Latest News

Sunday, May 29, 2011

Pesan Bapa Suci Benediktus XVI Pada Hari Komunikasi Sedunia Ke-45, 5 Juni 2011

Kebenaran, Pemakluman dan Kesejatian Hidup di Jaman Digital

Saudara dan Saudari Terkasih,
Pada kesempatan Hari Komunikasi Sosial Sedunia yang ke-45, saya ingin berbagi beberapa refleksi yang dimotivasi oleh suatu ciri khas yang menggejala jaman kita: munculnya internet sebagai jejaring komunikasi. Ada pendapat yang semakin umum bahwa, sebagaimana Revolusi Industri yang pada masanya menghasilkan suatu transformasi besar dalam masyarakat melalui perubahan-perubahan yang terjadi ke dalam lingkaran produksi dan kehidupan para pekerja, demikian juga berbagai perubahan mendasar yang terjadi di dalam komunikasi di jaman sekarang ini sedang memandu perkembangan-perkembangan budaya dan sosial yang signifikan. Teknologi baru tidak hanya mengubah cara kita berkomunikasi melainkan juga memengaruhi komunikasi itu sendiri sedemikian rupa sehingga orang menegaskan bahwa kita sementara hidup dalam suatu periode transformasi budaya yang besar. Sarana penyebaran informasi dan pengetahuan ini melahirkan suatu cara baru belajar dan berpikir dengan peluang-peluang yang belum pernah terjadi guna menegakkan antar hubungan dan membangun persekutuan .

Kini, cakrawala baru yang tak terbayangkan sebelumnya telah terbuka. Cakrawala-cakrawala tersebut membangkitkan kekaguman karena kemungkinan-kemungkinan yang disodorkan oleh media baru itu, dan pada saat yang sama amat menuntut suatu permenungan yang serius tentang makna komunikasi di jaman digital. Hal ini secara khusus menjadi jelas ketika kita menghadapi kemampuan luar biasa internet dan kerumitan pemakaiannya. Sebagaimana halnya dengan setiap hasil kecakapan manusia, teknologi komunikasi baru harus diperuntukkan bagi pelayanan kebaikan perorangan dan umat manusia secara utuh. Jika dipergunakan dengan bijaksana, teknologi komunikasi baru dapat memberikan sumbangsih bagi pemenuhan kerinduan akan makna, kebenaran dan kesatuan yang tetap menjadi cita-cita terdalam setiap manusia.

Dalam dunia digital, menyampaikan informasi kian dipahami dalam suatu jejaring sosial dimana pengetahuan terbagi dalam konteks pertukaran pribadi. Perbedaan yang jelas antara penyedia informasi dan pengenyam informasi menjadi relatif; dan komunikasi tidak hanya nampak sebagai pertukaran data tetapi juga sebagai suatu bentuk berbagi. Dinamika ini menyumbangkan bagi suatu penilaian baru tentang komunikasi itu sendiri, yang terutama dipandang sebagai dialog, pertukaran, solidaritas dan penciptaan hubungan-hubungan yang positif. Pada sisi lain, hal ini diperhadapkan dengan keterbatasan-keterbatasan yang khas dari komunikasi digital: interaksi sepihak, kecenderungan mengkomunikasikan hanya sebagian dari dunia batin seseorang, resiko pencitraan palsu seseorang yang dapat menjadi suatu bentuk kepuasan diri sendiri.

Secara khusus, kaum muda sedang mengalami perubahan ini dalam komunikasi dengan semua kecemasan, tantangan dan daya cipta, yang khas bagi orang yang terbuka dengan antusiasme dan rasa ingin tahu akan pengalaman-pengalaman baru dalam hidup. Keterlibatan mereka yang semakin besar dalam forum digital publik yang tercipta oleh jejaring-jejaring sosial membantu melahirkan bentuk-bentuk baru dari hubungan-hubungan antar pribadi memengaruhi kesadaran diri sendiri dan oleh karena itu tak pelak lagi mempertanyakan bukan saja bagaimana seharusnya bertindak tetapi juga tentang kesejatian jati dirinya. Masuk ke dalam ruang maya dapat menjadi tanda pencarian yang otentik akan perjumpaan pribadi dengan orang lain, asalkan tetap tanggap terhadap bahaya seperti menyertakan diri dalam sejenis eksistensi ganda atau menampilkan diri secara berlebihan di dalam dunia maya. Dalam upaya berbagi dan mencari "teman", terdapat tantangan untuk menjadi otentik dan setia dan tidak menyerah kepada ilusi untuk mencitrakan tampang publik yang palsu bagi diri sendiri.

Teknologi baru memungkinkan untuk saling bertemu di luar batas-batas ruang dan budaya mereka sendiri, dengan menciptakan sebuah dunia yang sama sekali baru dari persahabatan-persahabatan potensial. Ini merupakan suatu peluang besar tetapi juga menuntut perhatian yang lebih besar dan kesadaran akan resiko yang mungkin. Siapakah "tetangga" saya di dalam dunia baru ini? Entahkah ada bahaya bahwa kita mungkin kurang hadir bagi mereka yang kita jumpai dalama hidup harian kita? Apakah ada risiko menjadi lebih terganggu karena perhatian kita terbagi-bagi dan terserap di suatu "dunia lain" daripada dimana kita hidup? Apakah kita mempunyai waktu untuk merenungi pilihan kita secara kritis dan memajukan hubungan yang sungguh mendalam dan berdaya tahan? Pentinglah untuk selalu mengingat bahwa kontak virtual tidak dapat dan tidak boleh mengganti kontak manusiawi langsung dengan orang-orang di setiap tingkat kehidupan kita.

Dalam era digital juga, setiap orang dihadapkan dengan kebutuhan akan otentisitas dan refleksi. Selain itu, dinamika yang melekat di dalam jejaring sosial menunjukkan bahwa seseorang senantiasa terlibat dalam apa yang ia komunikasikan. Tatkala orang saling menukar informasi, mereka sudah mensyeringkan diri mereka, pandangannya tentang dunia, harapan dan cita-cita mereka. Lantas, cara hadir yang khas kristiani di dunia digital adalah bentuk komunikasi yang jujur dan terbuka, bertanggungjawab dan hormat akan orang lain. Memaklumkan Injil melalaui media baru berarti tidak sekadar memasukkan isi religius secara terbuka ke dalam berbagai pentas media, tetapi menjadi saksi setia di dunia digital itu sendiri dan cara seseorang mengkomunikasikan pilihan-pilihan, apa yang utama, serta keputusan-keputusan yang sepenuhnya selaras dengan Injil bahkan ketika hal itu tidak terungkap secara khusus. Selanjutnya, benar juga bahwa di dalam dunia digital pesan tak dapat disampaikan tanpa disertai dengan kesaksian yang konsisten dari pihak yang meyampaikannya. Dalam situasi baru itu dan dengan bentuk pengungkapan baru, orang Kristen sekali lagi dipanggil untuk memberikan jawaban kepada siapa saja yang meminta pertanggungjawaban terhadap pengharapan yang ada dalam diri mereka (bdk. 1 Petrus 3:15)

Tugas memberikan kesaksian tentang Injil di era digital menuntut setiap orang untuk secara istimewa memiliki kepekaan terhadap aspek pesan yang dapat menantang cara berpikir khas internet. Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa kebenaran yang ingin kita bagikan bukan bukan berasal dari nilai "popularitas"nya atau jumlah perhatian yang diterima. Kita harus berusaha memperkenalkannya secara utuh, bukan sekadar supaya dapat diterima atau sebaliknya malah melemahkannya. Ia harus menjadi makanan harian dan bukannya daya tarik sesaat. Kebenaran Injil bukanlah sesuatu yang memberikan rasa puas atau digunakan secara dangkal, melainkan pemberian yang menuntut jawaban bebas. Bahkan apabila diwartakan dalam dunia internet, Injil harus terjelma dalam dunia nyata dan berkaitan dengan wajah riil saudara dan saudari kita, mereka yang dengannya kita berbagi keseharian hidup kita. Hubungan manusiwi yang langsung tetap menjadi fundamental bagi pemakluman iman.

Oleh karena itu, saya ingin mengajak orang-orang kristiani dengan percaya diri, dan dengan kreatifitas yang terbina dan bertanggungjawab bergabung dalam jejaring hubungan yang dimungkinkan oleh jaman digital. Hal ini bukan saja untuk memuaskan keinginan untuk hadir, tetapi karena jejaring ini merupakan bagian utuh dari hidup manusia. Internet memberikan sumbangsih bagi perkembangan cakrawala intelektual dan spiritual yang lebih kompleks, bentuk-bentuk baru kesadaran berbagi. Di dalam wilayah ini juga kita dipanggil untuk memaklumkan iman kita bahwa Kirstus adalah Allah, Penyelamat umat manusia dan Penyelamat sejarah, yang di dalam-Nya segala sesuatu memperoleh kepenuhannya (Bdk. Ef. 1:10). Pewartaan Injil menuntut sebuah komunikasi yang sekaligus penuh hormat dan peka, yang menggugah hati dan menggerakkan kesadaran; cerminan suri teladan Yesus yang bangkit tatkala Ia bergabung bersama para murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus (bdk. Lk. 24:13-35). Dengan cara pendekatan-Nya, dialog-Nya bersama mereka, cara-Nya yang lembut menggerakkan hati, mereka perlahan-lahan dituntun kepada suatu pemahaman akan misteri.

Dalam analisis terakhir, kebenaran Kristus merupakan jawaban yang utuh dan otentik bagi kerinduan manusia akan hidup relasi, persekutuan dan makna yang tercermin dalam popularitas jejaring sosial yang meluas. Orang beriman yang memberikan kesaksian iman yang sungguh mendalam tentu memberikan bantuan yang berharga bagi internet agar tidak menjadi sarana yang memerosotkan kepribadian manusia, memanipulasi secara emosional, dan yang memberikan kemungkinan kepada berkuasa untuk memonopoli pendapat orang lain. Sebaliknya, orang beriman mendorong setiap orang untuk terus menghidupkan pertanyaan manusiawi yang abadi sebagai ungkapan kerinduan akan sesuatu yang yang trasenden dan dambaan akan bentuk-bentuk yang otentik dari kehidupan yang patut untuk dihayati. Justru hasrat rohani yang unik manusiawi inilah yang mengilhami upaya kita untuk mencari kebenaran dan persekutuan dan mendesak kita untuk berkomunikasi dengan keutuhan dan kejujuran.

Saya mengundang terutama kaum muda untuk sungguh-sungguh hadir secara berdaya guna di dunia digital. Saya mengulangi lagi undanganku bagi mereka untuk Hari Kaum Muda sedunia di Madrid, dimana teknologi baru sedang memberikan sumbangannya yang besar bagi persiapannya. Dengan pengantaraan pelindungnya St. Fransiskus de Sales, saya berdoa agar Allah menganugerahi para pekerja di bidang komunikasi kemampuan untuk melaksanakan karya mereka dengan sadar dan profesional. Kepada kalian semua, saya memberikan berkat apostolik saya.

Vatikan 24 Januari 2011
Pesta St, Fransiskus de Sales

Benedictus PP XVI

Saturday, May 14, 2011

Penyesuaian Perayaan Ekaristi untuk Anak-anak

oleh: Rm. Emanuel Hane, Pr

1. Pendahuluan
Perayaan Ekaristi adalah kegiatan Gereja sekaligus kegiatan bersama, demi kepentingan umat, termasuk anak-anak yang sudah dibaptis. Anak-anak berhak untuk merayakan Ekaristi sesuai dengan keadaan mereka. Maka kesempatan pertemuan ini merupakan kesempatan baik untuk membagi pengalaman berekaristi dengan anak-anak, agar kita semakin kaya melaksanakan tugas pelayanan di kemudian hari.

2. Belajar dari Pedoman
Untuk pertemuan ini terlebih dahulu saya akan kemukakan beberapa pedoman untuk diperhatikan. Ada keuntungannya. Di satu pihak, dapat meneguhkan kita jika apa yang kita lakukan sungguh sesuai dengan keinginan Gereja, dan di pihak lain dapat membuat kita mawas diri agar perayaan Ekaristi yang kita rayakan bersama anak-anak selanjutnya, tidak terlalu melenceng jauh dari yang diharapkan Gereja universal.

