oleh: P. William P.Saunders *
Dari warta paroki saya tahu bahwa pada pagi hari Kamis Putih tidak ada Misa biasa, hanya ada Misa Krisma. Mohon penjelasan mengenai Misa ini.
~ seorang pembaca
Pada pagi hari Kamis Putih, uskup bersama dengan para imam dalam keuskupannya, berkumpul di katedral untuk merayakan Misa Krisma. Misa ini menunjukkan persatuan antara para imam dengan uskup mereka. Dalam Misa Krisma, uskup memberkati tiga macam minyak - minyak katekumen (oleum catechumenorum atau oleum sanctorum), minyak orang sakit (oleum infirmorum) dan minyak krisma (sacrum chrisma) - yang nantinya dipergunakan dalam pelayanan sakramen-sakramen di seluruh wilayah keuskupan sepanjang tahun itu. Tradisi ini berasal dari Gereja Perdana seperti dicatat dalam Sakramentarium Gelasius (dinamakan seturut Paus Gelasius I, wafat tahun 496), tetapi kemudian dimasukkan ke dalam Misa sore Kamis Putih; Paus Pius XII menerbitkan suatu Rangkaian Ibadat yang baru untuk Pekan Suci, di mana ditetapkan kembali suatu perayaan Misa Krisma khusus yang membedakannya dari Misa sore.
Sepanjang Kitab Suci, terdapat berbagai referensi yang menyatakan pentingnya minyak zaitun dalam kehidupan sehari-hari. Minyak dipergunakan untuk memasak, teristimewa dalam membuat roti, yakni bahan makanan pokok (mis Bil 11:7-9); sebagai bahan bakar pelita (mis Mat 25:1-9); dan sebagai unsur penyembuh dalam pengobatan (mis Yes 1:6 dan Luk 10:34). Di samping itu, kaum Yahudi mengurapi kepala tamu mereka dengan minyak sebagai ucapan selamat datang (mis Luk 7:46), memperelok penampilan seseorang (mis Rut 3:3) dan memburat jenazah sebelum dimakamkan (mis Mrk 16:1). Dalam praktek keagamaan, bangsa Yahudi juga mempergunakan minyak untuk mempersembahkan kurban (mis Kel 29:40); mempersembahkan suatu tugu peringatan demi menghormati Tuhan (mis Kej 28:18); dan untuk menguduskan kemah pertemuan, tabut perjanjian, meja, kandil, mezbah pembakaran ukupan, mezbah korban bakaran, bejana pembasuhan (mis Kel 30:26-29). Penggunaan minyak jelas merupakan bagian dari hidup masyarakat sehari-hari.
Kitab Suci juga menegaskan simbolisme rohani dari minyak. Misalnya, dalam Mazmur 23:5 kita dapati, �Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak,� menggambarkan kemurahan dan kekuatan dari Tuhan; dan Mazmur 45:8, �Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu,� menggambarkan perutusan istimewa dari Tuhan dan sukacita menjadi hamba-Nya. Lagipula, �diurapi� oleh Tuhan menyatakan bahwa seorang menerima suatu panggilan khusus dari Tuhan dan kuasa Roh Kudus untuk menunaikan panggilan itu. Yesus, dengan menggemakan kata-kata Yesaya, bersabda, �Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku� (Luk 4:18). St Paulus menegaskan point ini, �Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita� (2Kor 1:21). Sebab itu, simbolisme minyak adalah berlimpah pengudusan, penyembuhan, pemberian kekuatan, tanda perkenanan, dedikasi, penyerahan diri dan kurban.
