1. Praktek berlatih di depan sebuah cermin yang besar. Cobalah untuk membuat gerakan halus dari lengan anda dan usahakan hanya lengan anda saja yang bergerak. Jangan biarkan tubuh anda ikut bergerak atau mengikuti irama, tetapi tubuh tidak kaku, posisi berdiri diam tapi santai.
2. Hindari gerakan tangan yang lemas, seperti terkulai, atau kurang tenaga. Karena senjata seorang dirigen / conductor ada di gerakan tangan.
3. Jaga pola tangan anda, gerakan yang simple sesuai dengan pola sudah cukup dalam memberi aba-aba. Hindari gerakan-gerakan yang hanya untuk mencari keindahan, dengan menambah lekuk-lekuk yang lain, karena hal ini akan membingungkan pemusik dan penyanyi.
4. Jangan membuat gerakan tangan yang terlalu lebar atau terlalu kecil. Usahakan dapat dilihat semua penyanyi paduan suara.
5. Lihatlah mata penyanyi anda saat memimpin, ini adalah suatu bentuk komunikasi dengan penyanyi, sehingga anda dapat mudah mengatur emosi penyanyi.
6. Gambarkan ekspresi wajah anda sesuai dengan isi lagu. Agar suasana hati dapat disesuaikan dengan suasana dan maksud pengarang.
7. Gerakkan lengan anda sesuai dengan emosi lagu, misal untuk lagu mars dan energic, gerakan tangan harus tegas, sementara lagu yang legato, gerakan tangan harus mengalun.
8. Jika suatu saat, ketika anda memimpin paduan suara, anda kehilangan pola atau beat, cobalah mencari ketukan-ketukan berat, atau mengetuk satu per satu, dan gerakkan tangan membentuk.
9. Insetting adalah hal yang paling penting dalam memimpin paduan suara. Insetting yang jelas pada awal lagu, akan mempengaruhi jalannya lagu hingga selesai. Hal yang penting dalam paduan suara adalah kontak bawah sadar antara dirigen / conductor dengan penyanyi. Caranya adalah sebelum memulai memimpin lagu, usahakan anda sudah meyakinkan penyanyi untuk siap, baik hati dan pikirannya. Lihat mata masing � masing anggota. Rasakan feel anda menyatu dengan penyanyi. Sehingga sepanjang �perjalanan� lagu, anda bisa mengontrol penyanyi. Dan yang terpenting, pusatkan perhatian penyanyi hanya pada diri anda.
Sumber : http://alfons91.wordpress.com/
Showing posts with label Dirigen Paduan Suara. Show all posts
Showing posts with label Dirigen Paduan Suara. Show all posts
Sunday, August 19, 2012
Friday, August 17, 2012
Pengetahuan Dasar Seorang Dirigen
Sebelum melanjutkan ke tahap yang lebih lanjut maka seorang dirigen harus memiliki pengetahuan awal tentang dirigen. Untuk itu pada bagian ini akan dijelaskan beberapa hal yang perlu diketahui. Agar lebih jelas maka akan diuraikan dengan beberapa bagian berikut. Ada empat pengetahuan penting yang paling awal yang perlu diketahui baik oleh dirigen maupun anggota paduan suaranyanya, yaitu: pengethuan tentang aba-aba, pengetahuan tentang birama, pengetahuan tentang sikap badan dan pengetahuan tentang pembagian suara-suara.
Pentingnya Aba-aba
Selain untuk memperlihatkan irama sebagai dasar dari musik, aba-aba juga dapat mengingatkan kembali ekspresi ungkapan teks, intonasi dan lain-lain hal yang sudah diterangkan dengan kata-kata.
Aba-aba harus jelas dan sederhana merupakan tuntutan pertama. Aba-aba yang memuat sebanyak mungkin petunjuk tetapi yang dipakai hanya sejauh yang diperlukan. Maka dari itu dasar yang penting bagi dirigen adalah latihan memberi aba-aba. Aba-aba yang salah dapat mengacaukan apa yang telah dipelajari dan dilatih selama ini.
Pengetahuan Tentang Birama
Dalam sebuah lagu, kita selalu menemukan adanya pertentangan bunyi antara bagian yang berat dengan bagian yang ringan. Pertentangan tersebut akan terjadi terus menerus dan ini dinamakan sebagai irama atau ritme. Sebuah lagu akan ada waktu tertentu. Waktu yang diperlukan itu akan terbagi dalam bagian yang sama. Irama yang lengkap dimiliki setiap bagian pendek-pendek, yang artinya memiliki bagian yang berat dan bagian yang ringan. Bagian pendek ini disebut birama. Tiap-tiap birama dibatasi oleh dua buah garis vertikal.
Sikap Badan
Sikap gerakan badan dan sikap dari seorang dirigen harus dapat menggerakkan penyanyi untuk mengekspresikan musiknya dalam gerakan tarian. Bersikap relaks adalah syarat agar musik dapat diekspresikan ke dalam badan. Dengan relaks maka semua ketegangan yang menghambat akan dapat dihindari. Tercapainya suatu puncak ekspresi harus dimulai dengan ringan, kendur dan kemudian semakin tegang hingga mencapai puncak. Dalam latihan kadang-kadang badan harus dikendurkan. Sikap yang salah apabila kaki maju sedikit dengan kedua kaki diikutsertakan sehingga badan menjadi tidak seimbang.
Pengetahuan Pembagian Suara-suara
Dalam paduan suara biasanya dibagi menjadi beberapa suara yang terdiri atas suara pria, suara anak-anak dan suara wanita. Untuk suara pria dibagi menjadi 3 yaitu tenor, bariton dan bass. Sedangkan untuk suara wanita di bagi menjadi 3 yaitu sopran, mezosopran dan alto. Suara tinggi pria adalah tenor dan untuk wanita adalah sopran. Suara sedang pria adalah bariton dan untuk wanita adalah mezosopran. Suara rendah untuk pria adalah bass dan untuk wanita adalah alto. Suara anak-anak terbagi menjadi 2 yaitu tinggi dan rendah.
Aba-aba Dasar
Pada bagian ini cukup penting karena bagian ini akan menjelaskan tentang sikap dalam memulai memimpin paduan suara, cara memulai lagu dan aba-aba untuk mengakhiri lagu.
Sikap Dalam Memulai Memimpin Paduan Suara
Pimpinan seorang dirigen harus diterima dan dilaksananakan oleh semua anggota kelompoknya. Maka dari itu seorang memang harus mempunyai suatu sikap seorang pemimpin yang lebih dibanding dengan anggota lainnya. Seorang dirigen harus memiliki sikap fisik dan tutur kata yang jelas dan tegas serta berwibawa. Seorang dirigen tidak boleh menunjukkan wajah yang lesu, melainkan harus ramah dan berwajah cerah.
Gerakan badan dan anggota badan seorang dirigen haruslah leluasa. Dalam memberikan memberikan aba-aba atau isyarat tangan merupakan sarana yang utama, tetapi bukan sarana satu-satunya. Anggota yang lain seperti: mata, mulut, kepala dan badan kita juga bisa ikut berperan. Secara penggunaan, tangan kanan digunakan untuk aba-aba yang berkaitan dengan hitungan, pukulan dan birama lagu. Sedangkan tangan kiri digunakan untuk dinamik dan ekspresi lagu.