Yang dipedomani adalah direktorium misa dengan anak-anak yang dikeluarkan oleh Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib Sakramen pada 1 November 1973, dengan judul �Pueros Baptizatos / Directory on Children�s Masses�.[1] Harus diakui bahwa kita punya dua pedoman terbaru tentang Ekaristi, yaitu Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) dan Redemptionis Sacramentum (RS) yang mengatur kegiatan gereja yang satu ini, namun kedua pedoman terbaru itu lebih mengatur perayaan Ekaristi secara umum. Tidak berbicara tentang misa untuk anak-anak. Namun, apa yang digariskan dalam PUMR dan RS sebenarnya sangat mendukung apa yang telah dikemukakan dalam direktorium itu; direktorium yang memberikan peluang kongkrit dan besar buat penyesuaian dalam perayaan Ekaristi dengan anak-anak.

Direktorium ini terdiri dari 3 bab, dengan sub pokok bahasannya masing-masing. Saya pusatkan perhatian pada Bab III yang bertema �Misa Anak-anak di mana beberapa orang dewasa berpartisipasi�. Itupun tidak semua, karena yang dipetik hanyalah yang diperlukan saja.

No. 22: Antara lain menyatakan bahwa dalam perayaan untuk anak-anak, hendaknya anak-anak memainkan peran secukupnya dalam:
(1) persiapan ruangan serta altar [29];
(2) menyanyi dan musik [32],
(3) memaklumkan bacaan suci non Injil [24 dan 27]
(4) menjawab pertanyaan-pertanyaan homilist selama homili dialog berlangsung [48]
(5) membawakan intensi-intensi doa umat, membawa persembahan ke altar, serta beberapa hal lainnya, sesuai dengan kebiasaan setempat [34].

No. 29: Setiap perayaan Ekaristi untuk anak-anak sepatutnya dipersiapkan sebelumnya, ter-utama doa-doa, nyanyian-nyanian, bacaan-bacaan, doa umat, dekorasi, alat-alat serta bahan-bahan persembahan.

No. 30-32: Nyanyian patut disesuaikan dengan kemampuan anak dan kekhasan umat [30]; untuk memudahkan partisipasi anak dalam nyanyian Kyrie, Gloria, Sanctus dan Agnus Dei, hendaknya teks-teks disesuaikan dengan latar belakang psikologis anak [31]; perlu diper-gunakan musik, dan jika perlu anak-anaklah yang memainkan alat-alat musik itu [32]. Hal-hal itu sangat membantu anak-anak untuk berdoa, dan mengangkat madah puji syukur kepada Tuhan.

No. 34: Sebagai kegiatan simbolis, dan sesuai dengan psikologi anak, perlulah beberapa anak berpartisipasi sebagai manusia utuh, khususnya dalam perarakan masuk, perarakan Injil, persiapan persembahan, dan tentu saja untuk yang sudah berkomuni, berarak untuk menerima komuni.

No. 36: Gambar buatan anak-anak, hendaknya dipakai dalam ilustrasi homili, doa umat, serta tema doa-doa, karena akan sangat membantu.

Beberapa Pedoman Dalam Hubungan Dengan Bagian-bagian Misa
No. 39: Untuk membantu anak terbiasa dengan perayaan misa bersama kaum dewasa, hendaknya upacara dan teks tertentu tidak boleh diubah, seperti: aklamasi-aklamasi dan jawaban umat atas salam imam, Bapa Kami, rumusan Triniter di waktu berkat akhir misa. Syahadat Para Rasul (syahadat singkat) dapat dipergunakan (lihat juga no. 49), tetapi mereka juga hendaknya dibiasakan dengan Syahadat Panjang.

A. Ritus Pembuka:
No. 40: Diizinkan juga untuk menghilangkan unsur-unsur tertentu dalam ritus pembuka, tetapi hendak selalu diakhir dengan doa pembuka.

B. Liturgi Sabda:
No. 42: Di hari Minggu dan hari raya, 3 bacaan dapat dikurangi menjadi 2 atau 1 bacaan. Injil hendaknya selalu ada.
No. 43: Konferensi para uskup dapat mempersiapkan lectionarium untuk anak-anak.
No. 47: Perhatian besar sesungguhnya diberikan kepada elemen-elemen liturgi sabda untuk membantu anak-anak memahami bacaan-bacaan suci. Maka perlu ada introduksi menjelang bacaan berupa penjelasan konteks bacaan, penjelasan tentang sabda dalam hubungan dengan hidup para kudus yang diperingati.
No. 48: Homili kepada anak-anak dapat berupa dialog dengan mereka. Dapat ditambahkan dari no. 24: Bila pastor paroki atau pengurus gereja setuju, maka seorang awam yang mampu, dapat membawakan homili, terlebih jika imam sukar menyesuaikan diri dengan alam pikiran anak-anak.

C. Doa-doa Presidensial:
No. 51: Karena doa-doa presidensial Misale Romawi lebih diuntukkan bagi kaum dewasa, maka dapat disesuaikan dengan keadaan anak, seraya mempertahankan maksud dan isi doa-doa itu.
No. 52: Sebagai pusat dan puncak perayaan Ekaristi, Doa Syukur Agung (DSA) patut didaraskan sedemikian rupa agar menarik anak-anak dan sepatutnya anak-anak berpartisipasi di dalamnya dengan aklamasi.
Puji Tuhan karena DSA 8-10 dalam TPE 2005 telah menjawabi kebutuhan kita yang terakhir ini (ada aklamasi).

D. Upacara-upacara sebelum Komuni:
No. 53; Sesudah DSA, hendaknya selalu menyusul Bapa Kami, pemecahan Roti dan undangan untuk berkomuni, karena ketiga (3) unsur itu penting sebagai unsur pembentuk bagian misa ini.

E. Ritus Penutup:
No. 54; Sebelum berkat akhir dan pengutusan, perlu ada pengarahan singkat dan peringatan untuk melaksanakan apa yang telah dirayakan (khususnya amanat/pesan Tuhan), agar hubungan antara perayaan Ekaristi dan hidup jelas dilihat oleh anak-anak.
Jika masih ada hal lain dalam direktorium itu yang belum disinggung, silahkan pelajari sendiri.

3. Apa yang dapat kita laksanakan?
Walaupun hanya beberapa nomor pedoman misa dengan anak-anak yang dikemukakan dalam pertemuan ini toh menurut saya sudah ada pegangan secukupnya yang membantu kita sharing sekaligus mempersiapkan diri untuk melayani anak-anak dalam karya kita selanjutnya sebagai pembina iman anak.

Supaya kemungkinan lebih terbuka kepada para peserta untuk berefleksi, sharing pengalaman dan saling memperkaya dalam praktek yang satu ini, saya hanya mengemukakan satu dua tambahan ala kadarnya.

Pandangan umum yang saya utarakan sebelumnya adalah hubungan kuat antara hidup harian dengan perayaan itu sendiri. Bahwa hidup sebelum perayaan mengarah kepada dan memuncak di dalam perayaan Ekaristi, dan hidup selanjutnya merupakan perwujudannya, karena Ekaristi adalah Puncak kehidupan kita.

Di samping itu, hidup harian kita berkaitan erat dengan Ekaristi sebagai sumber, karena dari Ekaristilah kita memperoleh kekuatan Ilahi guna melaksanakan kegiatan kristiani kita termasuk pelayanan kita kepada anak-anak.

Persiapannya baik yang jauh (praeparatio remota) maupun yang dekat (proxima), yang terjadi dalam hidup harian sungguh penting. Ia bahkan dipandang sebagai bagian dari perayaan Ekaristi itu sendiri. Sehingga orang yang mempersiapkan diri serta anak-anak guna merayakan Ekaristi dengan baik, dapat dikatakan sudah memulai kegiatan itu sendiri. Dan persiapan yang dimaksud adalah persiapan lahir batin. Merayakan Ekaristi tanpa persiapan lahir batin akan sangat membosankan. Begitu juga dengan usaha-usaha perwujudannya dalam hidup. Apa pengalaman Anda dalam hal ini?

Yang sudah biasa dilakukan dalam persiapan perayaan Ekaristi adalah:
(1) Persiapan nyanyian dan musik untuk perayaan itu sendiri. Dalam hubungan dengan unsur liturgi ini, saya ingin ketengahkan bahwa nyanyian dan musik liturgi yang baik adalah yang melayani liturgi. Apa komentar Anda tentang hal ini?
(2) Persiapan ruangan (tempat perayaan), dekorasi, sarana homili, dan alat serta bahan persembahan. Apa pengalaman Anda?
(3) persiapan teks, baik doa maupun bacaan Kitab Suci. Apa pengalaman Anda?
Dalam perayaan itu sendiri, ada banyak sekali yang sudah kita laksanakan. Maka, kesempatan seluasnya diberikan kepada peserta.
Mengenai hidup sebagai kelanjutan dari perayaan, perlu saya kemukakan pertanyaan kecil ini: Apa pernah ada evaluasi bersama anak-anak? Apa yang Anda temukan dari anak-anak dan apa pengalaman Anda?

4. Penutup
Sebelum mengakhiri makalah sederhana ini, saya ingin tekankan bahwa perayaan Ekaristi juga adalah karya Tuhan, bukan melulu usaha manusia saja. Sebagai karya manusia, kita hendaknya melaksanakan hal-hal manusiawi kita dengan baik. Sebab di dalam Ekaristi, terdapat puncak karya kita memuji dan memuliakan Tuhan. Walaupun memuji dan memuliakan Tuhan tidak pernah menambah kemuliaan Tuhan, kita puji Dia atau tidak, Dia tetap tinggi, terhormat dan mulia. Toh kita hendaknya memuji dan memuliakan Dia, karena disitulah terletak kehormatan dan keselamatan kita.[2]
Sebagai karya Tuhan, hendaknya kita juga membiarkan Tuhan berkarya dengan cara-Nya sendiri dalam diri kita, terlebih dalam diri anak-anak. Sebab Ekaristi adalah puncak karya Allah menguduskan kaum beriman. Dan hanya kalau kita memiliki selera yang baik mengenai cara melaksanakan perayaan Ekaristi dengan baik, maka kita akan merasakan dampak kegiatan kita itu dalam hidup kita dan hidup anak. *** (Penulis adalah Dosen Liturgi di Seminari Tinggi St. Mikael, Kupang)

[1] �Directory on Children�s Masses�, dalam The Conciliar and Post Conciliar Documents, A. Flannary (ed.), Northport, New York, 1981, hlm. 261ss.[2] Prefasi Umum IV, TPE 2005, KWI, Kanisius, 2005, hlm. 99

Sumber : http://www.liturgi.web.id/

Wednesday, May 11, 2011

Doa Rosario Disertai Doa Permohonan Umat


Berikut contoh Doa Rosario (Peristiwa Mulia) yang disertai doa-doa permohonan (doa umat). Biasanya dilaksanakan pada bulan Mei dan Oktober atau pada saat-saat khusus tertentu. Semoga bermanfaat bagi katekese dan semoga membantu para pemandu/ketua lingkungan/Seksi liturgi dalam memandu Doa Rosario.

Nyanyian Pembukaan (misal dari PS. No. 524 : Kristus Bangkit)

Doa Pembukaan
Ya Allah Bapa yang maha pengasih, kami bersyukur atas berkat dan karuniaMu yang menyertai kami sepanjang hari ini, sehingga pada sore hari ini kami boleh berkumpul bersama untuk mempersembahkan doa rosario. Bapa curahkanlah Roh Kudus dan terangilah hati dan pikiran kami, sehingga kami dapat berdoa sepenuh hati dan mempersembahkan yang terbaik untuk kemuliaan namaMu. Ya Allah yang Maharahim ampunilah terlebih dahulu dosa dan kelalaian kami, bersihkanlah hati dan diri kami sehingga kami layak untuk menghaturkan doa-doa kami, dan semoga permohonan-permohonan kami boleh berkenan dihadiratMu. Terimalah ya Bapa doa dan permohonan kami demi kristus Tuhan dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa, dahulu, kini dan sepanjang masa. Amin.

Doa Rosario
* Aku Percaya �
* Kemuliaan �
* Bapa Kami �
* Salam Putri Allah Bapa. Salam Maria �
* Salam Bunda Allah Putera. Salam Maria �
* Salam Mempelai Allah Roh Kudus. Salam Maria �
* Kemuliaan �
* Terpujilah ...
* Ya Yesus yang baik, ...

