Gereja Katolik memiliki kalender tersendiri yang mengatur perayaan, pesta, peringatan para orang kudus, dan hari biasa, selama 1 tahun. Jadi, dalam kalender Gereja Katolik tersebut diatur bacaan-bacaan Kitab Suci yang dibacakan dalam Ekaristi harian dan mingguan.
Kita umumnya mengenal Tahun Masehi yang berawal pada tanggal 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember. Tahun Liturgi berbeda dengan Tahun Masehi. Awal tahun liturgi dimulai pada Hari Minggu Adven I [akhir November � awal Desember], yang menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang pertama. Akhir tahun liturgi jatuh pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam [akhir November], yang merayakan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya, yakni pada akhir zaman. Sepanjang tahun liturgi, Gereja menghadirkan seluruh misteri keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Tuhan Yesus Kristus.
Puncak Tahun Liturgi adalah Misteri Paskah Tuhan yang dirayakan selama Trihari Paskah yang puncaknya pada Malam Paskah. Tahun Liturgi terbagi dalam 3 masa [Masa Khusus, Masa Biasa, Pesta atau peringatan orang kudus]. Masa Khusus terdiri dari: lingkaran Natal [masa Adven dan masa Natal] dan lingkaran Paskah [masa Prapaskah dan masa Paskah]. Masa Biasa terdiri dari 34 pekan biasa yang puncaknya pada hari Minggu. Pesta peringatan orang kudus merupakan kebiasaan Gereja untuk menghormati orang-orang suci, dan untuk memuliakan dan menghormati Tuhan.
Mengapa tahun 2012 masuk Tahun B? Gereja membagi lingkaran Tahun Liturgi dalam 3 tahun. Gereja membaginya berdasarkan Injil yang dibacakan. Tahun A, yaitu tahun 2005, 2008, 2011, 2014, dst : Injil Matius. Tahun B, yaitu tahun 2006, 2009, 2012, dst: Injil Markus. Tahun C, yaitu tahun 2007, 2010, 2013, dst: Injil Lukas. Injil Yohanes diselipkan dalam ketiga tahun tersebut berdasarkan misteri iman yang dirayakan. Cara menentukan Tahun A, B, C adalah dengan membagi tahun bersangkutan dengan angka 3! Jika hasil baginya bersisa satu berarti tahun bersangkutan adalah tahun A; jika hasil baginya bersisa dua berarti tahun bersangkutan adalah Tahun B; jika tahun bersangkutan habis dibagi 3 berarti tahun C. Misalkan, tahun 2009 dibagi 3 = 669 sisa 2. Maka tahun 2009 adalah tahun B.
Tahun A, B, C di atas untuk menentukan bacaan Injil pada hari Minggu. Bacaan misa harian diatur dalam tahun ganjil/genap [tahun I / tahun II]. Disebut tahun I , karena tahun ganjil [2007, 2009, dst]; tahun II , karena tahun genap [2008, 2010, dst]. Yang membedakannya hanya bacaan pertama, sedangkan bacaan Injilnya sama.
Maka bila kita setia mengikuti Misa hari Minggu, dalam tiga tahun kita sudah �menyelesaikan� hampir seluruh isi alkitab. Seandainya kita juga rajin mengikuti misa harian, hampir seluruh alkitab sudah kita dengarkan dalam waktu dua tahun.
Makna yang terkandung dalam Tahun Liturgi
Pesta-pesta Yesus disusun menurut urutan historis, memberi kita kesempatan untuk menghayati kembali peristiwa-peristiwa besar dari hidup-Nya melalui sikap doa dan meditasi. Yesus adalah PENEBUS sejak inkarnasi-Nya. Maka dari itu, kita merayakan dan mengalami kuasa penebusan-Nya dalam setiap peristiwa yang disajikan tahun liturgi Gereja kepada kita.
Dengan memasukkan peristiwa-peristiwa ke dalam perayaan liturgis, Gereja membantu menghantar kuasa penebusan Kristus SECARA SAKRAMENTAL kepada kita. Apa yang dulu pernah dilakukan Yesus dalam pelayanan historis-Nya, sekarang Ia lakukan (sebagai Tuhan yang bangkit, melalui Roh Kudus) dalam misteri-misteri liturgi.
Berikut adalah perayaan liturgi yang digolongkan sebagai tingkat �Hari Raya�, tingkat �Pesta� dan tingkat �Peringatan�, masing-masing menurut pentingnya. (Bdk. PTL 59)
1. Hari Raya/ Solemnity:
Merupakan tingkatan tertinggi dari perayaan pesta/ feast. Hari Raya adalah untuk memperingati peristiwa- peristiwa dalam kehidupan Yesus, Maria atau para rasul; di mana peristiwa- peristiwa tersebut merupakan peristiwa utama/ sentral dalam rencana keselamatan Allah. Dalam Misa Kudus, perayaan hari raya ditandai dengan bacaan � bacaan Kitab Suci yang sesuai (Bacaan Pertama, Mazmur, Bacaan kedua dan Injil), pengucapan Kemuliaan, dan Aku Percaya. Setiap hari Minggu adalah hari raya.
1 Januari: Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah
6 Januari: Hari Raya Penampakan Tuhan
Maret 19: Hari Raya St. Yusuf Suami SP Maria
Maret 25: Hari Raya Kabar Sukacita
Maret/ April (bervariasi): Hari Raya Triduum Paska
40 hari setelah Paskah: Hari Raya Kenaikan Tuhan
50 hari setelah Paskah: Hari Raya Pentakosta
Minggu setalah Pentakosta: Hari Tritunggal Mahakudus
Minggu setelah hari Tritunggal Mahakudus: Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus
Jumat setelah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus: Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus
24 Juni: Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis
29 Juni: Hari Raya St. Petrus dan Paulus
15 Agustus: Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke surga
1 November: Hari Raya Semua Orang Kudus
November: Hari Minggu terakhir sebelum masa Adven: Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam
8 Desember: Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda
25 Desember: Hari Raya Natal
Beberapa hari raya ini merupakan hari raya wajib (holy days of obligation) bagi umat Katolik, untuk mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi. Ada hari raya yang hanya berlaku di Indonesia, yaitu: Kemerdekaan Republik Indonesia (17/08).
2. Pesta/ Feast
Pesta/ Feast adalah perayaan liturgis pada tingkatan yang kedua, untuk memperingati hidup Yesus, Bunda Maria atau rasul atau para orang kudus tertentu (major Saints). Hari Pesta ini mempunyai juga bacaan yang sesuai, namun hanya ada dua bacaan, ditambah dengan Kemuliaan (Gloria). Contoh: hari pesta hari kelahiran Bunda Maria 8 September, dan Pesta Transfigurasi dan Pesta Salib Suci (14 September), Pesta peringatan hari arwah (2 November)
3. Peringatan/ Memorial
Peringatan/ Memorial adalah perayaan orang kudus yang berada di bawah tingkatan Pesta. Peringatan ini ada yang wajib maupun fakultatif/ optional. Banyak hari peringatan merupakan pilihan/ tidak wajib, yang dilakukan di keuskupan tertentu/ daerah/ negara tertentu. Peringatan orang kudus tidak akan dirayakan/ diperingati jika jatuh bersamaan dengan hari raya/ solemnity, pesta, hari Minggu, hari rabu Abu, Minggu paska atau Oktaf Paskah.
4. Masa musim liturgis
Masa liturgis tertentu, seperti Adven, masa Natal, Prapaska, Paskah) di mana tidak ada hari raya, pesta atau hari peringatan khusus yang dilakukan.
5. Masa Biasa
Hari- hari dalam masa biasa.