Cara Memulai Lagu
Memulai lagu merupakan bagian yang penting dalam memberikan aba-aba dan bahkan bisa menjadi sangat penting. Maka dari itu teknik memberikan aba-aba harus dilakukan berulang-ulang secara khusus. Ada dua tahap dalam teknik memberikan aba-aba: tahap pertama adalah keadaan siap tanpa bunyi. Keadaan siap tanpa bunyi ditunjukkan oleh dirigen dengan mengangkat kedua tangannya ke atas. Keadaan siap ini harus dilihat oleh semua penyanyi. Suasana saat ini adalah sangat sepi dan bahkan sampai menegangkan. Dirigen banyak sedikit dalam tahap ini akan mempengaruhi kesiapan dirigen. Tetapi bagi seorang dirigen yang berpengalaman ini bukanlah suatu masalah. Tahap kedua adalah bagian pengantar termasuk mendengarkan intro. Contoh: pitch, tempo, dinamik dan sifat lagu yang akan dibawakan nanti akan ditunjukkan pada tahap ini. Ada kebiasaan keliru yang sering dilakukan dalam memberikan aba-aba yaitu memberi pukulan awal tiga hitungan untuk semua lagu. Ini menyebabkan gerakan tangan ke bawah jatuh pada hitungan ringan sehingga birama kurang pas.
Aba-aba Mengakhiri Lagu
Tidak kalah penting dengan saat-saat menyanyi adalah mengakhiri sebuah lagu. Tetapi gerakan tangan untuk mengakhiri lagu tidak sesulit memulainya. Meskipun tidak terlalu sulit, yang penting semua penyanyi harus dapat berhenti secara serempak dan memberikan kesan akhir yang sebaik-baiknya.
Seorang dirigen dalam mengakhiri sebuah lagu juga bisa dilakukan dengan menahan tangan seberapa ketuk lagu kemudian menutup lagu. Gerakan tangan dirigen juga harus dapat dimengerti melalui gerakan dinamika lagu. Tangan yang lebih terbuka untuk menguatkan volume lagu, sebaliknya tangan yang sedikit menutup untuk mengecilkan volume lagu.
Memberikan suatu gerakan ekor setelah habisnya durasi nada terakhir merupakan cara terbaik dalam menghentikan nada terakhir. Contoh: misalnya jika nada terakhir tiga hitungan, maka setelah tiga hitungan buatlah ekor tersebut. Gerakan ekor harus dibedakan dengan gerakan yang lain karena ini cukup penting. Berikut adalah keistimewaan gerakan ekor: Keistimewaan yang pertama adalah cukup dilakukan dengan telapak tangan dan jari-jari, tanpa ikut sertanya lengan dan siku. Keistimewaan yang kedua adalah harus terlihat jelas oleh semua penyanyi, sehingga harus sedikit mengangkat.
Seorang Dirigen Harus Mengetahui Cara Bernapas yang Baik
Bernapas merupakan irama yang sangat alamiah dalam kehidupan manusia. Suasana yang dikehendaki dari suatu nyanyian dapat diciptakan melalui pernapasan. Jadi, pernapasan tidak hanya menciptakan suara. Dalam pernapasan ada tiga cara bernapas yaitu pernapasan bahu, pernapasan dada, pernapasan diafragma.
Pernapasan Bahu
Pernapasan bahu merupakan pernapasan dengan pengambilan napas yang sangat dangkal, sehingga tidak tahan lama. Pernapasan bahu ini menyebabkan sikap tubuh menjadi tidak indah. Hal yang membuat sikap tubuh menjadi tidak indah adalah pada saat mengambil napas mengembangkan bagian atas paru-paru, sehingga mendesak bahu menjadi terangkat.
Pernapasan Dada
Jika penyanyi menggunakan pernapasan dada maka penyanyi itu akan kehabisan napas. Mengapa dikatakan akan cepat habis napas? Karena cara bernapas seperti ini menggunakan paru-paru dan paru-paru tidak bisa menahan napas yang lama. Selain napas yang tidak bisa tahan lama, suara yang dihasilkan kurang stabil.
Pernapasan Diafragma
Diantara ketiga pernapasan, pernapasan diafragma merupakan pernapasan yang paling bagus untuk bernyanyi. Tetapi tidak semua orang bisa melakukannya dengan baik. Banyak orang yang mencoba bernapas dengan diafragma tetapi diafragmanya hampir tidak bergerak dan paru-paru tidak diisi dengan secukupnya sehingga napasnya menjadi pendek dan dangkal.
Sumber : http://yosuafie.blogspot.com/
Pentingnya Aba-aba
Selain untuk memperlihatkan irama sebagai dasar dari musik, aba-aba juga dapat mengingatkan kembali ekspresi ungkapan teks, intonasi dan lain-lain hal yang sudah diterangkan dengan kata-kata.
Aba-aba harus jelas dan sederhana merupakan tuntutan pertama. Aba-aba yang memuat sebanyak mungkin petunjuk tetapi yang dipakai hanya sejauh yang diperlukan. Maka dari itu dasar yang penting bagi dirigen adalah latihan memberi aba-aba. Aba-aba yang salah dapat mengacaukan apa yang telah dipelajari dan dilatih selama ini.
Pengetahuan Tentang Birama
Dalam sebuah lagu, kita selalu menemukan adanya pertentangan bunyi antara bagian yang berat dengan bagian yang ringan. Pertentangan tersebut akan terjadi terus menerus dan ini dinamakan sebagai irama atau ritme. Sebuah lagu akan ada waktu tertentu. Waktu yang diperlukan itu akan terbagi dalam bagian yang sama. Irama yang lengkap dimiliki setiap bagian pendek-pendek, yang artinya memiliki bagian yang berat dan bagian yang ringan. Bagian pendek ini disebut birama. Tiap-tiap birama dibatasi oleh dua buah garis vertikal.
Sikap Badan
Sikap gerakan badan dan sikap dari seorang dirigen harus dapat menggerakkan penyanyi untuk mengekspresikan musiknya dalam gerakan tarian. Bersikap relaks adalah syarat agar musik dapat diekspresikan ke dalam badan. Dengan relaks maka semua ketegangan yang menghambat akan dapat dihindari. Tercapainya suatu puncak ekspresi harus dimulai dengan ringan, kendur dan kemudian semakin tegang hingga mencapai puncak. Dalam latihan kadang-kadang badan harus dikendurkan. Sikap yang salah apabila kaki maju sedikit dengan kedua kaki diikutsertakan sehingga badan menjadi tidak seimbang.
Pengetahuan Pembagian Suara-suara
Dalam paduan suara biasanya dibagi menjadi beberapa suara yang terdiri atas suara pria, suara anak-anak dan suara wanita. Untuk suara pria dibagi menjadi 3 yaitu tenor, bariton dan bass. Sedangkan untuk suara wanita di bagi menjadi 3 yaitu sopran, mezosopran dan alto. Suara tinggi pria adalah tenor dan untuk wanita adalah sopran. Suara sedang pria adalah bariton dan untuk wanita adalah mezosopran. Suara rendah untuk pria adalah bass dan untuk wanita adalah alto. Suara anak-anak terbagi menjadi 2 yaitu tinggi dan rendah.
Aba-aba Dasar
Pada bagian ini cukup penting karena bagian ini akan menjelaskan tentang sikap dalam memulai memimpin paduan suara, cara memulai lagu dan aba-aba untuk mengakhiri lagu.
