Latest News

Showing posts with label Perarakan dalam Liturgi. Show all posts
Showing posts with label Perarakan dalam Liturgi. Show all posts

Tuesday, June 21, 2011

Memahami Makna �Perarakan Masuk�


Suatu ketika seorang teman bertanya : �Adakah makna perarakan masuknya rombongan Imam beserta para petugas liturgi dalam Perayaan Ekaristi?�

Perarakan (prosesi) adalah satu elemen yang ada dalam seluruh perayaan yang kita temukan hampir dalam setiap bentuk ibadah keagamaan. Menurut para ahli, prosesi adalah sebuah praktek liturgi kuno yang diadopsi dari perarakan kerajaan duniawi. Dalam tradisi kuno Babilonia, Hindu, Yunani dan Romawi juga terdapat praktek prosesi yang dilakukan dengan berjalan dan berdoa. Tradisi yang sama juga terdapat di Amerika yaitu berjalan ke tempat yang suci dengan ritual khusus. Prosesi yang lebih erat dihubungkan dengan kekristenan diadaptasi dari tradisi Romawi.

Gambaran biblis tentang perarakan diambil dari Kitab Keluaran, yaitu perarakan bangsa Israel yang keluar dari Mesir melewati Laut Merah menuju tanah terjanji. Dari tempat perhambaan ke tempat kebebasan, terlepas dari penindasan dan penderitaan masuk ke �tanah terjanji�. Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel menjadi umat Allah, dan status itu sungguh-sungguh suatu rahmat Allah.

Hubungan antara Misteri Israel dengan Misteri Gereja hanya dapat digambarkan dalam perspektif sejarah keselamatan. Peristiwa keluaran menjelaskan kepada kita pemahaman atas pembaptisan sebagai sebuah pencucian dengan air yang membersihkan kita dari dosa dan maut (tempat perhambaan) dan membawa kita masuk pada hidup kebangkitan (tanah terjanji). Perarakan liturgis Katolik melambangkan perjalanan kehidupan kita dari mati menuju hidup yang kekal, dari dosa kepada pengampunan dan hidup baru. Ekaristi digambarkan sebagai �manna dari surga� sebagai makanan selama perjalanan bangsa Israel di padang gurun ke tanah terjanji.

Dalam liturgi Katolik ada banyak perarakan (prosesi) yang dilaksanakan. Dalam Perayaan Ekaristi dikenal empat prosesi utama, yaitu : perarakan masuk, perarakan Injil, perarakan persembahan, dan perarakan Komuni Suci. Dan dalam liturgi khusus sering ada perarakan yang dilakukan secara meriah, seperti perarakan pada waktu pekan suci yaitu perarakan palma pada Minggu Palma, perarakan Sakramen Mahakudus sesudah Ekaristi pada Kamis Putih, perarakan Lilin Paskah pada malam Paskah.

Perarakan berarti gerak beberapa atau banyak orang dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak yang dimaksud bukanlah gerak sembarangan, tetapi bergerak dengan teratur dari satu tempat ke tempat lain dalam liturgi, yang biasanya diiringi dengan nyanyian. Berjalan dilakukan dengan badan dan kepala yang tegak, tenang dan agung. Berjalan juga bisa dipahami sebagai ungkapan kesiapsediaan kita menanggapi tawaran kasih karunia Allah yang selalu ada di hadapan kita.

Perarakan Masuk adalah perarakan memasuki ruang ibadat (gereja) yang melibatkan rombongan pemimpin ibadat dan para pembantunya. Perarakan ini dilaksanakan dari sakristi atau tempat lain ke ruang ibadat. Perarakan Masuk menjadi bagian paling awal dari seluruh rangkaian Ritus Pembuka. Menurut PUMR 46, �Ritus Pembuka meliputi bagian-bagian yang mendahului Liturgi Sabda, yaitu perarakan masuk, salam, kata pengantar, pernyataan tobat, Tuhan Kasihanilah, Kemuliaan, dan doa pembuka; semua bagian ini memiliki ciri khas sebagai pembuka, pengantar, dan persiapan.� Tujuan semua bagian itu ialah mempersatukan umat yang berhimpun dan mempersiapkan mereka, supaya dapat mendengarkan sabda Allah dengan penuh perhatian dan merayakan Ekaristi dengan layak. Dengan demikian, perarakan masuk menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam Perayaan Ekaristi.

Selama Perarakan Masuk, umat berdiri dan dalam suasana hening. PUMR 43a: �Umat hendaknya berdiri dari awal nyanyian pembuka, atau selama perarakan masuk menuju altar sampai dengan doa pembuka selesai�. Berdiri merupakan simbol gerakan badan yang penting dalam liturgi. Berdiri merupakan tindakan liturgis yang mengungkapkan perhatian, kepedulian, penghormatan, dan kesiapsediaan terhadap kehadiran Tuhan, baik melalui diri pemimpin ibadat maupun dalam Sabda dan Doa. PUMR 45 : �Bahkan sebelum perayaan Ekaristi, dianjurkan agar keheningan dilaksanakan dalam gereja, di sakristi, dan di area sekitar gereja, sehingga seluruh umat dapat menyiapkan diri untuk melaksanakan ibadat dengan cara yang khidmat dan tepat.