Berdasarkan warisan ini, Gereja perdana mengadaptasi penggunaan minyak zaitun dalam ritual sakramentalnya. Minyak Katekumen dipergunakan sehubungan dengan Sakramen Baptis. St Hipolitus dalam Tradisi Apostoliknya (215) menulis mengenai suatu �minyak eksorsisme� yang dipergunakan untuk mengurapi para calon baptis menjelang pembaptisan. Praktek ini masih terus dilakukan. Dalam liturgi baptis yang sekarang, imam mendaraskan doa pembebasan dan lalu, dengan minyak katekumen mengurapi orang yang akan dibaptis pada dadanya, seraya mengatakan, �Kami mengurapi engkau dengan minyak keselamatan dalam nama Kristus Juruselamat kita; kiranya Ia menguatkan engkau dengan kuasa-Nya, Ia yang hidup dan berkuasa untuk selama-lamanya.� Pengurapan dengan minyak katekumen sesudah doa pembebasan juga dapat dilakukan sepanjang masa katekumenat di salah satu atau beberapa kesempatan. Dalam kedua peristiwa tersebut, pengurapan ini melambangkan kebutuhan manusia akan pertolongan dan kekuatan dari Tuhan untuk mematahkan belenggu masa lampau dan mengatasi perlawanan dari yang jahat agar ia dapat mengaku imannya, datang pada pembaptisan dan hidup sebagai anak Allah.
Minyak orang sakit dipergunakan dalam Sakramen Pengurapan Orang Sakit (dulu dikenal sebagai Sakramen Terakhir). St Yakobus menulis, �Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para panatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni� (Yak 5:14-15). Dalam Tradisi Apostolik oleh St Hipolitus, dicatat satu dari rumusan-rumusan tertua untuk memberkati minyak orang sakit. Juga, pada masa Gereja awali, seorang imam (atau beberapa imam) akan memberkati minyak ini pada saat minyak hendak dipergunakan, suatu tradisi yang masih dilestarikan dalam Gereja-gereja Timur. Tetapi, dalam Ritus Latin, setidak-tidaknya sejak Abad Pertengahan, para imam menggunakan minyak yang telah diberkati uskup; sebagai contoh, St Bonifasius pada tahun 730 menginstruksikan kepada semua imam di wilayah Jerman untuk hanya menggunakan minyak orang sakit yang telah diberkati uskup. Sekarang, imam mengurapi dahi orang yang sakit seraya mengatakan, �Semoga karena pengurapan suci ini Allah yang Maharahim menolong Saudara dengan rahmat Roh Kudus,� dan lalu imam mengurapi kedua tangan si sakit seraya berkata, �Semoga Tuhan membebaskan saudara dari dosa dan membangunkan Saudara di dalam rahmat-Nya.� Bagian tubuh yang lain dapat juga diurapi jika tidak mungkin mengurapi tangan atau jika terdapat suatu kebutuhan khusus lainnya.
Terakhir, minyak krisma merupakan campuran minyak zaitun dan balsam, suatu damar aromatik. Minyak ini berhubungan dengan pengudusan orang. Pada masa Perjanjian Lama, para imam, para nabi dan para raja bangsa Yahudi diurapi. Minyak ini dipergunakan dalam Sakramen Baptis, Sakramen Penguatan dan Sakramen Tahbisan Suci sebab ketiga sakramen ini menerakan suatu tanda sakramental yang tak terhapuskan. Pemberkatan minyak krisma berbeda dari minyak-minyak lainnya: Uskup menghembus di atas bejana krisma, suatu gerakan yang melambangkan baik Roh Kudus yang turun ke atas minyak yang dikuduskan ini, dan melambangkan kodrat pemberian diri dan pengudusan dari sakramen untuk mana minyak dipergunakan. (Ingat bagaimana Tuhan kita �menghembusi� para rasul pada malam Paskah seraya mengatakan, �Terimalah Roh Kudus� (Yoh 20:22). Para konselebran dalam Misa Krisma juga mengulurkan tangan kanan mereka ke arah minyak krisma sementara uskup mendaraskan doa pengudusan, melambangkan bahwa dalam persatuan dengan uskup, mereka �ikut menyandang kewibawaan Kristus Sendiri, untuk membangun, menguduskan dan membimbing Tubuh-Nya,� yakni Gereja (Konsili Vatikan II, Dekrit tentang Pelayanan dan Kehidupan Para Imam, No 2).