Tentang Hari Raya, Pesta dan Peringatan: �Orang-orang kudus yang mempunyai arti penting untuk seluruh Gereja, diperingati secara wajib di seluruh Gereja. Para kudus lainnya dicantumkan dalam penanggalan umum sebagai peringatan fakultatif, atau peringatannya diserahkan kepada kebijaksanaan Gereja setempat, bangsa atau tarekat yang bersangkutan.� (PTL 9)
�Dalam merayakan misteri Kristus sepanjang tahun liturgi, Gereja menghormati juga Santa Maria Bunda Allah dengan cinta yang khusus. Kecuali itu para beriman diajak merayakan hari-hari peringatan para martir dan para kudus lainnya.� (PTL 8)
�Perayaan-perayaan liturgi dibagi menurut pentingnya. Ada tingkat hari raya, tingkat pesta dan tingkat peringatan. Hari raya merupakan hari liturgi yang paling besar. Perayaannya dimulai pada hari sebelumnya dengan Ibadat Sore. Beberapa hari raya mempunyai Misa sore khusus pada hari sebelumnya; rumus ini dipakai bila ada Misa sore.� (PTL 10-11)
Di Indonesia, ada 4 hari libur nasional dari tradisi Gereja Katolik, yang tidak selalu jatuh pada hari Minggu: Tahun Baru (Gregorian) 1 Januari dan juga Kelahiran, Wafat dan Kenaikan Yesus Kristus. Di negara-negara lain, ada juga hari libur nasional untuk Hari Raya Penampakan Tuhan (=Epifani, 6 Jan), Tubuh dan Darah Kristus (=Corpus Christi, Kamis kedua setelah Pentakosta),
Hari Minggu selama tahun liturgi dianggap sangat penting. Terutama hari Minggu selama Adven, Prapaskah dan Paskah. Hanya Pesta memperingati Tuhan atau Hari Raya yang jatuh pada hari Minggu di luar 3 masa tersebut yang boleh menggantikan perayaan hari Minggu. Misalnya, Hari Raya St. Perawan Maria Bunda Allah (1 Januari) jika jatuh hari Minggu maka akan dirayakan menggantikan hari Minggu. Pesta Penampakan Tuhan misalnya, jika jatuh hari Minggu (di negara di mana harinya tidak dipindahkan ke hari Minggu terdekat) akan tetap dirayakan menggantikan hari Minggu.
Pesta lain yang berkenaan dengan Santo/Santa, Pendirian Gereja, dsbnya akan diabaikan, karena lebih rendah dari hari Minggu derajatnya. Selama 3 masa tersebut: Adven, Prapaskah, Paskah, derajat hari Minggu menjadi mutlak dan tidak bisa digantikan oleh apapun. Jika ada Pesta Tuhan atau Hari Raya yang jatuh pada hari Minggu pada masa-masa tersebut, maka akan digeser ke hari Sabtu. (DOKUMEN GEREJA: PERAYAAN PASKAH DAN PERSIAPANNYA (LITTERAE CIRCULARES DE FESTIS PASCHALIBUS PRAEPARANDIS ET CELEBRANDIS #11)
Dalam contoh kasus di atas, Pesta Salib Suci jatuh pada hari Minggu di luar 3 masa tersebut. Pesta ini digolongkan pada Pesta Tuhan. Karenanya dirayakan menggantikan hari Minggu.
Sumber : http://renunganpagi.blogspot.com/2012/05/tahun-liturgi-warna-liturgi-dan.html
Showing posts with label Tahun Liturgi. Show all posts
Showing posts with label Tahun Liturgi. Show all posts
Sunday, December 2, 2012
Sunday, May 27, 2012
Mengenal Siklus Tahun Liturgi
1. Masa Adven
Masa Adven mulai pada hari Minggu keempat sebelum Natal. Natal selalu dirayakan pada tanggal 25 Desember. Selama masa Adven kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus dengan sebaik-baiknya. Adven berasal dari kata Latin �Adventus�, yang berarti �kedatangan�. Pada masa ini imam memakai kasula berwarna ungu. Warna ungu berarti; prihatin, matiraga, tobat. Dalam masa Adven nyanyian �Kemuliaan� ditiadakan.
Nyanyian gembira itu berasal dari para malaikat yang bernyanyi di Betlehem, ketika Yesus lahir. Pada masa Adven kita tidak menyanyikannya dulu. Kita mau prihatin. Baru dalam Misa Malam Natal kita menyanyikan bersama para malaikat, sebagai tanda kegembiraan kita atas kelahiran Kristus.
2. Masa Natal
Masa Natal dimulai dari malam Natal sampai hari raya Pembaptisan Tuhan. Kita merayakan kelahiran Yesus di kandang Betlehem. Putera Allah menjelma untuk menjadi Penebus kita. Ia turun dari surga membuka pintu surga bagi kita, kita bersukaria karena Allah telah menebus kita. Maka pada hari Natal imam memakai kasula berwarna putih. Sebab putih adalah warna kegembiraan.
Pada hari Minggu setelah Natal kita merayakan Keluarga Kudus, yaitu Yesus, Maria dan Yusuf. Keluarga kudus merupakan teladan bagi keluarga-keluarga kita.
Pada tanggal 28 Desember kita merayakan Pesta Kanak-Kanak Suci, yaitu anak-anak kecil di Betlehem dibunuh atas perintah Raja Herodes. Dengan cara demikian Herodes mau membunuh Yesus yang baru lahir. Tetapi Yusuf yang telah diberi-tahu malaikat sudah lebih dahulu mengungsikan Yesus. Kanak-kanak Betlehem telah wafat bagi Kristus. Maka pada hari ini mereka dirayakan sebagai orang kudus.
Tepat seminggu setelah hari Natal (1 Januari) kita merayakan Santa Maria, Bunda Allah. Kelahiran seorang anak merupakan hari raya bagi ibunya. Apalagi kalau yang lahir Yesus, Putera Allah sendiri yang telah menjelma. Maka Bunda Yesus kita rayakan sebagai Bunda Allah. Tanggal 1 Januari juga dirayakan sebagai Hari Perdamaian Dunia.
Tanggal 6 Januari atau sekitar tanggal itu dirayakan Penampakan Tuhan (kadang masih �Tiga Raja�). Kita memperingati kedatangan sarjana-sarjana dari Timur untuk menyembah Kanak-Kanak Yesus. Hari itu dinamakan �Penampakan Tuhan� sebab bintang menunjukkan kepada mereka tempat Yesus berada, Yesus sebagai Raja baru yang mereka cari. Yesus telah datang sebagai Raja semua orang.
Masa Natal berakhir pada hari Minggu setelah 6 Januari, yaitu hari raya Pembaptisan Tuhan. Dalam keluarga Katolik biasanya kalau kita masih kecil sudah di baptis, tetapi tidak bagi Yesus, Ia di baptis ketika berumur 30 tahun. Yesus meninggalkan Nazaret dan dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Setelah itu Ia mulai berkeliling mewartakan Kerajaan Allah di seluruh Tanah Suci. Karena Yesus sudah memulai tugasnya, maka pada hari ini masa Natal berakhir.
3. Masa Prapaska atau puasa
Masa Puasa mulai pada hari Rabu Abu dan berlangsung selama 40 hari (hari Minggu tidak terhitung). Dalam Perjanjian Lama, orang Israel mengembara di padang gurun selama 40 tahun setelah dibebaskan dari perbudakan Mesir. Selama 40 tahun itu mereka belajar mengenal Allah dan percaya. Dari Injil kita mengetahui bahwa Yesus juga berpuasa selama 40 hari, setelah dibaptis oleh Yohanes.
