman, tetapi tanggal dimulainya berbeda-beda dari daerah ke daerah, ada yang mulai tanggal 24 September dan ada yang baru mulai pada tanggal 1 Desember. Teks misa masa prapaska dipakai selama masa pra-Natal di Gereja Perancis.
Baru abad ke 6 perayaan Adven muncul di Gereja Roma. Di sana masa ini terdiri dari 4 atau 5 hari Minggu. Pada tahun 604, Paus Gregorius Agung secara khusus memberikan khotbah Adven. Berbeda dengan Gereja Perancis, Roma tidak mengadakan puasa. Masa Adven di Roma lebih merupakan perayaan, masa yang pernuh kegembiraan mempersiapkan pesta Natal, yang bersifat penitential.
Pada adab ke 8, Gereja Perancis menerima liturgi Roma, maka terjadilah pertentangan antara sifat Adven Roma yang meriah dengan cara Perancis yang melaksanakan pertobatan dan puasa yang cukup lama. Selama beberapa abad terdapat kebimbangan. Dengan tibanya abad ke 10, permulaan tahun Gereja dimulai pada minggu pertama dalam masa Adven dan pada abad ke 13 suatu bentuk yang tetap bagi masa Adven telah dibuat dan merupakan gabungan antara kedua tradisi itu: Roma menerima puasa dan pertobatan yang berasal dari tradisi Perancis; dan kebiasaan Roma yang mempunyai masa 4 minggu dan teks-teks liturgi Roma berlaku selama masa 7 sampai 9 minggu seperti yang dilakukan di Perancis. Liturgi Adven ini secara praktis berlaku selama 600 tahun, sampai diadakan perubahan masa puasa pada th 1960 dan suatu revisi dibuat bagi teks misa yang dipakai untuk ligurgi Adven setelah Vatikan II.
Sepintas lalu, mada masa Adven kelihatannya meragukan, dengan peralihan antara kegembiraan merayakan kelahiran Sang Penyelamat yang sudah lama dinantikan, dengan ketenangan karena memikirkan penghakiman terakhir yang masih harus dihadapi. Tetapi pemahaman kita atas beberapa arti Adven dapat membantu kita untuk melepaskan dan menjelaskan rasa tegang yang kita rasakan. "Adven cenderung untuk menjadi sesuatu antara pertobatan yang dilakukan pada masa prapaskah dan kegembiraan masa Natal. Pada masa permulaan terjadinya Adven, St. Hilarius terkenal karena menyebutnya sebagai "masa puasa Natal"... Melalui peringatan dari kedatangan Kristus yang pertama, perhatian kita dibimbing kepada pemikiran akan kedatanganNya yang kedua. Aspek ganda dari masa Adven ini mempengaruhi pemilihan bacaan-bacaan Kitab Suci
Bacaan Injil pada empat hari minggu Adven merefleksikan semangat dan bentuk masa ini. Minggu pertama terpusat pada penghakiman akhir zaman (tahun A - Mat 24:37-44; tahun B - Mark 13:33-37; tahun C - Luk 21:25-28, 34-36). Bacaan Injil pada Minggu ke II dan III menyajikan pesan pertobatan Yohanes Pembaptis, suatu seruan untuk mempersiapkan diri bagi penghakiman (tahun A - Mat 3:1-12; 11:2-11; tahun B - Mark 1:1-8; Yoh 1:6-8, 19-28; tahun C - Luk 3:1-6; 3:10-18). Pada Mingu ke IV perhatian kita ditujukan pada kelahiran Kristus dengan merenungkan peristiwa-peristiwa yang membimbing kita kearah itu dan juga pada tokoh-tokoh yang tersangkut di dalamnya (tahun A - Mat 1:18-25; tahun b - Luk 1:26-38; tahun C - Luk 1:39-44).
