Latest News

Showing posts with label Tuguran Kamis Putih. Show all posts
Showing posts with label Tuguran Kamis Putih. Show all posts

Saturday, March 31, 2012

Contoh Renungan Tuguran Kamis Putih Malam

Bagi Pemimpin Ibadat
Setelah Perayaan Hari Kamis Putih Malam, setelah altar dilucuti, Gereja mengadakan ibadat tuguran untuk berjaga-jaga selama kurang lebih 1 jam sambil berdoa bersama Yesus. Dalam ibadat tuguran banyak terjadi suasana hening untuk melakukan renungan dan refleksi. Berikut adalah contoh renungan yang pernah saya bawakan dalam Ibadat Tuguran Kamis Putih malam. Renungan berikut baik bila dibawakan dengan perlahan (tidak terburu-buru) namun tegas, sambil diiringi musik instrumental reflektif. Renungan ini dapat Anda modifikasi sendiri, terutama di bagian pertanyaan-pertanyaan reflektif, dengan memperhatikan : Tema APP Keuskupan ybs atau situasi dan kondisi umat setempat. Semoga bermanfaat.

�BETAPA LEBAR DAN PANJANGNYA, BETAPA TINGGI DAN DALAMNYA KASIH KRISTUS" (Ef 3:18b)

Bapak Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih, malam ini kita bersama-sama dengan Yesus, berjaga bersamaNya, menemaniNya dalam kesendirian dan kegelisahannya, kita mempersatukan hati dengan hatiNya yang kini diliputi ketakutan dan dukacita yang mendalam. Lihatlah Ia yang sendirian, gentar dan ketakutan dalam doaNya.

"Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."

Kita mau malam ini bersama-sama berjaga bersama Yesus, menemaniNya yang sedang mengambil keputusan tersulit dalam tugas dan perutusanNya ke dunia, yaitu untuk menyelamatkan kita dengan menderita dan wafat di kayu salib. Itu sebabNya Yesus sangat ketakutan, peluhNya menjadi seperti tetes-tetes darah. Ia sangat sedih dan gentar. Tetapi dalam ketakutan dan kegelisahanNya, Yesus telah mengambil keputusan yang luar biasa: �Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

Yesus telah menunjukkan tanggung jawab yang luar biasa akan tugas dan perutusan yang diembanNya dari Bapa. Ia menyerahkan seluruh kekuatan, kehendak, dan bahkan hidupnya sendiri Ia serahkan untuk menyelesaikan tugas dan tanggungjawab yang telah diterimaNya dari Bapa. Saat-saat terakhir hidupNya saat tergantung di kayu salib Ia berkata: �Sudah selesai". Ia telah menyelesaikan dengan sempurna tugas perutusanNya di dunia, dan terlaksanalah karya penyelamatan Allah lewat penderitaan dan kematian Yesus itu. Kita diselamatkan karena Yesus telah mati untuk kita. Sungguh �Betapa lebar dan panjangnya, betapa tinggi dan dalamnya kasih Kristus�. tak terukur kasihNya� Tak terhingga kebaikanNya� Telah dibuktikanNya kesetiaan dan kasihNya� Yesus telah menyerahkan segala-galanya demi cinta kasihNya kepada kita. Ia ingin kita selamat, Yesus menghendaki kita menerima hidup yang baru sebagai putera-puteri Allah, serupa dengan Ia yang telah setia sampai menyerahkan semuanya demi kehendak BapaNya.

Malam ini kita melaksanakan apa yang diperintahkan Yesus kepada kita, para muridNya :

�Berjaga-jagalah dan berdoalah ��..
Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan:
roh memang penurut, tetapi daging lemah.�

Yesus telah memberikan segala-galanya untuk kita. Sudahkah Anda merasakan itu?
Ia telah berkurban sehabis-habisnya untuk engkau, tidakkah kau perhatikan itu?

Janganlah kita melalaikan apa yang diperintahkanNya kepada kita. Janganlah kita didapatiNya tertidur, melupakan tugas dan tanggung jawab yang telah dipercayakanNya kepada kita.:
"Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam saja dengan Aku?"

Tidakkah kita sanggup melaksanakan perintah Tuhan?
Tidakkah kita sanggup memanggul salib hidup kita?
Apakah Kita sudah menjadi pribadi seperti yang dikehendakiNya?
Sudahkah kita membalas Cinta kasih yang telah ditunjukkanNya bagi kita ?
Tidak sanggupkah kamu berjaga-jaga?
Tidak sanggupkah kamu melaksanakan apa yang telah kuperintahkan kepadaMu?
Tidak sanggupkah kamu menjalankan tugas yang telah dipercayakan kepada kamu?
Tidak sanggupkah kamu memikul tanggung jawab akan tugas dan kewajiban yang telah Engkau pilih sendiri?
Apakah Engkau sudah menjadi anggota keluarga yang baik? �������
(dapat ditambahkan pertanyaan reflektif lainnya)

Apakah Engkau telah menjadi umat Katolik yang baik?
Pengurus lingkungan/wilayah yang baik?
Pemimpin yang baik? Dimana tanggung jawabmu?!!
Sudahkah Engkau menjadi orang yang berguna bagi orang-orang disekitarMu?
Menjadi terang bagi mereka yang berada di kegelapan?
atau tongkat bagi mereka yang tidak tahu arah?
Sudahkan kita peduli pada yang menderita?
Pada yang miskin dan kekurangan?
Sudahkah kita menolong yang membutuhkan?
Pernahkah kita pada masa pertobatan ini berbuat sesuatu untuk sesama kita?