Hari pertama dalam masa Puasa adalah Rabu Abu. Pada hari ini kita menerima salib abu di dahi, untuk mengingatkan bahwa kita dari debu dan kembali kepada debu. Maka kita berniat akan hidup untuk hal yang penting. Kita mau bertobat dan melakukan matiraga atas segala dosa kita dengan pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian.
Masa Prapaska berakhir pada hari Minggu Palma, dan akan di mulai Trihari Suci. Minggu Palma adalah hari pertama dari Minggu Suci, yang akan berlangsung sampai Sabtu Sepi. Dinamakan Minggu Suci karena penderitaan dan wafat Yesus telah dibuka kembali bagi kita.
4. Tri Tunggal
Selama tiga hari kita memperingati penderitaan, wafat serta kebangkitan Kristus. Mulai dari Kamis Putih sampai Minggu Paska. Oleh penderitaan, wafat dan kebangkitan Kristus kita telah ditebus. Itulah peristiwa paling penting yang pernah terjadi. Maka dari itu Trihari Suci merupakan perayaan terbesar dalam tahun liturgi.
Pada hari Kamis Putih, Yesus telah mengadakan perjamuan malam terakhir bersama dengan para muridNya. Perjamuan terakhir itu merupakan pertama kalinya dilakukan Yesus bersama para murid. Peristiwa yang penting pada hari ini adalah pembasuhan kaki, Yesus yang menjelma menjadi manusia masih mau untuk melayani para muridNya dengan membasuh kaki. Apakah kita dapat berbuat seperti yang Yesus lakukan?
Pada hari Jumat Agung, kita mau mengenangkan penderitaan Yesus. Didera, dijatuhi hukuman mati dan disalibkan. Sekitar jam tiga Yesus wafat. Maka dari itu diadakan upacara penghormatan salib suci.
Pada hari Sabtu dalam Trihari Suci dinamakan Sabtu Suci/Sabtu Sepi, sebab pada hari itu Tubuh Yesus tinggal dalam makam. Kita berkabung. Tidak diadakan Misa. Kebangkitan Kristus baru mulai dirayakan pada malam harinya, dalam upacara Malam Paska. Upacara itu dimulai dengan tuguran. Kita berjaga sambil merenungkan nubuat-nubuat dari para nabi dan menantikan kebangkitan Tuhan.
5. Masa Paska
Masa Paska mulai pada hari Minggu Paska dan berakhir pada hari Pentakosta. Pentakosta berasal dari bahasa Yunani yang berarti �Hari ke-50�. Sebab perayaan kebangkitan Kristus dimulai pada hari Paska, tetapi diteruskan sampai hari yang ke 50 itu. Selama masa Paska imam memakai kasula putih, sebab putih adalah warna kegembiraan.
Kenaikan Tuhan ke surga kita rayakan pada hari ke 40 sesudah kebangkitanNya. Ia berjanji kepada para muridNya akan datang lagi yaitu pada akhir zaman untuk mengadili semua orang.
Hari Pentakosta menutup masa Paska, warna dari hari ini adalah merah. Merah melambangkan Roh Kudus (lidah api) dan cinta kasih. Banyak orang kudus rela mati bagi Dia. Misalnya Santo Petrus dan Paulus dan juga Santo Tarsisius. Merah juga melambangkan darah dan para martir.
6. Masa Biasa
Masa yang bukan Adven, Natal, Prapaska atau Paska dinamakan Masa Biasa. Lamanya 33 (atau 34) minggu. Warna liturgi adalah hijau.
Dalam Masa Biasa terdapat beberapa hari raya penting :
- Tritunggal Mahakudus adalah hari Minggu sesudah Pentakosta.
- Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus adalah hari Kamis berikutnya, dirayakan hari raya Sakramen Mahakudus didirikan Kristus ketika Kamis Putih.
- Hari Raya Hati Kudus Yesus adalah hari Jumat setelah hari Kamisnya. Cinta kasih Kristus paling nampak di salib, ketika lambungNya ditikam dengan tombak, sehingga lambung yang terbuka memancarkan darah dan air.
- Hari Raya Kristus Raja adalah Minggu terakhir dalam tahun liturgi. Kita mengakui dan merayakan Kristus sebagai Raja semesta alam. Hari Minggu ini sekaligus menutup semua perayaan selama satu tahun.
Sumber : http://misdinarkramat.wordpress.com/
Masa Adven mulai pada hari Minggu keempat sebelum Natal. Natal selalu dirayakan pada tanggal 25 Desember. Selama masa Adven kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus dengan sebaik-baiknya. Adven berasal dari kata Latin �Adventus�, yang berarti �kedatangan�. Pada masa ini imam memakai kasula berwarna ungu. Warna ungu berarti; prihatin, matiraga, tobat. Dalam masa Adven nyanyian �Kemuliaan� ditiadakan.
Nyanyian gembira itu berasal dari para malaikat yang bernyanyi di Betlehem, ketika Yesus lahir. Pada masa Adven kita tidak menyanyikannya dulu. Kita mau prihatin. Baru dalam Misa Malam Natal kita menyanyikan bersama para malaikat, sebagai tanda kegembiraan kita atas kelahiran Kristus.
2. Masa Natal
Masa Natal dimulai dari malam Natal sampai hari raya Pembaptisan Tuhan. Kita merayakan kelahiran Yesus di kandang Betlehem. Putera Allah menjelma untuk menjadi Penebus kita. Ia turun dari surga membuka pintu surga bagi kita, kita bersukaria karena Allah telah menebus kita. Maka pada hari Natal imam memakai kasula berwarna putih. Sebab putih adalah warna kegembiraan.
Pada hari Minggu setelah Natal kita merayakan Keluarga Kudus, yaitu Yesus, Maria dan Yusuf. Keluarga kudus merupakan teladan bagi keluarga-keluarga kita.
Pada tanggal 28 Desember kita merayakan Pesta Kanak-Kanak Suci, yaitu anak-anak kecil di Betlehem dibunuh atas perintah Raja Herodes. Dengan cara demikian Herodes mau membunuh Yesus yang baru lahir. Tetapi Yusuf yang telah diberi-tahu malaikat sudah lebih dahulu mengungsikan Yesus. Kanak-kanak Betlehem telah wafat bagi Kristus. Maka pada hari ini mereka dirayakan sebagai orang kudus.
Tepat seminggu setelah hari Natal (1 Januari) kita merayakan Santa Maria, Bunda Allah. Kelahiran seorang anak merupakan hari raya bagi ibunya. Apalagi kalau yang lahir Yesus, Putera Allah sendiri yang telah menjelma. Maka Bunda Yesus kita rayakan sebagai Bunda Allah. Tanggal 1 Januari juga dirayakan sebagai Hari Perdamaian Dunia.
Tanggal 6 Januari atau sekitar tanggal itu dirayakan Penampakan Tuhan (kadang masih �Tiga Raja�). Kita memperingati kedatangan sarjana-sarjana dari Timur untuk menyembah Kanak-Kanak Yesus. Hari itu dinamakan �Penampakan Tuhan� sebab bintang menunjukkan kepada mereka tempat Yesus berada, Yesus sebagai Raja baru yang mereka cari. Yesus telah datang sebagai Raja semua orang.
Masa Natal berakhir pada hari Minggu setelah 6 Januari, yaitu hari raya Pembaptisan Tuhan. Dalam keluarga Katolik biasanya kalau kita masih kecil sudah di baptis, tetapi tidak bagi Yesus, Ia di baptis ketika berumur 30 tahun. Yesus meninggalkan Nazaret dan dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Setelah itu Ia mulai berkeliling mewartakan Kerajaan Allah di seluruh Tanah Suci. Karena Yesus sudah memulai tugasnya, maka pada hari ini masa Natal berakhir.