Sikap Dalam Memulai Memimpin Paduan Suara
Pimpinan seorang dirigen harus diterima dan dilaksananakan oleh semua anggota kelompoknya. Maka dari itu seorang memang harus mempunyai suatu sikap seorang pemimpin yang lebih dibanding dengan anggota lainnya. Seorang dirigen harus memiliki sikap fisik dan tutur kata yang jelas dan tegas serta berwibawa. Seorang dirigen tidak boleh menunjukkan wajah yang lesu, melainkan harus ramah dan berwajah cerah.
Gerakan badan dan anggota badan seorang dirigen haruslah leluasa. Dalam memberikan memberikan aba-aba atau isyarat tangan merupakan sarana yang utama, tetapi bukan sarana satu-satunya. Anggota yang lain seperti: mata, mulut, kepala dan badan kita juga bisa ikut berperan. Secara penggunaan, tangan kanan digunakan untuk aba-aba yang berkaitan dengan hitungan, pukulan dan birama lagu. Sedangkan tangan kiri digunakan untuk dinamik dan ekspresi lagu.
Cara Memulai Lagu
Memulai lagu merupakan bagian yang penting dalam memberikan aba-aba dan bahkan bisa menjadi sangat penting. Maka dari itu teknik memberikan aba-aba harus dilakukan berulang-ulang secara khusus. Ada dua tahap dalam teknik memberikan aba-aba: tahap pertama adalah keadaan siap tanpa bunyi. Keadaan siap tanpa bunyi ditunjukkan oleh dirigen dengan mengangkat kedua tangannya ke atas. Keadaan siap ini harus dilihat oleh semua penyanyi. Suasana saat ini adalah sangat sepi dan bahkan sampai menegangkan. Dirigen banyak sedikit dalam tahap ini akan mempengaruhi kesiapan dirigen. Tetapi bagi seorang dirigen yang berpengalaman ini bukanlah suatu masalah. Tahap kedua adalah bagian pengantar termasuk mendengarkan intro. Contoh: pitch, tempo, dinamik dan sifat lagu yang akan dibawakan nanti akan ditunjukkan pada tahap ini. Ada kebiasaan keliru yang sering dilakukan dalam memberikan aba-aba yaitu memberi pukulan awal tiga hitungan untuk semua lagu. Ini menyebabkan gerakan tangan ke bawah jatuh pada hitungan ringan sehingga birama kurang pas.
Aba-aba Mengakhiri Lagu
Tidak kalah penting dengan saat-saat menyanyi adalah mengakhiri sebuah lagu. Tetapi gerakan tangan untuk mengakhiri lagu tidak sesulit memulainya. Meskipun tidak terlalu sulit, yang penting semua penyanyi harus dapat berhenti secara serempak dan memberikan kesan akhir yang sebaik-baiknya.
Seorang dirigen dalam mengakhiri sebuah lagu juga bisa dilakukan dengan menahan tangan seberapa ketuk lagu kemudian menutup lagu. Gerakan tangan dirigen juga harus dapat dimengerti melalui gerakan dinamika lagu. Tangan yang lebih terbuka untuk menguatkan volume lagu, sebaliknya tangan yang sedikit menutup untuk mengecilkan volume lagu.
Memberikan suatu gerakan ekor setelah habisnya durasi nada terakhir merupakan cara terbaik dalam menghentikan nada terakhir. Contoh: misalnya jika nada terakhir tiga hitungan, maka setelah tiga hitungan buatlah ekor tersebut. Gerakan ekor harus dibedakan dengan gerakan yang lain karena ini cukup penting. Berikut adalah keistimewaan gerakan ekor: Keistimewaan yang pertama adalah cukup dilakukan dengan telapak tangan dan jari-jari, tanpa ikut sertanya lengan dan siku. Keistimewaan yang kedua adalah harus terlihat jelas oleh semua penyanyi, sehingga harus sedikit mengangkat.
Seorang Dirigen Harus Mengetahui Cara Bernapas yang Baik
Bernapas merupakan irama yang sangat alamiah dalam kehidupan manusia. Suasana yang dikehendaki dari suatu nyanyian dapat diciptakan melalui pernapasan. Jadi, pernapasan tidak hanya menciptakan suara. Dalam pernapasan ada tiga cara bernapas yaitu pernapasan bahu, pernapasan dada, pernapasan diafragma.
Pernapasan Bahu
Pernapasan bahu merupakan pernapasan dengan pengambilan napas yang sangat dangkal, sehingga tidak tahan lama. Pernapasan bahu ini menyebabkan sikap tubuh menjadi tidak indah. Hal yang membuat sikap tubuh menjadi tidak indah adalah pada saat mengambil napas mengembangkan bagian atas paru-paru, sehingga mendesak bahu menjadi terangkat.
Pernapasan Dada
Jika penyanyi menggunakan pernapasan dada maka penyanyi itu akan kehabisan napas. Mengapa dikatakan akan cepat habis napas? Karena cara bernapas seperti ini menggunakan paru-paru dan paru-paru tidak bisa menahan napas yang lama. Selain napas yang tidak bisa tahan lama, suara yang dihasilkan kurang stabil.
Pernapasan Diafragma
Diantara ketiga pernapasan, pernapasan diafragma merupakan pernapasan yang paling bagus untuk bernyanyi. Tetapi tidak semua orang bisa melakukannya dengan baik. Banyak orang yang mencoba bernapas dengan diafragma tetapi diafragmanya hampir tidak bergerak dan paru-paru tidak diisi dengan secukupnya sehingga napasnya menjadi pendek dan dangkal.
Sumber : http://yosuafie.blogspot.com/
Wednesday, August 15, 2012
Dasar-dasar Teknik Dirigen
SIKAP DIRIGEN (UMUM)
Sikap dirigen merupakan gabungan dari sikap tangan, tubuh dan juga ekspresi wajah. Dirigen harus memaksa penyanyi memperhatikan dirinya terutama gerakan tangannya. Dapatkah anggota koor melihat tangan dirigen? Dapatkah mereka melihat pada saat tangan ada di bawah? Sikap tubuh harus dalam posisi siap dan waspada, tidak terlalu kendor atau tegang. Selalu dalam keadaan waspada dan siap. Sikap yang yang santai atau tidak peduli gampang menular. Ekspresi wajah memberikan petunjuk kepada penyanyi apa yang diharapkan dari mereka. Seorang dirigen menggunakan kedua matanya untuk memelihara kontak dengan setiap penyanyi, sekaligus memegang kendali.
Dirigen pada dasarnya memberi pengarahan pada penyanyi sebelum penyanyi menyanyikannya, sehingga apa yang dilakukan koor sesuai dengan yang dikehendaki dirigen.
SIKAP TANGAN PADA POSISI SIAP
Penyanyi/organis harus dipersiapkan sebelum mulai dengan sikap siap. Sikap tangan seperti sedang memegang bola yang garis tengahnya selebar badan. Kedua telapak tangan menghadap ke bawah dengan jari-jari yang relaks. Kedua tangan pada jarak yang sama dengan badan anda. Sikap siap ini bervariasi tergantung dari karakter lagu yang akan dibawakan.
GERAKAN AWAL
Gerakan awal diperlukan saat mulai memberi aba-aba. Sebaiknya dipelajari setelah menguasai pola-pola dasar dan dapat melakukannya tanpa ketegangan. Gerakan awal harus dipelajari dan dipakai, jangan lagi menghitung �satu-dua-tiga� untuk memulai nyanyian.