Atau �����.
Masih saja kita menunjukkan keegoisan hati kita?
Menomor satukan kehendak kita?
Tidak peduli pada keluarga, sesama, lingkungan dan masyarakt kita ?

58:5 Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?
Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu.
58:4 Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.
58:6 Bukan! Sabda Tuhan Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,
58:7 supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!
58:8. Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu.

Bapak Ibu dan saudara-saudari yang terkasih, Mari kita mulai saat ini membangun niat sungguh-sungguh untuk berubah, untuk mengawali semua, membuat semuanya menjadi baik, berbuat sesuatu untuk sesama Demi kemuliaan nama Tuhan.

Kita percaya bahwa

53:4. penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
53:5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

Tundukkanlah diri sedalam-dalamnya pada Tuhan, dan mohonkanlah berkat untuk semua niat hatimu untuk memperbaiki hidup, untuk lebih bertangggung jawab kepada tugas dan perutusan yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita.

Amin.

Friday, March 4, 2011

Tata Cara Tuguran

Umat Katolik yang datang ke misa Kamis Putih yang paling malam hampir pasti mendapati bahwa ritus penutup dengan berkat dalam misa itu ditiadakan. Sebagai gantinya ada ritus pemindahan Sakramen Mahakudus, dari altar utama ke altar (atau tabernakel) lain. Di altar (atau tabernakel) lain itulah kemudian dilakukan pentakhtaan Sakramen Mahakudus (dalam sibori, bukan monstrans). Nah, biasanya lalu Sakramen Mahakudus itu dijaga oleh umat dalam suatu ritus yang disebut tuguran. Pertanyaan berikutnya, apa yang dilakukan selama tuguran itu? Jawabnya sederhana sekali, diam dan hanya diam.

Beberapa tahun terakhir ini saya mengamati adanya trend untuk mengisi kegiatan tuguran dengan berbagai doa-doa bersama, bahkan sahut menyahut. Saya kurang jelas siapa yang memulai eksperimen ini. Saya pribadi lebih menyarankan agar umat mengikuti dan melestarikan tradisi katolik universal yang dipraktikkan di seluruh dunia dan sudah berlangsung berabad-abad lamanya. Sekali lagi, diam dan hanya diam.

Nah, tentu belum afdol kalau saya tidak berbagi aturannya. Berikut ini saya kutipkan dari Caeremoniale Episcoporum (Ceremonial of Bishops atau Tata Upacara Para Uskup) keluaran Vatikan, pasal 308-311. "Saat dinyanyikan Tantum ergo (PS 502 ayat 5-6, atau bahasa Indonesianya di PS 501 ayat 5-6 Sakramen yang sungguh agung) ..., uskup (atau imam selebran), berlutut, mendupai Sakramen Mahakudus. ... Setelah adorasi dalam keheningan selama beberapa saat, semuanya berdiri, berlutut dengan satu kaki kanan ditekuk, dan kembali ke sakristi. ... Umat beriman hendaknya didorong untuk melanjutkan adorasi (dalam keheningan) di depan Sakramen Mahakudus selama beberapa waktu di malam hari itu, sesuai kondisi setempat, namun jangan ada lagi adorasi agung setelah tengah malam."

Uskup Peter Elliott, pakar liturgi yang lama berdinas di Vatikan, dalam bukunya Ceremonies of the Modern Roman Rite membahas lebih jauh tentang berbagai kegiatan adorasi Sakramen Mahakudus. Yang Mulia menulis, "Silence is maintained always. (Keheningan dijaga, selalu.)" (Hal. 251) Hal menghentikan adorasi saat tengah malam, Yang Mulia menjelaskan dalam bukunya yang lain Ceremonies of the Liturgical Year, bahwa, "Pada tengah malam lilin-lilin dan lampu-lampu dipadamkan dan bunga-bunga disingkirkan, tetapi satu lampu (lampu Allah, penanda adanya Sakramen Mahakudus) harus tetap bernyala. Adorasi yang lebih sederhana boleh, dan seyogyanya, dilanjutkan sampai pagi, bahkan bila perlu sampai sebelum upacara-upacara Jumat Suci, bila hal ini memungkinkan." (Hal. 108-109)

Ada satu aturan lagi dari Vatikan, Sirkuler Kongregasi Ibadat Ilahi tentang Persiapan dan Perayaan Pesta Paskah (Feb 1988), yang menyebut bahwa, " ... bila diinginkan dapat dibacakan bagian-bagian Injil Yohanes 13-17." (SPPP 56) Kata kuncinya adalah "bila diinginkan", jadi bukan keharusan. Lalu, kalaupun diinginkan, bentuknya adalah komunikasi searah, Injil dibacakan (dengan khidmat) dan umat mendengarkan. Intinya adalah bahwa umat tetap meneruskan adorasi dalam keheningan. Doa-doa bersama, apalagi sahut menyahut, dapat memindahkan perhatian umat dari Sakramen Mahakudus dan melemahkan makna adorasi. Ingat, adorasi artinya mengagumi, memuja, menyembah.

Sumber : http://tradisikatolik.blogspot.com/