Bacaan Perjanjian Lama terutama diambil dari nubuat mesianik Yesaya, yang mengingatkan kita kepada sejarah penyelamatan yang panjang, yang berakar pada janji-janji yang diberikan Allah kepada umat Israel. Bacaan Perjanjian Baru, yang diambil dari surat-surat, sejalan dengan tema mingguan dari bacaan Injil dan Perjanjian Lama.
Sabda Allah dengan jelas berbicara kepada kita selama masa Adven. Dengarkanlah baik-baik supaya anda siap menyambut Sabda yang menjadi manusia pada hari pesta penjelmaanNya. Dan dengarkan sabda itu yang diucapkan tepat pada waktunya, supaya anda siap mendengarnya lagi pada akhir zaman: "Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan." (Mat 25:34).
Sumber : http://www.ekaristi.org/
Sunday, December 5, 2010
Lingkaran Adven: Lambang dan Maknanya
oleh: P. Francis J. Peffley
Pada Masa Adven, banyak keluarga memasang Lingkaran Adven di rumah mereka. Selain hiasan-hiasannya yang tampak semarak serta membangkitkan semangat, ada banyak sekali lambang yang terkandung di dalamnya, yang belum diketahui banyak orang.
Pertama, karangan tersebut selalu berbentuk lingkaran. Karena lingkaran tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, maka lingkaran melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir.
Lingkaran Adven selalu dibuat dari daun-daun evergreen. Dahan-dahan evergreen, sama seperti namanya �ever green� - senantiasa hijau, senantiasa hidup. Evergreen melambangkan Kristus, Yang mati namun hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita. Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tanpa akhir bagi kita. Tampak tersembul di antara daun-daun evergreen yang hijau adalah buah-buah beri merah. Buah-buah itu serupa tetesan-tetesan darah, lambang darah yang dicurahkan oleh Kristus demi umat manusia. Buah-buah itu mengingatkan kita bahwa Kristus datang ke dunia untuk wafat bagi kita dan dengan demikian menebus kita. Oleh karena Darah-Nya yang tercurah itu, kita beroleh hidup yang kekal.
Empat batang lilin diletakkan sekeliling Lingkaran Adven, tiga lilin berwarna ungu dan yang lain berwarna merah muda. Lilin-lilin itu melambangkan keempat minggu dalam Masa Adven, yaitu masa persiapan kita menyambut Natal. Setiap hari, dalam bacaan Liturgi Perjanjian Lama dikisahkan tentang penantian bangsa Yahudi akan datangnya Sang Mesias, sementara dalam Perjanjian Baru mulai diperkenalkan tokoh-tokoh yang berperan dalam Kisah Natal. Pada awal Masa Adven, sebatang lilin dinyalakan, kemudian setiap minggu berikutnya lilin lain mulai dinyalakan. Seiring dengan bertambah terangnya Lingkaran Adven setiap minggu dengan bertambah banyaknya lilin yang dinyalakan, kita pun diingatkan bahwa kelahiran Sang Terang Dunia semakin dekat. Semoga jiwa kita juga semakin menyala dalam kasih kepada Bayi Yesus.
Warna-warni keempat lilin juga memiliki makna tersendiri. Lilin ungu sebagai lambang pertobatan. Warna ungu mengingatkan kita bahwa Adven adalah masa di mana kita mempersiapkan jiwa kita untuk menerima Kristus pada Hari Natal. Lilin merah muda dinyalakan pada Hari Minggu Adven III yang disebut Minggu �Gaudete�. �Gaudete� adalah bahasa Latin yang berarti �sukacita�, melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan karena sukacita Natal hampir tiba. Warna merah muda dibuat dengan mencampurkan warna ungu dengan putih. Artinya, seolah-olah sukacita yang kita alami pada Hari Natal (yang dilambangkan dengan warna putih) sudah tidak tertahankan lagi dalam masa pertobatan ini (ungu) dan sedikit meledak dalam Masa Adven. Pada Hari Natal, keempat lilin tersebut digantikan dengan lilin-lilin putih - masa persiapan kita telah usai dan kita masuk dalam sukacita yang besar.