Mengenai pembaptisan, St Hipolitus dalam Tradisi Apostolik berbicara mengenai suatu pengurapan sesudah baptis dengan �minyak syukur�. Serupa itu, segera sesudah pembaptisan dalam ritus yang sekarang, imam mengurapi orang yang dibaptis dengan krisma pada puncak kepalanya, seraya mengatakan, �Saudara terkasih, Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, telah melahirkan Saudara kembali dari air dan Roh Kudus dan mengampuni semua dosa Saudara. Saudara sudah diangkat menjadi anak-Nya dan dipersatukan dengan umat-Nya. Sekarang Saudara diurapi dengan Minyak krisma, seperti Kristus diurapi oleh Roh Kudus menjadi imam, nabi dan raja. Semoga Allah berkenan melindungi Saudara, agar Saudara menjadi anggota umat-Nya yang setia, sampai masuk kehidupan yang kekal. Amin.�
Dalam Sakramen Penguatan, uskup mengurapi dahi calon dengan krisma, seraya berkata, �Semoga dimeterai oleh anugerah Allah Roh Kudus.�
Minyak Krisma juga dipergunakan dalam Sakramen Tahbisan Suci. Dalam ritus tahbisan imamat, uskup mengurapi kedua telapak tangan dari masing-masing imam baru dengan krisma. Dalam ritus tahbisan episkopat, uskup yang menahbiskan mengurapi kepala uskup baru.
Terakhir, Minyak Krisma dipergunakan dalam upacara pemberkatan sebuah gereja. Di sini, uskup mengurapi altar, menuangkan minyak krisma di tengah altar dan di masing-masing dari keempat sudutnya. Disarankan agar uskup mengurapi keseluruhan altar. Setelah mengurapi altar, uskup mengurapi dinding-dinding gereja di duabelas atau empat tempat yang ditandai dengan salib.
Sementara Bapa Uskup memberkati ketiga minyak suci ini pada Misa Krisma, hati kita tertuju kepada Tuhan kita yang murah hati, yang menganugerahkan cinta dan belas kasih-Nya yang tak terhingga kepada kita melalui sakramen-sakramen ini. Marilah kita juga berdoa bagi uskup kita dan bagi para imam yang adalah para pelayan sakramen-sakramen di paroki agar mereka senanitasa menjadi abdi-abdi Allah yang bersahaja dan murah hati.
* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria.
sumber : �Straight Answers: The Chrism Mass and Holy Oils� by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright �2005 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.�
SETIAP Rabu petang atau Kamis pagi menjelang Kamis Putih, di banyak keuskupan di Indonesia selalu diselenggarakan apa yang disebut �Misa Krisma�.
Tentu bukan pada hari itu, Sakramen Krisma atau Sakramen Penguatan diberikan Uskup kepada umat katolik. Misa Krisma adalah ekaristi khusus dimana Uskup memberkati tiga jenis minyak.
Ketiga minyak itu adalah
(1) Minyak Katekumen (oleum catecumenorum) untuk memberkati mereka yang ingin menjadi katolik (para katekumen);
(2) Minyak Krisma (sacrum chrisma) yang merupakan minyak dengan campuran balsam dan jenis minyak ini digunakan untuk memberkati para baptisan, tahbisan diakonat, tahbisan imamat, tahbisan uskup, dan sakramen krisma;
(3) Minyak Orang Sakit (oleum infirmorum) yang biasa dipakai imam untuk memberkati mereka yang ada dalam kondisi sakit serius atau menjelang ajal atau mereka yang sudah berusia lanjut.