* Peristiwa Mulia I : Tuhan Yesus Bangkit Dari Kematian
* Doa Permohonan: Bagi Gereja :Ya Bapa, Allah dan pengharapan kami Engkau telah mempersatukan kami dalam persekutuan gerejaMu. Berkatilah ya Bapa, GerejaMu dan curahkanlah rahmat kasih dan kedamaian bagi gereja kami, sehingga semua umat selalu bersatu, rukun dan damai untuk mewartakan kasihMu dan membangun kehidupan gerejani sesuai dengan kehendakMu dan nntuk kemuliaan nama Mu, kami mohon��
* Bapa Kami �
* Salam Maria � 10 X
* Kemuliaan �
* Terpujilah �
* Ya Yesus yang baik, ...

* Peristiwa Mulia II : Tuhan Yesus Naik Ke Surga
* Doa Permohonan: Bagi para pemimpin Bangsa dan Negara :Ya Bapa, Berkatilah para pemimpin bangsa dan negara kami agar mereka mampu melaksanakan tugas mereka dengan penuh tanggungjawab, Karuniakanlah rahmat kebijaksanaanMu sehingga mereka dapat memimpin dengan bijaksana dan lebih memperhatikan kehidupan rakyat yang mereka pimpin, dampingilah mereka dalam tugas dan kepemimpinan mereka, sehingga terciptalah kedamaian dan kesejahteraan bagi bangsa dan negara kami. Kami mohon��
* Bapa Kami �
* Salam Maria � 10 X
* Kemuliaan �
* Terpujilah �
* Ya Yesus yang baik, ...
* Nyanyian PS. No. 628 : Salam Bagimu Maria

* Peristiwa Mulia III : Roh Kudus Turun atas Para Rasul
* Doa Permohonan: Bagi mereka yang miskin dan menderita : Ya Bapa, kami berdoa bagi saudara-saudara kami yang miskin dan menderita, atau diterpa berbagai macam permasalahan. Kuatkanlah dan tabahkanlah mereka dalam menghadapi dan menanggung salib hidupnya. Juga bukalah hati kami untuk selalu peka pada penderitaan dan kebutuhan sesama. Kami mohon ��..
* Bapa Kami �
* Salam Maria � 10 X
* Kemuliaan �
* Terpujilah �
* Ya Yesus yang baik, ...

* Peristiwa Mulia IV : Bunda Maria Diangkat ke Surga
* Doa Permohonan: Bagi umat semua umat Lingkungan: Ya Bapa, berkenanlah menuntun dan memberkati segala kegiatan serta pelayanan dalam lingkungan kami, semoga kami tetap setia dalam semua kegiatan pelayanan dan bermanfaat bagi perkembangan hidup rohani umatmu. Kami mohon .................
* Bapa Kami �
* Salam Maria � 10 X
* Kemuliaan �
* Terpujilah �
* Ya Yesus yang baik, ...
* Nyanyian PS. No. 632 : Dengarkanlah Maria

* Peristiwa Mulia V : Bunda Maria Dimahkotai di Surga
* Doa Permohonan: Bagi semua yang hadir disini :Ya Bapa, berkatilah kami semua yang hadir disini agar kami selalu diteguhkan dalam iman kami sebagai anak-anak Allah yang engkau pilih dan Engkau kasihi, Semoga kami semakin berani menjadi saksi cintakasihMu dengan memperhatikan dan mencintai sesama kami, terlebih mereka yang menderita dan tersisihkan. Semoga kami mampu menghayati peran kami sebagai putera-puteri-Mu, Allah yang mahaagung, dan selalu setia menjaga kesucian diri kami. kami mohon ...
* Bapa Kami �
* Salam Maria � 10 X
* Kemuliaan �
* Terpujilah �
* Ya Yesus yang baik, ...

Doa Penutup
Allah Bapa Mahakasih, Engkau telah memilih Bunda Maria, sebagai perantara penjelmaan PuteraMu ke dunia. Kesetiaan yang telah ditunjukkannya sampai pada Salib merupakan teladan bagi kami untuk mengabdi kepadaMu sehabis-habisnya. Kuatkanlah kami dalam perjalanan hidup kami. Semoga apapun yang terjadi, kami takkan pernah terpisahkan dari kasih dan karuniaMu. Demi Kristus Tuhan dan Penyelamat kami, kini dan sepanjang masa. Amin

Nyanyian Penutup (PS. No. 644 : Santo Yusuf Yang Menjaga)

Sunday, May 8, 2011

Katekese Liturgi

Katekese Liturgi
Suatu Keharusan
Rm Karnan Ardijanto, Pr

Bapa konsili melihat bahwa perayaan liturgi, terutama perayaan Ekaristi, merupakan puncak yang dituju oleh seluruh kegiatan dan karya kerasulanan Gereja, sekaligus merupakan sumber segala daya kekuatannya Sacrosanctum Concilium (SC 10] Sedangkan Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) menambahkan bahwa pekerjaan sehari-hari dalam kehidupan Kristen juga berkaitan erat dengan perayaan Ekaristi: bersumber dari padanya dan tertuju kepadanya (PUMR 16). Dengan kata lain, liturgi merupakan sumber utama yang tak tergantikan untuk menimba semangat kristiani yang sejati. Hal ini mengandaikan dan menuntut partisipasi sadar, aktif dan sepenuhnya dari kaum beriman yang mengambil bagian dalam perayaan liturgi (SC 19).

Dewasa ini haruslah diakui bahwa di mana-mana tingkat partisipasi umat beriman dalam perayaan Ekaristi sudah menunjukkan kemajuan dan sernakin meningkat, namun tidak sedikit juga umat yang terus saja pasif dan kurang bergairah dalam mengikuti perayaan Ekaristi, Rendahnya tingkat partisipasi umat dalam perayaan Ekaristi ini dapat disebabkan oleh motivasi yang keliru: motivasi "wajib" dan "hanya ikut" karena setiap orang yang sudah dibaptis harus ke gereja pada hari minggu (Mayor, 1999: 2). Alasan lain yang lebih mendasar kiranya adalah kurang atau rendahnya pengertian dan pemahaman sebagian besar umat beriman ten tang perayaan Ekaristi itu sendiri (Roguet, 1984: 5).

Kenyataan ini menyisakan suatu tantangan dan tugas besar bagi seluruh umat beriman untuk menjadikan liturgi, terutama perayaan Ekaristi, sungguh sebagai puncak yang dituju oleh seluruh hidup Gereja dan hidup sehari-hari umat beriman, dan sekaligus sebagai sumber rahmat bagi pengudusan manusia dan pemuliaan Allah. Bagaimana perayaan liturgi, terutama perayaan Ekaristi, dapat menjadi peristiwa yang menarik, mengesan, mengena, sekaligus menjadi sumber rahmat dan daya kekuatan bagi jemaat untuk menghayati iman dan melaksanakan perutusan di tengah kehidupan harian mereka. Berbagai usaha menjadikan perayaan Ekaristi menjadi menarik, mengesan, dan mengena telah dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya: perayaan Ekaristi yang disesuaikan dengan adat budaya tertentu, penggunaan bahasa dan budaya setempat, kehadiran para petugas liturgi yang trampil dan terlatih, tata ruang yang anggun dan berbagai usaha sejenisnya. Semua upaya ini patutlah kita sambut dengan penuh syukur, namun kiranya segala usaha tersebut lebih menekankan segi lahir dan kelihatan dari perayaan Ekaristi itu sendiri, serta belum begitu menyentuh alasan utama rendahnya tingkat partisipasi umat dalam perayaan Ekaristi, yakni motivasi yang tepat dan kurangnya pemahaman umat beriman akan hakekat perayaan Ekaristi.

Para bapa konsili melihat bahwa usaha yang harus dilakukan untuk meningkatkan partisipasi dan penghayatan umat beriman dalam perayaan Ekaristi adalah melalui pendidikan liturgi bagi kaum beriman. Oleh karena itu para bapa konsili berkata:

Bunda Gerda sangat menginginkan, supaya semua orang beriman dibimbing ke arah keikutsertaan yang sepenubnya, sadar dan aktif dalam perayaan-perayaan Liturgi ... Maka dari itu dalam seluruh kegiatan pastoral mereka, para gembala jiwa harus mengusahakannya dengan rrgin melalui pendidikan yang seperlunya (SC 14).

Hendaklah para gembala jiwa dengan tekun dan sabar mengusahakan pembinaan liturgi kaum beriman serta keikutsertaan mereka secara aktij, baik lahir maupun batin, sesuai dengan umur, situasi, corak hidup dan taraf perkembangan religius mereka (SC I9).

Perlulah disadari bahwa partisipasi sadar, aktif, dan sepenuhnya pertama-tama dan terutama berasal dari hakekat liturgi itu sendiri dan berdasarkan Imamat umum kaum beriman yang telah mereka terima melalui sakramen permandian (SC 14). Liturgi sebagai tindakan Kristus sekaligus tindakan Gereja rnenjadikan perayaan liturgi sebagai perayaan jemaat. Jemaatlah yang menjadi subyek dan partisipan aktif; mereka bukan penonton yang pasif. Berkat anugerah Imamat umum, umat beriman berhak dan wajib untuk mengungkapkan imamat umum mereka bersama dengan seluruh Gereja dalam perayaan liturgi.

Partisipasi secara sadar, aktif, dan sepenuhnya dari umat beriman juga memungkinkan mereka menghadiri perayaan liturgi dengan sikap-sikap yang serasi: kesesuaian isi hati dengan apa yang mereka ucapkan (SC 11), antara sikap batin dengan ungkapan lahir; antara apa yang mereka imani (lex credendi) dengan apa yang mereka nyatakan (lex orandi).

Bagi para bapa konsili, pendidikan liturgi bukanlah suatu penawaran atau anjuran, melainkan suatu keharusan bagi para gembala jiwa (SC 14), karena salah satu tugas utama mereka adalah pembagi rahmat dan misteri-misteri Allah (SC 19). Dalam melaksanakan pendidikan liturgi ini, para gembala dianjurkan untuk melakukannya dengan rajin, tekun, dan sabar SC 14 dan SC 19). Dengan rajin berarti bahwa para petugas pastoral dituntut untuk melaksanakannya dengan terus menerus tanpa henti. Usaha mereka yang rajin dan tanpa henti itupun masih perlu ditunjang dengan ketekunan dan kesabaran mengingat bahwa tidaklah selalu mudah melaksanakan pendidikan liturgi bagi kaum beriman. Tidak sedikitlah tantangan, kesulitan, hambatan, dan kemungkinan gagal. Menghadapi semua ini para pelayan tertahbis dan non tertahbis diharapkan memiliki kegigihan, ketekunan dan kesabaran dalam membina kaum beriman.

Selain melalui pendidikan liturgi, bapa-bapa konsili, dalam Deklarasi ten tang Pendidikan Kristen,juga menyatakan bahwa peningkatan partisipasi umat beriman dalam perayaan liturgi dapat dilakukan melalui kegiatan katekese. Kegiatan katekese yang sejati senantiasa mengarahkan peserta untuk merayakan iman mereka dalam perayaan-perayaan liturgi Gereja:

Di antaranya yang utama ialah pendidikan kateketis, yang menyinari dan meneguhkan iman, menyediaean santapan bagi hidup menurut seman gat Kristus, mengantar kepada partisipasi yang sadar dan aktif dalam misteri Liturgi, dan menggairahkan kegiatan merasul (GE 4).

Pernyataan para bapa konsili tersebut ditegaskan kembali oleh Petunjuk Umum Katekese (2000) ketika membicarakan tentang tugas katekese:

" ... katekese, bersama dengan memrgukan pengetahuan tentang arti liturgi dan sakramen-sakramen, harus juga mendidik para murid Kristus untuk doa, ucapan .ryukur, tobat, berdoa dengan penuh keper- ccryaan, untuk seman gat menjemaat, untuk mengerti dengan tepat arti Credo ... karena semua ini perlu bagi hidup liturgis (PUK 85).