3. Masa Prapaska atau puasa
Masa Puasa mulai pada hari Rabu Abu dan berlangsung selama 40 hari (hari Minggu tidak terhitung). Dalam Perjanjian Lama, orang Israel mengembara di padang gurun selama 40 tahun setelah dibebaskan dari perbudakan Mesir. Selama 40 tahun itu mereka belajar mengenal Allah dan percaya. Dari Injil kita mengetahui bahwa Yesus juga berpuasa selama 40 hari, setelah dibaptis oleh Yohanes.
Hari pertama dalam masa Puasa adalah Rabu Abu. Pada hari ini kita menerima salib abu di dahi, untuk mengingatkan bahwa kita dari debu dan kembali kepada debu. Maka kita berniat akan hidup untuk hal yang penting. Kita mau bertobat dan melakukan matiraga atas segala dosa kita dengan pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian.
Masa Prapaska berakhir pada hari Minggu Palma, dan akan di mulai Trihari Suci. Minggu Palma adalah hari pertama dari Minggu Suci, yang akan berlangsung sampai Sabtu Sepi. Dinamakan Minggu Suci karena penderitaan dan wafat Yesus telah dibuka kembali bagi kita.
4. Tri Tunggal
Selama tiga hari kita memperingati penderitaan, wafat serta kebangkitan Kristus. Mulai dari Kamis Putih sampai Minggu Paska. Oleh penderitaan, wafat dan kebangkitan Kristus kita telah ditebus. Itulah peristiwa paling penting yang pernah terjadi. Maka dari itu Trihari Suci merupakan perayaan terbesar dalam tahun liturgi.
Pada hari Kamis Putih, Yesus telah mengadakan perjamuan malam terakhir bersama dengan para muridNya. Perjamuan terakhir itu merupakan pertama kalinya dilakukan Yesus bersama para murid. Peristiwa yang penting pada hari ini adalah pembasuhan kaki, Yesus yang menjelma menjadi manusia masih mau untuk melayani para muridNya dengan membasuh kaki. Apakah kita dapat berbuat seperti yang Yesus lakukan?
Pada hari Jumat Agung, kita mau mengenangkan penderitaan Yesus. Didera, dijatuhi hukuman mati dan disalibkan. Sekitar jam tiga Yesus wafat. Maka dari itu diadakan upacara penghormatan salib suci.
Pada hari Sabtu dalam Trihari Suci dinamakan Sabtu Suci/Sabtu Sepi, sebab pada hari itu Tubuh Yesus tinggal dalam makam. Kita berkabung. Tidak diadakan Misa. Kebangkitan Kristus baru mulai dirayakan pada malam harinya, dalam upacara Malam Paska. Upacara itu dimulai dengan tuguran. Kita berjaga sambil merenungkan nubuat-nubuat dari para nabi dan menantikan kebangkitan Tuhan.
5. Masa Paska
Masa Paska mulai pada hari Minggu Paska dan berakhir pada hari Pentakosta. Pentakosta berasal dari bahasa Yunani yang berarti �Hari ke-50�. Sebab perayaan kebangkitan Kristus dimulai pada hari Paska, tetapi diteruskan sampai hari yang ke 50 itu. Selama masa Paska imam memakai kasula putih, sebab putih adalah warna kegembiraan.
Kenaikan Tuhan ke surga kita rayakan pada hari ke 40 sesudah kebangkitanNya. Ia berjanji kepada para muridNya akan datang lagi yaitu pada akhir zaman untuk mengadili semua orang.
Hari Pentakosta menutup masa Paska, warna dari hari ini adalah merah. Merah melambangkan Roh Kudus (lidah api) dan cinta kasih. Banyak orang kudus rela mati bagi Dia. Misalnya Santo Petrus dan Paulus dan juga Santo Tarsisius. Merah juga melambangkan darah dan para martir.
6. Masa Biasa
Masa yang bukan Adven, Natal, Prapaska atau Paska dinamakan Masa Biasa. Lamanya 33 (atau 34) minggu. Warna liturgi adalah hijau.
Dalam Masa Biasa terdapat beberapa hari raya penting :
- Tritunggal Mahakudus adalah hari Minggu sesudah Pentakosta.
- Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus adalah hari Kamis berikutnya, dirayakan hari raya Sakramen Mahakudus didirikan Kristus ketika Kamis Putih.
- Hari Raya Hati Kudus Yesus adalah hari Jumat setelah hari Kamisnya. Cinta kasih Kristus paling nampak di salib, ketika lambungNya ditikam dengan tombak, sehingga lambung yang terbuka memancarkan darah dan air.
- Hari Raya Kristus Raja adalah Minggu terakhir dalam tahun liturgi. Kita mengakui dan merayakan Kristus sebagai Raja semesta alam. Hari Minggu ini sekaligus menutup semua perayaan selama satu tahun.
Sumber : http://misdinarkramat.wordpress.com/
Sunday, April 15, 2012
Menyelami Misteri Kristus Dalam Tahun Liturgi
TAHUN liturgi merupakan suatu siklus waktu yang secara ritual sakramental dirayakan misteri penyelamatan Kristus. Sehingga tahun liturgi tidak saja dipahami sebatas suatu siklus waktu tetapi juga sebagai suatu peristiwa iman gereja dalam mengaktualisasikan kembali misteri penebusan Kristus. Tahun liturgi adalah suatu siklus waktu di dalamnya karya keselamatan Kristus sungguh dihadirkan kembali dan manusia pun sungguh mengalami karya keselamatan itu. Oleh sebab itu tahun liturgi dan aneka ritual di dalamnya tidak dipandang sebagai suatu perayaan formalitas melainkan suatu perayaan yang hidup.
Di sini dapat dipahami bahwa yang menjadi hakekat dari tahun liturgi itu sendiri bukanlah rentetan pesta-pesta yang dirayakan menurut urutan waktu spiral, melainkan isi dari perayaan itu sendiri. Yang dirayakan di dalam tahun liturgi adalah Kristus sendiri. Pribadi Kristus sendiri yang menjadi inti dari tahun liturgi. Dan pribadi yang sama itu yang dirayakan di dalam pesta-pesta liturgis. Di sini pula sebenarnya menunjukkan hakekat dari waktu itu sendiri. Kristus sendiri mengatakan; Akulah alfa dan omega. Ia adalah awal dan akhir, maka sesungguhnya Kristus itu adalah waktu itu sendiri. Ia adalah keabadian. Tidak ada sesuatu yang ada berada dari dan di luar diriNya.
Oleh sebab itu saya merefleksikan misteri Kristus yang dirayakan di dalam tahun liturgi gereja Katolik, untuk menemukan hakekat atau inti dari tiap masa yang dirangkai di dalam tahun liturgi itu.
Masa Advent-Natal
a.Masa Advent
Sebelum merayakan Natal, pesta kelahiran Kristus, semua orang yang berdosa perlu mempersiapkan diri untuk menyambut kedatanganNya. Di dalam tahun liturgi waktu untuk mempersiapkan diri menyongsong kelahiran Kristus ini kita kenal sebagai masa advent, yaitu masa penantian. Di masa adven ini sesungguhnya merupakan masa penuh refleksi. Kita merefleksikan kehidupan kita dengan jujur untuk menemukan kenyataan diri kita di hadapan Tuhan yang maha agung. Di dalam proses persiapan diri ini, kita akan menemukan diri kita sebagai orang yang berdosa yang membutuhkan penyelamatan dari Tuhan. Oleh sebab itu dalam arti tertentu, masa advent merupakan masa pemurnian diri. Masa dimana kita menyadari keberdosaan kita dan di dalam penyesalan, kita berbalik kembali dari kenyataan keberdoasaan kita menuju jalan kebenaran. Inilah yang dinamakan jalan pertobatan. Sehingga di dalam masa advent yang berlangsung kurang lebih empat minggu ini, secara liturgis kita akan disuguhkan dengan berbagai bacaan sehubungan dengan pertobatan sebagai jalan menuju keselamatan.