Pada kaki setiap lilin, atau pada kaki Lingkaran Adven, ditempatkan sebuah mangkuk berwarna biru. Warna biru mengingatkan kita pada Bunda Maria, Bunda Allah, yang mengandung-Nya di dalam rahimnya serta melahirkan-Nya ke dunia pada hari Natal.
Lingkaran Adven diletakkan di tempat yang menyolok di gereja. Para keluarga memasang Lingkaran Adven yang lebih kecil di rumah mereka. Lingkaran Adven kecil ini mengingatkan mereka akan Lingkaran Adven di Gereja dan dengan demikian mengingatkan hubungan antara mereka dengan Gereja. Lilin dinyalakan pada saat makan bersama. Berdoa bersama sekeliling meja makan mengingatkan mereka akan meja perjamuan Tuhan di mana mereka berkumpul bersama setiap minggu untuk merayakan perjamuan Ekaristi - santapan dari Tuhan bagi jiwa kita.
Jadi, nanti jika kalian melihat atau memasang Lingkaran Adven, jangan menganggapnya sebagai hiasan yang indah saja. Ingatlah akan semua makna yang dilambangkannya, karena Lingkaran Adven hendak mengingatkan kita akan perlunya persiapan jiwa sehingga kita dapat sepenuhnya ambil bagian dalam sukacita besar Kelahiran Kristus, Putera Allah, yang telah memberikan Diri-Nya bagi kita agar kita beroleh hidup yang kekal.
sumber : "The Symbolism of the Advent Wreath� by Father Peffley; Father Peffley's Web Site; www.transporter.com/fatherpeffley
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Francis J. Peffley.�
Pada Masa Adven, banyak keluarga memasang Lingkaran Adven di rumah mereka. Selain hiasan-hiasannya yang tampak semarak serta membangkitkan semangat, ada banyak sekali lambang yang terkandung di dalamnya, yang belum diketahui banyak orang.
Pertama, karangan tersebut selalu berbentuk lingkaran. Karena lingkaran tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, maka lingkaran melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir.
Lingkaran Adven selalu dibuat dari daun-daun evergreen. Dahan-dahan evergreen, sama seperti namanya �ever green� - senantiasa hijau, senantiasa hidup. Evergreen melambangkan Kristus, Yang mati namun hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita. Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tanpa akhir bagi kita. Tampak tersembul di antara daun-daun evergreen yang hijau adalah buah-buah beri merah. Buah-buah itu serupa tetesan-tetesan darah, lambang darah yang dicurahkan oleh Kristus demi umat manusia. Buah-buah itu mengingatkan kita bahwa Kristus datang ke dunia untuk wafat bagi kita dan dengan demikian menebus kita. Oleh karena Darah-Nya yang tercurah itu, kita beroleh hidup yang kekal.
Empat batang lilin diletakkan sekeliling Lingkaran Adven, tiga lilin berwarna ungu dan yang lain berwarna merah muda. Lilin-lilin itu melambangkan keempat minggu dalam Masa Adven, yaitu masa persiapan kita menyambut Natal. Setiap hari, dalam bacaan Liturgi Perjanjian Lama dikisahkan tentang penantian bangsa Yahudi akan datangnya Sang Mesias, sementara dalam Perjanjian Baru mulai diperkenalkan tokoh-tokoh yang berperan dalam Kisah Natal. Pada awal Masa Adven, sebatang lilin dinyalakan, kemudian setiap minggu berikutnya lilin lain mulai dinyalakan. Seiring dengan bertambah terangnya Lingkaran Adven setiap minggu dengan bertambah banyaknya lilin yang dinyalakan, kita pun diingatkan bahwa kelahiran Sang Terang Dunia semakin dekat. Semoga jiwa kita juga semakin menyala dalam kasih kepada Bayi Yesus.