" ... pembinaan liturgis ... harus menjelaskan apa itu liturgi Kristen, dan apa itu sakramen. Katekese harus juga memberikan pengalaman tentang macam-macam perayaa� yang berbeda, dan harus membuat simbol-simbol, gerak-gerak, dan sebagaitrya yang dikenal dan dicintai" (PUK 87).

Petunjuk Umum Katekese (PUK 85 dan 87) juga menyebutkan berbagai bahan pembinaan liturgi bagi cmat beriman, yakni: arti dan makna liturgi Kristen, sakramen-sakramen atau perayaan liturgi lainnya, simbol-simbol dan gerakan liturgi, dan sebagainya. Selain itu katekese juga diharapkan membentuk dalam diri umat beriman sikap-sikap yang dituntut dan diperlukan oleh setiap perayaan liturgi, misalnya doa, ucapan syukur dan pujian, tobat, berdoa dengan penuh kepercayaan, semangat menjemaat, dan sejenisnya, Dan yang tak kalah pentingnya adalah bahwa katekese secara khusus juga mempersiapkan umat beriman untuk memasuki sakramen-sakramen inisiasi secara bertahap.

Dewasa ini patutlah disyukuri dengan adanya berbagai usaha pendidikan liturgi bagi umat beriman yang sudah dilaksanakan oleh berbagai pihak. Pertama yang perlu disebut adalah pendirian Institute Liturgi (ILSKI = Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia) di Bandung, namun perlu ditanyakan sejauh mana lembaga ini juga mengusahakan pendidikan liturgi bagi umat beriman dan sejauh mana kerjasama dengan Kornisi Liturgi KWI dalam mengusaha-kan pendidikan sejenis. Usaha-usaha lain yang dilakukan melalui media cetak: buku-buku, majalah-majalah, bulletin atau leaflet, dan sejenisnya di berbagai tingkat baik parokial maupun keuskupan ataupun nasional.

Pembinaan liturgi bagi para petugas liturgi juga banyak dan kerap kali dilaksanakan di begitu banyak tempat, namun dalam pengamatan kami tak jarang pembinaan tersebut memiliki titik tekan pada pembinaan teknis untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab para petugas liturgi; sedangkan pembinaan liturgis atau biblis ataupun teologis kurang mendapatkan perhatian secukupnya. Upaya lain yang dilakukan Komisi Liturgi KWI adalah menetapkan bulan Mei sebagai Bulan Liturgi Nasional. Komisi Liturgi KWI juga menawarkan bahan dan kegiatan yang dapat diwujudkan selama bulan liturgi tersebut, namun dalam kenyataannya hanya sebagian kecil paroki saja yang menaruh perhatian terhadapnya.

Menurut hemat kami, kecilnya perhatian paroki-paroki pertama-tama tidak disebabkan oleh rendahnya minat para gembala atau umat beriman terhadap liturgi, namun penetapan waktunya yang dirasa kurang tepat. Bulan Mei biasanya paroki-paroki baru saja menyelesaikan kesibukan mereka dengan peristiwa Pekan Suci dan belum sempat "cooling down." Bulan tersebut mereka juga memfokuskan perhatian kepada kegiatan devosi kepada Santa Perawan Maria. Apakah tidak dimungkinkan perubahan penetapan Bulan Liturgi Nasional dari bulan Mei ke bulan lain sehingga ada cukup waktu untuk mempersiapkannya dengan perhatian yang tidak terbagi sehingga gema Bulan Liturgi Nasional juga terasa di paroki-paroki.

Tak kenal, maka tak sayang. Kiranya ungkapan ini tepat untuk dikenakan pada liturgi kita. Kurangnya pemahaman akan liturgi menjadikan orang kurang terlibat dan berpartisipasi dalam liturgi dan akhirnya kurang dapat memetik dan menikmati rahmat pengudusan yang diperlukan untuk menghayati hidup harian kita dalam Tuhan. Akhirnya pendidikan liturgi menjadi suatu keharusan yang tidak pernah boleh diabaikan oleh para gembala (maupun para petugas pastoral non tertahbis) baik sebagai jawaban atas seruan konsili maupun aktualisasi tugas mereka sebagai pembagi rahmat misteri penyelamatan Allah sekaligus juga sebagai aktualisasi imamat umum kaum beriman.

Rm Karnan Ardijanto, Pr
(Penulis adalah Ketua Komkat Keuskupan Surabaya)

Sumber : http://www.imankatolik.or.id/

Thursday, May 5, 2011

Paus Yohanes Paulus II: Rasul Perdamaian bagi Segala Bangsa

Suatu yang menunjukkan bahwa karyanya telah menjadi �batu penjuru� dalam dunia modern dan betapa sikapnya yang teguh terhadap nilai-nilai kebenaran dan moralitas telah begitu meng-inspirasi dunia dan, dapat dilihat dari daftar peserta resmi pemakaman beliau. Belum pernah ada dalam sejarah ada pemakaman tokoh sebesar beliau yang menggambarkannya sungguh-sungguh sebagai Rasul Perdamaian bagi Segala Bangsa.

Daftar ini adalah daftar para pemuka dunia pada pemakaman Paus Yohanes Paulus II yang mengikuti acara ini secara resmi. Pemakaman Paus Yohanes Paulus II dimulai setelah wafatnya pada 2 April 2005 di Vatikan. Sebelum undangan resmi dikirimkan oleh Kolese Para Kardinal, kurang lebih 200 negara sudah mengungkapkan rasa simpati untuk mengirimkan wakil pada pemakaman Paus Yohanes Paulus II, yang berlangsung pada 8 April 2005.

Pada upacara pemakaman ini, para pemuka ini duduk secara alfabetis menurut ejaan negara mereka dalam bahasa Perancis. Berikut daftar mereka yang hadir dalam pemakaman Paus Yohanes Paulus II, Sang Rasul Perdamaian bagi Segala Bangsa.

EROPA

Albania
� Alfred Moisiu, Presiden Albania
� Fatos Nano, Perdana Menteri Albania
� Rexhep Meidani, mantan Presiden Albania
� Sali Berisha, mantan Presiden Albania

Andorra
� Joan Enric Vives Sic�lia, Pangeran Bersama Andorra
� Uskup Urgell
� Marc Forn� Moln�, Perdana Menteri Andorra

Armenia
� Andranik Markaryan, Perdana Menteri Armenia

Austria
� Heinz Fischer, Presiden Austria
� Margit Fischer, istri presiden
� Wolfgang Sch�ssel, Kanselir Austria
� Hubert Gorbach, Wakil Kanselir
� Andreas Khol, Kepala Dewan Nasional Austria

Belanda
� Jan Peter Balkenende, Perdana Menteri Belanda

Belgia
� Raja Albert II, Raja Belgia
� Ratu Paola, permaisuri raja
� Guy Verhofstadt, Perdana Menteri Belgia
� Herman de Croo, Ketua Parlemen Majelis Rendah
� Didier Reynders, Wakil Perdana Menteri

Bosnia dan Herzegovina
� Borislav Paravac
� �efik D�aferovic
� Bari�a Colak

Britania Raya
� Pangeran Charles, mewakili Ratu Elizabeth II
� Tony Blair, Perdana Menteri Britania Raya
� Cherie Blair, istri Perdana Menteri
� Michael Howard, Ketua Partai Konservatif
� Charles Kennedy, Ketua Partai Liberal
� Paul Murphy, Menteri Urusan Irlandia Utara

Bulgaria
� Georgi Purvanov, Presiden Bulgaria

Republik Ceko
� V�clav Klaus, Presiden Ceko
� Cyril Svoboda, Menteri Luar Negeri

Denmark
� Ratu Margrethe II, Ratu Denmark
� Pangeran Henrik
� Anders Fogh Rasmussen, Perdana Menteri Denmark

Estonia
� Arnold R��tel, Presiden Estonia

Finlandia
� Matti Vanhanen, Perdana Menteri Finlandia

Hongaria
� Ferenc M�dl, Presiden Hongaria
� Dalma M�dl, istri presiden
� Ferenc Gyurcs�ny, Perdana Menteri Hongaria
� Katalin Szili, Ketua Parlemen
� Viktor Orb�n, mantan Perdana Menteri Hongaria

Irlandia
� Mary McAleese, Presiden Irlandia
� Martin McAleese, suami presiden
� Bertie Ahern, Perdana Menteri Irlandia
� Mary Harney, Wakil Perdana Menteri
� Enda Kenny, Ketua Fine Gael

Italia
� Carlo Azeglio Ciampi, Presiden Italia
� Silvio Berlusconi, Perdana Menteri Italia

Jerman
� Horst K�hler, Presiden Jerman
� Gerhard Schr�der, Kanselir Jerman
� Joschka Fischer, Menteri Luar Negeri
� Wolfgang Thierse, Ketua Bundestag (Parlemen)
� Dieter Althaus, Perdana Menteri Th�ringen dan Wakil Ketua Dewan Federal Jerman
� Edmund Stoiber, Perdana Menteri Bayern dan Ketua Uni Sosial Kristen
� Angela Merkel, Ketua CDU (Partai Konservatif Kristen Utama dalam oposisi)

Kroasia
� Stjepan Mesic, Presiden Kroasia
� Ivo Sanader, Perdana Menteri Kroasia

Latvia
� Vaira Vike-Freiberga, Presiden Latvia

Liechtenstein
� Pangeran Hans-Adam II, Pangeran Liechtenstein
� Putri Marie Agla�
� Pangeran Maximilian Nikolaus Maria

Lituania
� Valdas Adamkus, Presiden Lituania

Luksemburg
� Adipati Henri, Adipati Agung Luxemburg
� Maria Teresa, istri adipati
� Jean-Claude Juncker, Perdana Menteri Luksemburg dan Ketua Dewan Eropa

Makedonia
� Branko Crvenkovski, Presiden Makedonia

Malta
� Edward Fenech Adami, Presiden Malta
� Lawrence Gonzi, Perdana Menteri Malta
� Alfred Sant, Ketua Oposisi

Ordo Malta
� Andrew Bertie, Grand Master Ordo Malta

Monako
� Pangeran Albert II, Pangeran Monako
� Patrick Leclercq, Menteri Negara

Norwegia
� Ratu Sonja, mewakili Raja Harald V
� Kjell Magne Bondevik, Perdana Menteri Norwegia

Perancis
� Jacques Chirac, Presiden Republik, Pangeran Bersama Andorra
� Bernadette Chirac, istri presiden
� Dominique de Villepin, Menteri Dalam Negeri, Urusan Keamanan, dan Kebebasan Lokal

Polandia
(Delegasi resmi Polandia - negara asal Paus Yohanes Paulus II jumlahnya dibatasi menjadi sepuluh oleh Takhta Suci)
� Aleksander Kwasniewski, Presiden Polandia
� Jolanta Kwasniewska
� Marek Belka, Perdana Menteri Polandia
� Wlodzimierz Cimoszewicz, Ketua Sejm (Parlemen Tingkat Rendah)
� Longin Pastusiak, Ketua Senat Polandia (Parlemen Tingkat Tinggi)
� Hanna Suchocka, Duta Besar untuk Takhta Suci, mantan Perdana Menteri
� Lech Walesa, mantan Presiden Polandia dan Danuta Walesa
� Tadeusz Mazowiecki, mantan Perdana Menteri
� Wieslaw Chrzanowski, mantan Ketua Sejm
� Adam Daniel Rotfeld, Menteri Luar Negeri

Portugal
� Jorge Sampaio, Presiden Portugal
� Maria Jos� Ritta, istri presiden
� Diogo Freitas do Amaral, Menteri Luar Negeri
� Ant�nio Ramalho Eanes, mantan Presiden Portugal

Rumania
� Traian Basescu, Presiden Romania
� Calin Popescu-Tariceanu, Perdana Menteri Romania
� Michael I, mantan Raja Romania
� Emil Constantinescu, mantan Presiden Romania
� Ion Iliescu, mantan Presiden Romania

Rusia
� Mikhail Fradkov, Perdana Menteri Rusia

Serbia dan Montenegro
� Svetozar Marovic, Presiden Serbia and Montenegro
� Vuk Dra�kovic, Menteri Luar Negeri
� Boris Tadic, Presiden Serbia
� Filip Vujanovic, Presiden Montenegro
� Ibrahim Rugova, Presiden Kosovo
� Bajram Kosumi, Perdana Menteri Kosovo
� Nexhat Daci, Ketua Parlemen Kosovo