Hal-hal yang ditekankan di dalam masa ini menyangkut hakekat diri Allah sebagai hakim yang adil, sebagai penebus, Tuhan yang berkuasa, Tuhan yang mulia, Tuhan yang membabtis dengan Roh Kudus. Dan Tuhan yang demikian akan dilahirkan oleh seorang perawan yang bernama Maria. Perempuan itu adalah Eva baru yang melahirkan Putra Allah untuk menebus dunia yang telah dirusakkan oleh Eva dan Adam lama serta keturunannya.
Oleh sebab itu dalam masa ini dimensi-dimensi yang mau ditekankan berkenaan dengan persoalan berjaga-jaga dan berdoa, kehidupan spiritual yang penuh kegembiraan karena akan lahir seorang penebus, kegembiraan ini sebagaimana yang ditunjukan oleh Maria sendiri lewat kata-katanya; �jiwaku memuliakan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah penyelamatku�
Di sini saya menemukan bahwa inti terdalam dari masa advent sendiri adalah manusia diberi waktu untuk melihat dirinya di hadapan Tuhan, dan di dalam penemuan dirinya itu, ia berusaha terbuka kepada tawaran keselamatan Allah yang dapat diperolehnya lewat jalan pertobatan. Dengan demikian hemat saya setiap kita yang telah berbalik dari laku kita yang salah layak untuk menyambut Kelahiran Kristus di dalam hati kita.
b.Masa Natal
Secara harafiah Natal merupakan hari kelahiran Kristus. Di dalam tahun liturgi Natal menjadi perayaan istimewa. Sebab, Natal menjadi saat dimana Allah mengambil rupa manusia di dalam misteri inkarnasi. Kelahiran Kristus ke dunia menjadi titik awal misi keselamatan Kristus di dunia (Mirabilis Sacramentum). Di dalam masa Natal ini, kita merenungkan kelahiran putra Allah yang penuh misteri. Ia dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh perawan Maria. Suatu proses kelahiran yang melampaui akal sehat manusia. Sehingga di dalam masa Natal ini gereja sesungguhnya hendak merayakan misteri Agung Allah yang bekerja sama dengan manusia untuk menyelamatkan manusia dan segala isinya dari kuasa setan. Allah sendiri turun ke dunia untuk membangun kembali relasi yang telah dirusakan oleh manusia yang menyangkali cintaNya.
Dengan kata lain di dalam perayaan Natal, kita merayakan peristiwa pemberian Allah bagi kita. Dengan kata lain Natal merupakan realisasi paling nyata cinta Allah kepada kita. CintaNya melampaui besarnya dosa kita. Di dalam peristiwa Natal ini, kita berjumpa dengan Allah yang bukan Allah pendendam, bukan Allah yang selalu memperhitungkan dosa kita, melainkan Allah yang penuh belaskasihan, Allah yang turut mengambil bagian di dalam penderitaan kita. Partisipasi diri Allah di dalam kenyataan hidup kita ditunjukkanNya di dalam keadaan kelahiranNya. Allah di lahirkan di kandang yang hina yang dapat kita dengarkan di dalam bacaan-bacaan suci, atau melalui simbol-simbol yang menjadi ekspresi iman kita di dalam pembuatan kandang Natal. Allah yang solider dengan kita inilah yang di dalam perayaan Natal kita rayakan. Sebab Dia yang sama dengan kita dalam segala hal kecuali dalam hal dosa, Dialah yang juga menyelamatkan kita.
Oleh sebab itu perayaan Natal yang terus dirayakan tiap tahun, merupakan suatu pernyataan iman gereja akan sikap solider Allah yang selalu datang untuk menyelamatkan manusia dari kungkungan dosa. Dan pada pemahaman yang sama, manusia juga dituntut untuk selalu terbuka kepada tawaran keselamatan Allah ini. Sebab hanya melalui kerjasama antara Allah dan manusia, keselamatan itu sungguh menggembirakan. Sebab melalui kerja sama ini manusia tidak lagi disebut hamba dosa, melainkan anak-anak Allah yang telah diselamatkan.
Masa Prapaskah-Masa Paskah
a.Masa Prapaskah
Sebelum memasuki masa paskah, dalam kelender liturgi menyiapkan suatu masa yang kita kenal dengan masa Prapaskah. Masa prapaskah ini diawali dengan perayaan hari Rabu Abu. Di dalam masa Prapaskah ini memiliki warna dan nuansa yang sangat unik. Masa dimana menjadi masa penuh refleksi. Orang-orang diberi waktu untuk memeriksa batinnya, diberi waktu untuk menyatakan sesal dan tobatnya di dalam batin, kata dan perbuatannya. Pada masa ini juga orang diberi kesempatan untuk melakukan aktifitas mati raga (berpantang dan berpuasa) dan karya amal sebagai suatu perwujudan nyata dari dirinya yang mau bersolider dengan sesamanya yang menderita dan juga sebagai tahap dalam diri untuk mengalami misteri kebangkitan dan penebusan Kristus.
Sebagai tanda pertobatan sekaligus memasuki masa pertobatan ini, kita sebagai umat Katolik mendapatkan abu di dahi sebagai tanda yang mengingatkan kita untuk bertobat, sekaligus tanda akan kerapuhan diri kita sebagai manusia dan sebagai tanda ketidak abadian dunia. Oleh sebab itu tanda abu ini juga mengingatkan kita bahwa keselamatan hanya bersumber dari Tuhan.
Masa prapaskah yang dirayakan selama 40 hari ini sering dihayati sebagai hari ret-ret agung. Sebagaimana Musa berpuasa dan memurnikan diri di gunung Sinai dan Elia di gunung Horeb, (bdk. Kel 24:18, I Raj 19:8). Atau Yesus berpuasa selama 40 hari sebelum Ia tampil dan mengajar di depan umum. Masa prapaskah yang dirayakan selama 40 hari ini juga, menjadi saat dimana kita memurnikan diri dan mempererat diri dengan Tuhan. Di masa ini juga kita merenungkan sabdaNya, sebagaimana ketika Yesus di padang gurun Ia mengatakan kepada iblis yang menggodaNya untuk mengubah batu menjadi roti. Yesus mengatakan: �manusia tidak hidup dari roti saja melainkan dari sabda Tuhan�. Inilah alasan mengapa masa prapaskah adalah masa dimana kita belajar untuk semakin mengenal kehendak Tuhan yang termaktub di dalam kitab suci.
Di masa prapaskah ini juga, orang tidak saja memperbaharui relasinya dengan Tuhan tetapi juga dengan sesamanya. Sikap menjalin hubungan yang baik dengan sesama merupakan ekspresi nyata dari mengamalkan sabda dan kehendak Tuhan di dalam hidup berkemanusiaan.