Seluruh unsur dalam Ritus Pembuka bersifat mengantar dan mempersiapkan jemaat untuk dapat mendengarkan Sabda Allah (dalam Liturgi Sabda), yang kemudian memuncak dalam persatuan dengan Tubuh Kristus (dalam Liturgi Ekaristi). Tujuan utama dan paling mendasar dari Ritus Pembuka adalah agar kesatuan jemaat dapat sungguh terwujud. Umat dipersatukan satu sama lain, dipersatukan dengan Gereja sedunia, bahkan dengan Allah. Maka, umat yang berkumpul harus menjadi jemaat (congregatus) yang bersekutu di bawah pimpinan Kristus.

Marilah kita mengikuti Misa secara utuh mulai dari ritus pembuka hingga ritus penutup, mulai perarakan masuk hingga perarakan Imam keluar gedung gereja. Semoga Tuhan memberkati kita semua.

Oleh : Ign. Djoko Irianto
*) Penulis, Prodiakon Paroki St. Herkulanus

Thursday, March 17, 2011

Makna Perarakan Dalam Liturgi

Pengantar
Salah satu gerak liturgi yang paling umum dilakukan dalam ibadat adalah berjalan. Berjalan merupakan gerakan manusia yang sangat elementer. Boleh dikatakan berjalan adalah gerak natural yang selalu ada dalam setiap perayaan. Dalam paper ini, akan dibahas mengenai gerak berjalan dalam liturgi yang lebih mengarah pada perarakan (prosesi).

Perarakan berarti gerak beberapa atau banyak orang dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak yang dimaksud bukanlah gerak sembarangan, tetapi bergerak dengan teratur dari satu tempat ke tempat lain dalam liturgi, yang biasanya diiringi dengan nyanyian. Berjalan dilakukan dengan badan dan kepala yang tegak, tenang dan agung. Berjalan juga bisa dipahami sebagai ungkapan kesiapsediaan kita menanggapi tawaran kasih karunia Allah yang selalu ada di hadapan kita.

Perarakan dan Makna Teologi
Perarakan (prosesi) adalah satu elemen yang ada dalam seluruh perayaan, yang kita temukan hampir dalam setiap bentuk ibadah keagamaan. Menurut para ahli, prosesi adalah sebuah praktek liturgi kuno yang diadopsi dari perarakan kerajaan duniawi, namun ide berjalan dan berdoa mendahului Kekristenan dan mungkin juga pawai kerajaan Eropa, juga ada di Amerika. Dalam tradisi kuno Babilonia, Hindu, Yunani dan Romawi melakukan prosesi yang penuh doa, dan tradisi Amerika asli juga berjalan ke tempat yang suci dengan ritual khusus. Akan tetapi, prosesi lebih erat dihubungkan dengan kekristenan, satu agama yang mengadaptasi praktek tersebut dari tradisi Romawi.

Gambaran biblis yang utama diambil dari Kitab Keluaran, yaitu perarakan bangsa Israel yang keluar dari Mesir melewati Laut Merah menuju ke tanah terjanji. Dari tempat perhambaan ke tempat kebebasan, terlepas dari penindasan dan penderitaan dan masuk ke �tanah yang penuh dengan susu dan madu�. Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel menjadi umat Allah, dan status itu sungguh-sungguh suatu rahmat Allah. Bangsa Israel yang dipilih Allah menjadi umat-Nya mengungkapkan kontinuitasnya dengan Kekristenan.

Hubungan antara Misteri Israel dengan Misteri Gereja hanya dapat digambarkan dalam perspektif sejarah keselamatan. Peristiwa keluaran menjelaskan kepada kita pemahaman atas pembaptisan sebagai sebuah pencucian dengan air yang membersihkan kita dari dosa dan maut (tempat perhambaan) dan membawa kita masuk pada hidup kebangkitan (tanah terjanji). Perarakan liturgis Katolik melambangkan perjalanan kehidupan kita kepada mati dan kemudian menuju hidup yang kekal, dari dosa kepada pengampunan dan hidup baru. Ekaristi digambarkan sebagai �manna dari surga� sebagai makanan selama perjalanan bangsa Israel di padang gurun ke tanah terjanji. Sakramen-sakramen Gereja merayakan rahmat Allah atas perjalanan peziarahan iman kita menuju rumah Bapa.
Dalam Perjanjian Lama, prosesi biasanya diiringi dengan nyanyian, seperti tampak dalam Mazmur mengenai Keluaran, dan juga dalam perarakan peziarahan tahunan masuk Bait Allah di Yerusalem. Yerusalem surgawi ialah gambaran hari terakhir dari tujuan iman kita. Kemudian prosesi mengingatkan kita bahwa hidup kita adalah sebuah peziarahan menuju tujuan terakhir kita. Kita sekarang berada dalam perjalanan rohani dari hidup kita di dunia ini menuju rumah Bapa dalam kerajaan Surga.