Tanda kesetiaan para imam kepada Uskup
Dalam setiap Misa Krisma selalu disinggung tentang kolegialitas para uskup. Meski istilah �kolegialitas� ini lebih melekat pada jabatan uskup, namun karena para imam sejatinya adalah para �pembantu� uskup dalam hal pengajaran iman katolik, maka istilah itu pun juga menjadi relevan untuk jabatan imamat.
Ekaristi atau misa menjadi sumber darimana kolegialitas para imam kepada Uskup dibangun dan pelihara secara berkesinambungan. Pada Misa Krisma inilah, kolegialitas para imam kepada Uskup diungkapkan dan diperbaharui. Terutama para imam diminta memperbaharui janji imamat mereka di hadapan uskup.
Yang penting tentu janji setiap imam di hadapan Uskup bahwa sebagai gembala rohani Gereja, para imam harus selalu setia, loyal, bertangungjawab atas hidup panggilan rohaninya sebagai imam yang tak lain adalah pembantu uskup.
Tradisi lama
Dari berbagai sumber bisa dikatakan, Misa Krisma merupakan tradisi liturgi Gereja sejak lama. Semula �sesuai dokumen Sacramentarium Gelasius�Misa Krisma selalu diselenggarakan bersamaan dengan Misa Kamis Putih pada petang hari. Namun belakangan, oleh Paus Pius XII tradisi misa petang hari itu dimajukan menjadi pagi atau sore pada hari sebelum Kamis Putih.
Mengapa harus ada minyak?
Minyak (zaitun) dalam tradisi Kitab Suci memiliki peran sangat penting dalam kehidupan umat Yahudi dalam keseharian mereka. Minyak dipakai untuk keperluan sehari-hari seperti masak, membuat roti, bahan bakar untuk menyalakan pelita, minyak penyembuh, mengurapi para tamu sebagai bentuk ucapan selamat datang, mengurapi jenazah sebelum dimakamkan atau bahkan memperoleh penampilan.
Kitab Suci juga menegaskan simbolisme rohani dari minyak. Misalnya, dalam Mazmur 23:5 kita dapati, �Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak,� menggambarkan kemurahan dan kekuatan dari Tuhan; dan Mazmur 45:8, �Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu,� menggambarkan perutusan istimewa dari Tuhan dan sukacita menjadi hamba-Nya.
Berdasarkan warisan ini, Gereja Perdana mengadaptasi penggunaan minyak zaitun dalam ritual sakramentalnya. Minyak katekumen dipergunakan sehubungan dengan Sakramen Baptis. Dalam liturgi baptis yang sekarang, imam mendaraskan doa pembebasan dan lalu, dengan minyak katekumen mengurapi orang yang akan dibaptis pada dadanya, seraya mengatakan, �Kami mengurapi engkau dengan minyak keselamatan dalam nama Kristus Juruselamat kita; kiranya Ia menguatkan engkau dengan kuasaNya, Ia yang hidup dan berkuasa untuk selama-lamanya.�
Pengurapan dengan minyak katekumen sesudah doa pembebasan juga dapat dilakukan sepanjang masa katekumenat di salah satu atau beberapa kesempatan. Dalam kedua peristiwa tersebut, pengurapan ini melambangkan kebutuhan manusia akan pertolongan dan kekuatan dari Tuhan untuk mematahkan belenggu masa lampau dan mengatasi perlawanan dari yang jahat agar ia dapat mengaku imannya, datang pada pembaptisan dan hidup sebagai anak Allah.
Sumber:
http://www.sesawi.net/2012/04/01/misa-krisma-berkati-tiga-minyak-para-imam-perbaharui-janji-imamatnya-pada-uskup/
Setiap tahun, di setiap keuskupan di dunia, imam, diakon dan umat beriman berkumpul bersama Uskupnya untuk merayakan Misa Krisma. Misa Krisma ini biasanya dirayakan pada hari Kamis Putih pagi. Namun bisa juga pada hari-hari sebelumnya pada pekan suci, ataupun di luar pekan suci asal masih dekat dengan Paskah, dengan melihat situasi dan kondisi keuskupan masing-masing, sehingga para imam sekeuskupan bisa hadir dan umat beriman sekeuskupan pun bisa berpartisipasi dalam misa krisma ini.