Sesungguhnya di dalam masa prapaskah ini kita mengambil bagian di dalam penderitaan Kristus, dimana kita tidak saja mengadakan ziarah iman tentang peristiwa jalan salib Yesus dari kelahiran hingga kematianNya, tetapi juga mau sedikit merasakan secara konkret penderitaan yang pernah dialamiNya.
b.Masa Paskah
Paskah merupakan perayaan terpenting dalam tahun liturgi gerejawi Kristen. Di dalam peristiwa paskah ini, kita merayakan peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Kristus menjadi anak domba Paskah yang dikorbankan. Memasuki masa Paskah, menandakan bahwa masa Prapaskah telah berakhir. Kita sekalian memasuki masa Paskah dengan terlebih dahulu merayakan pekas suci yaitu Minggu Palma. Sebuah perayaan mengenang masuknya Yesus ke Yerusalem dengan menggunakan keledai yang disambut dengan sorak-sorai.
Tiga hari sebelum Minggu Paskah kita merayakan tiga hari suci (Tri Hari Suci) yaitu: hari Kamis Putih (warna liturgi putih), hari Jumat Agung (warna liturgi merah), dan hari Sabtu Suci (warna liturgi putih). Pada hari Kamis Putih, kita mengenang peristiwa perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya. Peristiwa Kamis Putih ini juga menjadi peristiwa penetapan Ekaristi dimana Yesus sendiri memberikan amanatNya kepada para murid untuk terus mengenang diriNya di dalam perjamuan selanjutnya. Di sini saya merefleksikan bahwa Kristus selalu hadir secara nyata di dalam perayaan ekaristi yang kita rayakan. Sebagaimana Ia mengatakan �inilah tubuhKu, inilah darahKu, lakukan ini sebagai peringatan akan Daku�, Kristus yang sama juga yang mengatakan �inilah tubuhKu, inilah darahKu, lakukan ini sebagai peringatan akan Daku� ketika imam mengucapkannya di dalam perayaan ekaristi. Perayaan ekaristi sungguh menghadirkan Kristus secara nyata dan hidup.
Usai Yesus merayakan perjamuan paskah bersama-murid-muridNya, ia ditangkap, diadili dan disiksa. Peristiwa penderitaan Yesus ini kita rayakan pada hari jumat Sengsara. Di hari Jumat ini kita mengikuti perjalanan salib Yesus dari peristiwa penangkapan Yesus, pengadilan, siksaan, menuju bukit Golgota dan akhirnya sampai pada kematianNya di kayu salib. Ketika mengikuti merenungkan perjalanan salib Yesus ini dengan penuh iman, kita pun akan merasakan bagaimana kemanusiaan Yesus dirampas habis-habisan oleh ciptaanNya sendiri. Bagaimana kita sebagai ciptaan mengadili dan menyiksa pencipta kita. Suatu peristiwa yang paling menyakitkan.
Perayaan Jumat sengsara ini menghantar kita untuk sampai pada refleksi yang mendalam akan cinta Tuhan yang paling agung, dimana Ia mengorbankan nyawa-Nya sendiri demi menebus dosa-dosa kita. Ia rela menanggung dosa-dosa kita bahkan rela untuk mati bahkan mati di salib yang hina. Peristiwa kematian Kristus di salib ini mengajarkan kita akan makna sebuah salib. Lewat salib itulah kita diselamatkan Tuhan. Oleh sebab itu lewat salib pun kita diajarkan Tuhan untuk tetap setia menanggung salib kita masing-masing. Di dalam kesetiaan kita dalam memanggul salib kita seraya tetap menaruh kepercayaan kepada Kristus kita pasti diselamatkanNya.
Walaupun demikian sejarah Yesus Kristus tidak berhenti pada kematianNya. Pada hari selanjutnya, Ia bangkit. Kebangkitan Kristus menjadi suatu peristiwa mulia dimana kita kembali mendapatkan harapan, bahwa Yesus itu Tuhan yang hidup. Ia dapat mengalahkan dosa dan maut lewat peristiwa kebangkitanNya. Di dalam dan melalui peristiwa kebangkitan Kristus ini iman kita memiliki dasar yang kokoh dan iman kita kepadaNya tidak pernah sia-sia dan para murid adalah saksiNya. Setelah triduum Paskah ini di sebut oktaf paskah hingga hari minggu setelah Minggu paskah. Selanjutnya pekan paskah yang berlangsung selama 7 Minggu dan berakhir pada hari pentekosta.
Masa Biasa
Masa biasa di dalam tahun liturgi dimulai setelah hari penampakan Tuhan (Epifani) dan berakhir pada hari raya Kristus raja semesta alam. Warna khas liturgi pada masa biasa ini adalah hijau yang menandakan masa yang penuh harapan. Disebut Masa Biasa karena di dalam masa ini tidak terdapat Misteri Kristus yang dirayakan secara khusus. Masa biasa memberi kesan bahwa masa itu tidak ada perayaan yang terjadi secara luar biasa. Misteri Kristus dirayakan secara meriah hanya di hari Minggu. Dimana tema utama di dalam bacaan-bacaan pada hari Minggu, selalu menyangkut misteri Kristus.
Akan tetapi perayaan masa biasa ini jangan dilihat sebagai suatu perayaan yang kurang nilai keselamatannya. Atau suatu perayaan yang tidak lengkap. Perayaan ekaristi pada masa biasa juga adalah suatu perayaan yang penuh, yakni di dalamnya, dirayakan secara utuh misteri penyelamatan Yesus. Oleh sebab itu tidak dibenarkan jika kita menyepelehkan misteri iman yang kita rayakan dalam ekaristi di masa biasa ini. Sebagaimanapun Ekaristi itu dirayakan, Ekaristi tetap menjadi sumber dan puncak kehidupan kita. Maka sangatlah tidak benar jika kita hanya mengambil bagian di dalam perayaan Ekaristi secara aktif pada masa-masa Natal dan Paskah.
Perayaan keselamatan Allah itu terjadi secara terus menerus. Oleh sebab itu, kita pun harus merayakannya tanpa henti. Bukan berarti juga kita menyangkali hari-hari khusus yang telah ditetapkan gereja di dalam tahun liturgi. Tetapi bahwa di dalam masa biasapun kita tetap merayakan misteri yang sama walau tak dirayakan secara istimewa, yaitu ucapan syukur atas karya penebusan dan kenangan akan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus.
Lebih dari itu hari minggu pun disejajarkan dengan hari-hari raya lainnya. Dimana pada hari Minggu, bersama seluruh umat beriman kita merayakan dengan penuh syukur karya penyelamatan Allah yang hadir dalam diri Yesus Kristus lewat peristiwa wafat dan kebangkitanNya. Bersama umat beriman juga kita mengucap syukur karena selama sepekan kita mendapatkan perlindungan dan kasih karunia Tuhan. Dan dengan merayakannya kita sesungguhnya menguduskan hari Tuhan sesuai perintah Allah yang ke tiga serta menunaikan lima perintah Gereja yang mengatakan rayakanlah Ekaristi pada hari Minggu dan Hari Raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu.
Sumber : http://lawarik.wordpress.com/
Di sini dapat dipahami bahwa yang menjadi hakekat dari tahun liturgi itu sendiri bukanlah rentetan pesta-pesta yang dirayakan menurut urutan waktu spiral, melainkan isi dari perayaan itu sendiri. Yang dirayakan di dalam tahun liturgi adalah Kristus sendiri. Pribadi Kristus sendiri yang menjadi inti dari tahun liturgi. Dan pribadi yang sama itu yang dirayakan di dalam pesta-pesta liturgis. Di sini pula sebenarnya menunjukkan hakekat dari waktu itu sendiri. Kristus sendiri mengatakan; Akulah alfa dan omega. Ia adalah awal dan akhir, maka sesungguhnya Kristus itu adalah waktu itu sendiri. Ia adalah keabadian. Tidak ada sesuatu yang ada berada dari dan di luar diriNya.