Fungsi gerakan awal adalah :
1. Meningkatkan presisi/ketepatan waktu mulai penyanyi berbunyi.
2. Mengingatkan karakter (termasuk volume) pada awal lagu yang akan dibawakan
3. Menjelaskan tempo yang akan diambil.
Gerakan awal didahului dengan sikap siap. Gerakan awal ini janganlah dipakai untuk memberi tahu setiap kali suatu kelompok suara harus masuk. Penyanyi harus selalu dituntut untuk menghitung semua tanda istirahat, bukan menunggu tanda dari dirigen.
Cara melakukannya :
Pada dasarnya memberi satu ketukan sebelum ketukan masuk (untuk lagu yang dimulai pada ketukan), membuat sikap badan dan tangan yang antisipatif, serta pada saat masuk melakukan gerakan yang mantap, seperti �yak � bam�. Selalu arahkan pandangan mata ke bagian penyanyi yang akan mulai bernyanyi, jangan melihat pada teks. Tetap pandang mereka sampai proses �masuk� ini diselesaikan. Jangan berpaling karena penyanyi akan merasa kecewa / diabaikan. Gerakan awal diarahkan pada pengiring bila lagu diawali dengan intro. Disini organis harus melihat ke dirigen sehingga masuk pada saat dan tempo serta karakter yang dimaksudkan oleh dirigen.
GERAKAN BERHENTI
Gerakan ini penting karena biasanya penyanyi atau dirigen kehilangan konsentrasinya menjelang akhir lagu. Aba-aba harus selalu diberikan sampai lagu berakhir, bahkan hingga beberapa saat setelah lagu berhenti. Kontrol dirigen terhadap penyanyi harus tetap dijaga. Cara paling sederhana adalah menghentikan gerakan tangan pada ketukan terakhir, menahannya sesuai dengan yang dikehendaki (apakah itu beberapa ketukan atau fermata), lalu beri dua gerakan pendek, satu ke atas, satu ke bawah, kembali ke tempat semula : seperti � yak � stop�. Pada saat �stop� ini semua suara harus berhenti, penyanyi mungkin masih harus mengucapkan konsunan penutupnya.
TANGAN KIRI
Tangan kiri berfungsi untuk menolong tangan kanan, bila tangan kanan tidak lagi bisa memberikan pengarahan yang diinginkan. Cobalah gunakan pedoman ini :
1. Pada dasarnya tangan kanan melakukan semuanya: tempo, volume, karakter, phrasing,
dan gerakan awal serta akhir.
2. Tangan kiri membantu yang hal-hal tidak dapat dilakukan sendiri oleh tangan kanan seperti membari gerakan awal, aksen, volume, tanda untuk menahan nada pada kelompok suara tertentu. Juga hal-hal lain seperti membalik teks, memberi karakter dengan mengepalkan tangan atau membuat gerakan yang gemulai.
3. Membantu menekankan apa yang sudah dilakukan oleh tangan kanan.
4. Tangan kiri sebaiknya jangan melakukan pola ketukan tangan kanan terlalu banyak, hanya pada saat awal atau bila tempo terasa terlalu berat atau cepat.
DINAMIKA, AKSEN, PHRASING, TEMPO, KARAKTER
Setelah gerakan dasar dikuasai, gerakan-gerakan yang lebih sulit perlu dipelajari untuk memberi aba-aba pada elemen musik yang lain.
DINAMIKA
Piano dan forte dapat ditunjukkan oleh ukuran gerakan tangan. Buatlah gerakan sekecil mungkin untuk pianissimo yang masih dapat dilihat oleh penyanyi dan kemudian buatlah gerakan lebar untuk fortissimo. Ingat-ingatlah ukuran gerakan untuk kedua ekstrim ini dan jangan melewatinya. Bila terjadi perubahan dinamika buatlah gerakan yang menunjukkan dinamika yang dikehendaki sebelum waktunya. Pakailah tangan kiri untuk mengatur cepat-lambatnya suatu crescendo/diminuendo.
AKSEN
Berilah pantulan yang tinggi pada satu ketukan sebelumnya, dan kemudian jangan memantul terlalu tinggi pada ketukan beraksen. Gunakan tangan kiri untuk membantu.
PHRASING
Phrasing adalah pengkalimatan dalam lagu. Biasanya suatu lagu terdiri atas kalimat panjang dan kecil yang dipisahkan dengan tanda ( � ) meskipun lebih sering dirigen harus menganalisa sendiri. Biasanya di tempat ini penyanyi mengambil nafas, Untuk memberi aba-aba pada phrasing, gerakan tangan dihentikan pada akhir suatu frase dan bergerak lagi untuk memulai frase yang baru.
TEMPO
Perlu diperhatikan bahwa tempo cepat tidak efektif bila dilakukan dengan gerakan yang besar (meskipun forte) dan tempo lambat tidak terlihat bila dilakukan dengan gerakan yang kecil.
Gunakan pedoman berikut :
1. Untuk mempercepat atau menegaskan tempo bila penyanyi/organis melambatkan tempo lagu, gunakan gerakan kecil yang jelas.
2. Untuk memperlambat tempo atau menjaga tempo agar tidak lari, gunakan gerakan yang besar dan lebar.
KARAKTER
Sampai disini aba-aba yang diberikan itu untuk karakter lagu yang legato. Untuk gaya yang lain diperlukan tangan yang berbeda.
Marcato. Gunakan gerakan yang lebih energik, pukulan yang lebih keras dengan sudut-sudut balik yang lebih tajam.
Staccato. Pukulan cepat berbalik memantul dengan sudut yang tajam tanpa mengentikan gerakan. Gerakan lebih berupa garis, bukan lagi lengkungan.
Maestoso. Agung dan megah. Buat gerakan ke bawah yang berat dan sedikit lebih lambat.
Lambat, mengalir. Ini yang paling sulit. Gerakan harus tenang tanpa hentakan, tetapi ketukan tetap jelas. Diperlukan control otot dan syaraf. Semua gerakan harus lambat dan terus mengalir, namun gerakan memantul tetap ada dan jelas.
BEBERAPA TIPS
Selain teknik aba-aba, ada beberapa hal di luar teknis yang bisa membantu mempelajari suatu lagu baru, baik secara individu maupun dalam latihan.
CERMIN.
Seorang pemusik memerlukan latihan individual, tidak terkecuali seorang dirigen. Seorang pemain instrument atau penyanyi dapat mengecek bunyi yang dihasilkan dengan telinganya. Seorang dirigen yang berlatih sendiri mengecek penampilannya di depan cermin, karena tidak ada suara yang dikeluarkan. Cek apakah aba-aba yang diberikan jelas.
LATIHAN DENGAN TEMPO LAMBAT.
Seperti juga pemusik untuk menguasai bagian yang sulit dirigen perlu juga melatih dalam tempo lambat terlebih dahulu untuk menguasai detil musiknya.
BERI SEMUA KETUKAN.
Meskipun penyanyi tidak menyanyi, bila musik masih berlangsung, apakah itu instrument atau istirahat, tetaplah memberi semua ketukan sehingga penyanyi tahu dimana anda berada.
WAJAH.
Ekspresi wajah penting dalam kepemimpinan dan juga interpretasi musik. Jangan memimpin dengan muka seperti mayat, tanpa ekspresi. Hindari juga wajah yang terlalu tegang karena akan mempengaruhi ketegangan otot produksi suara dari penyanyi.
MENYANYI.
Jangan ikut menyanyi bila memimpin karena suara koor tidak akan terdengar karena tertutup suara sendiri. Meski demikian mulut boleh ikut mengucapkan teks (tanpa berbunyi) untuk membantu penyanyi masuk atau menjaga tempo. Hendaknya ini dibatas pada awal kalimat saja.