Warna-warni keempat lilin juga memiliki makna tersendiri. Lilin ungu sebagai lambang pertobatan. Warna ungu mengingatkan kita bahwa Adven adalah masa di mana kita mempersiapkan jiwa kita untuk menerima Kristus pada Hari Natal. Lilin merah muda dinyalakan pada Hari Minggu Adven III yang disebut Minggu �Gaudete�. �Gaudete� adalah bahasa Latin yang berarti �sukacita�, melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan karena sukacita Natal hampir tiba. Warna merah muda dibuat dengan mencampurkan warna ungu dengan putih. Artinya, seolah-olah sukacita yang kita alami pada Hari Natal (yang dilambangkan dengan warna putih) sudah tidak tertahankan lagi dalam masa pertobatan ini (ungu) dan sedikit meledak dalam Masa Adven. Pada Hari Natal, keempat lilin tersebut digantikan dengan lilin-lilin putih - masa persiapan kita telah usai dan kita masuk dalam sukacita yang besar.
Pada kaki setiap lilin, atau pada kaki Lingkaran Adven, ditempatkan sebuah mangkuk berwarna biru. Warna biru mengingatkan kita pada Bunda Maria, Bunda Allah, yang mengandung-Nya di dalam rahimnya serta melahirkan-Nya ke dunia pada hari Natal.
Lingkaran Adven diletakkan di tempat yang menyolok di gereja. Para keluarga memasang Lingkaran Adven yang lebih kecil di rumah mereka. Lingkaran Adven kecil ini mengingatkan mereka akan Lingkaran Adven di Gereja dan dengan demikian mengingatkan hubungan antara mereka dengan Gereja. Lilin dinyalakan pada saat makan bersama. Berdoa bersama sekeliling meja makan mengingatkan mereka akan meja perjamuan Tuhan di mana mereka berkumpul bersama setiap minggu untuk merayakan perjamuan Ekaristi - santapan dari Tuhan bagi jiwa kita.
Jadi, nanti jika kalian melihat atau memasang Lingkaran Adven, jangan menganggapnya sebagai hiasan yang indah saja. Ingatlah akan semua makna yang dilambangkannya, karena Lingkaran Adven hendak mengingatkan kita akan perlunya persiapan jiwa sehingga kita dapat sepenuhnya ambil bagian dalam sukacita besar Kelahiran Kristus, Putera Allah, yang telah memberikan Diri-Nya bagi kita agar kita beroleh hidup yang kekal.
sumber : "The Symbolism of the Advent Wreath� by Father Peffley; Father Peffley's Web Site; www.transporter.com/fatherpeffley
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Francis J. Peffley.�
Saturday, December 4, 2010
Memahami Dan Memaknai Masa Adven
1. Pengertian Adven
Kata �adven� berasal dari kata Latin �adventus� yang berarti kedatangan. Maka �masa adven� berarti masa untuk menunggu kedatangan Tuhan Yesus. Adven berlangsung selama 4 minggu, yakni dari Minggu Adven 1 sampai dengan Minggu Adven IV. Masa adven ditutup dengan "Natal" yaitu hari kedatangan Tuhan Yesus.
2. Perkembangan tradisi Adven
Dalam bentuk awalnya, yang bermula dari Perancis, Masa Adven merupakan masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani, hari di mana para calon dibaptis menjadi warga Gereja, jadi persiapan Adven amat mirip dengan Prspaskah dengan penekanan pada doa dan puasa yang berlangsung selama tiga minggu dan kemudian diperpanjang menjadi 40 hari.
