oleh: Jeanne Kun
Perayaan untuk memperingati hari kelahiran para penguasa merupakan hal yang umum dilakukan pada zaman Kristus. Hari ulang tahun ini masih dirayakan secara luas, bahkan juga setelah orang yang dihormati itu meninggal. Maka sepantasnyalah bila umat Kristiani purba ingin menghormati tanggal kelahiran Penyelamat mereka, Tuhan Allah penguasa semesta alam.
Pada mulanya kelahiran Kristus dirayakan bersamaan dengan Epiphany, pesta penampakan Kristus, yang jatuh pada tanggal 6 Januari. Tetapi setelah masa terakhir dari masa penganiayaan orang Kristiani oleh penguasa Romawi, sekitar tahun 330 Masehi, Gereja Roma menetapkan 25 Desember sebagai tanggal untk memperingati kelahiran Kristus. Untuk beberapa lama beberapa Gereja Timur tetap merayakan pesta kelahiran ini pada tanggal-tanggal yang berbeda, tetapi pada akhir abad ke 4, tanggal yang ditetapkan oleh Roma diterima di seluruh dunia.
Ada berbagai penjelasan tentang pemilihan tanggal 25 Desember ini, tetapi tidak ditemukan dokumen gerejani resmi yang berasal dari masa itu yang memberikan alasan yang tepat. Yohanes Krisostomus dan beberapa bapa Gereja purba keliru mempercayai 25 Desember benar-benar merupakan tanggal lahir Kristus, dengan memastikan dari catatan-catatan tentang sensus yang dilakukan Cyrinius. Meskipun demikian, Gereja Roma tidak pernah secara resmi menyatakan bahwa catatan-catatan sensus tersebut masih terdapat pada adad 4, yaitu pada masa dimana tanggal kelahiran Yesus ditetapkan, bahkan gereja Roma tidak pernah memberikan kesan bahwa tanggal kelahiran Kristus itu dicatat. Kenyataannya tradisi yang berbeda-beda berlaku di bagian-bagian yang berlainan di dunia kristen, karena tanggal yang sebenarnya dari kelahiran Sang Juru Selamat tidaklah diketahui.
Sebuah penjelasan yang lebih baik didasarkan pada fakta bahwa bangsa Romawi kafir merayakan hari pesta dewa matahari (Sol invictus: Matahari yang tak terkalahkan) pada tanggal 25 Desember. Kemungkinan besar Gereja Romawi memilih tanggal tersebut terutama dengan tujuan supaya rakyat berbalik dari penyembahan kepada matahari menuju pada penyembahan kepada Kristus Tuhan, "Surya Kebenaran" (Mal 3:20) dan "Terang Dunia" (Yoh 9:5).
Dalam abad ke 5, Natal telah ditetapkan sebagai permulaan tahun Gereja. Sedikit demi sedikit, berbagai persiapan bagi perayaan pesta ini mulai dikembangkan. Catatan-catatan pertama tentang hal ini ditemukan di Gereja Perancis yang mencatat bahwa pada tahun 490, Uskup Perpetuus dari Tours mengeluarkan peraturan supaya umat berpuasa selama tiga hari dalam seminggu dimulai pada tanggal 11 November, yang merupakan hari raya St. Martinus dari Tours, sampai hari Natal. Inilah yang dikenal sebagai 40 hari Puasa St. Martinus.
Kebiasaan untuk mengadakan puasa dan pertobatan sebelum Natal menyebar ke seluruh Perancis, Spanyol dan Jerman, tetapi tanggal dimulainya berbeda-beda dari daerah ke daerah, ada yang mulai tanggal 24 September dan ada yang baru mulai pada tanggal 1 Desember. Teks misa masa prapaska dipakai selama masa pra-Natal di Gereja Perancis.
Baru abad ke 6 perayaan Adven muncul di Gereja Roma. Di sana masa ini terdiri dari 4 atau 5 hari Minggu. Pada tahun 604, Paus Gregorius Agung secara khusus memberikan khotbah Adven. Berbeda dengan Gereja Perancis, Roma tidak mengadakan puasa. Masa Adven di Roma lebih merupakan perayaan, masa yang pernuh kegembiraan mempersiapkan pesta Natal, yang bersifat penitential.