Pada Misa Krisma, uskup memberkati (menguduskan) minyak Krisma dan minyak katekumen serta minyak untuk pengurapan orang sakit. Selain itu dalam misa ini ada Pembaharuan Janji Imamat. Para imam, di hadapan uskup dan umat beriman yang hadir, membaharui janji imamatnya.
Mengapa disebut �Misa Krisma� ?
Disebut �Misa Krisma� karena dalam perayaan ini minyak krisma dikonsekrir (dikuduskan); minyak ini segera akan digunakan pada perayaan Malam Paskah dalam upacara pembabtisan para katekumen, selainnya nantinya minyak krisma juga digunakan sepanjang tahun untuk penerimaan Sakramen Pembabtisan, penerimaan Sakramen Krisma, pengurapan pada saat pentahbisan imam, pentahbisan (pemberkatan) altar dan/atau gedung gereja baru, serta pemberkatan benda/barang kudus lainnya seperti piala, patena, sibori, dsb.
Bersama dengan upacara pemberkatan minyak krisma yang menjadi fokus dari perayaan ini, disertai juga pemberkatan minyak untuk pelayanan Sakramen Orang Sakit, dan pemberkatan minyak katekumen, yang digunakan dalam perayaan penerimaan katekumen bagi orang dewasa.
Pembaharuan Janji Imamat
Umat beriman dan para iman yang berkarya di keuskupan diundang hadir dalam Misa Krisma ini. Hal ini untuk mengungkapkan persekutuan Gereja lokal (diosesan) di bawah kepemimpinan Uskup. Maka Misa Krisma merupakan ungkapan persekutuan Gereja Keuskupan, yang di dalamnya selain uapacara pemberkatan minyak krisma, ada pembaharuan JANJI IMAMAT. Uskup membaharui janjinya sebagai gembala umat di hadapan umat beriman dan para imam (pastor) pembantunya. Demikian juga kalau ada Uskup Pembantu (uskup koajutor atau auxilier), dia juga membuat pembaharuan janjinya di hadapan uskup pimpinannya dan umat beriman yang hadir. Para imam (dan juga diakon) membaharui janji imamatnya di hadapan uskup dan umat sebagaimana mereka telah ungkapkan pada saat tahbisan. Intinya dalam pembaharuan janji imamat ini mereka berjanji : untuk hidup yang lebih bersatu dengan Tuhan Yesus Kristus, berusaha untuk menjadi seperti Dia dalam tugas-tugas pelayanan, meninggalkan diri untuk lebih setia kepada komitmen yang telah diikrarkan saat tahbisan: komitmen untuk merayakan Ekaristi dan pelayanan Sakramen-sakramen Gereja, memaklumkan Sabda Tuhan dan melaksanakan pelayanan karya Cinta Kasih Kristus. Komitmen yang mendapat pengukuhannya dalam pengurapan imamat.
Simbolisme Pengurapan
Kata Yunani � khrisma � yang berarti urapan atau pengurapan. Yesus adalah Kristus yang artinya Dia yang terurapi (Messias). Maka � khrisma � (pengurapan) yang telah melekat pada diri Kristus Yesus, telah diberikan kepada kita pengikutNya dalam sakramen babtis dan krisma, sebagai imamat umum, juga diberikan kepada imam sebagai imamat jabatan. Simbol dasarnya adalah minyak, yang terbuat dari minyak zaitun, dan untuk menjadi minyak krisma harus dicampur balsam, suatu damar aromatik sebagai pengharum. Orang yang diurapi sebagai raja dan imam di Israel, yang diserap oleh kuasa ilahi. Aromanya menunjukkan simbol adanya seseorang (sesuatu), yang tidak terlihat atau terdengar. Rasul Paulus mengatakan: �� kami adalah aroma Kristus�� (2 Kor 2, 15), artinya Kristus yang tak terlihat dan terdengar hadir dalam diri mereka yang telah terurapi.