Pada tahun 380-381, Konsili local Saragossa, Spanyol menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Diilhami oleh peraturan Prapaskah, Konsili local Macon, Perancis, pada tahun 581 menetapkan bahwa mulai tanggal 11 November (pesta St.Martinus dari Tours) hingga hari Natal, umat berpuasa pada hari senin, Rabu, Jumat. Lama-kelamaan, praktek serupa menyebar ke Inggris. Di Roma, masa persiapan Adven belum ada hingga abad keenam, dan dipandang sebagai masa persiapan menyambut Natal dengan ikatan pantang puasa yang lebih ringan. Gereja secara bertahap mulai lebih membakukan perayaan Adven. The Gelasian Sacramentary, yang menurut tradisi diterbitkan oleh Paus St. Gelasius I (wafat thn 496), adalah yang pertama menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari Minggu. Praktek adven semakin melembaga sejak abad ke 7, yakni pada saat Paus Gregorius Agung berkuasa (590-604). Adven ditetapkan berlangsung selama 4 minggu dan diisi dengan puasa. Sekitar abad kesembilan. Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan Gereja.
3. Tradisi Adven
Pada awalnya tradisi adven sebenarnya tidak berasal dari Gereja Katolik Roma, tetapi merupakan tradisi Gereja Timur untuk mempersiapkan Epifani, yang jatuh pada tanggal 6 Januari. Pada peristiwa tersebut kanak-kanak Yesus dikunjungi oleh orang majus dari timur. Bagi Gereja Timur itulah Natal.
Maka mereka merayakannya secara meriah. Tradisi Katolik menghayati masa adven dengan melakukan ibadat bersama dan puasa. Selain itu juga mulai diciptakan simbol-simbol yang disebut dengan Korona Adven (lingkaran Adven). Kebiasaan membuat Korona Adven berasal dari Eropa Utara, khususnya dari Skandinavia.
Korona Adven berbentuk sebuah lingkaran yang diuntai dengan daun-daun pinus atau cemara dan diatasnya dipasang empat lilin (tiga lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah), selain itu juga masih diberi asesoris lain seperti pita berwarna ungu dan merah.
Apa makna dari Korona Adven tersebut? Korona Adven adalah simbol yang mau menunjukan pesan-pesan tertentu, yakni:
� Korona Adven berbentuk suatu lingkaran. Lingkaran adalah suatu bentuk tanpa awal dan akhir. Lingkaran ini melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir. Kita juga diajak untuk merenungkan bagaiman kehidupan kita, disini dan sekarang ini, ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah yang kekal dan bagaimana kita berharap dapatikut ambil bagian dalam kehidupan kekal di kerajaan surga.
� Lingkaran Adven terbuat dari tumbuh-tumbuhan segar, sebab Kristus datang guna memberi kita hidup baru melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Warna hijau merupakan simbol pengharapan. Selain itu juga dipilih daun pinus atau cemara yang tahan pada bermacam-macam musim. Daun cemara tidak rontok dan tetap hijau pada musim gugur dan musim dingin. Ungkapan pengharapan yang tidak kunjung putus. Warna hijau juga melambangkan Kristus. Yang mait namun hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita. Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tanpa akhir bagi kita.
� Tiga batang lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah muda. Warna ungu melambangkan tobat, keprihatinan, matiraga atau berkabung, persiapan dan kurban, warna ini juga dipakai pada masa Prapaskah, tidak hanya untuk warna lilin, tetapi juga pakaian liturgi lain. Warna merah muda melambangkan hal yang sama, tetapi dengan menekankan Minggu Adven ketiga, Minggu Gaudate, saat kita bersukacita karena persiapan kita sekarang sudah mendekati akhir. Selain itu warna merah juga merupakan tanda cinta kasih.
� Lilin juga sebagai simbol terang. Terang itu sendiri melambangkan Kristus, yang datang ke dalam dunia untuk menghalau kuasa gelap kejahatan dan menunjukan kepada kita jalan kebenaran. Gerak maju penyalaan lilin (setiap minggu satu lilin) menunjukan semakin bertambahnya kesiapan kita untuk berjumpa dengan Kristus.