Siprus
� Tassos Papadopoulos, Presiden Siprus

Slowakia
� Ivan Ga�parovic, Presiden Slovakia
� Pavol Hru�ovsk�, juru bicara Dewan Nasional
� Eduard Kukan, Menteri Luar Negeri

Slovenia
� Janez Drnov�ek, Presiden Slovenia
� Janez Jan�a, Perdana Menteri Slovenia
� Dimitrij Rupel, Menteri Luar Negeri dan Ketua Jabatan OSCE (Dewan Eropa)

Spanyol
� Raja Juan Carlos I, Raja Spanyol
� Ratu Sof�a
� Jos� Luis Rodr�guez Zapatero, Perdana Menteri Spanyol
� Miguel �ngel Moratinos, Menteri Luar Negeri
� Mariano Rajoy, Ketua Partai Rakyat Spanyol

Swedia
� Carl XVI Gustaf dari Swedia, Raja Swedia
� Ratu Silvia, permaisuri raja
� G�ran Persson, Perdana Menteri Swedia

Swiss
� Samuel Schmid, Presiden Swiss

Ukraina
� Viktor Yushchenko, Presiden Ukraina
� Kateryna Yushchenko-Chumachenko, istri presiden

Yunani
� Karolos Papoulias, Presiden Yunani

AFRIKA

Afrika Selatan
� Jacob Zuma, Wakil Presiden
� Nelson Mandela, mantan Presiden Afrika Selatan

Aljazair
� Abdelaziz Bouteflika, Presiden Aljazair

Angola
� Jos� Eduardo dos Santos, Presiden Angola

Guinea Khatulistiwa
� Teodoro Obiang Nguema Mbasogo, Presiden Guinea Khatulistiwa

Ghana
� John Kufuor, Presiden Ghana

Kenya
� Ali Chirau Mwakwere, Menteri Luar Negeri
� Musikari Kombo, Menteri Pemerintahan Lokal

Republik Demokrasi Kongo
� Joseph Kabila, Presiden Republik Demokratik Kongo
� Jean-Pierre Bemba, Wakil Presiden

Lesotho
� Raja Letsie III, Raja Lesotho
� Monyane Moleleki, Menteri Luar Negeri

Madagaskar
� Marc Ravalomanana, Presiden Madagaskar

Mauritius
� Paul B�renger, Perdana Menteri Mauritius

Maroko
� Moulay Rachid, Pangeran dan saudara Raja Mohammed VI

Mesir
� Farouk Hosni, Menteri Kebudayaan

Nigeria
� Olusegun Obasanjo, Presiden Nigeria

Rwanda
� Charles Murigande, Menteri Luar Negeri

Senegal
� Abdoulaye Wade, Presiden Senegal

Tanzania
� George Kahama, Menteri Perkembangan Koperasi

Uganda
� Gilbert Bukenya, Wakil Presiden
� Henry Okello Oryem, Menteri Negara untuk Hubungan Internasional

Zimbabwe
� Robert Mugabe, Presiden Zimbabwe

ASIA AN OSEANIA

Afganistan
� Hamid Karzai, Presiden Afghanistan

Australia
� Michael Jeffery, Gubernur-Jendral Australia

Azerbaijan
� Artur Rasizade, Perdana Menteri Azerbaijan

Bangladesh
� Chowdhury Kamal, Menteri Urusan Pangan dan Musibah

Filipina
� Gloria Macapagal-Arroyo, Presiden Filipina

India
� Bhairon Singh Shekhawat, Wakil Presiden India

Indonesia
� Muhammad Maftuh Basyuni, Menteri Agama
� Freddy Numberi, Menteri Kelautan dan Perikanan, mantan Duta Besar Indonesia untuk Italia
� Alwi Shihab, Menko Kesra

Iran
� Mohammad Khatami, Presiden Iran

Israel
� Moshe Katsav, Presiden Israel
� Silvan Shalom, Menteri Luar Negeri

Jepang
� Yoriko Kawaguchi, Menteri Luar Negeri

Korea Selatan
� Lee Hai-chan, Perdana Menteri Korea Selatan

Kuwait
� Jaber Al Abdullah Al Jaber Al Sabah

Lebanon
� �mile Lahoud, Presiden Lebanon
� Omar Karami, Perdana Menteri Lebanon
� Issam Far�s
� Nabih Berri, ketua parlemen

Myanmar
� Khin Maung Aye
� Charles Bo

Pakistan
� Mohammad Ejaz-ul-Haq, Menteri Urusan Agama

Palestina
� Ahmed Qurei, Perdana Menteri Otoritas Palestina

Qatar
� Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani, Emir Qatar

Selandia Baru
� Dame Silvia Cartwright, Gubernur-Jendral Selandia Baru

Singapura
� S. Jayakumar, Wakil Perdana Menteri

Sri Lanka
� Mahinda Rajapakse, Perdana Menteri Sri Lanka
� Milroy Fernando, Menteri Urusan Agama Kristen

Suriah
� Bashar al-Assad, Presiden Suriah
� Asma al-Assad, istri presiden

Taiwan (Republik Cina)
� Chen Shui-bian, Presiden Republik China
� Chen Tan-sun, Menteri Luar Negeri

Thailand
� Surakiart Sathirathai, Wakil Perdana Menteri dan Mennteri Luar Negeri Thailand

Turki
� Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Turki
� Mehmet Aydin, Menteri Negara

Uni Emirat Arab
� Sheikh Abdullah ibn Zayed Al Nahayan, Menteri Informasi

Yordania
� Raja Abdullah II, Raja Yordania
� Ratu Rania Al-Abdullah

AMERIKA

Amerika Serikat
Delegasi Resmi:
� George W. Bush, Presiden Amerika Serikat
� Laura Bush istri presiden
� Condoleezza Rice, Menteri Luar Negeri
� George H. W. Bush, mantan Presiden
� Bill Clinton, mantan Presiden
Anggota Kongres (bukan bagian delegasi resmi, tidak mendapatkan perlakuan VIP):
� John Kerry, senator Demokrat dari Massachusetts
� Bill Frist, Pemimpin Mayoritas Senat, Republik, dari Tennessee
� Ted Kennedy, senator Demokrat dari Massachusetts
� White House Chief of Staff Andrew Card
� Gubernur New York George Pataki dan
� Walikota New York Michael Bloomberg.

Venezuela
� Al� Rodr�guez, Menteri Luar Negeri
� Jorge Giordanni, Menteri Perencanaan

Argentina
� Daniel Scioli, Wakil Presiden
� Rafael Bielsa, Menteri Luar Negeri
� Carlos Menem, mantan Presiden Argentina
� Eduardo Duhalde, mantan Presiden Argentina

Bolivia
� Carlos Mesa, Presiden Bolivia
� Juan Ignacio Siles, Menteri Luar Negeri

Brazil
Anggota delegasi resmi:
� Luiz In�cio Lula da Silva, Presiden Brazil
� Marisa Let�cia, istri presiden
� Renan Calheiros, senator Brazil dan Ketua Senat
� Severino Cavalcante, anggota dan Ketua parlemen
� Nelson Jobim, Menteri Kehakiman dan Ketua Mahkamah Agung
Undangan resmi oleh Takhta Suci lainnya:
� Fernando Henrique Cardoso, mantan Presiden Brazil
� Itamar Franco, Duta Besar di Italia; mantan Presiden Brazil
� Pastor Odilo Scherer, sekjen CNBB (Perserikatan Uskup Brazil)
Delegasi presidensiil (diundang oleh Presiden, tetapi tidak mengikuti Misa Requiem):
� Jos� Sarney, senator Brazil; mantan Presiden Brazil dan mantan Ketua senat
� Henry Sobel, Rabi Utama komunitas Yahudi di Brazil
� Sheik Armando Hussein Saleh, wakil umat Muslim Brazil
� Rolf Schunemann, dari Gereja Lutheran, mewakili komunitas Protestan Brazil)
� Areonilthes Concei��o Chagas Ialorix� paling prestisius dan mewakili keyakinan Afro-Brazil.
� Pastor Jo�o �viz, Uskup Agung Bras�lia
� Pastor Jos� Ernanne, mewakili rohaniawan Brazil

Chili
� Ignacio Walker, Menteri Luar Negeri
� Sergio Romero, Ketua Senat
� Jos� Antonio Viera Gallo, senator Partai Sosialis Chili
� Gabriel Ascencio, Ketua Parlemen
� Pablo Longueira, Wakil dari Partai Uni Demokratis Merdeka Chili

Republik Dominika
� Margarita Cede�o de Fern�ndez, istri presiden
� Alejandrina Germ�n, Menteri Pendidikan

Ekuador
� Lucio Guti�rrez, Presiden Ekuador
� Ximena Boh�rquez, istri presiden
� Patricio Zuquilanda, Menteri Luar Negeri

Guatemala
� �scar Berger, Presiden Guatemala
� Wendy de Berger, istri presiden
� Jorge Briz, Menteri Luar Negeri
� Rigoberta Menchu, 1992 pemenang Penghargaan Perdamaian Nobel

Haiti
� G�rard Latortue, Perdana Menteri Haiti

Honduras
� Ricardo Maduro, Presiden Honduras

Kanada
� Paul Martin, Perdana Menteri Kanada
� Sheila Martin
� Stephen Harper, Ketua Oposisi
� Phil Fontaine, Ketua Utama Dewan Perwakilan Suku Indian
� Joe Volpe, Menteri Kependudukan dan Imigrasi Kanada

Quebec
� Jean Charest, Perdana Menteri Quebec
� Bernard Landry, Ketua partai Parti Qu�b�cois
� Mario Dumont, Ketua partai Action D�mocratique du Qu�bec
� G�rald Tremblay, Walikota Montreal
� Pastor Emmett Johns
Ada pula beberapa anggota parlemen yang menghadiri pemakaman secara individual.

Kolombia
� Francisco Santos Calder�n, Wakil Presiden
� Maria Victoria Santos, istri Wakil Presiden

Kosta Rika
� Abel Pacheco, Presiden Kosta Rika
� Roberto Tovar Faja, Menteri Luar Negeri

Kuba
� Ricardo Alarc�n de Quesada, Ketua Parlemen
� Caridad Diego, Ketua Urusan Agama Partai Komunis Kuba
� Ra�l Roa Kour�, Duta Besar Kuba untuk Vatikan

Meksiko
� Vicente Fox, Presiden Mexico
� Marta Sahag�n, istri presiden

Nikaragua
� Enrique Bola�os, Presiden Nikaragua
� Norman Caldera, Menteri Luar Negeri

Panama
� Mart�n Torrijos, Presiden Panama
� Vivian Fern�ndez de Torrijos, istri Presiden

Peru
� Manuel Rodr�guez Cuadros, Menteri Luar Negeri
� Eduardo Salhuana, Menteri Kehakiman
� Antero Flores Araoz, Ketua Parlemen

El Salvador
� Francisco La�nez, Menteri Luar Negeri
� Ana Ligia de Saca, istri presiden
� Ren� Figueroa, Menteri Dalam Negeri

Uruguay
� Maria Auxiliadora Delgado de V�zquez, istri presiden Tabar� V�zquez, Presiden Uruguay

ORGANISASI INTERNASIONAL

Liga Arab
� Amr Moussa, Sekretaris Jendral Liga Arab

Dewan Eropa
� Terry Davis, Sekretaris Jenderal Dewan Eropa
� Rene van der Linden
� Giovanni di Stasi

Uni Eropa
� Jos� Manuel Dur�o Barroso, Presiden Komisi Eropa
� Josep Borrell, Presiden Parlemen Eropa
� Franco Frattini, Wakil Presiden Komisi Eropa
� Benita Ferrero-Waldner, Komisi Hubungan Luar
� Danuta H�bner, Komisi Kebijaksanaan Regional