Terdapat berbagai referensi Kitab Suci yang menyatakan pentingnya minyak zaitun dalam kehidupan sehari-hari. Minyak digunakan : untuk memasak, teristimewa dalam membuat roti, makanan pokok (bdk. Bil 11:7-9); sebagai bahan bakar untuk pelita (bdk. Mat 25:1-9); dan sebagai obat-obatan (bdk. Yes 1:6 dan Luk 10:34). Minyak juga digunakan untuk mempercantik penampilan seseorang (bdk. Rut 3:3) dan untuk memburat jenazah sebelum dimakamkan (bdk. Mrk 16:1). Dalam praktek keagamaan, orang Yahudi menggunakan minyak untuk mempersembahkan kurban (bdk. Kel 29:40); mendirikan suatu tugu peringatan untuk menghormati dan menguduskan Tuhan (bdk. Kej 28:18); dan untuk menguduskan kemah pertemuan, tabut perjanjian, meja, kandil, mezbah pembakaran ukupan, mezbah korban bakaran, bejana pembasuhan (bdk. Kel 30:26-29). Penggunaan minyak jelas merupakan bagian dari hidup masyarakat sehari-hari.
Kitab Suci juga menegaskan simbolisme rohani dari minyak. Misalnya, dalam Mazmur 23:5 : �Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak,� untuk menggambarkan kemurahan dan kekuatan dari Tuhan; Mazmur 45, 8 : �Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu,� ayat ini menggambarkan perutusan istimewa dari Tuhan dan sukacita menjadi hamba-Nya. �Diurapi� oleh Tuhan berarti menerima panggilan khusus dari Tuhan dalam kuasa Roh Kudus untuk menunaikan tugas panggilan itu. Yesus, dengan menggemakan kata-kata Yesaya, bersabda, �Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku� (Luk 4:18). Rasul Paulus menegaskan : �Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita� (2Kor 1:21). Dari referensi Alkitab ini, simbolisme minyak memberi arti pengudusan, penyembuhan, pemberi kekuatan, tanda perkenanan, dedikasi, penyerahan diri dan kurban.
Liturgi kristen (katolik) tetap setia pada ritual kudus dari pengurapan ini, seraya memberi makna baru bahwa pengurapan yang telah ada dalam Perjanjian Lama itu terpenuhi secara paripurna dalam diri Yesus Kristus, Putera Allah terkasih. � Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku� � (Luk 4, 18 ; selengkapnya Luk 4, 16 � 20, yang merupakan bacaan Injil pada misa krisma ini).
Jadi bagi mereka yang mendapat pengurapan dari minyak ini akan mendapat daya kekuatan Roh Kudus (bdk. doa pemberkatan minyak krisma). Urapan dengan minyak krisma ini juga merupakan materi utama dari Sakramen Krisma suci (setiap sakramen ada forma dan materi). Selain itu minyak krisma merupakan materi sekunder dari sakramen babtis dan imamat. Harus diingat juga bahwa pengurapan merupakan tindakan pengudusan dan pengabdian kepada Allah ; dan juga tindakan untuk pemberkatan: gereja, altar atau barang-barang kudus lainnya.
Kalau ada kesempatan kita bisa menghadiri dan berpartisipasi dalam Misa Krisma ini di salah satu hari dalam pekan suci minggu depan sebelum Kamis Putih (sesuat jadwal yang ada di Keuskupan kita masing-masing). Hal ini menunjukkan partisipasi aktif kita dalam persekutuan Gereja lokal Diosesan dan ikut serta dalam konsekrasi minyak krisma serta pembaharuan janji imamat dari para gembala kita.
Sumber :
http://www.liturgiekaristi.wordpress.com