MENCATAT PADA TEKS.
Jangan menganggap ini kegiatan yang amatiran. Semua dirigen besar melakukannya. Beri tanda-tanda yang komunikatif pada tempat yang penting atau sering terjadi kesalahan, sehingga waktu memimpin lagu tersebut dapat memberikan aba-aba sesaat sebelum waktunya tiba.
MELIHAT KE PENYANYI
Selalu jaga kontak dengan penyanyi dengan menatap mereka terutama pada tempat-tempat yang sulit. Jangan korbankan kontak ini untuk melihat teks karena takut kehilangan. Penyanyi akan merasa ditinggalkan bila pada saat yang sulit dirigen menundukkan kepala dan melihat ke teks di bawahnya.
MELATIH PADUAN SUARA
Hidup sebuah paduan suara terletak pada latihan-latihannya. Pada saat itulah semuanya terjadi: penguasaan suatu lagu, pengertian antar personal, peningkatan teknik (vocal, aba-aba, main organ). Sebuah paduan suara tidak akan maju atau bertahan keberadaannya tanpa adanya latihan. Latihan rutin adalah latihan yang paling bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu paduan suara. Untuk itu setiap latihan perlu beberapa persiapan.
PERSIAPAN DIRIGEN
1. Lagu dan penguasaan lagu :
� not
� kata-kata
� phrasing
� tempo yang cocok
� kerangka harmoni
2. Menyediakan teks (lebih baik berikan tugas ini pada orang lain)
3. Menyiapkan tempat
4. Menyiapkan organis : nada dasar
5. Merencanakan agenda latihan (pemanasan, beberapa menit sebelum latihan dsb.)
PERSIAPAN ORGANIS
1. membuat dan melatih lagu-lagu sesuai dengan kunci yang disepakati
2. membuat intro
3. lagu-lagu yang dinyanyikan empat suara harus dicari/dibuat iringan yang sesuai
Kedua hal diatas, sebaiknya dilakukan di luar jam latihan, sehingga waktu latihan yang sangat terbatas bisa dimanfaatkan, apalagi di kota besar dimana waktu sangat berharga. Jangan sia-siakan orang banyak yang sudah berkumpul sementara anda sendiri melakukan tugas anda sendiri yang belum selesai.
Sebelum mulai latihan dirigen harus mempersiapkan koornya dahulu dengan latihan pemanasan (Vocalisi). Yang menjadi tujuan pemanasan adalah menyiapkan organ-organ produksi suara untuk menghasilkan suara yang diinginkan, selain itu juga membangun konsentrasi yang akan dipakai nanti dalam mempelajari lagu.
PEMANASAN UNTUK KOOR
Tujuan pemanasan adalah menghasilkan suara koor yang berkualitas yang mencakup tiga hal :
* Energi. Suara yang berenergi, yang �mengangkat�, bukan suara yang datar, lelah bahkan cenderung turun.
* Indah natural. Suara yang indah yang enak didengar, fleksibel, empuk meskipun forte atau bernada tinggi.
* Resonansi. Suara seakan-akan berasal dari kepala, bukan dada atau tenggorokan.
Apabila ini terwujud, maka suara penyanyi akan kurang lebih sama karena dihasilkan dengan cara yang sama. Inilah yang menjadi tujuan suatu paduan suara, yaitu dengan memadukan suara manusia yang bermacam-macam. Mekanisme produksi suara yang dipakai untuk berbicara harus diubah untuk bernyanyi. Pemanasan sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup pendek (5 -10 menit) namun dengan keseriusan yang tinggi.
Penyanyi diharapkan mengetahui tujuan dari masing-masing langkahnya.
1. Relaksasi. Untuk mengendorkan otot-otot bernyanyi yang tegang. Putar kepala beberapa kali (kedua arah), putar kedua bahu, mengangkat tangan ke atas, latihan nafas dengan diafragma dengan tetap mengangkat dada.
2. Resonansi. Untuk menghasilkan suara yang bulat dan empuk. Menguap. Hmmmm (dari nada C turun satu oktav ke bawah), bersenandung dengan lembut 5-4-3-2-1 (lalu �mi-me-ma-mo-mu�), lalu naik setengah nada. Gunakan huruf �m� untuk membangkitkan rongga resonansi di kepala.
3. Energi. Nyanyikan 1-2-3-4-5-4-3-2-1 dengan (do,ma,mo atau ha), terus naik setengah nada. Juga 5555-5555-54321 dengan �ha�� 5 nada terakhir legato.
4. Indah. Bernyanyi dengan legato. 1 � 54321 dengan vocal : ni � ah, ni � eh , di � o.
Bila keempat hal ini sudah diberikan, bila perlu dirigen dapat juga menambah latihan lain untuk meningkatkan paduan suaranya :
1. sensitivitas antar penyanyi dengan dirigen : latihan dinamika dari p � f � p
2. menyeragamkan huruf hidup : a � e � i � o � u dan variasinya : ni � e � a � e � i, u � wi � yu � wi � yu, i � yo � i � yo � i. Gunakan nada yang sama dilanjutkan setengah nada di atasnya.
3. Ketepatan nada : mainkan nada secara acak pada organ, mintalah pada koor untuk mengikutinya.
4. Fleksibilitas : 11234234534564567567i, dengan �ya� dan tempo yang cepat atau dengan 1231354321 (fanalafanalafanalafa)
AMBITUS (JANGKAUAN NADA)
Jangkauan nada dari masing-masing kelompok suara :
1. Sopran : c� � a�
2. Alto : f � d�
3. Tenor : c � a�
4. Bas : F � d�
F-G-A-B-c-d-e-f-g-a-b-c�-d�-e�-f�-g�-a�-b�-c�-d�-e�-f�-g�-a�
TEKNIK MENGAJARKAN LAGU BARU
Tahap mengenali lagu, menyanyikan not
* Organis memainkan lagu tersebut, penyanyi mendengarkan, tidak boleh ikut bernyanyi. Ulangi sekali lagi bila perlu.
* Koor menyanyikan not bersama organ, jangan biarkan mereka bernyanyi dengan keras. Ini memiliki kuntungan ganda : penyanyi lebih mendengar dan juga energi bisa dihemat.
* Dengarkan koor jangan ikut menyanyi. Perhatikan apakah ada tempat dimana penyanyi salah atau merasa sulit (sumbang atau berhenti bernyanyi). Tandai tempat itu. Ulangi bagian itu sampai bisa, setelah itu frase sebelumnya, jangan selalu dari depan. Mintalah penyanyi menandai juga tempat tersebut.
* Dengar hasilnya, apakah masih ada tempat yang masih salah (nada, ritme atau phrasing) kembangkan telinga untuk mendeteksi hal ini dan mencari penyelesaiannya.
* Untuk lagu banyak suara, bila dirigen tidak dapat mendengar semua sekaligus, mintalah sopran dan alto bisa menyanyi dengan not, sementara tenor dan bas bersenandung. Organ tetap membantu sopran dan alto. Bereskan, baru dicoba tenor dan bas. Setiap koreksi sebaiknya dicatat.
* Rasakan apakah tangan dirigen �terpaksa� melambat karena koor, karena ini bisa berarti bahwa koor belum bisa dan bagian yang melambat itu harus dilatih hingga lancar.
* Jangan merasa �malu� untuk mengulang bagian tertentu dengan tempo yang lebih lambat. Bisa juga menahan pada ketukan tertentu untuk mendengar apakah paduan (harmoni) sudah benar.