Perarakan dalam Liturgi
Dalam liturgi ada banyak perarakan yang dilaksanakan. Dalam Perayaan Ekaristi dikenal empat prosesi utama: perarakan masuk, perarakan Injil, perarakan persembahan, dan perarakan Komuni Suci. Dan dalam liturgi khusus sering ada perarakan yang dilakukan secara meriah, seperti perarakan pada waktu pekan suci yaitu perarakan palma pada Minggu Palma, perarakan Sakramen Mahakudus sesudah Ekaristi pada Kamis Putih, perarakan Lilin Paskah pada malam Paskah.

1. Perarakan Masuk
Perarakan Masuk adalah perarakan memasuki ruang ibadat yang melibatkan rombongan pemimpin ibadat dan para pembantunya. Perarakan ini dilaksanakan dari sakristi atau tempat lain ke ruang ibadat. Sedangkan perarakan masuk meriah sering diselenggarakan pada hari raya. Dalam perarakan ini para putra altar membawa pendupaan, salib dan lilin. Pada perarakan ini biasanya diiringi dengan nyanyian pembuka. Pada Minggu Palma yang dimaksud dengan perarakan meriah adalah perarakan panjang dari tempat pemberkatan daun palma ke gereja. Perarakan ini diikuti seluruh umat yang membawa daun palma. Sepanjang perarakan ini umat melambungkan nyanyian-nyanyian pujian bagi Kristus yang datang dalam nama Tuhan.

2. Perarakan Injil
Dalam perayaan Ekaristi sering juga dilaksanakan perarakan Injil. Sebelum Injil dibacakan, Injil diarak ke tempat pewartaan. Umat menyanyikan Alleluia atau Bait Pengantar Injil. Perarakan ini melibatkan diakon atau imam dan sejumlah putra altar.

3. Perarakan Persembahan
Perarakan persembahan dilakukan oleh sejumlah wakil umat yang berarak dengan membawa bahan persembahan seperti roti, anggur dan lain-lain kepada imam. Wakil-wakil umat maju sampai ke kaki ruang pemimpin dan di sana imam menyambut mereka serta menerima persembahan itu. Perarakan persembahan merupakan ungkapan partisipasi personal dalam kurban Yesus Kristus. Perarakan persembahan juga mengingatkan bahwa Ekaristi adalah kurban dari semua umat yang hadir.

4. Perarakan Komuni
Dalam perarakan komuni, umat yang hendak menyambut komuni suci berbaris dengan teratur. Umat yang menerima komuni adalah mereka yang telah menyambut komuni pertama dan biasa juga anak-anak yang ikut berbaris menerima berkat dari pelayan yang membagikan komuni suci.

5. Perarakan Sakramen Mahakudus
Perarakan ini dilaksanakan setelah Perayaan Ekaristi pada Kamis Putih. Imam Selebran membawa Komuni Suci dari altar dan putra altar mendupai sakramen sepanjang perarakan itu. Kemudian imam mentahtakannya di tempat yang telah disediakan, dan umat datang untuk berdoa di hadapan sakramen Mahakudus.

6. Perarakan Lilin Paskah
Perarakan ini dimulai dengan liturgi cahaya di luar gereja. Kemudian lilin dinyalakan dari api unggun, dan dari lilin itu lilin-lilin yang lain juga dinyalakan. Perarakan dilakukan dengan lilin di depan dan diikuti oleh umat, memasuki gereja. Ini melambangkan umat Israel baru yang berjalan dan diterangi oleh cahaya Kristus yang telah bangkit.

Penutup
Berjalan merupakan gerakan manusia yang amat elementer. Prosesi ini bukanlah suatu pertunjukan atau parade. Secara liturgis berjalan menjadi ungkapan hakikat umat Allah yang sedang berziarah dan berjalan menuju tanah Yerusalem surgawi, tanah terjanji, tanah air sejati. Prosesi dilaksanakan secara bersama oleh seluruh atau sekelompok umat. Dalam bingkai kebersamaan ini tampaklah dimensi kebersamaan umat Allah yang sedang berziarah.

Daftar Pustaka
Codd, Kevin A. I am a Pilgrim on the Earth: The Pilgrim Way dalam Worship, Vol. 84, No. 2. March 2010, Collegeville: Order Saint of Benedict, 2010, hlm. 154-170.
Martasudjita, M. Pengantar Liturgi, Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, Yogyakarta: Kanisius, 1999.
Maryanto, Ernest. Kamus Liturgi Sederhana, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hlm. 171-172.
Sipayung, Kornelus. The Idea of Pilgrim Church in the Works of George Henry Tavard (Tesis), Roma: Pontifical Gregoriana University Faculty of Theology, 2004.

Dikutip dari : http://andosipayung.wordpress.com/2010/07/09/perarakan-dalam-liturgi/