NATO
� Jaap de Hoop Scheffer, Sekretaris Jenderal NATO

PBB
� Kofi Annan, Sekretaris Jenderal PBB

Pemuka Agama
� Bartholomew I, Patriarkh Konstantinopel
� Christodoulos, Uskup Agung Athena
� Kirill, Metropolitan dari Smolensk-Kaliningrad, ketua Departemen Hubungan Antar-gereja dengan Gereja Ortodoks Rusia
� Jovan, Metropolitan dari Zagreb-Ljubljana dan seluruh Italia dari Gereja Ortodoks Serbia
� Lavrentije, Uskup �abac dan Valjevo dari Serbian Orthodox Church
� Leo, Uskup Agung Karelia dan Finlandia (Gereja Ortodoks)
� Seraphim, Uskup Ottawa, Gereja Ortodoks di Amerika
� Abune Paulos, Patriarkh Gereja Ortodoks Ethiopia Tewahedo
� Karekine II, Katholikos dari Gereja Apostolik Armenia
� Mesrob II, Patriarkh Armenia dari Istanbul dan Turki
� Rowan Williams, Uskup Agung Canterbury
� Jukka Paarma, Uskup Agung Turku, Ketua Gereja Evangelis Lutheran Finlandia
� KG Hammar, Uskup Agung Uppsala, Ketua Gereja Swedia
� Riccardo Di Segni, Rabi Kepala Roma
� Oded Viener, mewakili semua Rabi Kepala di Israel
� Shear-Yishuv Cohen, Rabi Kepala Haifa
� Finn Wagle, Uskup Nidaros dan primus Gereja Lutheran Norwegia. Anggota delegasi resmi Norwegia

Dikutip dari wikipedia

Monday, May 2, 2011

Karol J�zef Wojtyla, Sang Maestro Kemanusiaan, Sang Putera Konsili

Pada tanggal 24 Desember 1959, Wojtyla mendapat tugas khusus dari Komisi Persiapan Konsili merancang sebuah bahan yang menyoroti soal seputar krisis humanisme (=krisis kemanusiaan) yang dialami dunia pada masa itu. Hal yang tentu saja menarik bahwa persoalan ini dilimpahkan kepada seorang dosen muda di wilayah berbasis komunisme. Amat ditekankan dalam tulisan itu persoalan persona manusia: makhluk yang unik, hidup di dunia ini dengan nutrisi spiritual, suatu misteri baik bagi dirinya sendiri maupun untuk yang lain, suatu ciptaan yang martabatnya tersingkap dari kedalaman hidupnya sebagai citra Allah. Krisis humanisme mendesak Gereja untuk tidak hidup hanya bagi dirinya sendiri. Gereja ada dan hadir di dalam dunia mesti memainkan peran humanisasi dalam gayanya agar dapat mengimbangi segala janji humanisasi yang mengandalkan sarana-sarana duniawi yang justru menciptakan dehumanisasi dan degradasi dalam banyak aspek kehidupan manusia. Inilah salah satu simpul perjuangan Uskup Wojtyla selama kehadirannya dalam ruangan konsili.

Seperti diketahui Konsili Vatikan II dibuka secara resmi pada tanggal 11 Oktober 1962. Dalam kurun waktu kurang lebih 3 tahun hingga penutupannya tanggal 7 Desember 1965, Uskup Wojtyla melakukan beberapa intervensi (=masukan/pertimbangan dalam suatu session sidang). Pada tanggal 7 November 1962 ia berbicara dalam suatu intervensi tentang �Pembaharuan Liturgi Gereja� dan menyusul tanggal 21 November 1962 tentang �Wahyu Ilahi�. Pada tanggal 3 Juni 1963 Paus Yohanes XXIII yang membuka pintu konsili meninggal dunia. Gereja yang sedang berupaya membuka diri tidak ingin terlalu lama berada dalam kevakuman (sede vacante). Tanggal 21 Juni 1963 Paus Paulus VI memegang kendali Gereja sekaligus melanjutkan cita-cita pendahulunya. Pada musim gugur 1963, kembali Uskup Wojtyla berbicara di hadapan konsili yang sedang membahas topik �Umat Allah�, sebuah tema yang memberi visi baru yang kaya mengenai Gereja. Selanjutnya tanggal 25 September 1964, ia melakukan sebuah intervensi mengenai �Kebebasan Beragama�. Intervensi yang terakhir ia berikan ketika para bapa konsili berbicara tentang kiprah �Gereja di tengan dunia kontemporer� pada tanggal 21 Oktober 1964, tema yang cukup mendapat sentuhan filsafat personalistis Wojtyla dan menempatkan Wojtyla sebagai salah seorang anggota tim perumus draft final konstitusi Gaudium et Spes, sebuah dokumen konsili yang membahas bagaimana Gereja yang sedang ber-aggiornamento ini mestinya berperan di tengah dunia kontemporer.

Dari intervensi-intervensi tersebut, kiranya dua yang berikut ini perlu diberi perhatian. Pertama, intervensinya pada sesion ketiga konsili yang bermuara pada dokumen Dignitatis Humanae. Dalam intervensi yang ia bawakan pada tanggal 25 September 1964 ini, Uskup Agung Krakovia amat menekankan penghargaan terhadap kebebasan beragama sebagai dasar dari gerakan ekumene. Kebebasan amat eksistensial bagi setiap manusia. Bukan saja �kebebasan dari� tapi terutama �kebebasan untuk�, khususnya kebebasan untuk mencari dan menemukan kebenaran. Kebebasan adalah unsur esensial dalam ziarah menuju kebenaran. Kebebasan membimbing kita kepada kebenaran. Karena itu kebebasan mesti bertanggung jawab. Seseorang bukan saya dapat berkata �saya bebas�, tapi mesti juga berkata �saya bertanggung tawab�. Orang bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan dalam kebebasannya. Semakin bebas, semakin orang harus bertanggung jawab. Itulah kebebasan eksistensial, kebebasan melekat pada martabat manusia. Dalam koridor demikian setiap orang secara bebas dapat mengekspresikan personalitasnya dan juga bertanggung jawab atasnya. Atas dasar itulah, manusia juga secara bebas berelasi di tengah dunia dengan agama yang diyakini dapat melambungkan dia kepada kebenaran sebagai puncak ekspresi kebebasannya. Judul dokumen konsili vatikan II Dignitatis Humanae yang secara harafiah berarti �kebebasan manusia� jelas menampilkan dimensi filosofis kebebasan setiap orang untuk beragama sebagai yang melekat erat erat pada martabat personalitasnya.

Kedua, Gaudium et Spes, sebuah dokumen konsili vatikan II yang berbicara tentang kiprah �Gereja di tengan tata dunia kontemporer�. Perdebatan seputar dokumen ini dimulai pada hari Rabu 22 September 1965. Selasa pada minggu berikutnya, 28 September 1965, Uskup Agung Wojtyla berbicara di hadapan Bapa-Bapa Konsili mengemukakan apa yang menurut sejumlah pengamat dinilai sebagai pidatonya yang paling terkenal selama konsili berlangsung. Dia tegaskan bahwa konstitusi pastoral yang baru mesti lebih sebagai sebuah permenungan dari pada suatu tuntutan doktrinal karena keprihatinan dasariahnya adalah pribadi manusia, manusia dilihat sebagai persona yang dimengerti dalam kebersamaan relasi dengan manusia lain dan segala yang mengitarinya. Penegasan persona manusia sebagai dasar meretas relasi Gereja dengan dunia kontemporer ini disampaikan sedemikian semangat dan berapi-api oleh mantan dosen etika Universitas Lublin ini sampai moderator sidang, Kardinal D�pfner dari M�nchen menginterupsi dengan mengatakan �waktu bicara sudah selesai�.

Woijtyla menyinggung realitas dunia kontemporer saat itu yang masih amat kuat dipengaruhi ateisme modern. Gereja bagaimana pun mesti juga berdialog dengan ateisme modern sebagai kenyataan yang tak bisa ditampik. Dialog dengan para ateis mesti berpijak pada fundamen yang diakui bersama yakni martabat manusia sebagai persona. Sebagai persona, setiap manusia memiliki kebebasan di dalam dirinya. Perbedaan antara orang beragama dan orang ateis terletak pada pemaknaan kebebasan itu sendiri. Bagi orang kristen kebebasannya dimaknai dalam keintiman hubungan dengan Allah, sedangkan kaum ateis dalam kebebasannya justru semakin menjauhkan diri dari Allah, mengingkari Allah dan dengan itu mereka justru semakin terpuruk dalam kesunyian yang radikal, kesunyian yang menakutkan. Di titik itulah, dalam dialog dengan kaum ateis, orang-orang beragama menawarkan jalan pemaknaan baru kebebasan bagi mereka yang keliru.

Gaudium et Spes adalah dokumen yang mendapat banyak sentuhan intelektual Karol Wojtyla. Agar lebih memahami nilai strategis dokumen ini, orang mesti memahami konteks dunia kontemporer masa itu. Gereja yang ingin membuka diri kepada dunia saat itu diharapkan untuk tidak saja turun dengan sejumlah doktrin atau tutuntan iman tapi dengan pemahaman yang brilian tentang manusia sebagai persona yang memiliki nilai-nilai ultim dalam dirinya sendiri. Gereja tampil dengan konsep humanisme baru, humanisme yang diilhami perjumpaan manusia dengan Kristus yang berinkarnasi bukan untuk mengasingkan manusia dari kemanusiaannya tetapi justru menyingkap tabir kebenaran yang utuh martabat manusia dan nasib akhirnya yang mulia dan bahagia. Dalam relasi dengan Kristus manusia tidak mengalami keterasingan atau rasa hampa makna yang radikal (sebagaiman nasib kaum ateis) tetapi justru mengalami kebersamaan sebagai suatu rahmat untuk saling memberi dan menerima diri. Di sana humanisme baru terbentuk, humanisme yang diwarnai oleh penghargaan terhadap tiap pribadi sebagai persona yang secara bebas mengada bersama dalam kesalingan memperkaya yang harmonis.

Wojtyla memberi suatu �visi dari dalam� yang begitu kuat terasa sehingga ada yang �membaptis� Konsili Vatikan II dengan �Konsili Personalistis�. Refleksinya seputar martabat manusia sebagai persona ia tuangkan juga dalam sebuah buku yang mengulas struktur tindakan manusia berjudul Osoba i czyn atau Pribadi dan Tindakan. Buku buah refleksi filosofis di sela-sela perhelatan konsili tersebut mengupas struktur tindakan manusia sebagai pengungkapan personalitasnya. Manusia mengungkapkan antara lain siapa dirinya melalui tindakannya. Buku ini dibahas dengan dua pendekatan filosofis yang saling memperkaya, filsafat Aristoteles-Thomas Aquino dan �filsafat fenomenologi� sebagaimana dikembangkan oleh Max Scheler. Seorang mantan murudnya, Tadeus Styczen berkomentar bahwa dalam karya ini, Wojtyla mengajak kita beralih dari afirmasi Rene Descartes: cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada) kepada cognosco ergo sum (saya mengenal/saya memahami maka saya ada). Pengenalan atau pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman yang lahir dari tindakan-tindakan sadar manusia sebab dalam dan melaluinya manusia bukan saja mengenal sesamanya tetapi juga mengungkap siapa dirinya. Tindakan yang dimaksud bukanlah tindakan yang egosistis tapi yang terjadi dalam relasi dengan sesama yang juga saya hargai sebagai persona. Untuk itu Wojtyla menekankan dimensi sosialitas ini dengan menampilkan tida kta kunci �partisipasi, solidaritas dan transendensi�.