Persiapan, kerinduan dan harapan kita tidak terjadi serta merta, tetapi tahap demi tahap. Kerinduan kita yang semakin besar akan Yesus yang datang sebagai Terang Dunia, dilambangkan dengan menyalakan lilin satu demi satu. Penyalaan lilin secara bertahap ini rupanya juga dipengaruhi oleh tradisi Yahudi, khususnya pentahbisan Bait Allah (Hanukkah). Pesta Hanukkah dirayakan selama delapan hari. Delapan lilin dinyalakan satu per satu setiap hari hingga genap delapan lilin pada hari ke delapan. Jumlah lilin ada 4 batang mengungkapkan lama masa adven berlangsung, yakni 4 minggu.
� Selain Korona Adven, Gereja Katolik juga tidak mengumandangkan madah kemulian atau Gloria; madah yang berkaitan dengan nyanyian para malaikat saat kelahiran Yesus, �Kemulian bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya� (Luk 2,14). Madah ini akan dikidungkan pada saat Natal. Maka juga tidak tepat kalau umat katolik merayakan Natal pada masa adven.
Marilah kita memasuki masa Adven dengan penuh kerinduan akan pertobatan hati dan budi. Sehingga kita semakin layak menyambut Sang Bayi Yesus di Palungan. Tuhan memberkati��
Sumber berasal dari Berita Minggu Gereja Katolik Paroki Yakobus Tahun XXIII Nomor 252/1207
Kata �adven� berasal dari kata Latin �adventus� yang berarti kedatangan. Maka �masa adven� berarti masa untuk menunggu kedatangan Tuhan Yesus. Adven berlangsung selama 4 minggu, yakni dari Minggu Adven 1 sampai dengan Minggu Adven IV. Masa adven ditutup dengan "Natal" yaitu hari kedatangan Tuhan Yesus.
2. Perkembangan tradisi Adven
Dalam bentuk awalnya, yang bermula dari Perancis, Masa Adven merupakan masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani, hari di mana para calon dibaptis menjadi warga Gereja, jadi persiapan Adven amat mirip dengan Prspaskah dengan penekanan pada doa dan puasa yang berlangsung selama tiga minggu dan kemudian diperpanjang menjadi 40 hari.
Pada tahun 380-381, Konsili local Saragossa, Spanyol menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Diilhami oleh peraturan Prapaskah, Konsili local Macon, Perancis, pada tahun 581 menetapkan bahwa mulai tanggal 11 November (pesta St.Martinus dari Tours) hingga hari Natal, umat berpuasa pada hari senin, Rabu, Jumat. Lama-kelamaan, praktek serupa menyebar ke Inggris. Di Roma, masa persiapan Adven belum ada hingga abad keenam, dan dipandang sebagai masa persiapan menyambut Natal dengan ikatan pantang puasa yang lebih ringan. Gereja secara bertahap mulai lebih membakukan perayaan Adven. The Gelasian Sacramentary, yang menurut tradisi diterbitkan oleh Paus St. Gelasius I (wafat thn 496), adalah yang pertama menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari Minggu. Praktek adven semakin melembaga sejak abad ke 7, yakni pada saat Paus Gregorius Agung berkuasa (590-604). Adven ditetapkan berlangsung selama 4 minggu dan diisi dengan puasa. Sekitar abad kesembilan. Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan Gereja.
3. Tradisi Adven
Pada awalnya tradisi adven sebenarnya tidak berasal dari Gereja Katolik Roma, tetapi merupakan tradisi Gereja Timur untuk mempersiapkan Epifani, yang jatuh pada tanggal 6 Januari. Pada peristiwa tersebut kanak-kanak Yesus dikunjungi oleh orang majus dari timur. Bagi Gereja Timur itulah Natal.