Pada adab ke 8, Gereja Perancis menerima liturgi Roma, maka terjadilah pertentangan antara sifat Adven Roma yang meriah dengan cara Perancis yang melaksanakan pertobatan dan puasa yang cukup lama. Selama beberapa abad terdapat kebimbangan. Dengan tibanya abad ke 10, permulaan tahun Gereja dimulai pada minggu pertama dalam masa Adven dan pada abad ke 13 suatu bentuk yang tetap bagi masa Adven telah dibuat dan merupakan gabungan antara kedua tradisi itu: Roma menerima puasa dan pertobatan yang berasal dari tradisi Perancis; dan kebiasaan Roma yang mempunyai masa 4 minggu dan teks-teks liturgi Roma berlaku selama masa 7 sampai 9 minggu seperti yang dilakukan di Perancis. Liturgi Adven ini secara praktis berlaku selama 600 tahun, sampai diadakan perubahan masa puasa pada th 1960 dan suatu revisi dibuat bagi teks misa yang dipakai untuk ligurgi Adven setelah Vatikan II.
Sepintas lalu, mada masa Adven kelihatannya meragukan, dengan peralihan antara kegembiraan merayakan kelahiran Sang Penyelamat yang sudah lama dinantikan, dengan ketenangan karena memikirkan penghakiman terakhir yang masih harus dihadapi. Tetapi pemahaman kita atas beberapa arti Adven dapat membantu kita untuk melepaskan dan menjelaskan rasa tegang yang kita rasakan. "Adven cenderung untuk menjadi sesuatu antara pertobatan yang dilakukan pada masa prapaskah dan kegembiraan masa Natal. Pada masa permulaan terjadinya Adven, St. Hilarius terkenal karena menyebutnya sebagai "masa puasa Natal"... Melalui peringatan dari kedatangan Kristus yang pertama, perhatian kita dibimbing kepada pemikiran akan kedatanganNya yang kedua. Aspek ganda dari masa Adven ini mempengaruhi pemilihan bacaan-bacaan Kitab Suci
Bacaan Injil pada empat hari minggu Adven merefleksikan semangat dan bentuk masa ini. Minggu pertama terpusat pada penghakiman akhir zaman (tahun A - Mat 24:37-44; tahun B - Mark 13:33-37; tahun C - Luk 21:25-28, 34-36). Bacaan Injil pada Minggu ke II dan III menyajikan pesan pertobatan Yohanes Pembaptis, suatu seruan untuk mempersiapkan diri bagi penghakiman (tahun A - Mat 3:1-12; 11:2-11; tahun B - Mark 1:1-8; Yoh 1:6-8, 19-28; tahun C - Luk 3:1-6; 3:10-18). Pada Mingu ke IV perhatian kita ditujukan pada kelahiran Kristus dengan merenungkan peristiwa-peristiwa yang membimbing kita kearah itu dan juga pada tokoh-tokoh yang tersangkut di dalamnya (tahun A - Mat 1:18-25; tahun b - Luk 1:26-38; tahun C - Luk 1:39-44).
Bacaan Perjanjian Lama terutama diambil dari nubuat mesianik Yesaya, yang mengingatkan kita kepada sejarah penyelamatan yang panjang, yang berakar pada janji-janji yang diberikan Allah kepada umat Israel. Bacaan Perjanjian Baru, yang diambil dari surat-surat, sejalan dengan tema mingguan dari bacaan Injil dan Perjanjian Lama.
Sabda Allah dengan jelas berbicara kepada kita selama masa Adven. Dengarkanlah baik-baik supaya anda siap menyambut Sabda yang menjadi manusia pada hari pesta penjelmaanNya. Dan dengarkan sabda itu yang diucapkan tepat pada waktunya, supaya anda siap mendengarnya lagi pada akhir zaman: "Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan." (Mat 25:34).
Sumber : http://www.ekaristi.org/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment