Pendahuluan
Saya pernah mendengar bahwa ada orang-orang yang mengatakan liturgi di Gereja Katolik itu �membosankan�. Katanya lagu-lagunya itu-itu saja, kurang bersemangat dan kurang berkesan. Apa iya, demikian halnya? Sebelum berkomentar, mari kita lihat dulu apa sebenarnya arti liturgi di dalam Gereja Katolik. Lalu, setelah itu baru kita tilik kembali komentar itu. Sebab, jangan-jangan masalahnya bukan pada liturgi-nya tetapi pada diri si penerima. Ibaratnya, �kesalahan bukan pada stasiun pemancar radio, tetapi pada antena anda.� Walaupun demikian, mari kita lihat juga apa yang perlu kita lakukan supaya kita dapat menghayati liturgi dan menjadikannya bagian dari diri kita, supaya kita tidak sampai bosan. Ini adalah bentuk �perbaikan antena� sehingga radio kita dapat menangkap sinyal dengan lebih baik.
Pengertian liturgi
Telah kita ketahui bahwa sakramen adalah penghadiran Misteri Kristus (lihat artikel: Sakramen: Apa pentingnya dalam kehidupan iman kita?). Di dalam liturgi, Gereja merayakan Misteri Paskah Kristus yaitu sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga- yang membawa kita kepada Keselamatan. Dengan merayakan Misteri Kristus ini, kita memperingati dan merayakan bagaimana Allah Bapa telah memenuhi janji dan menyingkapkan rencana keselamatan-Nya dengan menyerahkan Yesus Putera-Nya oleh kuasa Roh Kudus untuk menyelamatkan dunia. Jadi sumber dan tujuan liturgi adalah Allah sendiri.
Liturgi pada awalnya berarti �karya publik�. Dalam sejarah perkembangan Gereja, liturgi diartikan sebagai keikutsertaan umat dalam karya keselamatan Allah. Di dalam liturgi, Kristus melanjutkan karya Keselamatan di dalam, dengan dan melalui Gereja-Nya. Pada jaman Gereja awal seperti dijabarkan di dalam surat rasul Paulus, para pengikut Kristus beribadah bersama di dalam liturgi (dikatakan sebagai �korban dan ibadah iman� di dalam Flp 2:17). Termasuk di sini adalah pewartaan Injil �(Rom 15:16); dan pelayanan kasih (2 Kor 9:12). Maka, dalam Perjanjian Baru, kata �liturgi� mencakup tiga hal, yaitu ibadat, pewartaan dan pelayanan kasih yang merupakan partisipasi Gereja dalam meneruskan tugas Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja.
Secara khusus, liturgi merupakan wujud pelaksanaan tugas Kristus sebagai Imam Agung. Dalam hal ini, liturgi merupakan penyembahan Kristus kepada Allah Bapa, namun dalam melakukan penyembahan ini, Kristus melibatkan TubuhNya, yaitu Gereja; sehingga liturgi merupakan karya bersama antara Kristus (Sang Kepala) dan Gereja (Tubuh Kristus). Konsili Vatikan II mengajarkan pengertian tentang liturgi sebagai berikut:
�Maka, benarlah bahwa liturgi dipandang sebagai pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus. Di dalam liturgi, dengan tanda-tanda lahiriah, pengudusan manusia dilambangkan dan dihasilkan dengan cara yang layak bagi masing-masing tanda ini; di dalam Liturgi, seluruh ibadat publik dilaksanakan oleh Tubuh Mistik Yesus Kristus, yakni Kepala beserta para anggota-Nya.
Oleh karena itu setiap perayaan liturgis sebagai karya Kristus sang Imam serta Tubuh-Nya yakni Gereja, merupakan kegiatan suci yang sangat istimewa. Tidak ada tindakan Gereja lainnya yang menandingi daya dampaknya dengan dasar yang sama serta dalam tingkatan yang sama.�
Oleh karena itu tidak ada kegiatan Gereja yang lebih tinggi nilainya daripada liturgi karena di dalam liturgi terwujudlah persatuan yang begitu erat antara Kristus dengan Gereja sebagai �Mempelai�-Nya dan Tubuh-Nya sendiri.
Paus Pius XII dalam surat ensikliknya tentang Liturgi Suci, Mediator Dei, menjabarkankan definisi liturgi sebagai berikut:
�Liturgi adalah ibadat publik yang dilakukan oleh Penebus kita sebagai Kepala Gereja kepada Allah Bapa dan juga ibadat yang dilakukan oleh komunitas umat beriman kepada Pendirinya [Kristus], dan melalui Dia kepada Bapa. Singkatnya, liturgi adalah ibadat penyembahan yang dilaksanakan oleh Tubuh Mistik Kristus secara keseluruhan, yaitu Kepala dan anggota-anggotanya.�
Atau, dengan kata lain, definisi liturgi adalah seperti yang dirumuskan oleh Rm. Emanuel Martasudjita, Pr. dalam bukunya Liturgi, yaitu: �Liturgi adalah perayaan misteri karya keselamatan Allah di dalam Kristus, yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Sang Imam Agung, bersama Gereja-Nya di dalam ikatan Roh Kudus.�
Allah Bapa : Sumber dan Tujuan Liturgi
Alkitab mengatakan, �Terpujilah Allah Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia yang dikasihi-Nya� (Ef 1:3-6). Dari sini kita mengetahui bahwa Allah Bapalah yang memberikan rahmat sorgawi kepada kita, melalui Kristus dan di dalam Kristus. Dan karena rahmat itu diberikan di dalam sakramen melalui liturgi, maka sumber liturgi adalah Allah Bapa, dan tujuan liturgi adalah kemuliaan Allah.
Kristus Bekerja di dalam Liturgi
Karena Kristus telah bangkit mengalahkan maut, maka, Ia yang telah duduk di sisi kanan Allah Bapa, pada saat yang sama dapat terus mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada Tubuh-Nya, yaitu Gereja-Nya, melalui sakramen-sakramen. Karena Yesus sendiri yang bertindak dengan kuasa Roh Kudus-Nya, maka kita tidak perlu meragukan efeknya, karena pasti Kristus mencapai maksud-Nya.
Puncak karya Kristus adalah Misteri Paska-Nya, maka Misteri Paska inilah yang dihadirkan di dalam liturgi Gereja. Jadi Misteri Paska yang sungguh-sungguh telah terjadi di masa lampau dihadirkan kembali oleh kuasa Roh Kudus. Karena Kristus telah menang atas kuasa dosa dan maut, maka Misteri Paska-Nya tidak berlalu begitu saja ditelan waktu, namun dapat dihadirkan kembali oleh kuasa Ilahi, yang mengatasi segala tempat dan waktu. Hal ini dilakukan Allah karena besar kasih-Nya kepada kita, sehingga kita yang tidak hidup pada masa Yesus hidup di dunia dapat pula mengambil bagian di dalam kejadian Misteri Paska Kristus dan menerima buah penebusan-Nya.
Kristus selalu hadir di dalam Gereja, terutama di dalam perayaan liturgi. Pada perayaan Ekaristi / Misa kudus, Kristus tidak hanya hadir di dalam diri imam-Nya, namun juga di dalam wujud hosti kudus (lihat artikel: Sudahkah kita pahami arti Ekaristi?). Liturgi di dunia menjadi gambaran liturgi surgawi di mana Yesus duduk di sisi kanan Allah Bapa, dan kita semua sebagai anggota Gereja memuliakan Allah bersama seluruh isi surga.
Roh Kudus dan Gereja di dalam Liturgi
Jika Roh Kudus bekerja di dalam diri seseorang, maka Ia akan menggerakkan hati orang tersebut untuk bekerjasama dengan Allah. Kita dapat melihat hal ini pada teladan Bunda Maria dan para Rasul. Demikian halnya liturgi menjadi hasil kerjasama Roh Kudus dengan kita sebagai anggota Gereja. Kerjasama Roh Kudus dan Gereja ini menghadirkan Kristus dan karya keselamatan-Nya di dalam liturgi, sehingga liturgi bukan sekedar �kenangan� akan Misteri Kristus, melainkan adalah kehadiran Misteri Kristus yang satu-satunya itu.
Peran Roh Kudus dinyatakan pada saat pembacaan Sabda Allah, karena Roh Kudus menjadikan Sabda itu dapat diterima dan dilaksanakan di dalam hidup umat. Kemudian Roh Kudus memberikan pengertian rohani terhadap Sabda Tuhan itu, yang menghidupkan perkataan doa, tindakan dan tanda-tanda lahiriah yang dipergunakan dalam liturgi, dan dengan demikian Roh Kudus menghidupkan hubungan antara umat (beserta para imam) dengan Kristus. Selanjutnya peran Roh Kudus nyata saat konsekrasi, yaitu saat roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Di sinilah puncak perayaan Ekaristi terjadi, saat Kristus berkenan menghadirkan Diri di tengah Gereja-Nya.
Oleh karena itu Sang Pelaku yang utama dalam liturgi adalah Kristus, dan kita sebagai anggota Gereja mengambil bagian di dalam karya keselamatan Allah yang dilakukan oleh Kristus itu. Dengan demikian bukan kita pribadi yang dapat menentukan segala sesuatunya dalam liturgi menurut kehendak sendiri, melainkan kita sepantasnya mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan Yesus dalam perayaan tersebut, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para rasul dan diteruskan dengan setia oleh para penerus mereka.
Kristus mengajak kita ikut serta mengambil bagian dalam Misteri Keselamatan-Nya
Yesus mengajak kita semua ikut mengambil bagian dalam karya keselamatan-Nya, terutama dalam Misteri Paska-Nya yang dihadirkan kembali di dalam Liturgi. Karena kuasa kasih dan kebangkitan-Nya, Kristus memberikan kita kesempatan yang sama dengan orang-orang yang hidup pada zaman Ia hidup di dunia 2000 tahun yang lalu, yaitu menyaksikan dan ikut mengambil bagian dalam peristiwa yang mendatangkan keselamatan kita, yaitu wafatNya di salib, kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke surga. Secara khusus penghadiran Misteri Paska ini nyata dalam Ekaristi, yang merupakan penghadiran kurban Kristus yang sama dan satu-satunya itu oleh kuasa Roh Kudus. Kuasa Roh Kudus yang dulu menghadirkan Yesus dalam rahim Maria, kini hadir untuk menghadirkan Yesus di altar. Kuasa Roh Kudus yang dulu hadir pada hari Pentakosta kini hadir di dalam setiap perayaan Ekaristi, untuk mengubah kita menjadi seperti para rasul, dipenuhi kasih dan semangat yang berkobar untuk ikut serta melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah di dunia ini.
Jika kita menghayati kebenaran ini, kita seharusnya tidak bosan dan mengantuk dalam mengikuti misa. Sebab jika demikian, kita seumpama mereka yang hidup di jaman Yesus, hadir di bawah kaki salib Yesus, tetapi malah melamun dan tidak mempunyai perhatian akan apa yang sedang terjadi di hadapan mata mereka. Sungguh tragis, bukan? Memang Misteri Paska itu tidak hadir persis secara fisik seperti 2000 tahun lalu, namun secara rohani, Misteri Kristus yang sama dan satu-satunya itu hadir dan membawa efek yang sama seperti pada 2000 tahun yang lalu. Betapa dalamnya makna dari misteri ini, namun kita perlu menilik ke dalam hati kita yang terdalam untuk melihatnya dengan mata rohani dan menghayatinya dengan sikap tunduk dan kagum.
Bagaimana sikap kita di dalam liturgi
Bayangkan jika anda secara pribadi diundang pesta oleh Bapak Presiden. Tentu anda akan mempersiapkan diri sebaik-baiknya bukan? Anda akan berpakaian yang sopan, bersikap yang pantas, mempersiapkan apa yang akan anda bicarakan, dan anda akan datang tidak terlambat, jika perlu siap sebelum waktunya. Mari kita memeriksa diri, sudahkah kita bersikap demikian di dalam �pertemuan� kita dengan Tuhan di dalam liturgi. Karena Tuhan jauh lebih mulia dan lebih penting daripada Bapak Presiden, seharusnya persiapan kita jauh lebih baik daripada persiapan bertemu dengan Presiden.
Langkah #1: Mempersiapkan diri sebelum mengikuti liturgi dan mengarahkan hati sewaktu mengikuti liturgi
Untuk menyadari kedalaman arti misteri ini, kita harus mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh sebelum mengambil bagian di dalam liturgi. Persiapan ini dapat berbentuk: membaca dan merenungkan ayat kitab suci pada hari itu, hening di sepanjang jalan menuju ke gereja, datang di gereja lebih awal, berpuasa (1 jam sebelum menyambut Ekaristi dan terutama berpuasa sebelum menerima sakramen Pembaptisan dan Penguatan), memeriksa batin, mengaku dosa dalam sakramen Tobat sebelum menerima Ekaristi.
Lalu, sewaktu mengikuti liturgi, kitapun harus senantiasa mengarahkan sikap hati yang benar. Jika terjadi �pelanturan�, segeralah kita kembali mengarahkan hati kepada Tuhan. Kita harus mengarahkan akal budi kita untuk menerima dengan iman bahwa Yesus sendirilah yang bekerja melalui liturgi, dan bahwa Roh KudusNya menghidupkan kata-kata doa dan teks Sabda Tuhan yang diucapkan di dalam liturgi, sehingga menguduskan tanda-tanda lahiriah yang dipergunakan di dalam liturgi untuk mendatangkan rahmat Tuhan.
Sikap hati ini dapat diwujudkan pula dengan berpakaian yang sopan, tidak �ngobrol� pada saat mengikuti liturgi, dan tidak menyalakan hp/ mengangkat telpon di gereja. Sebab jika demikian dapat dipastikan bahwa hati kita tidak sepenuhnya terarah pada Tuhan.
Langkah #2: Bersikap aktif: jangan hanya menerima tetapi juga memberi kepada Tuhan
St. Thomas Aquinas mengajarkan bahwa penyembahan yang sempurna itu mencakup dua hal, yaitu menerima dan memberikan berkat-berkat ilahi. Di dalam liturgi, penyembahan kita kepada Tuhan mencapai puncaknya, saat kita kita turut memberikan / mempersembahkan diri kita kepada Tuhan dan pada saat kita menerima buah dari penebusan Kristus melalui Misteri Paska-Nya. Puncak liturgi adalah Ekaristi, di mana di dalam Misteri Paska yang dihadirkan kembali itu, Kristus menjadi Imam Agung, dan sekaligus Kurban penebus dosa.
Dalam liturgi Ekaristi, kita sebagai anggota Tubuh Kristus seharusnya tidak hanya �menonton� atau sekedar menerima, tetapi ikut mengambil bagian dalam peran Kristus sebagai Imam Agung dan Kurban tersebut. Caranya adalah dengan turut mempersembahkan diri kita, beserta segala ucapan syukur, suka duka, pergumulan, dan pengharapan, untuk kita persatukan dengan kurban Kristus. Setiap kali menghadiri misa, kita bawa segala kurban persembahan diri kita untuk diangkat ke hadirat Tuhan, terutama pada saat konsekrasi, yaitu saat kurban roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Yesus. Dengan demikian kurban kita akan menjadi satu dengan kurban Yesus. Oleh karena itu, liturgi menjadi penyembahan yang sempurna karena Kristus yang adalah satu-satunya Imam Agung dan Kurban yang sempurna, menyempurnakan segala penyembahan kita. Bersama Yesus di dalam liturgi kita akan sungguh dapat menyembah Allah Bapa di dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24), karena di dalam liturgi kuasa Roh Kudus bekerja menghadirkan Kristus yang adalah Kebenaran itu sendiri.
Hal kehadiran Yesus tidak hanya terjadi dalam Ekaristi, tetapi juga di dalam liturgi yang lain, yaitu Pembaptisan, Penguatan, Pengakuan Dosa, Perkawinan, Tahbisan suci, dan Pengurapan orang sakit. Dalam liturgi tersebut, kita harus berusaha untuk aktif berpartisipasi agar dapat sungguh menghayati maknanya. Partisipasi aktif ini bukan saja dari segi ikut menyanyi, atau membaca segala doa yang tertulis, melainkan terutama partisipasi dari segi mengangkat hati dan jiwa untuk menyembah dan memuji Tuhan, dan meresapkan segala perkataan yang diucapkan di dalam hati.
Langkah #3: Jangan memusatkan perhatian pada diri sendiri tetapi pada Kristus
Jadi, agar dapat menghayati liturgi, kita harus memusatkan perhatian kita kepada Kristus, dan pada apa yang telah dilakukanNya bagi kita, yaitu: oleh kasihNya yang tak terbatas, Kristus tidak menyayangkan nyawa-Nya dan mau wafat bagi kita untuk menghapus dosa-dosa kita. Kita bayangkan Yesus sendiri yang hadir di dalam liturgi dan berbicara sendiri kepada kita. Dengan berfokus pada Kristus, kita akan memperoleh kekuatan baru, sebab segala pergumulan kita akan nampak tak sebanding dengan penderitaan-Nya. Kitapun akan dikuatkan di dalam pengharapan karena percaya bahwa Roh Kudus yang sama, yang telah membangkitkan Yesus dari kubur akan dapat pula membangkitkan kita dari pengaruh dosa dan segala kesulitan kita.
Jika kita memusatkan hati dan pikiran pada Kristus, maka kita tidak akan terlalu terpengaruh jika musik atau penyanyi di gereja kurang sempurna, khotbah kurang bersemangat, kurang keakraban ataupun hawa panas dan banyak nyamuk. Walaupun tentu saja, idealnya semua hal itu sedapat mungkin diperbaiki. Kita bahkan dapat mempersembahkan kesetiaan kita disamping segala ketidak-sempurnaan itu sebagai kurban yang murni bagi Tuhan. Langkah berikutnya adalah, apa yang dapat kita lakukan untuk turut membantu memperbaiki kondisi tersebut. Inilah salah satu cara menghasilkan �buah� dari penerimaan rahmat Tuhan yang kita terima melalui liturgi.
Liturgi adalah sumber kehidupan
Jadi sebagai karya Kristus, liturgi menjadi kegiatan Gereja di mana Kristus hadir dan membagikan rahmat-Nya, yang menjadi sumber kehidupan rohani kita. Walaupun demikian, liturgi harus didahului oleh pewartaan Injil, iman dan pertobatan, sebab tanpa ketiga hal tersebut akan sangat sulit bagi kita untuk menghayati perayaan liturgi, apalagi menghasilkan buahnya dalam kehidupan sehari-hari. Ibaratnya tak kenal maka tak sayang, maka jika kita ingin menghayati liturgi, maka sudah selayaknya kita mengetahui makna liturgi, menerimanya dengan iman dan menanggapinya dengan pertobatan.
Liturgi yang bersumber pada Allah menjadi sumber dan puncak kegiatan Gereja. Bersumber pada liturgi ini, Gereja menimba kekuatan untuk melaksanakan pembaharuan di dalam Roh, misi perutusan, dan menjaga persatuan umat. Maka jika kita mengalami �kemacetan ataupun percekcokan� di dalam kegiatan paroki, petunjuk praktis untuk memeriksa adalah: Sudah cukupkah keterlibatan anggota dalam Ekaristi - tiap minggu atau jika mungkin setiap hari? Adakah kedisiplinan anggota untuk mengaku dosa di dalam Sakramen Tobat secara teratur, misalnya sebulan sekali? Walaupun demikian, kehidupan rohani kita tidak terbatas hanya dari keikutsertaan dalam liturgi, tetapi juga dari kehidupan doa yang benar (doa pribadi (Mat 6:6) dan doa tanpa henti (1Tes 5:17)).
Kesimpulan
Seperti telah diuraikan di atas: liturgi merupakan partisipasi kita di dalam doa Kristus kepada Allah Bapa oleh kuasa Roh Kudus. Liturgi terutama Ekaristi yang menghadirkan Misteri Paska Kristus merupakan peringatan akan karya Allah Tritunggal untuk mendatangkan keselamatan bagi dunia. Maka liturgi merupakan puncak kegiatan Gereja, dan sumber di mana kuasa Gereja dicurahkan, yaitu kehidupan baru di dalam Roh, keikutsertaan di dalam misi perutusan Gereja dan pelayanan terhadap kesatuan Gereja. Jadi bagi kita umat beriman, terutama yang ikut ambil bagian di dalam karya kerasulan awam, keikutsertaan di dalam liturgi merupakan sesuatu yang utama. Tidak bisa kita melayani umat, jika kita sendiri tidak diisi dan diperbaharui oleh rahmat Tuhan sendiri. Prinsipnya, �kita tidak bisa memberi, jika kita tidak terlebih dahulu menerima� rahmat yang dari Allah.
Rahmat Allah ini secara nyata kita terima melalui liturgi. Dalam hal ini, Ekaristi memegang peranan penting karena di dalamnya rahmat yang diberikan adalah Kristus sendiri. Kini tinggal giliran kita untuk memeriksa diri dan mempersiapkan hati untuk menerima berkat rahmat itu. Jika kita mempunyai sikap hati yang benar dan berpartisipasi aktif di dalam liturgi, maka Tuhan sendiri akan memberkati dan menjadikan kita anggota TubuhNya yang menghasilkan buah bagi kemuliaan nama-Nya. Menimba bekal rohani melalui liturgi merupakan salah satu cara yang paling nyata untuk menjawab undangan Tuhan Yesus, �Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu�. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa� (Yoh 15:4-5).
Sumber : http://katolisitas.org/224/apa-yang-harus-kuketahui-tentang-liturgi
Showing posts with label Seputar Liturgi. Show all posts
Showing posts with label Seputar Liturgi. Show all posts
Thursday, August 9, 2012
Thursday, April 14, 2011
Kamus Kecil : Seputar Devosi dan Kongres Ekaristi
Ekaristi
Istilah Ekaristi berasal dari kata Yunani eucharistia yang berarti pujian- syukur. Perayaan Ekaristi pertama- tama merupakan perayaan syukur Gereja atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus yang berpuncak pada wafat dan kebangkitan Kristus.
Misa
Istilah Misa berasal dari rumus pembubaran dalam bahasa Latin pada bagian Ritus Penutup dari Perayaan Ekaristi yang berbunyi Ite missa est yang biasa diterjemahkan dalam TPE (Tata Perayaan Ekaristi) kita Pergilah, kalian diutus! Dengan demikian kata misa dihubungkan dengan perutusan, yakni kita diutus untuk menghadirkan dan mewujudkan apa yang telah kita rayakan dan alami selama Perayaan Ekaristi dalam perjuangan hidup konkret sehari-hari.
Devosi
Devosi berasal dari kata Latin devotio, (kata kerja devovere), yang berarti: kebaktian, pengorbanan, penyerahan, sumpah, kesalehan, cinta bakti. Dengan demikian devosi menunjuk sikap hati yang mengarahkan dan menyerahkan diri kepada seseorang atau sesuatu yang dijunjung tinggi dan dicintai. Dalam tradisi kristiani, devosi biasa dipahami sebagai bentuk penghayatan dan pengungkapan iman kristiani di luar liturgi resmi.
Bentuk-bentuk devosi
Ada macam-macam bentuk devosi yang populer di tengah umat Katolik, a.l. devosi Ekaristi, devosi kerahiman ilahi, devosi kepada Hati Kudus Yesus, devosi kepada Bunda Maria (doa rosario, novena Tiga Salam Maria, Litani Santa Perawan Maria dst), devosi kepada orang-orang kudus (misalnya: santo Yusuf, santo Antonius, santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus), ziarah, jalan salib, novena.
Devosi Ekaristi
Devosi Ekaristi ialah bentuk devosi atau olah kesalehan kepada Tuhan Yesus Kristus yang hadir dalam Ekaristi Mahakudus. Devosi Ekaristi tidak dapat dipisahkan dari Perayaan Ekaristi dan dipandang sebagai olah kesalehan yang mau memperdalam dan memperpanjang apa yang dirayakan dalam Misa Kudus.
Bentuk-bentuk Devosi Ekaristi
Ada dua macam bentuk devosi Ekaristi:
1. Yang dilaksanakan secara bersama, yang meliputi: adorasi Ekaristi, prosesi atau perarakan Sakramen Mahakudus, dan Kongres Ekaristi. Dalam bentuknya yang bersama ini biasanya diberikan Berkat Sakramen Mahakudus kepada umat.
2. Yang dilaksanakan secara pribadi, seperti doa syukur sesudah komuni saat Misa Kudus, dan visitasi atau kunjungan kepada Sakramen Mahakudus (visitatio sanctissimi).
Patokan devosi Ekaristi yang sehat
Ada tiga patokan dasar:
1. Devosi Ekaristi yang sesuai dengan iman dan tradisi Gereja
2. Devosi Ekaristi yang membawa kepada pengalaman kesatuan dengan Tuhan (pengalaman mistik) dan pada gilirannya juga dengan sesama
3. Devosi Ekaristi yang mendorong pada perwujudan konkret sehari-hari melalui pelayanan kepada sesama dalam masyarakat.
Adorasi Ekaristi
Adorasi Ekaristi merupakan salah satu bentuk devosi Ekaristi yang dilaksanakan bersama. Adorasi berasal dari kata Latin adoratio, yang berasal dari kata kerja adorare yang berarti menyembah, bersembah-sujud. Adorasi Ekaristi dapat disebut juga Pujian kepada Sakramen Mahakudus, Pujian kepada Ekaristi Mahakudus, Kebaktian kepada Sakramen Mahakudus, atau Sembah sujud kepada Sakramen Mahakudus. Istilah Salve atau Astuti juga menunjuk Adorasi Ekaristi ini.
Macam Adorasi Ekaristi
Ada macam-macam kemungkinan adorasi Ekaristi, a.l. Adorasi Ekaristi Abadi yang dilaksanakan selama 24 jam sehari dan selama 7 hari terus menerus, Adorasi Ekaristi Sehari yang dilaksanakan selama 24 jam, atau Adorasi Ekaristi dalam waktu beberapa jam atau satu jam.
Kongres
Kata kongres berasal dari bahasa Latin congressus, yang berarti: berjalan atau melangkah bersama.
Kongres Ekaristi
Kongres Ekaristi merupakan salah satu bentuk devosi Ekaristi yang dilaksanakan dalam kebersamaan. Maka bila dihubungkan dengan asal kata Latin congressus, istilah Kongres Ekaristi memuat makna: kita membuat langkah atau gerakan bersama untuk maju dalam memahami, merayakan dan menghayati Ekaristi.
Kongres Ekaristi Keuskupan (KEK)
KEK merupakan pertemuan umat beriman se Keuskupan yang bersama-sama mendalami, merayakan dan menghayati Ekaristi dan segala bentuk devosinya. Seluruh segi dari Ekaristi, ya segi liturgis, teologis, pastoral, yuridis, ekumenis, spiritual, tetapi juga kultural dan sosialnya mendapat perhatian dalam satu kesatuan tema.
Kongres Ekaristi Keuskupan I KAS (KEK I KAS)
* KEK I KAS menjadi KEK yang pertama di KAS dan bahkan di Indonesia.
* Tema yang dipilih ialah Ekaristi, Berbagi Lima Roti dan Dua Ikan.
* Dasar Kitab Suci-nya untuk tema KEK I KAS ialah Injil Yohanes 6:1-15. Dari persembahan seorang anak kecil yang membawa lima roti dan dua ikan, Tuhan Yesus menggandakan makanan untuk ribuan orang. Ini melambangkan peristiwa Ekaristi sendiri!
* Tujuan KEK I KAS a.l. meningkatkan cinta dan penghormatan akan Ekaristi, meningkatkan persaudaraan paguyuban umat beriman yang dijiwai Ekaristi, dan menumbuhkan gerakan solidaritas dalam masyarakat berkat Ekaristi.
Kongres Ekaristi Internasional
Kongres Ekaristi diadakan bisa pada tingkat internasional, nasional, dan lokal atau tingkat Keuskupan. Kongres Ekaristi Internasional yang terakhir, yaitu ke-49, diadakan di Quebec, Kanada, tanggal 15 � 22 Juni 2008 dengan tema Ekaristi, karunia Allah bagi hidup dunia. Sedangkan Kongres Ekaristi pertama kali diadakan di kota Lille, Perancis pada tahun 1881. Sejak pertama kalinya, Kongres Ekaristi didukung dan disetujui oleh Sri Paus.
Sumber : http://kongres-ekaristi.org/kamus.php
Istilah Ekaristi berasal dari kata Yunani eucharistia yang berarti pujian- syukur. Perayaan Ekaristi pertama- tama merupakan perayaan syukur Gereja atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus yang berpuncak pada wafat dan kebangkitan Kristus.
Misa
Istilah Misa berasal dari rumus pembubaran dalam bahasa Latin pada bagian Ritus Penutup dari Perayaan Ekaristi yang berbunyi Ite missa est yang biasa diterjemahkan dalam TPE (Tata Perayaan Ekaristi) kita Pergilah, kalian diutus! Dengan demikian kata misa dihubungkan dengan perutusan, yakni kita diutus untuk menghadirkan dan mewujudkan apa yang telah kita rayakan dan alami selama Perayaan Ekaristi dalam perjuangan hidup konkret sehari-hari.
Devosi
Devosi berasal dari kata Latin devotio, (kata kerja devovere), yang berarti: kebaktian, pengorbanan, penyerahan, sumpah, kesalehan, cinta bakti. Dengan demikian devosi menunjuk sikap hati yang mengarahkan dan menyerahkan diri kepada seseorang atau sesuatu yang dijunjung tinggi dan dicintai. Dalam tradisi kristiani, devosi biasa dipahami sebagai bentuk penghayatan dan pengungkapan iman kristiani di luar liturgi resmi.
Bentuk-bentuk devosi
Ada macam-macam bentuk devosi yang populer di tengah umat Katolik, a.l. devosi Ekaristi, devosi kerahiman ilahi, devosi kepada Hati Kudus Yesus, devosi kepada Bunda Maria (doa rosario, novena Tiga Salam Maria, Litani Santa Perawan Maria dst), devosi kepada orang-orang kudus (misalnya: santo Yusuf, santo Antonius, santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus), ziarah, jalan salib, novena.
Devosi Ekaristi
Devosi Ekaristi ialah bentuk devosi atau olah kesalehan kepada Tuhan Yesus Kristus yang hadir dalam Ekaristi Mahakudus. Devosi Ekaristi tidak dapat dipisahkan dari Perayaan Ekaristi dan dipandang sebagai olah kesalehan yang mau memperdalam dan memperpanjang apa yang dirayakan dalam Misa Kudus.
Bentuk-bentuk Devosi Ekaristi
Ada dua macam bentuk devosi Ekaristi:
1. Yang dilaksanakan secara bersama, yang meliputi: adorasi Ekaristi, prosesi atau perarakan Sakramen Mahakudus, dan Kongres Ekaristi. Dalam bentuknya yang bersama ini biasanya diberikan Berkat Sakramen Mahakudus kepada umat.
2. Yang dilaksanakan secara pribadi, seperti doa syukur sesudah komuni saat Misa Kudus, dan visitasi atau kunjungan kepada Sakramen Mahakudus (visitatio sanctissimi).
Patokan devosi Ekaristi yang sehat
Ada tiga patokan dasar:
1. Devosi Ekaristi yang sesuai dengan iman dan tradisi Gereja
2. Devosi Ekaristi yang membawa kepada pengalaman kesatuan dengan Tuhan (pengalaman mistik) dan pada gilirannya juga dengan sesama
3. Devosi Ekaristi yang mendorong pada perwujudan konkret sehari-hari melalui pelayanan kepada sesama dalam masyarakat.
Adorasi Ekaristi
Adorasi Ekaristi merupakan salah satu bentuk devosi Ekaristi yang dilaksanakan bersama. Adorasi berasal dari kata Latin adoratio, yang berasal dari kata kerja adorare yang berarti menyembah, bersembah-sujud. Adorasi Ekaristi dapat disebut juga Pujian kepada Sakramen Mahakudus, Pujian kepada Ekaristi Mahakudus, Kebaktian kepada Sakramen Mahakudus, atau Sembah sujud kepada Sakramen Mahakudus. Istilah Salve atau Astuti juga menunjuk Adorasi Ekaristi ini.
Macam Adorasi Ekaristi
Ada macam-macam kemungkinan adorasi Ekaristi, a.l. Adorasi Ekaristi Abadi yang dilaksanakan selama 24 jam sehari dan selama 7 hari terus menerus, Adorasi Ekaristi Sehari yang dilaksanakan selama 24 jam, atau Adorasi Ekaristi dalam waktu beberapa jam atau satu jam.
Kongres
Kata kongres berasal dari bahasa Latin congressus, yang berarti: berjalan atau melangkah bersama.
Kongres Ekaristi
Kongres Ekaristi merupakan salah satu bentuk devosi Ekaristi yang dilaksanakan dalam kebersamaan. Maka bila dihubungkan dengan asal kata Latin congressus, istilah Kongres Ekaristi memuat makna: kita membuat langkah atau gerakan bersama untuk maju dalam memahami, merayakan dan menghayati Ekaristi.
Kongres Ekaristi Keuskupan (KEK)
KEK merupakan pertemuan umat beriman se Keuskupan yang bersama-sama mendalami, merayakan dan menghayati Ekaristi dan segala bentuk devosinya. Seluruh segi dari Ekaristi, ya segi liturgis, teologis, pastoral, yuridis, ekumenis, spiritual, tetapi juga kultural dan sosialnya mendapat perhatian dalam satu kesatuan tema.
Kongres Ekaristi Keuskupan I KAS (KEK I KAS)
* KEK I KAS menjadi KEK yang pertama di KAS dan bahkan di Indonesia.
* Tema yang dipilih ialah Ekaristi, Berbagi Lima Roti dan Dua Ikan.
* Dasar Kitab Suci-nya untuk tema KEK I KAS ialah Injil Yohanes 6:1-15. Dari persembahan seorang anak kecil yang membawa lima roti dan dua ikan, Tuhan Yesus menggandakan makanan untuk ribuan orang. Ini melambangkan peristiwa Ekaristi sendiri!
* Tujuan KEK I KAS a.l. meningkatkan cinta dan penghormatan akan Ekaristi, meningkatkan persaudaraan paguyuban umat beriman yang dijiwai Ekaristi, dan menumbuhkan gerakan solidaritas dalam masyarakat berkat Ekaristi.
Kongres Ekaristi Internasional
Kongres Ekaristi diadakan bisa pada tingkat internasional, nasional, dan lokal atau tingkat Keuskupan. Kongres Ekaristi Internasional yang terakhir, yaitu ke-49, diadakan di Quebec, Kanada, tanggal 15 � 22 Juni 2008 dengan tema Ekaristi, karunia Allah bagi hidup dunia. Sedangkan Kongres Ekaristi pertama kali diadakan di kota Lille, Perancis pada tahun 1881. Sejak pertama kalinya, Kongres Ekaristi didukung dan disetujui oleh Sri Paus.
Sumber : http://kongres-ekaristi.org/kamus.php
Saturday, March 19, 2011
Macam-macam istilah Misa
Pertanyaan:
Pada laman terbaru, ada pembahasan tentang Misa Jumat Pertama, Wah judul yang pas dengan apa yang frans pengen tahu, yakni tentang Misa Jumat pertama.
Terima kasih buat admin, yang sudah memjawab dengan jelas.
Selain Misa Jumat pertama, ada beberapa misa yang ingin frans ketahui lebih banyak.
yakni pemahaman dari
1.Misa hari minggu,
2.Misa salve
3.Misa harian pagi
4.misa sabtu sore
Kiranya admin bisa beri perbedaan di antara Misa di atas, karena berdasarkan obrolan dengan teman2-sobat muda, kadang mereka merasa cukup bila sudah mengikuti misa pada jumat pertama, dan mengindahkan Misa minggu (karena berpendapat misa intinya adalah penerimaan komuni saja, jadi dengan jarak hari yang dekat) ini pula terjadi bila pada sabtu malam di adakan Misa syukur di rumah keluarga.
jadi bisa di bilang penerimaan Komuni jadi alasan dalam Misa Minggu dan lainnya. mohon pemahamannya.
Tentang Misa salve juga mohon di terangkan, karena minggu ini (23/1), pastor paroki kami menunda misa salve sampai batas waktu yang belum pasti di adakan, hal ini karena umat yang hadir sedikit (di gereja pukul 18.00, tiap jumat terakhir bulan berjalan). Menurut frans selain di adakan pada sore hari dan masih pada hari kerja, tapi yang paling mendasar ialah umat belum tanya banyak dengan misa salve. jadi mohon di sarikan di laman ini.
Kiranya mohon di sarikan juga pemahaman tentang Misa Minggu yang di adakan pada sabtu sore. Walaupun di buat dengan alasan agar umat bisa mempunyai alternatif dalam mengikuti misa, namun masih juga ada obrolan tentang ketidaklayaknya, misa sabtu sore. atau memang tak boleh ada misa minggu selain pada hari minggu ?
Bila berkenan, jawaban ini merupakan postingan yang akan frans sarikan di laman blog OMK Paroki yang frans kelola, dimana menjadi sumber alternatif rujukan akan pertanyaan seputar orang muda yang kian kritis tt pemahaman katolik.
Tentunya akan di tampilkan sumber artkel dari katolisitas.org.
salam
frans, di jayapura, papua
Jawaban:
Shalom Frans Benedict,
Berikut ini adalah sekilas keterangan tentang bermacam istilah Misa:
1. Misa hari Minggu
Seperti namanya, maka Misa Hari Minggu adalah Misa/ perayaan Ekaristi yang diadakan pada hari Minggu. Umat Kristiani merayakan hari Tuhan pada hari Minggu, karena mengikuti teladan para rasul yang mengadakan ibadah Hari Tuhan tersebut pada hari Minggu [hari pertama di dalam minggu] untuk memperingati hari kebangkitan Kristus.
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 1166 �Berdasarkan tradisi para Rasul yang berasal mula pada hari kebangkitan Kristus sendiri, Gereja merayakan misteri Paska sekali seminggu, pada hari yang tepat sekali disebut Hari Tuhan atau Hari Minggu� (Sacrosanctum Concilium 106). Hari kebangkitan Tuhan adalah serentak �hari pertama dalam minggu�, mengenangkan hari pertama ciptaan, dan �hari kedelapan� di mana Kristus sesudah �istirahat�-Nya pada Sabtu agung menerbitkan hari �yang Tuhan janjikan�, �hari yang tidak mengenal malam� (Liturgi Bisantin). �Perjamuan Tuhan� adalah sentrumnya, karena di sana seluruh persekutuan umat beriman menemui Tuhan yang telah bangkit, yang mengundang mereka ke pesta pedamuan-Nya (Bdk. Yoh 21:12; Luk 24:9b)�.
KGK 1167 Benarlah bahwa hari Minggu adalah hari, di mana umat beriman berkumpul untuk perayaan liturgi, �untuk mendengarkan Sabda Allah dan ikut serta dalam perayaan Ekaristi, dan dengan demikian mengenangkan sengsara, kebangkitan dan kemuliaan Tuhan Yesus, serta mengucap syukur kepada Allah, yang melahirkan mereka kembali ke dalam pengharapan yang hidup berkat kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati� (Sacrosanctum Concilium 106).
KGK 1193 Hari Minggu, �hari Tuhan� adalah hari perayaan Ekaristi yang utama, karena ia adalah hari kebangkitan. Ia adalah hari perhimpunan liturgi, hari keluarga Kristen, hari kegembiraan dan hari senggang. Ia adalail �inti dan dasar seluruh tahun liturgi� (SC 106).
KGK 2175 Hari Minggu jelas berbeda dari hari Sabat, sebagai gantinya ia � dalam memenuhi perintah hari Sabat � dirayakan oleh orang Kristen setiap minggu pada hari sesudah hari Sabat. Dalam Paska Kristus, hari Minggu memenuhi arti rohani dari hari Sabat Yahudi dan memberitakan istirahat manusia abadi di dalam Allah. Tatanan hukum mempersiapkan misteri Kristus dan ritus-ritusnya menunjukkan lebih dahulu kehidupan Kristus (Bdk. 1Kor 10:11)�.
KGK 2177 Perayaan hari Minggu yakni hari Tuhan dan Ekaristi-Nya merupakan pusat kehidupan Gereja. �Hari Minggu di mana dirayakan misteri Paska dari tradisi apostolik, harus dipertahankan sebagai hari pesta wajib yang paling pertama di seluruh Gereja� (CIC, can. 1246, 1)�.
KGK 2042 Perintah pertama (�Engkau harus mengikuti misa kudus dengan khidmat pada hari Minggu dan hari raya�) menuntut umat beriman supaya mengambil bagian dalam Ekaristi, manakala persekutuan Kristen berkumpul pada hari peringatan kebangkitan Tuhan (Bdk. CIC, cann. 1246-1248; CCEO, can. 881, 1.2.4)
Maka mengikuti Misa Kudus dengan khidmat pada hari Minggu merupakan perintah pertama Gereja, yang mengambil dasar dari perintah Allah yang utama, yaitu agar kita menyembah dan mengasihi Tuhan Allah kita dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kita (lih Kel 20:3-5). Sebagai ungkapan kasih ini, kita diberi perintah oleh Allah untuk menguduskan hari Tuhan (lih. Kel 20:8-11); seperti yang telah dicontohkan oleh para rasul dan jemaat Kristen awal merayakan hari Tuhan pada hari Minggu (Kis 20:7; 1 Kor 16:2). Selanjutnya, maka perayaan hari Tuhan bagi umat Kristen adalah hari Minggu yang dikatakan sebagai hari pertama di dalam minggu, dan bukan hari terakhir dalam minggu (bukan Sabat, karena Rasul Paulus mengatakan bahwa hari Sabat tidak mengikat umat Kristen (Kol 2:16; lih. Gal 4:9-10; Rom 14:5). Dengan kebangkitan Kristus, maka hari Tuhan tidak semata dihayati sebagai hari Tuhan beristirahat, namun lebih kepada hari penciptaan baru, di mana manusia yang telah mengimani Kristus diubah oleh Allah menjadi manusia baru. Selanjutnya tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.
�Menghadiri Misa Kudus pada hari Minggu dan pada hari- hari perayaan dan beristirahat dari pekerjaan yang berat� adalah perintah pertama dari kelima perintah Gereja. Pada hari Minggu diadakan perjamuan Ekaristi yang utama, karena diadakan bertepatan dengan hari kebangkitan Kristus.
2. Misa Sabtu Sore
Misa Sabtu Sore umum sering diartikan sebagai �Anticipated Mass�, atau Misa Antisipasi perayaan Misa pada hari Minggu. Namun sebenarnya, menurut General Norms of the Liturgical Year and the Calendar, dikatakan demikian:
#3. �The liturgical day runs from midnight to midnight, but the observance of Sunday and solemnities begins with the evening of the preceding day.�
(terjemahannya)
#3. �Hari liturgis dihitung dari tengah malam ke tengah malam, tetapi pemenuhan kewajiban pada Minggu dan Hari Raya dimulai dari sore hari sebelum hari tersebut.�
Paus Benediktus http://www.adoremus.org/SacramentumCaritatis.html mengatakan, �� mengenali Sabtu sore, dimulai dari doa Vespers yang pertama, adalah sudah merupakan bagian dari Minggu, dan waktu di mana kewajiban hari Minggu dapat dilakukan��
Maka kebijaksanaan Gereja Katolik untuk mengadakan Misa Sabtu Sore untuk pemenuhan kewajiban menguduskan hari Tuhan adalah untuk memberi kesempatan kepada umat yang karena alasan tertentu/ genting tidak dapat memenuhi kewajiban untuk mengikuti Misa pada hari Minggu. Namun jangan sampai kemudahan ini dijadikan alasan, bahwa �karena malas bangun pagi pada hari Minggu, maka saya memilih untuk ikut misa Sabtu sore�; padahal pada hari Minggu-nya ia tidak mempunyai halangan yang mendesak. Jika ini motivasinya, maka sesungguhnya orang tersebut memiliki sikap batin yang keliru untuk memenuhi perintah Allah dalam menguduskan hari Tuhan. Sebab dalam menguduskan hari Tuhan, sudah selayaknya kita mempersembahkan dan mengorbankan waktu dan diri kita seutuhnya kepada Tuhan dalam kesatuan dengan Gereja-Nya dalam perayaan Ekaristi.
3. Misa Harian
Misa harian tetap merupakan perayaan Ekaristi yang mempunyai efek yang sama dengan Misa yang dilakukan pada hari Minggu ataupun hari- hari lainnya, karena kurban yang dihadirkan adalah sama, yaitu kurban Kristus. Namun demikian, mengikuti misa harian tidak dapat menggantikan kewajiban mengikuti Misa pada hari Minggu, karena hari Minggu adalah hari Tuhan, di mana semua orang Kristen diajak untuk menguduskan hari itu dengan merenungkan pengorbanan Kristus dan kebangkitan-Nya yang menebus dosa- dosa umat manusia.
Mengikuti Misa Harian dan menerima Ekaristi setiap hari merupakan hal yang sangat indah yang dapat dilakukan oleh setiap umat Katolik. Mengapa? Karena dengan menerima Kristus sendiri setiap hari kita akan dipimpin olehNya untuk bertumbuh di dalam iman, pengharapan dan kasih. Jadi jika seseorang ingin bertumbuh secara rohani, selain ia perlu berdoa dan merenungkan Sabda Tuhan, ia dapat menimba kekuatan dari Kristus sendiri, yang hadir dalam Ekaristi Kudus.
Katekismus mengajarkan:
KGK 1389 Gereja mewajibkan umat beriman, �menghadiri ibadat ilahi pada hari Minggu dan hari raya� (OE 15) dan sesudah mempersiapkan diri melalui Sakramen Pengakuan, sekurang-kurangnya satu kali setahun menerima komuni suci, sedapat mungkin dalam masa Paska (bdk. CIC, can. 920). Tetapi Gereja menganjurkan dengan tegas kepada umat beriman, supaya menerima komuni suci pada hari Minggu dan hari raya atau lebih sering lagi, malahan setiap hari.
4. Misa Salve
Terus terang saya kurang memahami istilah ini. Apakah ini Misa didahului/ dilanjutkan dengan doa Salve Regina, ataukah Misa dilanjutkan dengan Benediction/ Adorasi Sakramen Mahakudus?
Sementara kita menunggu jawaban dari Romo Boli, inilah jawaban yang dapat kami berikan:
Jika maksudnya Misa diikuti doa Salve Regina, silakan anda membaca tanya jawab di link ini, silakan klik. Jika maksudnya Misa yang diikuti oleh Benediction/ Adorasi sakramen Maha Kudus: Sebenarnya setelah menerima Komuni kudus, kita selayaknya meresapkan kehadiran Tuhan Yesus sendiri di dalam tubuh kita, sehingga dalam konteks ini, kita pertama- tama harus menyembah Kristus yang telah kita sambut dan menyatu dalam tubuh kita. Katekismus mengajarkan kehadiran Kristus dalam Ekaristi dimulai pada saat konsekrasi dan bertahan sampai wujud Ekaristi masih ada di dalam tubuh kita (lihat KGK 1377). Maka diperkirakan kehadiran Yesus dalam rupa Ekaristi di dalam tubuh kita bertahan selama sekitar 10 menit. Pada saat itu, sebaiknya kita menyembah Tuhan Yesus yang sungguh hadir dalam diri kita.
Dengan demikian, Benediction/ penyembahan dan berkat sakramen Mahakudus di altar dapat dilakukan setelah Misa Kudus, namun tidak langsung setelah Komuni, karena saat setelah Komuni seharusnya diberikan untuk tiap- tiap orang secara pribadi untuk menyembah Tuhan Yesus yang hadir secara khusus dalam rupa Ekaristi di dalam tubuhnya.
Demikian sekilas pengertian tentang bermacam istilah Misa, semoga berguna. Silakan anda mengutip tulisan ini untuk diedarkan di kalangan OMK paroki anda, dengan menyebutkan sumbernya, yaitu www.katolisitas.org. Sampaikan salam hangat kami kepada saudara/saudari seiman di Papua.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dikutip dari : http://katolisitas.org/2011/02/15/macam-macam-istilah-misa/
Pada laman terbaru, ada pembahasan tentang Misa Jumat Pertama, Wah judul yang pas dengan apa yang frans pengen tahu, yakni tentang Misa Jumat pertama.
Terima kasih buat admin, yang sudah memjawab dengan jelas.
Selain Misa Jumat pertama, ada beberapa misa yang ingin frans ketahui lebih banyak.
yakni pemahaman dari
1.Misa hari minggu,
2.Misa salve
3.Misa harian pagi
4.misa sabtu sore
Kiranya admin bisa beri perbedaan di antara Misa di atas, karena berdasarkan obrolan dengan teman2-sobat muda, kadang mereka merasa cukup bila sudah mengikuti misa pada jumat pertama, dan mengindahkan Misa minggu (karena berpendapat misa intinya adalah penerimaan komuni saja, jadi dengan jarak hari yang dekat) ini pula terjadi bila pada sabtu malam di adakan Misa syukur di rumah keluarga.
jadi bisa di bilang penerimaan Komuni jadi alasan dalam Misa Minggu dan lainnya. mohon pemahamannya.
Tentang Misa salve juga mohon di terangkan, karena minggu ini (23/1), pastor paroki kami menunda misa salve sampai batas waktu yang belum pasti di adakan, hal ini karena umat yang hadir sedikit (di gereja pukul 18.00, tiap jumat terakhir bulan berjalan). Menurut frans selain di adakan pada sore hari dan masih pada hari kerja, tapi yang paling mendasar ialah umat belum tanya banyak dengan misa salve. jadi mohon di sarikan di laman ini.
Kiranya mohon di sarikan juga pemahaman tentang Misa Minggu yang di adakan pada sabtu sore. Walaupun di buat dengan alasan agar umat bisa mempunyai alternatif dalam mengikuti misa, namun masih juga ada obrolan tentang ketidaklayaknya, misa sabtu sore. atau memang tak boleh ada misa minggu selain pada hari minggu ?
Bila berkenan, jawaban ini merupakan postingan yang akan frans sarikan di laman blog OMK Paroki yang frans kelola, dimana menjadi sumber alternatif rujukan akan pertanyaan seputar orang muda yang kian kritis tt pemahaman katolik.
Tentunya akan di tampilkan sumber artkel dari katolisitas.org.
salam
frans, di jayapura, papua
Jawaban:
Shalom Frans Benedict,
Berikut ini adalah sekilas keterangan tentang bermacam istilah Misa:
1. Misa hari Minggu
Seperti namanya, maka Misa Hari Minggu adalah Misa/ perayaan Ekaristi yang diadakan pada hari Minggu. Umat Kristiani merayakan hari Tuhan pada hari Minggu, karena mengikuti teladan para rasul yang mengadakan ibadah Hari Tuhan tersebut pada hari Minggu [hari pertama di dalam minggu] untuk memperingati hari kebangkitan Kristus.
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 1166 �Berdasarkan tradisi para Rasul yang berasal mula pada hari kebangkitan Kristus sendiri, Gereja merayakan misteri Paska sekali seminggu, pada hari yang tepat sekali disebut Hari Tuhan atau Hari Minggu� (Sacrosanctum Concilium 106). Hari kebangkitan Tuhan adalah serentak �hari pertama dalam minggu�, mengenangkan hari pertama ciptaan, dan �hari kedelapan� di mana Kristus sesudah �istirahat�-Nya pada Sabtu agung menerbitkan hari �yang Tuhan janjikan�, �hari yang tidak mengenal malam� (Liturgi Bisantin). �Perjamuan Tuhan� adalah sentrumnya, karena di sana seluruh persekutuan umat beriman menemui Tuhan yang telah bangkit, yang mengundang mereka ke pesta pedamuan-Nya (Bdk. Yoh 21:12; Luk 24:9b)�.
KGK 1167 Benarlah bahwa hari Minggu adalah hari, di mana umat beriman berkumpul untuk perayaan liturgi, �untuk mendengarkan Sabda Allah dan ikut serta dalam perayaan Ekaristi, dan dengan demikian mengenangkan sengsara, kebangkitan dan kemuliaan Tuhan Yesus, serta mengucap syukur kepada Allah, yang melahirkan mereka kembali ke dalam pengharapan yang hidup berkat kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati� (Sacrosanctum Concilium 106).
KGK 1193 Hari Minggu, �hari Tuhan� adalah hari perayaan Ekaristi yang utama, karena ia adalah hari kebangkitan. Ia adalah hari perhimpunan liturgi, hari keluarga Kristen, hari kegembiraan dan hari senggang. Ia adalail �inti dan dasar seluruh tahun liturgi� (SC 106).
KGK 2175 Hari Minggu jelas berbeda dari hari Sabat, sebagai gantinya ia � dalam memenuhi perintah hari Sabat � dirayakan oleh orang Kristen setiap minggu pada hari sesudah hari Sabat. Dalam Paska Kristus, hari Minggu memenuhi arti rohani dari hari Sabat Yahudi dan memberitakan istirahat manusia abadi di dalam Allah. Tatanan hukum mempersiapkan misteri Kristus dan ritus-ritusnya menunjukkan lebih dahulu kehidupan Kristus (Bdk. 1Kor 10:11)�.
KGK 2177 Perayaan hari Minggu yakni hari Tuhan dan Ekaristi-Nya merupakan pusat kehidupan Gereja. �Hari Minggu di mana dirayakan misteri Paska dari tradisi apostolik, harus dipertahankan sebagai hari pesta wajib yang paling pertama di seluruh Gereja� (CIC, can. 1246, 1)�.
KGK 2042 Perintah pertama (�Engkau harus mengikuti misa kudus dengan khidmat pada hari Minggu dan hari raya�) menuntut umat beriman supaya mengambil bagian dalam Ekaristi, manakala persekutuan Kristen berkumpul pada hari peringatan kebangkitan Tuhan (Bdk. CIC, cann. 1246-1248; CCEO, can. 881, 1.2.4)
Maka mengikuti Misa Kudus dengan khidmat pada hari Minggu merupakan perintah pertama Gereja, yang mengambil dasar dari perintah Allah yang utama, yaitu agar kita menyembah dan mengasihi Tuhan Allah kita dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kita (lih Kel 20:3-5). Sebagai ungkapan kasih ini, kita diberi perintah oleh Allah untuk menguduskan hari Tuhan (lih. Kel 20:8-11); seperti yang telah dicontohkan oleh para rasul dan jemaat Kristen awal merayakan hari Tuhan pada hari Minggu (Kis 20:7; 1 Kor 16:2). Selanjutnya, maka perayaan hari Tuhan bagi umat Kristen adalah hari Minggu yang dikatakan sebagai hari pertama di dalam minggu, dan bukan hari terakhir dalam minggu (bukan Sabat, karena Rasul Paulus mengatakan bahwa hari Sabat tidak mengikat umat Kristen (Kol 2:16; lih. Gal 4:9-10; Rom 14:5). Dengan kebangkitan Kristus, maka hari Tuhan tidak semata dihayati sebagai hari Tuhan beristirahat, namun lebih kepada hari penciptaan baru, di mana manusia yang telah mengimani Kristus diubah oleh Allah menjadi manusia baru. Selanjutnya tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.
�Menghadiri Misa Kudus pada hari Minggu dan pada hari- hari perayaan dan beristirahat dari pekerjaan yang berat� adalah perintah pertama dari kelima perintah Gereja. Pada hari Minggu diadakan perjamuan Ekaristi yang utama, karena diadakan bertepatan dengan hari kebangkitan Kristus.
2. Misa Sabtu Sore
Misa Sabtu Sore umum sering diartikan sebagai �Anticipated Mass�, atau Misa Antisipasi perayaan Misa pada hari Minggu. Namun sebenarnya, menurut General Norms of the Liturgical Year and the Calendar, dikatakan demikian:
#3. �The liturgical day runs from midnight to midnight, but the observance of Sunday and solemnities begins with the evening of the preceding day.�
(terjemahannya)
#3. �Hari liturgis dihitung dari tengah malam ke tengah malam, tetapi pemenuhan kewajiban pada Minggu dan Hari Raya dimulai dari sore hari sebelum hari tersebut.�
Paus Benediktus http://www.adoremus.org/SacramentumCaritatis.html mengatakan, �� mengenali Sabtu sore, dimulai dari doa Vespers yang pertama, adalah sudah merupakan bagian dari Minggu, dan waktu di mana kewajiban hari Minggu dapat dilakukan��
Maka kebijaksanaan Gereja Katolik untuk mengadakan Misa Sabtu Sore untuk pemenuhan kewajiban menguduskan hari Tuhan adalah untuk memberi kesempatan kepada umat yang karena alasan tertentu/ genting tidak dapat memenuhi kewajiban untuk mengikuti Misa pada hari Minggu. Namun jangan sampai kemudahan ini dijadikan alasan, bahwa �karena malas bangun pagi pada hari Minggu, maka saya memilih untuk ikut misa Sabtu sore�; padahal pada hari Minggu-nya ia tidak mempunyai halangan yang mendesak. Jika ini motivasinya, maka sesungguhnya orang tersebut memiliki sikap batin yang keliru untuk memenuhi perintah Allah dalam menguduskan hari Tuhan. Sebab dalam menguduskan hari Tuhan, sudah selayaknya kita mempersembahkan dan mengorbankan waktu dan diri kita seutuhnya kepada Tuhan dalam kesatuan dengan Gereja-Nya dalam perayaan Ekaristi.
3. Misa Harian
Misa harian tetap merupakan perayaan Ekaristi yang mempunyai efek yang sama dengan Misa yang dilakukan pada hari Minggu ataupun hari- hari lainnya, karena kurban yang dihadirkan adalah sama, yaitu kurban Kristus. Namun demikian, mengikuti misa harian tidak dapat menggantikan kewajiban mengikuti Misa pada hari Minggu, karena hari Minggu adalah hari Tuhan, di mana semua orang Kristen diajak untuk menguduskan hari itu dengan merenungkan pengorbanan Kristus dan kebangkitan-Nya yang menebus dosa- dosa umat manusia.
Mengikuti Misa Harian dan menerima Ekaristi setiap hari merupakan hal yang sangat indah yang dapat dilakukan oleh setiap umat Katolik. Mengapa? Karena dengan menerima Kristus sendiri setiap hari kita akan dipimpin olehNya untuk bertumbuh di dalam iman, pengharapan dan kasih. Jadi jika seseorang ingin bertumbuh secara rohani, selain ia perlu berdoa dan merenungkan Sabda Tuhan, ia dapat menimba kekuatan dari Kristus sendiri, yang hadir dalam Ekaristi Kudus.
Katekismus mengajarkan:
KGK 1389 Gereja mewajibkan umat beriman, �menghadiri ibadat ilahi pada hari Minggu dan hari raya� (OE 15) dan sesudah mempersiapkan diri melalui Sakramen Pengakuan, sekurang-kurangnya satu kali setahun menerima komuni suci, sedapat mungkin dalam masa Paska (bdk. CIC, can. 920). Tetapi Gereja menganjurkan dengan tegas kepada umat beriman, supaya menerima komuni suci pada hari Minggu dan hari raya atau lebih sering lagi, malahan setiap hari.
4. Misa Salve
Terus terang saya kurang memahami istilah ini. Apakah ini Misa didahului/ dilanjutkan dengan doa Salve Regina, ataukah Misa dilanjutkan dengan Benediction/ Adorasi Sakramen Mahakudus?
Sementara kita menunggu jawaban dari Romo Boli, inilah jawaban yang dapat kami berikan:
Jika maksudnya Misa diikuti doa Salve Regina, silakan anda membaca tanya jawab di link ini, silakan klik. Jika maksudnya Misa yang diikuti oleh Benediction/ Adorasi sakramen Maha Kudus: Sebenarnya setelah menerima Komuni kudus, kita selayaknya meresapkan kehadiran Tuhan Yesus sendiri di dalam tubuh kita, sehingga dalam konteks ini, kita pertama- tama harus menyembah Kristus yang telah kita sambut dan menyatu dalam tubuh kita. Katekismus mengajarkan kehadiran Kristus dalam Ekaristi dimulai pada saat konsekrasi dan bertahan sampai wujud Ekaristi masih ada di dalam tubuh kita (lihat KGK 1377). Maka diperkirakan kehadiran Yesus dalam rupa Ekaristi di dalam tubuh kita bertahan selama sekitar 10 menit. Pada saat itu, sebaiknya kita menyembah Tuhan Yesus yang sungguh hadir dalam diri kita.
Dengan demikian, Benediction/ penyembahan dan berkat sakramen Mahakudus di altar dapat dilakukan setelah Misa Kudus, namun tidak langsung setelah Komuni, karena saat setelah Komuni seharusnya diberikan untuk tiap- tiap orang secara pribadi untuk menyembah Tuhan Yesus yang hadir secara khusus dalam rupa Ekaristi di dalam tubuhnya.
Demikian sekilas pengertian tentang bermacam istilah Misa, semoga berguna. Silakan anda mengutip tulisan ini untuk diedarkan di kalangan OMK paroki anda, dengan menyebutkan sumbernya, yaitu www.katolisitas.org. Sampaikan salam hangat kami kepada saudara/saudari seiman di Papua.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dikutip dari : http://katolisitas.org/2011/02/15/macam-macam-istilah-misa/
Friday, February 11, 2011
Liturgi: Perlu Persiapan, Pelaksanaan & Buah yang Baik
Oleh: C. Dwi Atmadi
Untuk acara apa pun, persiapan yang baik biasanya menghasilkan pelaksanaan yang baik pula. Dan pelaksanaan yang baik diharapkan menghasilkan buah yang baik juga. Begitu juga dengan perayaan liturgi.
Banyak umat merasa liturgi di Gereja terasa begitu kering dan tidak menarik. Salah satu penyebabnya adalah masa persiapan yang kurang atau bahkan tidak memadai. Ada aneka persiapan yang penting dilakukan.
Persiapan Batin
Diharapkan ada perkembangan disposisi dari �kewajiban� bertumbuh ke �kebutuhan�; dan dari �kebutuhan� berkembang ke �kerinduan�. Hal ini meyangkut urusan pribadi (personal). Seperti yang tertulis dalam Sacrosannctum Concilium (SC): �Akan tetapi supaya hasil guna itu diperoleh sepenuhnya, umat beriman perlu datang menghadiri liturgi suci dengan sikap batin yang serasi. Hendaklah mereka menyesuaikan hati dengan apa yang mereka ucapkan, serta bekerja sama dengan rahmat surgawi, supaya mereka jangan sia-sia saja menerimanya� (SC 11).
Salah satu contoh kecil, tetapi penting dalam persiapan batin adalah doa pribadi (dengan keheningan batin dan waktu teduh). Doa bersama (dengan segala semangat kesatuan dan pelayanan) sebelum perayaan liturgi dimulai.
Persiapan Perayaan Liturgi
Persiapan ini mulai dari persiapan para petugas liturgi, tata perayaan liturgi sampai ruang dan sarana liturgi. Hal ini menyangkut urusan bersama (komunal). Walaupun umat datang dengan kerinduan yang meluap, tetapi kalau liturginya dirayakan tanpa persiapan yang memadai, umat bisa kecewa dan mengalami keke-ringan lagi.
Dalam hal ini peranan Tim Kerja Liturgi Paroki sangatlah penting dalam mengkoordinasikan berbagai persiapan dengan imam/pemimpin ibadat dan seluruh petugas liturgi (serta panitia perayaan, jika ada), sehingga liturgi dapat berjalan dengan baik, indah dan bermakna.
Pelaksana
Dari hakikatnya liturgi menuntut partisipasi umat secara sadar dan aktif. Secara eksplisit Konsili Vatikan II menegaskan: �Bunda Gereja sangat menginginkan, supaya semua orang beriman dibimbing ke arah keikutsertaan yang sepenuhnya, sadar dan aktif dalam perayaan-perayaan liturgi sendiri, dan berdasarkan baptis hal itu merupakan hak serta kewajiban umat kristiani sebagai �bangsa terpilih�, imamat rajawi, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri� (SC 14).
Dalam pelaksanaan perayaan liturgi, umat bukanlah penonton, tetapi pelaku liturgi. Umat bukan obyek, tetapi termasuk subyek yang berliturgi. Jadi, istilah �aktif� menunjuk pada keterlibatan umat yang total dalam liturgi. Partisipasi secara sadar menunjuk pada suatu peran serta yang dilakukan dengan penuh pengertian dan pemahaman. Dengan kata lain, orang tahu dan paham betul tentang apa yang sedang dilakukan. Misalnya: membuat tanda salib, bernyanyi, berdoa, menjawab ajakan pe-mimpin / petugas liturgi, duduk, berlutut, berdiri, membungkuk, menebah dada, memandang dengan khidmat, beraklamasi, mendengarkan dan lain-lain. Jika seluruh tindak liturgi ini dipahami, maka pelaku liturgi (termasuk imam sebagai pemimpin ibadat) akan dengan gembira dan penuh penghayatan melaksanakannya.
Persiapan Perayaan Liturgi
Spiritualitas (dari bahasa Latin: Spiritus = Roh) berarti hidup menurut Roh Kudus. Gereja yang hidup menurut Roh Kudus merupakan gerak hidup yang selalu membawa orang kepada kepenuhan kebersamaan dengan Allah. Kalau liturgi merupakan pengungkapan dan pelaksa-naan kebersamaan dengan Allah, maka spiritualitas Kristiani akan mendapat sumber makanan dan inspirasinya dari liturgi. Sebab Roh Kudus yang menjadi api utama spiritualitas Kristiani hadir dan dirayakan dalam liturgi, Roh Kudus itu menghadirkan Yesus Kristus yang adalah gambaran Allah Bapa. Dan Yesus Kristus hadir melalui Roh-Nya dalam liturgi (bdk. SC 7). �Sebab bagi kaum beriman, liturgi merupakan sumber utama yang tidak tergantikan untuk menimba semangat Kristiani yang sejati� (SC 14).
Liturgi sebagai sumber dan puncak kehidupan Kristiani juga dapat bertolak dari paham liturgi sebagai medan perjumpaan Allah dan manusia. Dalam hidup sehari-hari, kita selalu berjumpa dengan Allah. Kebersamaan dengan Allah yang kita hayati setiap saat dalam hidup sehari-hari itu dirayakan, disadari diakui, dinyatakan dan disyukuri serta dimohon dalam perayaan liturgi. Dalam arti ini, perayaan liturgi adalah perayaan kehidupan. Umat beriman (dengan semangat �up and down�-nya) dalam hidup harian tetap mengarahkan hati pada Allah dan mengharapkan agar berbuah banyak dalam kehidupan yang berkenan kepada-Nya.
Akhirnya liturgi yang dipersiapkan dan dilaksanakan dengan baik, diharapkan menghasilkan buah Roh Kudus yang baik pula dalam hidup sehari-hari, seperti dikatakan Santo Paulus kepada jemaat di Galatia: ��kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kestiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri� (Gal 5: 22-23). Semoga Tuhan memberkati.***
Untuk acara apa pun, persiapan yang baik biasanya menghasilkan pelaksanaan yang baik pula. Dan pelaksanaan yang baik diharapkan menghasilkan buah yang baik juga. Begitu juga dengan perayaan liturgi.
Banyak umat merasa liturgi di Gereja terasa begitu kering dan tidak menarik. Salah satu penyebabnya adalah masa persiapan yang kurang atau bahkan tidak memadai. Ada aneka persiapan yang penting dilakukan.
Persiapan Batin
Diharapkan ada perkembangan disposisi dari �kewajiban� bertumbuh ke �kebutuhan�; dan dari �kebutuhan� berkembang ke �kerinduan�. Hal ini meyangkut urusan pribadi (personal). Seperti yang tertulis dalam Sacrosannctum Concilium (SC): �Akan tetapi supaya hasil guna itu diperoleh sepenuhnya, umat beriman perlu datang menghadiri liturgi suci dengan sikap batin yang serasi. Hendaklah mereka menyesuaikan hati dengan apa yang mereka ucapkan, serta bekerja sama dengan rahmat surgawi, supaya mereka jangan sia-sia saja menerimanya� (SC 11).
Salah satu contoh kecil, tetapi penting dalam persiapan batin adalah doa pribadi (dengan keheningan batin dan waktu teduh). Doa bersama (dengan segala semangat kesatuan dan pelayanan) sebelum perayaan liturgi dimulai.
Persiapan Perayaan Liturgi
Persiapan ini mulai dari persiapan para petugas liturgi, tata perayaan liturgi sampai ruang dan sarana liturgi. Hal ini menyangkut urusan bersama (komunal). Walaupun umat datang dengan kerinduan yang meluap, tetapi kalau liturginya dirayakan tanpa persiapan yang memadai, umat bisa kecewa dan mengalami keke-ringan lagi.
Dalam hal ini peranan Tim Kerja Liturgi Paroki sangatlah penting dalam mengkoordinasikan berbagai persiapan dengan imam/pemimpin ibadat dan seluruh petugas liturgi (serta panitia perayaan, jika ada), sehingga liturgi dapat berjalan dengan baik, indah dan bermakna.
Pelaksana
Dari hakikatnya liturgi menuntut partisipasi umat secara sadar dan aktif. Secara eksplisit Konsili Vatikan II menegaskan: �Bunda Gereja sangat menginginkan, supaya semua orang beriman dibimbing ke arah keikutsertaan yang sepenuhnya, sadar dan aktif dalam perayaan-perayaan liturgi sendiri, dan berdasarkan baptis hal itu merupakan hak serta kewajiban umat kristiani sebagai �bangsa terpilih�, imamat rajawi, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri� (SC 14).
Dalam pelaksanaan perayaan liturgi, umat bukanlah penonton, tetapi pelaku liturgi. Umat bukan obyek, tetapi termasuk subyek yang berliturgi. Jadi, istilah �aktif� menunjuk pada keterlibatan umat yang total dalam liturgi. Partisipasi secara sadar menunjuk pada suatu peran serta yang dilakukan dengan penuh pengertian dan pemahaman. Dengan kata lain, orang tahu dan paham betul tentang apa yang sedang dilakukan. Misalnya: membuat tanda salib, bernyanyi, berdoa, menjawab ajakan pe-mimpin / petugas liturgi, duduk, berlutut, berdiri, membungkuk, menebah dada, memandang dengan khidmat, beraklamasi, mendengarkan dan lain-lain. Jika seluruh tindak liturgi ini dipahami, maka pelaku liturgi (termasuk imam sebagai pemimpin ibadat) akan dengan gembira dan penuh penghayatan melaksanakannya.
Persiapan Perayaan Liturgi
Spiritualitas (dari bahasa Latin: Spiritus = Roh) berarti hidup menurut Roh Kudus. Gereja yang hidup menurut Roh Kudus merupakan gerak hidup yang selalu membawa orang kepada kepenuhan kebersamaan dengan Allah. Kalau liturgi merupakan pengungkapan dan pelaksa-naan kebersamaan dengan Allah, maka spiritualitas Kristiani akan mendapat sumber makanan dan inspirasinya dari liturgi. Sebab Roh Kudus yang menjadi api utama spiritualitas Kristiani hadir dan dirayakan dalam liturgi, Roh Kudus itu menghadirkan Yesus Kristus yang adalah gambaran Allah Bapa. Dan Yesus Kristus hadir melalui Roh-Nya dalam liturgi (bdk. SC 7). �Sebab bagi kaum beriman, liturgi merupakan sumber utama yang tidak tergantikan untuk menimba semangat Kristiani yang sejati� (SC 14).
Liturgi sebagai sumber dan puncak kehidupan Kristiani juga dapat bertolak dari paham liturgi sebagai medan perjumpaan Allah dan manusia. Dalam hidup sehari-hari, kita selalu berjumpa dengan Allah. Kebersamaan dengan Allah yang kita hayati setiap saat dalam hidup sehari-hari itu dirayakan, disadari diakui, dinyatakan dan disyukuri serta dimohon dalam perayaan liturgi. Dalam arti ini, perayaan liturgi adalah perayaan kehidupan. Umat beriman (dengan semangat �up and down�-nya) dalam hidup harian tetap mengarahkan hati pada Allah dan mengharapkan agar berbuah banyak dalam kehidupan yang berkenan kepada-Nya.
Akhirnya liturgi yang dipersiapkan dan dilaksanakan dengan baik, diharapkan menghasilkan buah Roh Kudus yang baik pula dalam hidup sehari-hari, seperti dikatakan Santo Paulus kepada jemaat di Galatia: ��kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kestiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri� (Gal 5: 22-23). Semoga Tuhan memberkati.***
Monday, February 7, 2011
Liturgi Sebagai Pusat Kehidupan Gereja
1. Apa itu Liturgi?
Liturgi, dari asal katanya, leitourgia (bhs Yunani), dari akar kata ergon, yang berarti karya, dan leitos, yang merupakan kata sifat untuk kata benda laos (=bangsa). Maka, kata liturgi memiliki kata dasar leitos + ergon (karya yang dibaktikan untuk kepentingan bangsa). Leitourgia berarti sebagai kerja bakti atau kerja pelayanan tanpa dibayar. Leitourgia dalam arti kultis (keagamaan), yaitu perayaan misteri karya keselamatan Allah dalam Kristus, yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Sang Imam Agung, bersama Gereja-Nya di dalam ikatan Roh Kudus.
Dari akar kata tersebut jelas dimaksudkan, bahwa liturgi merupakan sebuah perayaan bersama. Secara vertical, merupakan perayaan Gereja bersama Kristus; secara horizontal, perayaan iman Gereja. Perayaan bersama ini merupakan salah satu ciri pokok dalam liturgi. Dan dalam liturgi, Gereja dibangun dan diwujudkan sebab Gereja adalah persekutuan umat (manusia-manusia) yang dipanggil Allah untuk memuliakan Dia.
2. Apa saja yang termasuk dalam Liturgi?
Ada tiga macam liturgi Gereja, yaitu liturgi Sakramen, liturgi Sabda, dan liturgi Harian.
2.1. Liturgi Sakramen.
Kata �sakramen� berasal dari bahasa latin �sacramentum�, terjemahan dari kata Yunani: mysterion, yang dalam Perjanjian Lama hendak menunjuk pada Allah yang mewahyukan diri-Nya dalam sejarah. Mysterion (dalam Perjanjian Baru) menunjuk pada rencana keselamatan Allah yang terlaksana dalam Yesus Kristus (bdk Ef 1:9; Kol 1:26; Rm 16:25).
2.2.1. Perayaan Liturgi Sakramen.
Perayaan liturgi sakramen menunjuk pada perayaan-perayaan ketujuh sakramen Gereja, dengan tingkatan-tingkatan yang berbeda. Perayaan Sakramen ini dibagi dalam dua kelompok yaitu, sacramenta maiora (Sakramen Ekaristi dan Sakramen Baptis) dan sacramenta minora (Sakramen Krisma, Sakramen Tobat, Sakramen Pengurapan Orang Sakit, Sakramen Tahbisan dan Sakramen Perkawinan).
a. Sakramen Ekaristi.
Sakramen ini merupakan puncak dan pusat seluruh perayaan sakramen dan seluruh liturgi Gereja, bahkan menjadi sumber dan puncak seluruh hidup kristiani (Lumen Gentium art.11).
b. Sakramen Baptis.
Sakramen ini merupakan jalan masuk atau sakramen pertama yang harus diterima seseorang untuk penerimaan sakramen-sakramen yang lain. Melalui baptis, seseorang dimasukkan ke dalam Gereja dan dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah.
c. Sakramen Krisma atau Penguatan.
Sakramen ini menguatkan orang beriman dengan kurnia Roh Kudus untuk menjadi saksi Kristus dan orang kristiani dewasa.
Ketiga sakramen tersebut (Ekaristi, Baptis dan Krisma), biasa disebut sakramen inisiasi. Melalui ketiganya, seseorang telah menjadi umat beriman dan warga Gereja yang penuh, serta berhak merayakan Ekaristi secara aktif.
d. Sakramen Tobat atau Rekonsiliasi atau Pengampunan.
Sakramen ini mengembalikan umat beriman yang jatuh ke dalam dosa (sakit rohani); mendamaikan kembali mereka dengan Allah dan Gereja; serta menganugerahkan pengampunan dosa. Dengan sakramen ini, memungkinkan umat beriman merayakan Ekaristi dengan pantas.
e. Sakramen Pengurapan Orang Sakit atau Perminyakan Suci.
Umat beriman yang sakit fisik dikuatkan dengan sakramen ini, yang menganugerahkan kekuatan hidup iman dan pengampunan dosa kepada yang sakit. Melalui sakramen ini, orang sakit diserahkan kepada Tuhan yang bersengsara dan mulia agar Dia menyembuhkan dan menyelamatkannya.
f. Sakramen Tahbisan dan Sakramen Perkawinan.
Kedua sakramen ini disebut juga sakramen sosial Gereja karena hendak mengungkapkan dimensi dan fungsi sosial Gereja. Melalui sakramen tahbisan, terlaksanalah pengudusan atas orang-orang yang mendapat tugas dan jabatan dalam kepemimpinan, pengudusan dan pengajaran bagi umat Allah. Melalui sakramen perkawinan, memungkinkan berdirinya dasar dan pengudusan keluarga yang merupakan sel terkecil dan pembangun umat Allah dari masa ke masa.
Ketiga sakramen ini, yaitu Baptis, Penguatan dan Tahbisan, merupakan sakramen kekal tak terhapuskan, apabila sudah diterima oleh seseorang. So, ketiganya hanya diterimakan sekali seumur hidup.
2.1.2. Liturgi Sakramentali.
Sakramentali ialah �tanda-tanda suci, yang memiliki kemiripan dengan sakramen-sakramen. Sakramentali menandakan kurnia-kurnia, yang bersifat rohani dan yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja.� (Sacrosanctum Concilium art.60). Termasuk sakramentali antara lain: pemberkatan air suci, berkat bathuk, berkat roti, buah atau doa sebelum sesudah makan, doa orang sakit, upacara pertunangan, upacara tobat, aneka ibadat berkat, pengusiran setan, dan aneka doa.
2.2. Liturgi Sabda.
Pusat dan pokok dari liturgi sabda adalah Kitab Suci. Konsili Vatikan II mengajarkan dengan jelas bahwa, �supaya tampak dengan jelas bahwa dalam liturgi, upacara dan sabda berhubungan erat, maka: (1) dalam perayaan-perayaan suci hendaknya dimasukkan bacaan Kitab Suci yang lebih banyak, lebih bervariasi, dan lebih sesuai; (2) dalam rubrik-rubrik hendaknya dicatat juga, sejauh tata upacara mengizinkan, saat yang lebih tepat untuk kotbah, sebagai bagikan perayaan liturgi. Dan pelayanan pewartaan hendaknya dilaksanakan dengan amat tekun dan seksama. Bahannya terutama hendaknya bersumber pada Kitab Suci dan Liturgi, sebab kotbah merupakan pewartaan keajaiban-keajaiban Allah dalam sejarah keselamatan dan misteri Kristus, yang selalu hadir dan berkarya di tengah kita, teristimewa dalam perayaan-perayaan liturgi� (SC 35,1 dan 2).
2.2.1. Susunan Pokok Liturgi Sabda.
Bacaan I
Mazmur Tanggapan
Bacaan II
Bait Pengantar Injil: Alleluia
Bacaan Injil
Homili/Kotbah
Credo
Doa Umat
2.3. Liturgi Harian
Liturgi ini merupakan ibadat harian atau ofisi yang mengungkapkan dimensi pokok �Gereja yang berdoa� (ecclesia orans) �bdk Kis 1;14; 2:42. Tekanan liturgi harian adalah pengudusan hari dan waktu. Hal ini ditegaskan oleh Konsili Vatikan II, �Berdasarkan tradisi kuno, Ibadat Harian disusun sedemikian rupa, sehingga seluruh kurun hari dan malam disucikan dengan pujian kepada Allah� (SC art.84).
2.3.1. Macam Ibadat Harian.
Pembukaan ibadat harian (Invitatorium)
Ibadat Bacaan (Matutinum)
Ibadat Pagi (Laudes)
Ibadat Siang
Ibadat Sore (Vesper)
Ibadat Penutup (Kompletorium)
3. Bagaimana Merayakan Liturgi?
Pada prinsipnya, merayakan liturgi berarti merayakan iman bersama akan Kristus, Wahyu Allah, dan Penyelamat dalam persekutuan Roh Kudus. Merayakan liturgi adalah �kerja bakti� memuliakan Allah. Namanya saja kerja bakti, tentu di dalamnya unsur �gotong royong� yang menjadi ciri khas budaya bangsa kita, bukanlah sesuatu yang asing dan sulit untuk kita lakukan. Hanya bedanya, ke�gotong-royong�an itu kita tempatkan dalam kerangka perayaan keagamaan yaitu perayaan iman.
Gotong royong, atau kerja bakti tentu modal utamanya adalah kehendak dan kemauan untuk terlibat serta kesadaran bahwa saya adalah bagian dari warga, yang sadar hak serta kewajiban untuk terlibat di dalamnya dengan sukahati dan kerelaan. Oleh karena itu, jelas pula bahwa perayaan liturgi juga menganut semangat yang sama dengan gotong royong / kerja bakti itu.
4. Target Sasaran Konkrit �Merayakan Liturgi�?
Perayaan liturgi yang baik akan mendukung terwujudnya �terlibat-berbagi-berkat�, dimana masing-masing warga Gereja ikut serta ambil bagian untuk �kerja bakti� dalam liturgi, sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing. Dengan kata lain, perayaan liturgi itu sendiri mewujudkan Gereja.
4.1. Merayakan Liturgi Lingkungan.
Sejak tahun 2008, lingkungan-lingkungan di Paroki Santa Maria ini sudah mulai diberdayakan baik dari segi kegiatan-kegiatan lingkungan, kemandirian lingkungan, maupun juga pelayanan liturgi. Ekaristi Lingkungan sudah dijadwalkan secara rutin, Ekaristi Ujub juga mulai dikembangkan dan sungguh berkembang dengan baik, kor lingkungan juga mulai diberdayakan (2009), devosi-devosi mulai berkembang, tim-tim kerja dan pengurus harian lingkungan mulai dibentuk dan diberdayakan. Kiranya hal-hal itu, antara lain, menjadi potensi yang sangat besar untuk semakin mengembangkan lingkungan sebagai Gereja konkrit di tengah masyarakat.
Oleh karena itu, supaya potensi-potensi di lingkungan semakin bertumbuh dan berkembang efektif, kiranya pada tahun 2010 ini perlu target konkrit agar apa yang hendak kita capai, selaras dengan visi-misi Gereja kita, dapat terwujud nyata. Salah satu yang hendak saya usulkan adalah dalam bidang liturgi, khususnya adalah Pemberdayaan Tim Kerja Liturgi Lingkungan.
Tim Kerja liturgi lingkungan mencakup tugas-tugas yang berkaitan dengan perayaan liturgi di lingkungan seperti ekaristi, ibadat, doa dan devosi, pendalaman iman dan kitab suci, kor, dan paramenta. Perayaan ini tentu saja adalah perayaan bersama seluruh umat lingkungan. Oleh karena itu, tim kerja liturgi lingkungan sangat berperan untuk mendukung terciptanya Gereja Lingkungan yang mandiri.
4.1.1. Dalam Hal Persiapan Perayaan Liturgi.
Tim liturgi lingkungan hendaknya melakukan koordinasi untuk mempersiapan perayaan liturgi lingkungan dengan sebaik-baiknya, seperti mempersiapkan peralatan liturgi seperti peralatan misa/ibadat/doa, buku-buku dan panduan, kor, petugas, tema-tema liturgi yang dirayakan, pelatihan-pelatihan liturgi (kerjasama dengan tim liturgi paroki) dan lain-lainnya.
4.1.2. Dalam Hal Pelaksanaan Perayaan Liturgi.
Tim liturgi lingkungan hendaknya mengkoordinasi pelaksanaan perayaan liturgi lingkungan misalnya memimpin doa persiapan, pengecekan peralatan, buku dan panduan, petugas, dan lain sejenisnya.
4.1.3. Dalam Hal Evaluasi Pelaksanaan Perayaan Liturgi.
Tim liturgi lingkungan hendaknya perlu untuk mengevaluasi setiap kegiatan liturgi lingkungan agar dapat dikembangkan lebih baik lagi untuk semakin mengarah pada sasaran dan tujuan perayana liturgi tersebut, yaitu tercapainya keterlibatan seluruh umat dan tercapainya iman yang mendalam.
Sumber : http://blencong-laskargusti.blogspot.com
Liturgi, dari asal katanya, leitourgia (bhs Yunani), dari akar kata ergon, yang berarti karya, dan leitos, yang merupakan kata sifat untuk kata benda laos (=bangsa). Maka, kata liturgi memiliki kata dasar leitos + ergon (karya yang dibaktikan untuk kepentingan bangsa). Leitourgia berarti sebagai kerja bakti atau kerja pelayanan tanpa dibayar. Leitourgia dalam arti kultis (keagamaan), yaitu perayaan misteri karya keselamatan Allah dalam Kristus, yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Sang Imam Agung, bersama Gereja-Nya di dalam ikatan Roh Kudus.
Dari akar kata tersebut jelas dimaksudkan, bahwa liturgi merupakan sebuah perayaan bersama. Secara vertical, merupakan perayaan Gereja bersama Kristus; secara horizontal, perayaan iman Gereja. Perayaan bersama ini merupakan salah satu ciri pokok dalam liturgi. Dan dalam liturgi, Gereja dibangun dan diwujudkan sebab Gereja adalah persekutuan umat (manusia-manusia) yang dipanggil Allah untuk memuliakan Dia.
2. Apa saja yang termasuk dalam Liturgi?
Ada tiga macam liturgi Gereja, yaitu liturgi Sakramen, liturgi Sabda, dan liturgi Harian.
2.1. Liturgi Sakramen.
Kata �sakramen� berasal dari bahasa latin �sacramentum�, terjemahan dari kata Yunani: mysterion, yang dalam Perjanjian Lama hendak menunjuk pada Allah yang mewahyukan diri-Nya dalam sejarah. Mysterion (dalam Perjanjian Baru) menunjuk pada rencana keselamatan Allah yang terlaksana dalam Yesus Kristus (bdk Ef 1:9; Kol 1:26; Rm 16:25).
2.2.1. Perayaan Liturgi Sakramen.
Perayaan liturgi sakramen menunjuk pada perayaan-perayaan ketujuh sakramen Gereja, dengan tingkatan-tingkatan yang berbeda. Perayaan Sakramen ini dibagi dalam dua kelompok yaitu, sacramenta maiora (Sakramen Ekaristi dan Sakramen Baptis) dan sacramenta minora (Sakramen Krisma, Sakramen Tobat, Sakramen Pengurapan Orang Sakit, Sakramen Tahbisan dan Sakramen Perkawinan).
a. Sakramen Ekaristi.
Sakramen ini merupakan puncak dan pusat seluruh perayaan sakramen dan seluruh liturgi Gereja, bahkan menjadi sumber dan puncak seluruh hidup kristiani (Lumen Gentium art.11).
b. Sakramen Baptis.
Sakramen ini merupakan jalan masuk atau sakramen pertama yang harus diterima seseorang untuk penerimaan sakramen-sakramen yang lain. Melalui baptis, seseorang dimasukkan ke dalam Gereja dan dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah.
c. Sakramen Krisma atau Penguatan.
Sakramen ini menguatkan orang beriman dengan kurnia Roh Kudus untuk menjadi saksi Kristus dan orang kristiani dewasa.
Ketiga sakramen tersebut (Ekaristi, Baptis dan Krisma), biasa disebut sakramen inisiasi. Melalui ketiganya, seseorang telah menjadi umat beriman dan warga Gereja yang penuh, serta berhak merayakan Ekaristi secara aktif.
d. Sakramen Tobat atau Rekonsiliasi atau Pengampunan.
Sakramen ini mengembalikan umat beriman yang jatuh ke dalam dosa (sakit rohani); mendamaikan kembali mereka dengan Allah dan Gereja; serta menganugerahkan pengampunan dosa. Dengan sakramen ini, memungkinkan umat beriman merayakan Ekaristi dengan pantas.
e. Sakramen Pengurapan Orang Sakit atau Perminyakan Suci.
Umat beriman yang sakit fisik dikuatkan dengan sakramen ini, yang menganugerahkan kekuatan hidup iman dan pengampunan dosa kepada yang sakit. Melalui sakramen ini, orang sakit diserahkan kepada Tuhan yang bersengsara dan mulia agar Dia menyembuhkan dan menyelamatkannya.
f. Sakramen Tahbisan dan Sakramen Perkawinan.
Kedua sakramen ini disebut juga sakramen sosial Gereja karena hendak mengungkapkan dimensi dan fungsi sosial Gereja. Melalui sakramen tahbisan, terlaksanalah pengudusan atas orang-orang yang mendapat tugas dan jabatan dalam kepemimpinan, pengudusan dan pengajaran bagi umat Allah. Melalui sakramen perkawinan, memungkinkan berdirinya dasar dan pengudusan keluarga yang merupakan sel terkecil dan pembangun umat Allah dari masa ke masa.
Ketiga sakramen ini, yaitu Baptis, Penguatan dan Tahbisan, merupakan sakramen kekal tak terhapuskan, apabila sudah diterima oleh seseorang. So, ketiganya hanya diterimakan sekali seumur hidup.
2.1.2. Liturgi Sakramentali.
Sakramentali ialah �tanda-tanda suci, yang memiliki kemiripan dengan sakramen-sakramen. Sakramentali menandakan kurnia-kurnia, yang bersifat rohani dan yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja.� (Sacrosanctum Concilium art.60). Termasuk sakramentali antara lain: pemberkatan air suci, berkat bathuk, berkat roti, buah atau doa sebelum sesudah makan, doa orang sakit, upacara pertunangan, upacara tobat, aneka ibadat berkat, pengusiran setan, dan aneka doa.
2.2. Liturgi Sabda.
Pusat dan pokok dari liturgi sabda adalah Kitab Suci. Konsili Vatikan II mengajarkan dengan jelas bahwa, �supaya tampak dengan jelas bahwa dalam liturgi, upacara dan sabda berhubungan erat, maka: (1) dalam perayaan-perayaan suci hendaknya dimasukkan bacaan Kitab Suci yang lebih banyak, lebih bervariasi, dan lebih sesuai; (2) dalam rubrik-rubrik hendaknya dicatat juga, sejauh tata upacara mengizinkan, saat yang lebih tepat untuk kotbah, sebagai bagikan perayaan liturgi. Dan pelayanan pewartaan hendaknya dilaksanakan dengan amat tekun dan seksama. Bahannya terutama hendaknya bersumber pada Kitab Suci dan Liturgi, sebab kotbah merupakan pewartaan keajaiban-keajaiban Allah dalam sejarah keselamatan dan misteri Kristus, yang selalu hadir dan berkarya di tengah kita, teristimewa dalam perayaan-perayaan liturgi� (SC 35,1 dan 2).
2.2.1. Susunan Pokok Liturgi Sabda.
Bacaan I
Mazmur Tanggapan
Bacaan II
Bait Pengantar Injil: Alleluia
Bacaan Injil
Homili/Kotbah
Credo
Doa Umat
2.3. Liturgi Harian
Liturgi ini merupakan ibadat harian atau ofisi yang mengungkapkan dimensi pokok �Gereja yang berdoa� (ecclesia orans) �bdk Kis 1;14; 2:42. Tekanan liturgi harian adalah pengudusan hari dan waktu. Hal ini ditegaskan oleh Konsili Vatikan II, �Berdasarkan tradisi kuno, Ibadat Harian disusun sedemikian rupa, sehingga seluruh kurun hari dan malam disucikan dengan pujian kepada Allah� (SC art.84).
2.3.1. Macam Ibadat Harian.
Pembukaan ibadat harian (Invitatorium)
Ibadat Bacaan (Matutinum)
Ibadat Pagi (Laudes)
Ibadat Siang
Ibadat Sore (Vesper)
Ibadat Penutup (Kompletorium)
3. Bagaimana Merayakan Liturgi?
Pada prinsipnya, merayakan liturgi berarti merayakan iman bersama akan Kristus, Wahyu Allah, dan Penyelamat dalam persekutuan Roh Kudus. Merayakan liturgi adalah �kerja bakti� memuliakan Allah. Namanya saja kerja bakti, tentu di dalamnya unsur �gotong royong� yang menjadi ciri khas budaya bangsa kita, bukanlah sesuatu yang asing dan sulit untuk kita lakukan. Hanya bedanya, ke�gotong-royong�an itu kita tempatkan dalam kerangka perayaan keagamaan yaitu perayaan iman.
Gotong royong, atau kerja bakti tentu modal utamanya adalah kehendak dan kemauan untuk terlibat serta kesadaran bahwa saya adalah bagian dari warga, yang sadar hak serta kewajiban untuk terlibat di dalamnya dengan sukahati dan kerelaan. Oleh karena itu, jelas pula bahwa perayaan liturgi juga menganut semangat yang sama dengan gotong royong / kerja bakti itu.
4. Target Sasaran Konkrit �Merayakan Liturgi�?
Perayaan liturgi yang baik akan mendukung terwujudnya �terlibat-berbagi-berkat�, dimana masing-masing warga Gereja ikut serta ambil bagian untuk �kerja bakti� dalam liturgi, sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing. Dengan kata lain, perayaan liturgi itu sendiri mewujudkan Gereja.
4.1. Merayakan Liturgi Lingkungan.
Sejak tahun 2008, lingkungan-lingkungan di Paroki Santa Maria ini sudah mulai diberdayakan baik dari segi kegiatan-kegiatan lingkungan, kemandirian lingkungan, maupun juga pelayanan liturgi. Ekaristi Lingkungan sudah dijadwalkan secara rutin, Ekaristi Ujub juga mulai dikembangkan dan sungguh berkembang dengan baik, kor lingkungan juga mulai diberdayakan (2009), devosi-devosi mulai berkembang, tim-tim kerja dan pengurus harian lingkungan mulai dibentuk dan diberdayakan. Kiranya hal-hal itu, antara lain, menjadi potensi yang sangat besar untuk semakin mengembangkan lingkungan sebagai Gereja konkrit di tengah masyarakat.
Oleh karena itu, supaya potensi-potensi di lingkungan semakin bertumbuh dan berkembang efektif, kiranya pada tahun 2010 ini perlu target konkrit agar apa yang hendak kita capai, selaras dengan visi-misi Gereja kita, dapat terwujud nyata. Salah satu yang hendak saya usulkan adalah dalam bidang liturgi, khususnya adalah Pemberdayaan Tim Kerja Liturgi Lingkungan.
Tim Kerja liturgi lingkungan mencakup tugas-tugas yang berkaitan dengan perayaan liturgi di lingkungan seperti ekaristi, ibadat, doa dan devosi, pendalaman iman dan kitab suci, kor, dan paramenta. Perayaan ini tentu saja adalah perayaan bersama seluruh umat lingkungan. Oleh karena itu, tim kerja liturgi lingkungan sangat berperan untuk mendukung terciptanya Gereja Lingkungan yang mandiri.
4.1.1. Dalam Hal Persiapan Perayaan Liturgi.
Tim liturgi lingkungan hendaknya melakukan koordinasi untuk mempersiapan perayaan liturgi lingkungan dengan sebaik-baiknya, seperti mempersiapkan peralatan liturgi seperti peralatan misa/ibadat/doa, buku-buku dan panduan, kor, petugas, tema-tema liturgi yang dirayakan, pelatihan-pelatihan liturgi (kerjasama dengan tim liturgi paroki) dan lain-lainnya.
4.1.2. Dalam Hal Pelaksanaan Perayaan Liturgi.
Tim liturgi lingkungan hendaknya mengkoordinasi pelaksanaan perayaan liturgi lingkungan misalnya memimpin doa persiapan, pengecekan peralatan, buku dan panduan, petugas, dan lain sejenisnya.
4.1.3. Dalam Hal Evaluasi Pelaksanaan Perayaan Liturgi.
Tim liturgi lingkungan hendaknya perlu untuk mengevaluasi setiap kegiatan liturgi lingkungan agar dapat dikembangkan lebih baik lagi untuk semakin mengarah pada sasaran dan tujuan perayana liturgi tersebut, yaitu tercapainya keterlibatan seluruh umat dan tercapainya iman yang mendalam.
Sumber : http://blencong-laskargusti.blogspot.com
Friday, August 6, 2010
Serba-serbi Liturgi
oleh: Romo William P. Saunders *
Berikut ini beberapa pertanyaan singkat yang disampaikan kepada Straight Answers. Semua kutipan yang ada dalam jawaban diambil dari Pedoman Umum Misale Romawi, kecuali jika dinyatakan sebaliknya.
Mengapa imam mencium altar?
Altar melambangkan Kristus, yang seperti kita doakan dalam Prefasi Paskah V �menyatakan Diri sebagai imam, altar, dan anak domba yang dikurbankan.� Di samping itu, seturut tradisi, relikui orang kudus ditempatkan di altar, yang menjadikan altar layak mendapat penghormat-an yang demikian. (catatan, �Hendaknya dipertahankan tradisi Gereja untuk memasang relikui orang kudus, yang juga bukan martir, di dalam atau di bawah altar yang akan didedikasikan� no. 322).
Bilamanakah imam mempergunakan pedupaan?
Imam dapat mendupai salib dan altar sesudah melakukan peng-hormatan pada awal Misa (no. 49, no. 123), Kitab Injil sebelum diwarta-kan (no. 134), roti dan anggur yang telah dicampur dengan air setelah doa persembahan dan salib serta altar (no. 75, 144); imam sendiri karena pelayanan kudus yang ia sandang, dan umat karena martabat luhur yang mereka peroleh lewat pembaptisan dapat juga didupai oleh diakon atau pelayan lain (no. 75).
Dalam Masa Paskah, lilin paskah dapat juga didupai. Sejak jaman Perjanjian Lama, dupa telah dipergunakan untuk menyucikan kurban dan altar, serta mengusir segala bentuk kuasa jahat. Lagipula, seperti diwartakan dalam Mazmur, dupa melambangkan doa-doa kita yang membubung ke surga.
Apakah imam wajib menggunakan kain penutup piala?
Sesuai tradisi, piala dan patena ditutup dengan kain penutup piala (= palla) sebelum perayaan Misa dimulai. Pedoman Umum menyatakan, �Sangat dianjurkan agar piala ditutup dengan kain; warnanya dapat putih atau sesuai dengan warna liturgi hari yang bersangkutan� (no. 118). Kain penutup ini dilepaskan pada saat persembahan. Setelah dibersihkan sesudah Komuni, piala dan patena ditutup dengan kain penutup kembali. Namun demikian, penggunaan kain penutup piala ini merupakan tradisi, bukan wajib.
Apakah imam wajib membasuh tangannya saat persembahan?
Ya. Imam, setelah doa-doa persembahan atas roti dan anggur yang telah dicampur dengan air, membasuh tangannya dengan mengatakan, �Tuhan, basuhlah aku dari dosa-dosaku dan cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku.� Ritus ini melambangkan bahwa imam menginginkan hati yang bersih sementara ia mempersembahkan Kurban Kudus Misa. (no. 76)
Mengapa imam menuangkan sedikit air ke dalam anggur dalam piala?
Sementara imam (atau diakon) menuangkan sedikit air ke dalam anggur dalam piala, ia berdoa, �Dengan misteri air dan anggur ini, semoga kita beroleh bagian dalam keilahian Kristus, yang menghambakan Diri untuk ambil bagian dalam kemanusiaan kita.� Oleh sebab itu, tindakan ini melambangkan persekutuan hypostatic antara keilahian Kristus dan kemanusian kita.
Dalam misteri inkarnasi, Yesus Kristus, sungguh Allah, menjadi sungguh manusia. Ingat juga bahwa dalam peristiwa salib, prajurit Romawi menikamkan tombaknya ke lambung Yesus, menembus Hati Kudus-Nya, dan dari luka-Nya mengalirlah Darah dan Air (bdk Yoh 19:34). Karena itu, rahmat keselamatan dari inkarnasi, sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan Kristus menyentuh hidup umat beriman dan secara istimewa dianugerahkan melalui Ekariti Kudus. Melalui Ekaristi Kudus, umat beriman beroleh bagian dalam hidup ilahi dan kasih Kristus yang menjadi manusia demi keselamatan kita.
St. Siprianus juga mengatakan bahwa air melambangkan Gereja (umat beriman) yang ditarik ke dalam kehidupan Kristus. Seperti Yesus mempersembahkan kurban-Nya demi dosa-dosa kita dengan mencurah-kan Darah-Nya, demikian juga kita dipersatukan dengan Dia dalam kurban-Nya secara tak terpisahkan bagai air dan anggur.
Mengapa imam memasukkan secuil Hosti Kudus ke dalam piala pada saat Anak Domba Allah?
Sementara imam memasukkan potongan Hosti kudus ke dalam piala, imam berdoa, �Semoga percampuran Tubuh dan Darah Tuhan kita Yesus Kristus memberi kita kehidupan kekal.� Jadi, gerakan ini melambangkan kesatuan Sakramen: Tubuh, Darah, Jiwa dan KeAllahan Yesus sungguh benar dan sepenuhnya hadir, baik dalam Darah Mahasuci dalam piala maupun dalam Hosti Kudus di patena.
Apakah imam wajib mengenakan kasula?
�Busana khusus bagi imam selebran dalam Misa ialah �kasula� atau planeta. Begitu pula dalam perayaan liturgi lainnya yang langsung berhubungan dengan Misa, kecuali kalau ada peraturan lain. Kasula dipakai di atas alba dan stola� (no. 337).
Bilamanakah lonceng altar dibunyikan?
Sesudah imam mengucapkan kata-kata konsekrasi, lonceng altar dapat dibunyikan sementara imam mengunjukkan Hosti Kudus dan dibunyikan lagi saat imam mengunjukkan piala Darah Mahasuci. Lonceng altar dapat juga dibunyikan �sesaat sebelum konsekrasi,� biasanya pada saat epiklesis (No. 150).
* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls
and a professor of catechetics and theology
at Notre Dame Graduate School in Alexandria.
sumber : �Straight Answers: A Liturgical Potpouri�
by Fr. William P. Saunders;
Arlington Catholic Herald, Inc;
Copyright �2003 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Disesuaikan dengan buku �Pedoman Umum Misale Romawi�,
diterjemahkan oleh Komisi Liturgi KWI
dari Institutio Generalis Missalis Romani, editio typica tertia 2000,
diberi approbatio oleh Konferensi Waligereja Indonesia,
dalam sidang 23-26 April 2002.
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas
dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya
atas ijin The Arlington Catholic Herald.�
Berikut ini beberapa pertanyaan singkat yang disampaikan kepada Straight Answers. Semua kutipan yang ada dalam jawaban diambil dari Pedoman Umum Misale Romawi, kecuali jika dinyatakan sebaliknya.
Mengapa imam mencium altar?
Altar melambangkan Kristus, yang seperti kita doakan dalam Prefasi Paskah V �menyatakan Diri sebagai imam, altar, dan anak domba yang dikurbankan.� Di samping itu, seturut tradisi, relikui orang kudus ditempatkan di altar, yang menjadikan altar layak mendapat penghormat-an yang demikian. (catatan, �Hendaknya dipertahankan tradisi Gereja untuk memasang relikui orang kudus, yang juga bukan martir, di dalam atau di bawah altar yang akan didedikasikan� no. 322).
Bilamanakah imam mempergunakan pedupaan?
Imam dapat mendupai salib dan altar sesudah melakukan peng-hormatan pada awal Misa (no. 49, no. 123), Kitab Injil sebelum diwarta-kan (no. 134), roti dan anggur yang telah dicampur dengan air setelah doa persembahan dan salib serta altar (no. 75, 144); imam sendiri karena pelayanan kudus yang ia sandang, dan umat karena martabat luhur yang mereka peroleh lewat pembaptisan dapat juga didupai oleh diakon atau pelayan lain (no. 75).
Dalam Masa Paskah, lilin paskah dapat juga didupai. Sejak jaman Perjanjian Lama, dupa telah dipergunakan untuk menyucikan kurban dan altar, serta mengusir segala bentuk kuasa jahat. Lagipula, seperti diwartakan dalam Mazmur, dupa melambangkan doa-doa kita yang membubung ke surga.
Apakah imam wajib menggunakan kain penutup piala?
Sesuai tradisi, piala dan patena ditutup dengan kain penutup piala (= palla) sebelum perayaan Misa dimulai. Pedoman Umum menyatakan, �Sangat dianjurkan agar piala ditutup dengan kain; warnanya dapat putih atau sesuai dengan warna liturgi hari yang bersangkutan� (no. 118). Kain penutup ini dilepaskan pada saat persembahan. Setelah dibersihkan sesudah Komuni, piala dan patena ditutup dengan kain penutup kembali. Namun demikian, penggunaan kain penutup piala ini merupakan tradisi, bukan wajib.
Apakah imam wajib membasuh tangannya saat persembahan?
Ya. Imam, setelah doa-doa persembahan atas roti dan anggur yang telah dicampur dengan air, membasuh tangannya dengan mengatakan, �Tuhan, basuhlah aku dari dosa-dosaku dan cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku.� Ritus ini melambangkan bahwa imam menginginkan hati yang bersih sementara ia mempersembahkan Kurban Kudus Misa. (no. 76)
Mengapa imam menuangkan sedikit air ke dalam anggur dalam piala?
Sementara imam (atau diakon) menuangkan sedikit air ke dalam anggur dalam piala, ia berdoa, �Dengan misteri air dan anggur ini, semoga kita beroleh bagian dalam keilahian Kristus, yang menghambakan Diri untuk ambil bagian dalam kemanusiaan kita.� Oleh sebab itu, tindakan ini melambangkan persekutuan hypostatic antara keilahian Kristus dan kemanusian kita.
Dalam misteri inkarnasi, Yesus Kristus, sungguh Allah, menjadi sungguh manusia. Ingat juga bahwa dalam peristiwa salib, prajurit Romawi menikamkan tombaknya ke lambung Yesus, menembus Hati Kudus-Nya, dan dari luka-Nya mengalirlah Darah dan Air (bdk Yoh 19:34). Karena itu, rahmat keselamatan dari inkarnasi, sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan Kristus menyentuh hidup umat beriman dan secara istimewa dianugerahkan melalui Ekariti Kudus. Melalui Ekaristi Kudus, umat beriman beroleh bagian dalam hidup ilahi dan kasih Kristus yang menjadi manusia demi keselamatan kita.
St. Siprianus juga mengatakan bahwa air melambangkan Gereja (umat beriman) yang ditarik ke dalam kehidupan Kristus. Seperti Yesus mempersembahkan kurban-Nya demi dosa-dosa kita dengan mencurah-kan Darah-Nya, demikian juga kita dipersatukan dengan Dia dalam kurban-Nya secara tak terpisahkan bagai air dan anggur.
Mengapa imam memasukkan secuil Hosti Kudus ke dalam piala pada saat Anak Domba Allah?
Sementara imam memasukkan potongan Hosti kudus ke dalam piala, imam berdoa, �Semoga percampuran Tubuh dan Darah Tuhan kita Yesus Kristus memberi kita kehidupan kekal.� Jadi, gerakan ini melambangkan kesatuan Sakramen: Tubuh, Darah, Jiwa dan KeAllahan Yesus sungguh benar dan sepenuhnya hadir, baik dalam Darah Mahasuci dalam piala maupun dalam Hosti Kudus di patena.
Apakah imam wajib mengenakan kasula?
�Busana khusus bagi imam selebran dalam Misa ialah �kasula� atau planeta. Begitu pula dalam perayaan liturgi lainnya yang langsung berhubungan dengan Misa, kecuali kalau ada peraturan lain. Kasula dipakai di atas alba dan stola� (no. 337).
Bilamanakah lonceng altar dibunyikan?
Sesudah imam mengucapkan kata-kata konsekrasi, lonceng altar dapat dibunyikan sementara imam mengunjukkan Hosti Kudus dan dibunyikan lagi saat imam mengunjukkan piala Darah Mahasuci. Lonceng altar dapat juga dibunyikan �sesaat sebelum konsekrasi,� biasanya pada saat epiklesis (No. 150).
* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls
and a professor of catechetics and theology
at Notre Dame Graduate School in Alexandria.
sumber : �Straight Answers: A Liturgical Potpouri�
by Fr. William P. Saunders;
Arlington Catholic Herald, Inc;
Copyright �2003 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Disesuaikan dengan buku �Pedoman Umum Misale Romawi�,
diterjemahkan oleh Komisi Liturgi KWI
dari Institutio Generalis Missalis Romani, editio typica tertia 2000,
diberi approbatio oleh Konferensi Waligereja Indonesia,
dalam sidang 23-26 April 2002.
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas
dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya
atas ijin The Arlington Catholic Herald.