Tahap belajar dengan kata-kata :
* Bila not sudah lancar anda sudah dapat mulai dengan kata-kata. Deteksi lokasi yang masih salah.
* Cobalah dengan membacanya tanpa dengan nada tapi dengan ritme serta memahami kalimat-kalimatnya. Beritahu pada koor bagian kata yang mana yang lebih penting dari yang lain. Beri penekanan pada bagian kata tersebut. Tempat ini biasanya adalah puncak suatu frase.
* Bernyanyilah dengan memahami kata-katanya, jangan bernyanyi empat suara selama masih berjuang dengan not dan kata-kata. Kasihan pada orang yang mendengarkan, dia tidak punya pilihan lain selain mendengarkan.
* Bila terdengar masih ada masalah dengan not, cobalah bagian tersebut dengan not lagi. Lalu dengan satu suku kata seperti �ma-ma-ma�. Baru coba dengan kata-katanya.
Tahap penyempurnaan
* Perhatikan nada-nada yang dinyanyikan tidak sesuai panjangnya (biasanya dilakukan di akhir suatu frase).
* Setiap kali dirigen meminta penyanyi untuk mengulang, sedapat mungkin katakan kekurangannya dan bagaimana seharusnya. Dirigen tidak perlu memberi contoh, bisa juga dengan mengatakan �sepertinya ditempat ini alto masih ragu-ragu pada nada �sa� dan tenor terlalu terputus-putus�.
* Tekankan selalu phrasing dengan mencari kata-kata kunci/puncak setiap phrase.
* Buat akhir lagu nampak seperti akhir. Latih ritardando.
Beberapa catatan yang harus diperhatikan dirigen:
* Pujilah anggota koor bila mereka menunjukkan kemajuan atau perbaikan.
* Jangan anggap remeh lagu yang pernah dinyanyikan. Tetaplah bersikap kritis terhadap kesalahan-kesalahan yang umum terjadi dan berusahalah untuk memperbaikinya
* Banyaklah belajar dengan melihat cara melatih dan memimpin dari dirigen lain, ambil yang baik dan hindari yang menurut anda tidak baik, buang juga kebiasaan-kebiasaan buruk anda yang baru anda sadari setelah anda melihat hal itu terdapat pada dirigen lain.
* Lihatlah cara koor lain bertugas : organis, dirigen, dan koornya. Ambil yang baik, buang yang kurang baik. Kadang-kadang kita mudah melihat kesalahan kita dengan melihat kekurangan orang lain.
* Jangan selalu hanya gunakan kata : �keras� atau �lembut� kepada penyanyi. Pakailah juga kata : �sedih�, �agung�, �cerah�, �berapi-api�,�hidup� atau istilah-istilah musik seperti �legato�,�staccato� dll.
Sumber : http://y4n5.blogspot.com/
Sikap dirigen merupakan gabungan dari sikap tangan, tubuh dan juga ekspresi wajah. Dirigen harus memaksa penyanyi memperhatikan dirinya terutama gerakan tangannya. Dapatkah anggota koor melihat tangan dirigen? Dapatkah mereka melihat pada saat tangan ada di bawah? Sikap tubuh harus dalam posisi siap dan waspada, tidak terlalu kendor atau tegang. Selalu dalam keadaan waspada dan siap. Sikap yang yang santai atau tidak peduli gampang menular. Ekspresi wajah memberikan petunjuk kepada penyanyi apa yang diharapkan dari mereka. Seorang dirigen menggunakan kedua matanya untuk memelihara kontak dengan setiap penyanyi, sekaligus memegang kendali.
Dirigen pada dasarnya memberi pengarahan pada penyanyi sebelum penyanyi menyanyikannya, sehingga apa yang dilakukan koor sesuai dengan yang dikehendaki dirigen.
SIKAP TANGAN PADA POSISI SIAP
Penyanyi/organis harus dipersiapkan sebelum mulai dengan sikap siap. Sikap tangan seperti sedang memegang bola yang garis tengahnya selebar badan. Kedua telapak tangan menghadap ke bawah dengan jari-jari yang relaks. Kedua tangan pada jarak yang sama dengan badan anda. Sikap siap ini bervariasi tergantung dari karakter lagu yang akan dibawakan.
GERAKAN AWAL
Gerakan awal diperlukan saat mulai memberi aba-aba. Sebaiknya dipelajari setelah menguasai pola-pola dasar dan dapat melakukannya tanpa ketegangan. Gerakan awal harus dipelajari dan dipakai, jangan lagi menghitung �satu-dua-tiga� untuk memulai nyanyian.
Fungsi gerakan awal adalah :
1. Meningkatkan presisi/ketepatan waktu mulai penyanyi berbunyi.
2. Mengingatkan karakter (termasuk volume) pada awal lagu yang akan dibawakan
3. Menjelaskan tempo yang akan diambil.
Gerakan awal didahului dengan sikap siap. Gerakan awal ini janganlah dipakai untuk memberi tahu setiap kali suatu kelompok suara harus masuk. Penyanyi harus selalu dituntut untuk menghitung semua tanda istirahat, bukan menunggu tanda dari dirigen.
Cara melakukannya :
Pada dasarnya memberi satu ketukan sebelum ketukan masuk (untuk lagu yang dimulai pada ketukan), membuat sikap badan dan tangan yang antisipatif, serta pada saat masuk melakukan gerakan yang mantap, seperti �yak � bam�. Selalu arahkan pandangan mata ke bagian penyanyi yang akan mulai bernyanyi, jangan melihat pada teks. Tetap pandang mereka sampai proses �masuk� ini diselesaikan. Jangan berpaling karena penyanyi akan merasa kecewa / diabaikan. Gerakan awal diarahkan pada pengiring bila lagu diawali dengan intro. Disini organis harus melihat ke dirigen sehingga masuk pada saat dan tempo serta karakter yang dimaksudkan oleh dirigen.
GERAKAN BERHENTI
Gerakan ini penting karena biasanya penyanyi atau dirigen kehilangan konsentrasinya menjelang akhir lagu. Aba-aba harus selalu diberikan sampai lagu berakhir, bahkan hingga beberapa saat setelah lagu berhenti. Kontrol dirigen terhadap penyanyi harus tetap dijaga. Cara paling sederhana adalah menghentikan gerakan tangan pada ketukan terakhir, menahannya sesuai dengan yang dikehendaki (apakah itu beberapa ketukan atau fermata), lalu beri dua gerakan pendek, satu ke atas, satu ke bawah, kembali ke tempat semula : seperti � yak � stop�. Pada saat �stop� ini semua suara harus berhenti, penyanyi mungkin masih harus mengucapkan konsunan penutupnya.
TANGAN KIRI
Tangan kiri berfungsi untuk menolong tangan kanan, bila tangan kanan tidak lagi bisa memberikan pengarahan yang diinginkan. Cobalah gunakan pedoman ini :
1. Pada dasarnya tangan kanan melakukan semuanya: tempo, volume, karakter, phrasing,
dan gerakan awal serta akhir.
2. Tangan kiri membantu yang hal-hal tidak dapat dilakukan sendiri oleh tangan kanan seperti membari gerakan awal, aksen, volume, tanda untuk menahan nada pada kelompok suara tertentu. Juga hal-hal lain seperti membalik teks, memberi karakter dengan mengepalkan tangan atau membuat gerakan yang gemulai.
3. Membantu menekankan apa yang sudah dilakukan oleh tangan kanan.
4. Tangan kiri sebaiknya jangan melakukan pola ketukan tangan kanan terlalu banyak, hanya pada saat awal atau bila tempo terasa terlalu berat atau cepat.