Penekanan terhadap persona manusia ini menjadi warna dasar karya kepausan Karol Wojtyla. Tidak perlu dideretkan lagi di sini apa saja yang pernah ia lakukan sebagai bentuk pembelaannya terhadap persona manusia. Ia adalah maestro di bidang kemanusiaan. Martabat manusia menjadi paradigma setiap bentuk interaksi dan relasi. Manusia sebagai pribadi yang bermartabat tidak pernah boleh meminjam istilah filsuf Immanuel Kant- digunakan sebagai sarana untuk kepentingan apapun. Inilah paradigma paling kokoh jika kita ingin membangun masyarakat bangsa dan dunia yang semakin manusiawi; suatu tatanan hidup bersama di mana individu-individu yang bergabung di dalamnya tidak hanya puas dalam kungkung subyektifisme, relativisme, komunalisme atau juga totalisme yang merusak kemanusiaan universal. Akan tetapi kenyataan bersaksi bahwa nilai-nilai kemanusiaan universal atau martabat manusia kadang hanya sebatas retorika yang menopeng maksud dan kepentingan-kepentingan tertentu. Dalam hal ini patut kita angkat topi sekali lagi kepada Immanuel Kant yang menegaskan �kehendak baik� sebagai yang amat penting dalam pemaknaan moralitas hidup manusia. Hanya sayang bahwa yang tahu tentang maksud baik seseorang ada orang itu sendiri. Kejujuran menjadi ciri kemartabatan dan mutlak penting bagi seseorang menampilkan personalitasnya apa adanya, bebas dan bertanggung jawab. Dimensi inilah yang antara lain diperjuangkan oleh almarhum Paus Yohanes Paulus II selama hayatnya masih di kandung badan. Peranan mantan Uskup Agung Krakovia ini selama Konsili Vatikan II mungkin tidak sehebat para Kardinal seperti Kardinal Franz K�nig, Kardinal Frings, Kardinal D�pfner, Kardinal Alfrink, Kardinal Suenens atau juga tidak segigih Kardinal Bea yang sangat besar pengaruhnya dalam meloloskan dokumen Nostra Aetate, dan tentu saja tidak sepengaruh Kardinal Alfredo Ottaviani, kepala Sanctum Officium yang dengan semboyangnya semper idem berupaya untuk mereduksi sejauh mungkin hasil-hasil sidang agar selaras dengan kehendak Curia Romana. Wojtyla hadir sebagai salah seorang Uskup dari Gereja lokal Polandia. Selain aktif, ia adalah pendengar yang setia dan kreatif. Ia amat menyadari betapa bernasnya Konsili Vatikan II. Ia adalah �Putera dari Konsili� yang tahu apa yang harus ia lakukan untuk menjawabi harapan-harapannya. Hal itu ia buktikan dalam 26 tahun lebih masa pontifikatnya yang berakhir pukul 21.37 tanggal 2 April 2005 waktu Vatikan, kurang lebih delapan bulan lima hari dari peringatan tahun ke-40 penutupan Konsili Vatikan II.

Sumber : http://programkatekese.blogspot.com/

Sunday, May 1, 2011

Menyambut Beatifikasi Paus Yohanes Paulus II (Karol J�zef Wojtyla)

Karol J�zef Wojtyla, yang dikenal sebagai Yohanes Paulus II sejak terpilih menjadi Paus, dilahirkan di Wadowice, sebuah kota kecil 50 kilometer jauhnya dari Cracow, pada tanggal 18 Mei 1920. Ia adalah yang bungsu dari dua putera pasangan Karol Wojtyla dan Emilia Kaczorowka. Ibunya meninggal dunia ketika melahirkan anaknya yang ketiga - bayinya lahir mati - pada tahun 1929. Kakaknya bernama Edmund, seorang dokter, meninggal pada tahun 1932 dan ayahnya seorang bintara angkatan bersenjata, meninggal pada tahun 1941.

Karol menerima Komuni Pertama pada usia 9 tahun dan Sakramen Penguatan pada usia 18 tahun. Setelah lulus dari SMA Marcin Wadowita di Wadowice, ia masuk Universits Jagiellonian, Cracow pada tahun 1938 dan juga belajar di sebuah sekolah drama.

Karol mengalami pergolakan perang di bawah pendudukan Nazi. Nazi menutup universitasnya pada tahun 1939 dan Karol yang masih belia harus bekerja sebagai buruh kasar di sebuah pertambangan (1940-1944), dan kemudian di pabrik kimia Solvay guna menyambung hidup dan menghindarkan diri dari deportasi, sebab sama seperti kebanyakan orang sebangsanya, Karol senantiasa berada dalam ancaman dideportasi ke Jerman.

Pada tahun 1942, di tengah kekacauan perang, ia merasakan panggilan untuk menjadi seorang imam. Karenanya ia belajar di Seminari Cracow yang dikelola secara sembunyi-sembunyi oleh Kardinal Adam Stefan Sapieha, Uskup Agung Cracow. Pada saat yang sama, ia dan teman-temannya merintis �Teater Rhapsodic�, juga secara sembunyi-sembunyi.

Sesudah Perang Dunia II berakhir, ia melanjutkan kuliahnya di Seminari Utama Cracow, setelah seminari dibuka kembali, dan di Fakultas Theologi, Universitas Jagiellonian, hingga ditahbiskan sebagai imam di Cracow pada tanggal 1 November 1946. Masa-masa ini Pastor Wojtyla banyak dipengaruhi oleh ajaran dan pemikiran St. Louis Marie de Montfort dan St. Yohanes dari Salib.

Segera setelah pentahbisannya, Kardinal Sapieha mengirimnya ke Roma di mana ia bekerja di bawah bimbingan Garrigou-Lagrange, seorang Dominikan Perancis. Ia menyelesaikan doktoratnya dalam bidang theologi pada tahun 1948 di Angelicum, Roma dengan thesis bertopik Iman dalam Karya-karya St. Yohanes dari Salib. Pada masa itu, selama liburannya, ia menjalankan tugas pastoralnya di antara para imigran Polandia di Perancis, Belgia dan Belanda.

Pada tahun 1948, ia kembali ke Polandia dan menjabat Vicaris dari beberapa paroki di Cracow, sekaligus menjadi imam mahasiswa hingga tahun 1951, saat ia memutuskan untuk memperdalam studinya dalam bidang filsafat dan theologi. Pada tahun 1953 ia mempertahankan thesisnya yang berjudul �Evaluasi mengenai kemungkinan membentuk etika Katolik dalam sistem etika Max Scheler� di Universitas Katolik Lublin. Kemudian ia menjadi professor Theologi Moral dan Etika Sosial di Seminari Utama Cracow dan di Fakultas Theologi Lublin.

Pada tanggal 4 Juli 1958, Pastor Wojtyla diangkat sebagai Pembantu Uskup di Cracow oleh Paus Pius XII dan ditahbiskan sebagai Uskup pada tanggal 28 September 1958 di Katedral Wawel, Cracow oleh Uskup Agung Baziak.

Pada tahun 1960, ia menerbitkan bukunya yang sangat terkenal, �Cinta dan Tanggung Jawab�. Paus Paulus VI sangat kagum atas cara Uskup Wojtyla mempertahankan ajaran-ajaran tradisional Gereja Katolik mengenai perkawinan.

Pada tanggal 13 Januari 1964 ia diangkat sebagai Uskup Agung Cracow oleh Paus Paulus VI. Bapa Suci banyak mengandalkan nasehat Uskup Agung Wojtyla dalam menuliskan Humanae Vitae. Tanggal 26 Juni 1967, Paus mengangkatnya menjadi Kardinal (Kardinal: jabatan kehormatan di atas Uskup, tugasnya memberi nasehat dan bekerja sama dengan pemimpin Gereja). Pada tahun 1976, Kardinal Wojtyla diundang oleh Paus Paulus VI untuk menyampaikan khotbah Masa Prapaskah kepada segenap anggota keluarga Kepausan.

Selain ambil bagian dalam Konsili Vatikan II dengan sumbangannya yang amat berharga dalam penyusunan konsep Konstitusi �Gaudium et Spes�, Kardinal Wojtyla juga ikut ambil bagian di seluruh pertemuan Sinode Uskup.

16 Oktober 1978, pukul 5:15 sore, Kardinal Karol Wojtyla terpilih sebagai Paus yang ke-264; penerus Tahta Petrus yang ke-263. Ia menjadi paus non-Italia pertama sejak Paus Adrianus VI. Untuk menghormati pendahulunya, Paus Yohanes Paulus I, Bapa Suci memilih nama Paus Yohanes Paulus II.

Sejak masa kepausannya, Sri Paus telah melakukan 104 kunjungan pastoral di luar Italia (mengunjungi 129 negara, termasuk ke Indonesia pada tahun 1989), dan 146 kunjungan pastoral dalam wilayah Italia. Sebagai Uskup Roma, beliau telah mengunjungi 317 dari 333 paroki.

Dokumen-dokumen utamanya meliputi 14 ensiklik, 15 nasehat apostolik, 11 konstitusi apostolik dan 45 surat apostolik. Paus juga menerbitkan lima buah buku: �Di Ambang Pintu Pengharapan� (Varcare la Soglia della Speranza, Oktober 1994), �Karunia dan Misteri: Pada Peringatan 50 tahun Imamat� (Dono e Mistero, November 1996), �Tritiko Romano - Sebuah Meditasi�, kumpulan puisi (Maret 2003), �Bangkit dan Berjalanlah!� (Alzatevi, andiamo!, Mei 2004), dan �Kenangan dan Identitas� (Memoria e Identit�, musim semi 2005).

Sri Paus telah memimpin 147 upacara beatifikasi (1338 orang kudus dinyatakan sebagai yang berbahagia (beata / beato) dan 51 upacara kanonisasi (482 orang kudus dinyatakan sebagai santa / santo). Bapa Suci mengadakan 9 konsistori di mana ia mengangkat 231 (+ 1 in pectore) kardinal. Ia juga menyelenggarakan enam sidang pleno Dewan Kardinal.

Selama masa pontifikatnya, Paus Yohanes Paulus II memimpin 15 Sinode para Uskup: enam Sinode biasa (1980, 1983, 1987, 1990, 1994, 2001), satu Sinode luar biasa (1985) dan delapan Sinode khusus (1980, 1991, 1994, 1995, 1997, 1998 [2] dan 1999).

Tak ada Paus yang bertemu dengan begitu banyak orang seperti Paus Yohanes Paulus II: lebih dari 17.600.000 peziarah ambil bagian dalam Audiensi Umum yang diadakan setiap hari Rabu (lebih dari 1160 audiensi). Jumlah tersebut di luar audiensi-audiensi khusus dan upacara-upacara religius yang diselenggarakan (lebih dari 8 juta peziarah hanya pada Tahun Jubileum Agung 2000 saja) dan jutaan umat beriman sepanjang kunjungan-kunjungan pastoralnya baik di Italia maupun di seluruh dunia. Patut dicatat juga begitu banyak pertemuan dengan para pejabat negara dalam 38 kunjungan-kunjungan resmi, dan 738 audiensi serta pertemuan dengan pemimpin negara, dan bahkan 246 audiensi dan pertemuan dengan para perdana menteri.

Hingga akhir hidupnya pada tanggal 2 April 2005, beliau telah mengemban tugas mulia sebagai gembala tertinggi 1,1 miliar umat Katolik Roma sedunia selama 26 tahun 5 bulan; jabatan paus terpanjang ketiga setelah St. Petrus, Rasul (34 atau 37 tahun) dan Paus Pius IX (31 tahun 7 bulan).

TOTUS TUUS: CINTANYA KEPADA SANTA PERAWAN

Sebagai Vicaris Kristus, Bapa Suci Yohanes Paulus II mempersembahkan setiap tempat yang ia kunjungi kepada Santa Perawan Maria. Pada tanggal 13 Mei 1983, Bapa Suci pergi ke Fatima guna mempersembahkan seluruh dunia kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda. Di kemudian hari, beliau sekali lagi mempersembahkan seluruh dunia kepada Bunda Maria, dalam persatuan dengan segenap Uskup Gereja Katolik, demi memenuhi permintaan Bunda Maria di Fatima.

Pada musim panas 1995, Paus Yohanes Paulus II memulai suatu katekese yang panjang mengenai Santa Perawan Maria dalam Angelus mingguannya, yang berpuncak pada tanggal 25 Oktober 1995, dengan penjelasannya akan peran-serta aktif Bunda Maria dalam Kurban Kalvari. Peran-serta aktif Bunda Maria di Kalvari ini disebut sebagai co-redemption. Sebelumnya, pada tahun 1982 dan 1985, Paus Yohanes Paulus II telah mempergunakan istilah "co-redemptrix" (penebus serta) dalam menyebut Santa Perawan di hadapan umat beriman. Hal ini sungguh luar biasa, mengingat beliau adalah paus pertama yang melakukannya sejak Paus Benediktus XV yang baginya Bunda Maria datang ke Fatima guna menyingkapkan Hatinya Yang Tak Bernoda. Sejak masa Paus Benediktus XV, istilah ini masih dalam pembahasan oleh Tahta Suci. Penggunaan istilah ini oleh Paus Yohanes Paulus II merupakan suatu penegasan atas pandangan tradisional Gereja terhadap peran Maria dalam sejarah keselamatan.