Oleh sebab itu saya merefleksikan misteri Kristus yang dirayakan di dalam tahun liturgi gereja Katolik, untuk menemukan hakekat atau inti dari tiap masa yang dirangkai di dalam tahun liturgi itu.
Masa Advent-Natal
a.Masa Advent
Sebelum merayakan Natal, pesta kelahiran Kristus, semua orang yang berdosa perlu mempersiapkan diri untuk menyambut kedatanganNya. Di dalam tahun liturgi waktu untuk mempersiapkan diri menyongsong kelahiran Kristus ini kita kenal sebagai masa advent, yaitu masa penantian. Di masa adven ini sesungguhnya merupakan masa penuh refleksi. Kita merefleksikan kehidupan kita dengan jujur untuk menemukan kenyataan diri kita di hadapan Tuhan yang maha agung. Di dalam proses persiapan diri ini, kita akan menemukan diri kita sebagai orang yang berdosa yang membutuhkan penyelamatan dari Tuhan. Oleh sebab itu dalam arti tertentu, masa advent merupakan masa pemurnian diri. Masa dimana kita menyadari keberdosaan kita dan di dalam penyesalan, kita berbalik kembali dari kenyataan keberdoasaan kita menuju jalan kebenaran. Inilah yang dinamakan jalan pertobatan. Sehingga di dalam masa advent yang berlangsung kurang lebih empat minggu ini, secara liturgis kita akan disuguhkan dengan berbagai bacaan sehubungan dengan pertobatan sebagai jalan menuju keselamatan.
Hal-hal yang ditekankan di dalam masa ini menyangkut hakekat diri Allah sebagai hakim yang adil, sebagai penebus, Tuhan yang berkuasa, Tuhan yang mulia, Tuhan yang membabtis dengan Roh Kudus. Dan Tuhan yang demikian akan dilahirkan oleh seorang perawan yang bernama Maria. Perempuan itu adalah Eva baru yang melahirkan Putra Allah untuk menebus dunia yang telah dirusakkan oleh Eva dan Adam lama serta keturunannya.
Oleh sebab itu dalam masa ini dimensi-dimensi yang mau ditekankan berkenaan dengan persoalan berjaga-jaga dan berdoa, kehidupan spiritual yang penuh kegembiraan karena akan lahir seorang penebus, kegembiraan ini sebagaimana yang ditunjukan oleh Maria sendiri lewat kata-katanya; �jiwaku memuliakan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah penyelamatku�
Di sini saya menemukan bahwa inti terdalam dari masa advent sendiri adalah manusia diberi waktu untuk melihat dirinya di hadapan Tuhan, dan di dalam penemuan dirinya itu, ia berusaha terbuka kepada tawaran keselamatan Allah yang dapat diperolehnya lewat jalan pertobatan. Dengan demikian hemat saya setiap kita yang telah berbalik dari laku kita yang salah layak untuk menyambut Kelahiran Kristus di dalam hati kita.
b.Masa Natal
Secara harafiah Natal merupakan hari kelahiran Kristus. Di dalam tahun liturgi Natal menjadi perayaan istimewa. Sebab, Natal menjadi saat dimana Allah mengambil rupa manusia di dalam misteri inkarnasi. Kelahiran Kristus ke dunia menjadi titik awal misi keselamatan Kristus di dunia (Mirabilis Sacramentum). Di dalam masa Natal ini, kita merenungkan kelahiran putra Allah yang penuh misteri. Ia dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh perawan Maria. Suatu proses kelahiran yang melampaui akal sehat manusia. Sehingga di dalam masa Natal ini gereja sesungguhnya hendak merayakan misteri Agung Allah yang bekerja sama dengan manusia untuk menyelamatkan manusia dan segala isinya dari kuasa setan. Allah sendiri turun ke dunia untuk membangun kembali relasi yang telah dirusakan oleh manusia yang menyangkali cintaNya.
Dengan kata lain di dalam perayaan Natal, kita merayakan peristiwa pemberian Allah bagi kita. Dengan kata lain Natal merupakan realisasi paling nyata cinta Allah kepada kita. CintaNya melampaui besarnya dosa kita. Di dalam peristiwa Natal ini, kita berjumpa dengan Allah yang bukan Allah pendendam, bukan Allah yang selalu memperhitungkan dosa kita, melainkan Allah yang penuh belaskasihan, Allah yang turut mengambil bagian di dalam penderitaan kita. Partisipasi diri Allah di dalam kenyataan hidup kita ditunjukkanNya di dalam keadaan kelahiranNya. Allah di lahirkan di kandang yang hina yang dapat kita dengarkan di dalam bacaan-bacaan suci, atau melalui simbol-simbol yang menjadi ekspresi iman kita di dalam pembuatan kandang Natal. Allah yang solider dengan kita inilah yang di dalam perayaan Natal kita rayakan. Sebab Dia yang sama dengan kita dalam segala hal kecuali dalam hal dosa, Dialah yang juga menyelamatkan kita.
Oleh sebab itu perayaan Natal yang terus dirayakan tiap tahun, merupakan suatu pernyataan iman gereja akan sikap solider Allah yang selalu datang untuk menyelamatkan manusia dari kungkungan dosa. Dan pada pemahaman yang sama, manusia juga dituntut untuk selalu terbuka kepada tawaran keselamatan Allah ini. Sebab hanya melalui kerjasama antara Allah dan manusia, keselamatan itu sungguh menggembirakan. Sebab melalui kerja sama ini manusia tidak lagi disebut hamba dosa, melainkan anak-anak Allah yang telah diselamatkan.
Masa Prapaskah-Masa Paskah
a.Masa Prapaskah
Sebelum memasuki masa paskah, dalam kelender liturgi menyiapkan suatu masa yang kita kenal dengan masa Prapaskah. Masa prapaskah ini diawali dengan perayaan hari Rabu Abu. Di dalam masa Prapaskah ini memiliki warna dan nuansa yang sangat unik. Masa dimana menjadi masa penuh refleksi. Orang-orang diberi waktu untuk memeriksa batinnya, diberi waktu untuk menyatakan sesal dan tobatnya di dalam batin, kata dan perbuatannya. Pada masa ini juga orang diberi kesempatan untuk melakukan aktifitas mati raga (berpantang dan berpuasa) dan karya amal sebagai suatu perwujudan nyata dari dirinya yang mau bersolider dengan sesamanya yang menderita dan juga sebagai tahap dalam diri untuk mengalami misteri kebangkitan dan penebusan Kristus.
Sebagai tanda pertobatan sekaligus memasuki masa pertobatan ini, kita sebagai umat Katolik mendapatkan abu di dahi sebagai tanda yang mengingatkan kita untuk bertobat, sekaligus tanda akan kerapuhan diri kita sebagai manusia dan sebagai tanda ketidak abadian dunia. Oleh sebab itu tanda abu ini juga mengingatkan kita bahwa keselamatan hanya bersumber dari Tuhan.
Masa prapaskah yang dirayakan selama 40 hari ini sering dihayati sebagai hari ret-ret agung. Sebagaimana Musa berpuasa dan memurnikan diri di gunung Sinai dan Elia di gunung Horeb, (bdk. Kel 24:18, I Raj 19:8). Atau Yesus berpuasa selama 40 hari sebelum Ia tampil dan mengajar di depan umum. Masa prapaskah yang dirayakan selama 40 hari ini juga, menjadi saat dimana kita memurnikan diri dan mempererat diri dengan Tuhan. Di masa ini juga kita merenungkan sabdaNya, sebagaimana ketika Yesus di padang gurun Ia mengatakan kepada iblis yang menggodaNya untuk mengubah batu menjadi roti. Yesus mengatakan: �manusia tidak hidup dari roti saja melainkan dari sabda Tuhan�. Inilah alasan mengapa masa prapaskah adalah masa dimana kita belajar untuk semakin mengenal kehendak Tuhan yang termaktub di dalam kitab suci.