Maka mereka merayakannya secara meriah. Tradisi Katolik menghayati masa adven dengan melakukan ibadat bersama dan puasa. Selain itu juga mulai diciptakan simbol-simbol yang disebut dengan Korona Adven (lingkaran Adven). Kebiasaan membuat Korona Adven berasal dari Eropa Utara, khususnya dari Skandinavia.
Korona Adven berbentuk sebuah lingkaran yang diuntai dengan daun-daun pinus atau cemara dan diatasnya dipasang empat lilin (tiga lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah), selain itu juga masih diberi asesoris lain seperti pita berwarna ungu dan merah.
Apa makna dari Korona Adven tersebut? Korona Adven adalah simbol yang mau menunjukan pesan-pesan tertentu, yakni:
� Korona Adven berbentuk suatu lingkaran. Lingkaran adalah suatu bentuk tanpa awal dan akhir. Lingkaran ini melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir. Kita juga diajak untuk merenungkan bagaiman kehidupan kita, disini dan sekarang ini, ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah yang kekal dan bagaimana kita berharap dapatikut ambil bagian dalam kehidupan kekal di kerajaan surga.
� Lingkaran Adven terbuat dari tumbuh-tumbuhan segar, sebab Kristus datang guna memberi kita hidup baru melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Warna hijau merupakan simbol pengharapan. Selain itu juga dipilih daun pinus atau cemara yang tahan pada bermacam-macam musim. Daun cemara tidak rontok dan tetap hijau pada musim gugur dan musim dingin. Ungkapan pengharapan yang tidak kunjung putus. Warna hijau juga melambangkan Kristus. Yang mait namun hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita. Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tanpa akhir bagi kita.
� Tiga batang lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah muda. Warna ungu melambangkan tobat, keprihatinan, matiraga atau berkabung, persiapan dan kurban, warna ini juga dipakai pada masa Prapaskah, tidak hanya untuk warna lilin, tetapi juga pakaian liturgi lain. Warna merah muda melambangkan hal yang sama, tetapi dengan menekankan Minggu Adven ketiga, Minggu Gaudate, saat kita bersukacita karena persiapan kita sekarang sudah mendekati akhir. Selain itu warna merah juga merupakan tanda cinta kasih.
� Lilin juga sebagai simbol terang. Terang itu sendiri melambangkan Kristus, yang datang ke dalam dunia untuk menghalau kuasa gelap kejahatan dan menunjukan kepada kita jalan kebenaran. Gerak maju penyalaan lilin (setiap minggu satu lilin) menunjukan semakin bertambahnya kesiapan kita untuk berjumpa dengan Kristus.
Persiapan, kerinduan dan harapan kita tidak terjadi serta merta, tetapi tahap demi tahap. Kerinduan kita yang semakin besar akan Yesus yang datang sebagai Terang Dunia, dilambangkan dengan menyalakan lilin satu demi satu. Penyalaan lilin secara bertahap ini rupanya juga dipengaruhi oleh tradisi Yahudi, khususnya pentahbisan Bait Allah (Hanukkah). Pesta Hanukkah dirayakan selama delapan hari. Delapan lilin dinyalakan satu per satu setiap hari hingga genap delapan lilin pada hari ke delapan. Jumlah lilin ada 4 batang mengungkapkan lama masa adven berlangsung, yakni 4 minggu.
� Selain Korona Adven, Gereja Katolik juga tidak mengumandangkan madah kemulian atau Gloria; madah yang berkaitan dengan nyanyian para malaikat saat kelahiran Yesus, �Kemulian bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya� (Luk 2,14). Madah ini akan dikidungkan pada saat Natal. Maka juga tidak tepat kalau umat katolik merayakan Natal pada masa adven.
Marilah kita memasuki masa Adven dengan penuh kerinduan akan pertobatan hati dan budi. Sehingga kita semakin layak menyambut Sang Bayi Yesus di Palungan. Tuhan memberkati��
Sumber berasal dari Berita Minggu Gereja Katolik Paroki Yakobus Tahun XXIII Nomor 252/1207