DINAMIKA, AKSEN, PHRASING, TEMPO, KARAKTER
Setelah gerakan dasar dikuasai, gerakan-gerakan yang lebih sulit perlu dipelajari untuk memberi aba-aba pada elemen musik yang lain.
DINAMIKA
Piano dan forte dapat ditunjukkan oleh ukuran gerakan tangan. Buatlah gerakan sekecil mungkin untuk pianissimo yang masih dapat dilihat oleh penyanyi dan kemudian buatlah gerakan lebar untuk fortissimo. Ingat-ingatlah ukuran gerakan untuk kedua ekstrim ini dan jangan melewatinya. Bila terjadi perubahan dinamika buatlah gerakan yang menunjukkan dinamika yang dikehendaki sebelum waktunya. Pakailah tangan kiri untuk mengatur cepat-lambatnya suatu crescendo/diminuendo.
AKSEN
Berilah pantulan yang tinggi pada satu ketukan sebelumnya, dan kemudian jangan memantul terlalu tinggi pada ketukan beraksen. Gunakan tangan kiri untuk membantu.
PHRASING
Phrasing adalah pengkalimatan dalam lagu. Biasanya suatu lagu terdiri atas kalimat panjang dan kecil yang dipisahkan dengan tanda ( � ) meskipun lebih sering dirigen harus menganalisa sendiri. Biasanya di tempat ini penyanyi mengambil nafas, Untuk memberi aba-aba pada phrasing, gerakan tangan dihentikan pada akhir suatu frase dan bergerak lagi untuk memulai frase yang baru.
TEMPO
Perlu diperhatikan bahwa tempo cepat tidak efektif bila dilakukan dengan gerakan yang besar (meskipun forte) dan tempo lambat tidak terlihat bila dilakukan dengan gerakan yang kecil.
Gunakan pedoman berikut :
1. Untuk mempercepat atau menegaskan tempo bila penyanyi/organis melambatkan tempo lagu, gunakan gerakan kecil yang jelas.
2. Untuk memperlambat tempo atau menjaga tempo agar tidak lari, gunakan gerakan yang besar dan lebar.
KARAKTER
Sampai disini aba-aba yang diberikan itu untuk karakter lagu yang legato. Untuk gaya yang lain diperlukan tangan yang berbeda.
Marcato. Gunakan gerakan yang lebih energik, pukulan yang lebih keras dengan sudut-sudut balik yang lebih tajam.
Staccato. Pukulan cepat berbalik memantul dengan sudut yang tajam tanpa mengentikan gerakan. Gerakan lebih berupa garis, bukan lagi lengkungan.
Maestoso. Agung dan megah. Buat gerakan ke bawah yang berat dan sedikit lebih lambat.
Lambat, mengalir. Ini yang paling sulit. Gerakan harus tenang tanpa hentakan, tetapi ketukan tetap jelas. Diperlukan control otot dan syaraf. Semua gerakan harus lambat dan terus mengalir, namun gerakan memantul tetap ada dan jelas.
BEBERAPA TIPS
Selain teknik aba-aba, ada beberapa hal di luar teknis yang bisa membantu mempelajari suatu lagu baru, baik secara individu maupun dalam latihan.
CERMIN.
Seorang pemusik memerlukan latihan individual, tidak terkecuali seorang dirigen. Seorang pemain instrument atau penyanyi dapat mengecek bunyi yang dihasilkan dengan telinganya. Seorang dirigen yang berlatih sendiri mengecek penampilannya di depan cermin, karena tidak ada suara yang dikeluarkan. Cek apakah aba-aba yang diberikan jelas.
LATIHAN DENGAN TEMPO LAMBAT.
Seperti juga pemusik untuk menguasai bagian yang sulit dirigen perlu juga melatih dalam tempo lambat terlebih dahulu untuk menguasai detil musiknya.
BERI SEMUA KETUKAN.
Meskipun penyanyi tidak menyanyi, bila musik masih berlangsung, apakah itu instrument atau istirahat, tetaplah memberi semua ketukan sehingga penyanyi tahu dimana anda berada.
WAJAH.
Ekspresi wajah penting dalam kepemimpinan dan juga interpretasi musik. Jangan memimpin dengan muka seperti mayat, tanpa ekspresi. Hindari juga wajah yang terlalu tegang karena akan mempengaruhi ketegangan otot produksi suara dari penyanyi.
MENYANYI.
Jangan ikut menyanyi bila memimpin karena suara koor tidak akan terdengar karena tertutup suara sendiri. Meski demikian mulut boleh ikut mengucapkan teks (tanpa berbunyi) untuk membantu penyanyi masuk atau menjaga tempo. Hendaknya ini dibatas pada awal kalimat saja.
MENCATAT PADA TEKS.
Jangan menganggap ini kegiatan yang amatiran. Semua dirigen besar melakukannya. Beri tanda-tanda yang komunikatif pada tempat yang penting atau sering terjadi kesalahan, sehingga waktu memimpin lagu tersebut dapat memberikan aba-aba sesaat sebelum waktunya tiba.
MELIHAT KE PENYANYI
Selalu jaga kontak dengan penyanyi dengan menatap mereka terutama pada tempat-tempat yang sulit. Jangan korbankan kontak ini untuk melihat teks karena takut kehilangan. Penyanyi akan merasa ditinggalkan bila pada saat yang sulit dirigen menundukkan kepala dan melihat ke teks di bawahnya.
MELATIH PADUAN SUARA
Hidup sebuah paduan suara terletak pada latihan-latihannya. Pada saat itulah semuanya terjadi: penguasaan suatu lagu, pengertian antar personal, peningkatan teknik (vocal, aba-aba, main organ). Sebuah paduan suara tidak akan maju atau bertahan keberadaannya tanpa adanya latihan. Latihan rutin adalah latihan yang paling bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu paduan suara. Untuk itu setiap latihan perlu beberapa persiapan.
PERSIAPAN DIRIGEN
1. Lagu dan penguasaan lagu :
� not
� kata-kata
� phrasing
� tempo yang cocok
� kerangka harmoni
2. Menyediakan teks (lebih baik berikan tugas ini pada orang lain)
3. Menyiapkan tempat
4. Menyiapkan organis : nada dasar
5. Merencanakan agenda latihan (pemanasan, beberapa menit sebelum latihan dsb.)
PERSIAPAN ORGANIS
1. membuat dan melatih lagu-lagu sesuai dengan kunci yang disepakati
2. membuat intro
3. lagu-lagu yang dinyanyikan empat suara harus dicari/dibuat iringan yang sesuai
Kedua hal diatas, sebaiknya dilakukan di luar jam latihan, sehingga waktu latihan yang sangat terbatas bisa dimanfaatkan, apalagi di kota besar dimana waktu sangat berharga. Jangan sia-siakan orang banyak yang sudah berkumpul sementara anda sendiri melakukan tugas anda sendiri yang belum selesai.
Sebelum mulai latihan dirigen harus mempersiapkan koornya dahulu dengan latihan pemanasan (Vocalisi). Yang menjadi tujuan pemanasan adalah menyiapkan organ-organ produksi suara untuk menghasilkan suara yang diinginkan, selain itu juga membangun konsentrasi yang akan dipakai nanti dalam mempelajari lagu.
PEMANASAN UNTUK KOOR
Tujuan pemanasan adalah menghasilkan suara koor yang berkualitas yang mencakup tiga hal :
* Energi. Suara yang berenergi, yang �mengangkat�, bukan suara yang datar, lelah bahkan cenderung turun.