Di masa prapaskah ini juga, orang tidak saja memperbaharui relasinya dengan Tuhan tetapi juga dengan sesamanya. Sikap menjalin hubungan yang baik dengan sesama merupakan ekspresi nyata dari mengamalkan sabda dan kehendak Tuhan di dalam hidup berkemanusiaan.
Sesungguhnya di dalam masa prapaskah ini kita mengambil bagian di dalam penderitaan Kristus, dimana kita tidak saja mengadakan ziarah iman tentang peristiwa jalan salib Yesus dari kelahiran hingga kematianNya, tetapi juga mau sedikit merasakan secara konkret penderitaan yang pernah dialamiNya.
b.Masa Paskah
Paskah merupakan perayaan terpenting dalam tahun liturgi gerejawi Kristen. Di dalam peristiwa paskah ini, kita merayakan peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Kristus menjadi anak domba Paskah yang dikorbankan. Memasuki masa Paskah, menandakan bahwa masa Prapaskah telah berakhir. Kita sekalian memasuki masa Paskah dengan terlebih dahulu merayakan pekas suci yaitu Minggu Palma. Sebuah perayaan mengenang masuknya Yesus ke Yerusalem dengan menggunakan keledai yang disambut dengan sorak-sorai.
Tiga hari sebelum Minggu Paskah kita merayakan tiga hari suci (Tri Hari Suci) yaitu: hari Kamis Putih (warna liturgi putih), hari Jumat Agung (warna liturgi merah), dan hari Sabtu Suci (warna liturgi putih). Pada hari Kamis Putih, kita mengenang peristiwa perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya. Peristiwa Kamis Putih ini juga menjadi peristiwa penetapan Ekaristi dimana Yesus sendiri memberikan amanatNya kepada para murid untuk terus mengenang diriNya di dalam perjamuan selanjutnya. Di sini saya merefleksikan bahwa Kristus selalu hadir secara nyata di dalam perayaan ekaristi yang kita rayakan. Sebagaimana Ia mengatakan �inilah tubuhKu, inilah darahKu, lakukan ini sebagai peringatan akan Daku�, Kristus yang sama juga yang mengatakan �inilah tubuhKu, inilah darahKu, lakukan ini sebagai peringatan akan Daku� ketika imam mengucapkannya di dalam perayaan ekaristi. Perayaan ekaristi sungguh menghadirkan Kristus secara nyata dan hidup.
Usai Yesus merayakan perjamuan paskah bersama-murid-muridNya, ia ditangkap, diadili dan disiksa. Peristiwa penderitaan Yesus ini kita rayakan pada hari jumat Sengsara. Di hari Jumat ini kita mengikuti perjalanan salib Yesus dari peristiwa penangkapan Yesus, pengadilan, siksaan, menuju bukit Golgota dan akhirnya sampai pada kematianNya di kayu salib. Ketika mengikuti merenungkan perjalanan salib Yesus ini dengan penuh iman, kita pun akan merasakan bagaimana kemanusiaan Yesus dirampas habis-habisan oleh ciptaanNya sendiri. Bagaimana kita sebagai ciptaan mengadili dan menyiksa pencipta kita. Suatu peristiwa yang paling menyakitkan.
Perayaan Jumat sengsara ini menghantar kita untuk sampai pada refleksi yang mendalam akan cinta Tuhan yang paling agung, dimana Ia mengorbankan nyawa-Nya sendiri demi menebus dosa-dosa kita. Ia rela menanggung dosa-dosa kita bahkan rela untuk mati bahkan mati di salib yang hina. Peristiwa kematian Kristus di salib ini mengajarkan kita akan makna sebuah salib. Lewat salib itulah kita diselamatkan Tuhan. Oleh sebab itu lewat salib pun kita diajarkan Tuhan untuk tetap setia menanggung salib kita masing-masing. Di dalam kesetiaan kita dalam memanggul salib kita seraya tetap menaruh kepercayaan kepada Kristus kita pasti diselamatkanNya.
Walaupun demikian sejarah Yesus Kristus tidak berhenti pada kematianNya. Pada hari selanjutnya, Ia bangkit. Kebangkitan Kristus menjadi suatu peristiwa mulia dimana kita kembali mendapatkan harapan, bahwa Yesus itu Tuhan yang hidup. Ia dapat mengalahkan dosa dan maut lewat peristiwa kebangkitanNya. Di dalam dan melalui peristiwa kebangkitan Kristus ini iman kita memiliki dasar yang kokoh dan iman kita kepadaNya tidak pernah sia-sia dan para murid adalah saksiNya. Setelah triduum Paskah ini di sebut oktaf paskah hingga hari minggu setelah Minggu paskah. Selanjutnya pekan paskah yang berlangsung selama 7 Minggu dan berakhir pada hari pentekosta.
Masa Biasa
Masa biasa di dalam tahun liturgi dimulai setelah hari penampakan Tuhan (Epifani) dan berakhir pada hari raya Kristus raja semesta alam. Warna khas liturgi pada masa biasa ini adalah hijau yang menandakan masa yang penuh harapan. Disebut Masa Biasa karena di dalam masa ini tidak terdapat Misteri Kristus yang dirayakan secara khusus. Masa biasa memberi kesan bahwa masa itu tidak ada perayaan yang terjadi secara luar biasa. Misteri Kristus dirayakan secara meriah hanya di hari Minggu. Dimana tema utama di dalam bacaan-bacaan pada hari Minggu, selalu menyangkut misteri Kristus.
Akan tetapi perayaan masa biasa ini jangan dilihat sebagai suatu perayaan yang kurang nilai keselamatannya. Atau suatu perayaan yang tidak lengkap. Perayaan ekaristi pada masa biasa juga adalah suatu perayaan yang penuh, yakni di dalamnya, dirayakan secara utuh misteri penyelamatan Yesus. Oleh sebab itu tidak dibenarkan jika kita menyepelehkan misteri iman yang kita rayakan dalam ekaristi di masa biasa ini. Sebagaimanapun Ekaristi itu dirayakan, Ekaristi tetap menjadi sumber dan puncak kehidupan kita. Maka sangatlah tidak benar jika kita hanya mengambil bagian di dalam perayaan Ekaristi secara aktif pada masa-masa Natal dan Paskah.
Perayaan keselamatan Allah itu terjadi secara terus menerus. Oleh sebab itu, kita pun harus merayakannya tanpa henti. Bukan berarti juga kita menyangkali hari-hari khusus yang telah ditetapkan gereja di dalam tahun liturgi. Tetapi bahwa di dalam masa biasapun kita tetap merayakan misteri yang sama walau tak dirayakan secara istimewa, yaitu ucapan syukur atas karya penebusan dan kenangan akan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus.
Lebih dari itu hari minggu pun disejajarkan dengan hari-hari raya lainnya. Dimana pada hari Minggu, bersama seluruh umat beriman kita merayakan dengan penuh syukur karya penyelamatan Allah yang hadir dalam diri Yesus Kristus lewat peristiwa wafat dan kebangkitanNya. Bersama umat beriman juga kita mengucap syukur karena selama sepekan kita mendapatkan perlindungan dan kasih karunia Tuhan. Dan dengan merayakannya kita sesungguhnya menguduskan hari Tuhan sesuai perintah Allah yang ke tiga serta menunaikan lima perintah Gereja yang mengatakan rayakanlah Ekaristi pada hari Minggu dan Hari Raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu.
Sumber : http://lawarik.wordpress.com/