* Indah natural. Suara yang indah yang enak didengar, fleksibel, empuk meskipun forte atau bernada tinggi.
* Resonansi. Suara seakan-akan berasal dari kepala, bukan dada atau tenggorokan.
Apabila ini terwujud, maka suara penyanyi akan kurang lebih sama karena dihasilkan dengan cara yang sama. Inilah yang menjadi tujuan suatu paduan suara, yaitu dengan memadukan suara manusia yang bermacam-macam. Mekanisme produksi suara yang dipakai untuk berbicara harus diubah untuk bernyanyi. Pemanasan sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup pendek (5 -10 menit) namun dengan keseriusan yang tinggi.
Penyanyi diharapkan mengetahui tujuan dari masing-masing langkahnya.
1. Relaksasi. Untuk mengendorkan otot-otot bernyanyi yang tegang. Putar kepala beberapa kali (kedua arah), putar kedua bahu, mengangkat tangan ke atas, latihan nafas dengan diafragma dengan tetap mengangkat dada.
2. Resonansi. Untuk menghasilkan suara yang bulat dan empuk. Menguap. Hmmmm (dari nada C turun satu oktav ke bawah), bersenandung dengan lembut 5-4-3-2-1 (lalu �mi-me-ma-mo-mu�), lalu naik setengah nada. Gunakan huruf �m� untuk membangkitkan rongga resonansi di kepala.
3. Energi. Nyanyikan 1-2-3-4-5-4-3-2-1 dengan (do,ma,mo atau ha), terus naik setengah nada. Juga 5555-5555-54321 dengan �ha�� 5 nada terakhir legato.
4. Indah. Bernyanyi dengan legato. 1 � 54321 dengan vocal : ni � ah, ni � eh , di � o.
Bila keempat hal ini sudah diberikan, bila perlu dirigen dapat juga menambah latihan lain untuk meningkatkan paduan suaranya :
1. sensitivitas antar penyanyi dengan dirigen : latihan dinamika dari p � f � p
2. menyeragamkan huruf hidup : a � e � i � o � u dan variasinya : ni � e � a � e � i, u � wi � yu � wi � yu, i � yo � i � yo � i. Gunakan nada yang sama dilanjutkan setengah nada di atasnya.
3. Ketepatan nada : mainkan nada secara acak pada organ, mintalah pada koor untuk mengikutinya.
4. Fleksibilitas : 11234234534564567567i, dengan �ya� dan tempo yang cepat atau dengan 1231354321 (fanalafanalafanalafa)
AMBITUS (JANGKAUAN NADA)
Jangkauan nada dari masing-masing kelompok suara :
1. Sopran : c� � a�
2. Alto : f � d�
3. Tenor : c � a�
4. Bas : F � d�
F-G-A-B-c-d-e-f-g-a-b-c�-d�-e�-f�-g�-a�-b�-c�-d�-e�-f�-g�-a�
TEKNIK MENGAJARKAN LAGU BARU
Tahap mengenali lagu, menyanyikan not
* Organis memainkan lagu tersebut, penyanyi mendengarkan, tidak boleh ikut bernyanyi. Ulangi sekali lagi bila perlu.
* Koor menyanyikan not bersama organ, jangan biarkan mereka bernyanyi dengan keras. Ini memiliki kuntungan ganda : penyanyi lebih mendengar dan juga energi bisa dihemat.
* Dengarkan koor jangan ikut menyanyi. Perhatikan apakah ada tempat dimana penyanyi salah atau merasa sulit (sumbang atau berhenti bernyanyi). Tandai tempat itu. Ulangi bagian itu sampai bisa, setelah itu frase sebelumnya, jangan selalu dari depan. Mintalah penyanyi menandai juga tempat tersebut.
* Dengar hasilnya, apakah masih ada tempat yang masih salah (nada, ritme atau phrasing) kembangkan telinga untuk mendeteksi hal ini dan mencari penyelesaiannya.
* Untuk lagu banyak suara, bila dirigen tidak dapat mendengar semua sekaligus, mintalah sopran dan alto bisa menyanyi dengan not, sementara tenor dan bas bersenandung. Organ tetap membantu sopran dan alto. Bereskan, baru dicoba tenor dan bas. Setiap koreksi sebaiknya dicatat.
* Rasakan apakah tangan dirigen �terpaksa� melambat karena koor, karena ini bisa berarti bahwa koor belum bisa dan bagian yang melambat itu harus dilatih hingga lancar.
* Jangan merasa �malu� untuk mengulang bagian tertentu dengan tempo yang lebih lambat. Bisa juga menahan pada ketukan tertentu untuk mendengar apakah paduan (harmoni) sudah benar.
Tahap belajar dengan kata-kata :
* Bila not sudah lancar anda sudah dapat mulai dengan kata-kata. Deteksi lokasi yang masih salah.
* Cobalah dengan membacanya tanpa dengan nada tapi dengan ritme serta memahami kalimat-kalimatnya. Beritahu pada koor bagian kata yang mana yang lebih penting dari yang lain. Beri penekanan pada bagian kata tersebut. Tempat ini biasanya adalah puncak suatu frase.
* Bernyanyilah dengan memahami kata-katanya, jangan bernyanyi empat suara selama masih berjuang dengan not dan kata-kata. Kasihan pada orang yang mendengarkan, dia tidak punya pilihan lain selain mendengarkan.
* Bila terdengar masih ada masalah dengan not, cobalah bagian tersebut dengan not lagi. Lalu dengan satu suku kata seperti �ma-ma-ma�. Baru coba dengan kata-katanya.
Tahap penyempurnaan
* Perhatikan nada-nada yang dinyanyikan tidak sesuai panjangnya (biasanya dilakukan di akhir suatu frase).
* Setiap kali dirigen meminta penyanyi untuk mengulang, sedapat mungkin katakan kekurangannya dan bagaimana seharusnya. Dirigen tidak perlu memberi contoh, bisa juga dengan mengatakan �sepertinya ditempat ini alto masih ragu-ragu pada nada �sa� dan tenor terlalu terputus-putus�.
* Tekankan selalu phrasing dengan mencari kata-kata kunci/puncak setiap phrase.
* Buat akhir lagu nampak seperti akhir. Latih ritardando.
Beberapa catatan yang harus diperhatikan dirigen:
* Pujilah anggota koor bila mereka menunjukkan kemajuan atau perbaikan.
* Jangan anggap remeh lagu yang pernah dinyanyikan. Tetaplah bersikap kritis terhadap kesalahan-kesalahan yang umum terjadi dan berusahalah untuk memperbaikinya
* Banyaklah belajar dengan melihat cara melatih dan memimpin dari dirigen lain, ambil yang baik dan hindari yang menurut anda tidak baik, buang juga kebiasaan-kebiasaan buruk anda yang baru anda sadari setelah anda melihat hal itu terdapat pada dirigen lain.
* Lihatlah cara koor lain bertugas : organis, dirigen, dan koornya. Ambil yang baik, buang yang kurang baik. Kadang-kadang kita mudah melihat kesalahan kita dengan melihat kekurangan orang lain.
* Jangan selalu hanya gunakan kata : �keras� atau �lembut� kepada penyanyi. Pakailah juga kata : �sedih�, �agung�, �cerah�, �berapi-api�,�hidup� atau istilah-istilah musik seperti �legato�,�staccato� dll.
Sumber : http://y4n5.blogspot.com/