PAUS KERAHIMAN

�Ketika aku berdoa untuk tanah airku, Polandia, aku mendengar Yesus bersabda: 'Dari Polandia akan muncul `anak api' yang akan mempersiapkan dunia untuk kedatangan-Ku yang terakhir.'� ~ St Faustina Kowalska, Buku Catatan Harian VI, 93 Dan sungguh terjadi; dialah Karol Wojtyla, yang menjadi Paus Yohanes Paulus II

Pada tanggal 6 Maret 1959 Paus Yohanes XXIII memaklumkan dilarangnya penyebarluasan Devosi Kerahiman Ilahi dalam bentuk seperti yang diajarkan dalam tulisan-tulisan Sr Faustina. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1965, Kardinal Karol Wojtyla selaku Uskup Agung Krakow, dalam upayanya mendukung Devosi Kerahiman Ilahi, membuka Proses Informatif, yaitu proses di mana dilakukan penelitian resmi atas hidup, keutamaan-keutamaan, tulisan maupun devosi yang diajarkan Sr Faustina Kowalska. Proses Informatif berhasil dengan gemilang hingga menghantar dibukanya Proses Beatifikasi Sr Faustina pada tanggal 31 Januari 1968.

Berkat perjuangan gigih Kardinal Karol Wojtyla, akhirnya pada tanggal 15 April 1978, Paus Paulus VI memaklumkan diterbitkannya �Notifikasi� yang menyatakan bahwa larangan yang dibuat pada tahun 1959 �tidak berlaku lagi�. Terima kasih Kardinal Karol Wojtyla! Enam bulan berselang, 16 Oktober 1978, kardinal dari Polandia ini diangkat sebagai Paus yang ke-264 dengan nama Yohanes Paulus II.

Sebagai Imam Agung di Roma, bukan saja Paus Yohanes Paulus II menggiatkan disebarluaskannya Devosi Kerahiman Ilahi, lebih lagi, dipengaruhi oleh Buku Catatan Harian St Faustina Kowalska, beliau menerbitkan ensiklik yang sangat indah, Dives In Misericordia (Kaya dalam Kerahiman), yang sepenuhnya bertutur mengenai Kerahiman Ilahi. Dalam ensiklik tertanggal 30 November 1980 ini, Sri Paus berbicara mengenai Kristus sebagai �inkarnasi kerahiman � sumber belas kasih yang tak habis-habisnya.� Lebih jauh ia menekankan bahwa �Program mesianik Kristus, program belas kasih� haruslah menjadi �program umat-Nya, program Gereja.� Sepanjang ensiklik, Bapa Suci menegaskan bahwa Gereja - teristimewa dalam masa modern sekarang ini - mengemban �tugas dan kewajiban� untuk �memaklumkan dan mewartakan belas kasih Allah,� untuk �memperkenalkan dan mewujud-nyatakannya� dalam hidup segenap umat manusia, serta untuk �datang kepada belas kasih Allah,� memohonkannya dengan sangat bagi seluruh dunia.

Pada tanggal 22 November 1981, setahun setelah diterbitkannya Dives in Misericordia, Paus mengunjungi tempat ziarah Cinta yang Berbelas Kasih di Collevalenza, Italia, dalam perjalanan ziarah pertama di luar Roma setelah percobaan pembunuhan terhadap dirinya. Di sana Sri Paus menegaskan, �Sejak awal mula pelayanan saya di Tahta St Petrus di Roma, saya menganggap pesan ini [Kerahiman Ilahi] sebagai tugas istimewa saya. Penyelenggaraan ilahi telah mempercayakannya kepada saya dalam situasi manusia, Gereja dan dunia sekarang ini.�

Dalam audiensi umum pada tanggal 10 April 1991, Bapa Suci mengatakan �Pesan ensiklik mengenai Kerahiman Ilahi `Dives In Misericordia' secara istimewa dekat pada kita. Mengingatkan kita akan sosok Abdi Allah, Sr Faustina Kowalska. Biarawati yang bersahaja ini secara istimewa mendekatkan pesan Paskah dari Kristus yang Maharahim kepada Polandia dan kepada seluruh dunia.�

Pada tahun 1993, pada hari Minggu Kerahiman Ilahi yang jatuh pada tanggal 18 April, Paus Yohanes Paulus II memaklumkan Sr Faustina Kowalska, biarawati sederhana dari Kongregasi Suster-suster Santa Perawan Maria Berbelas Kasih, sebagai beata. Tujuh tahun kemudian, juga pada hari Minggu Kerahiman Ilahi, pada tanggal 30 April 2000, Bapa Suci mengangkat Beata Faustina, yang disebutnya sebagai �Rasul Besar Kerahiman Ilahi di jaman kita�, ke dalam himpunan para kudus Gereja. Semuanya itu, baik beatifikasi maupun kanonisasi St Faustina Kowalska, dilakukan sri paus di Roma, bukan di Polandia, guna menggarisbawahi bahwa Kerahiman Ilahi diperuntukkan bagi seluruh dunia.

Dalam kanonisasi St Faustina, Paus secara resmi pula memaklumkan bahwa hari Minggu pertama sesudah Paskah wajib dirayakan Gereja semesta sebagai Minggu Kerahiman Ilahi. Pentingnya hari Minggu Kerahiman Ilahi ini ditandai juga dengan dikeluarkannya dekrit pada tanggal 13 Juni 2002 mengenai indulgensi yang diberikan Gereja, baik indulgensi penuh maupun sebagian, kepada mereka yang mempraktekkan Devosi Kerahiman Ilahi dengan syarat-syarat seperti yang ditetapkan.

Lebih jauh, pada tanggal 17 August 2002, Sri Paus bahkan mempersembahkan seluruh dunia kepada Kerahiman Ilahi saat beliau memberkati tempat ziarah internasional Kerahiman Ilahi di Lagiewniki, Polandia:

�`Bapa yang kekal, kupersembahkan kepada-Mu Tubuh dan Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an PutraMu yang terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus, sebagai pemulihan dosa-dosa kami dan dosa seluruh dunia; demi sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belas kasih-Mu kepada kami dan seluruh dunia' (Buku Catatan Harian, 476). Kepada kami dan seluruh dunia�. Betapa dunia sekarang ini membutuhkan Kerahiman Ilahi! Di setiap benua, dari penderitaan manusia yang terdalam, terdengar seruan mohon belas kasih Allah. Di mana kebencian dan hasrat dendam berkuasa, di mana perang mengakibatkan sengsara dan kematian orang-orang tak berdosa, di sana rahmat belas kasih dibutuhkan demi menenangkan hati dan pikiran manusia serta mendatangkan damai. Di mana tidak ada lagi rasa hormat terhadap harkat dan martabat manusia, di sana cinta Allah yang berbelas kasih dibutuhkan; dalam terang-Nya kita melihat nilai tak terkatakan dari setiap pribadi manusia. Belas kasih dibutuhkan guna menjamin bahwa setiap ketidakadilan di dunia akan berakhir dalam terang kebenaran.

Oleh karenanya, pada hari ini, dari tempat ziarah ini, dengan khidmad saya mempersembahkan dunia kepada Kerahiman Ilahi. Saya melakukannya dengan keinginan yang berkobar agar pesan cinta Allah yang berbelas kasih, yang diwartakan di sini melalui Santa Faustina, dikenal oleh segenap umat manusia di dunia dan memenuhi hati mereka dengan pengharapan. Kiranya pesan ini memancar dari tempat ini ke tanah air kita yang tercinta dan ke segenap penjuru dunia. Kiranya janji Tuhan Yesus digenapi: dari sini haruslah memancar `anak api yang akan mempersiapkan dunia bagi kedatangan-Nya yang terakhir' (bdk Buku Catatan Harian, 1732).

Anak api ini perlu dinyalakan oleh rahmat Tuhan. Api belas kasih ini perlu disampaikan ke seluruh dunia. Dalam belas kasih Allah dunia akan menemukan damai dan umat manusia akan menemukan kebahagiaan! Saya mempercayakan tugas ini kepada kalian, Saudara dan Saudari terkasih, kepada Gereja di Krakow dan di Polandia, dan kepada segenap pencinta Kerahiman Ilahi yang datang ke tempat ini dari Polandia dan dari seluruh dunia. Kiranya kalian menjadi saksi-saksi belas kasih Allah!�

Sepanjang 26 tahun masa pontifikat beliau, tak kunjung henti Bapa Suci Yohanes Paulus II menerangkan Kerahiman Ilahi kepada umat beriman, pula menyerukan pentingnya serta mendesaknya pesan Kerahiman Ilahi bagi segenap umat manusia, sebab itulah ia kemudian dikenal sebagai �Paus Kerahiman�.

�`Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu�. Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada' (Yoh 20:21-23).

Sebelum menyampaikan kata-kata ini, Yesus memperlihatkan kedua tangan dan lambung-Nya. Ia menunjuk pada luka-luka Sengsara, teristimewa luka yang menembusi Hati-Nya, sumber darimana memancar aliran deras belas kasih yang dicurahkan atas umat manusia. Dari Hati itu, Sr Faustina Kowalska, beata yang sejak saat ini akan kita sebut sebagai santa, melihat dua berkas sinar yang memancar dari Hati-Nya dan menyinari dunia: `Kedua sinar itu,' jelas Yesus Sendiri kepadanya suatu hari, `melambangkan darah dan air' (Buku Catatan Harian, Libreria Editrice Vaticana, h. 132).

* Darah dan Air! Pikiran kita segera melayang pada kesaksian yang diberikan Yohanes Pengarang Injil, yang, ketika seorang prajurit di Kalvari menikam lambung Kristus dengan tombak, melihat darah dan air memancar darinya (bdk 19:34). Di samping itu, jika Darah mengingatkan kita akan Kurban Salib dan anugerah Ekaristi, maka Air, dalam simbolisme Yohanes, melambangkan bukan saja Pembaptisan, melainkan juga karunia Roh Kudus (bdk Yoh 3:5; 4:14; 7:37-39).
* Kerahiman Ilahi tercurah atas umat manusia melalui hati Kristus yang tersalib: �Puteri-Ku, katakanlah bahwa Aku adalah inkarnasi cinta dan belas kasih,� demikian pinta Yesus kepada Sr Faustina (Buku Catatan Harian, h. 374).� ~ Paus Yohanes Paulus II, 30 April 2000
* �Tak ada yang lebih dibutuhkan manusia selain daripada Kerahiman Ilahi - cinta yang berlimpah belas kasih, yang penuh kasih sayang, yang mengangkat manusia di atas segala kelemahannya ke ketinggian yang tak terhingga dari kekudusan Allah.� ~ Paus Yohanes Paulus II, 7 Juni 1997
* �Di mana, jika tidak dalam Kerahiman Ilahi, dunia dapat menemukan tempat pengungsian dan terang pengharapan? Umat beriman, pahamilah kata-kata itu dengan baik.� ~ Paus Yohanes Paulus II, 21 April 1993
* �Jadilah rasul-rasul Kerahiman Ilahi di bawah bimbingan keibuan penuh kasih sayang dari Santa Perawan Maria� ~ Paus Yohanes Paulus II, 22 Juni 1993

Melihat begitu kuat keterikatannya pada Kerahiman Ilahi, adakah kita heran bahwa menjelang akhir hayatnya, kala tubuhnya mulai rapuh dan gemetar dimakan usia serta didera penyakit, kala banyak pihak menuntut pengunduran diri beliau, Paus Yohanes Paulus II menegaskan kembali penyerahan dirinya, �Totus Tuus,� katanya, �Apakah Yesus pada saat-saat akhir penderitaan-Nya turun dari salib?� (bdk Buku Catatan Harian, 1484). Apakah kebetulan belaka bahwa Bapa Suci wafat pada malam vigili Minggu Kerahiman Ilahi, yang pada tahun ini jatuh pada tanggal 3 April 2005? Apakah kita juga merasa aneh jika Paus Kerahiman yang Agung ini meninggalkan bagi kita pesannya untuk Minggu Kerahiman, yang kemudian dibacakan pada pesta hari itu oleh seorang pejabat Vatican kepada umat beriman yang berkumpul di St Petrus sesudah Perayaan Misa Kudus yang dipersembahkan bagi kedamaian kekal jiwanya?

�Pesan Kerahiman Ilahi senantiasa dekat dan lekat di hati saya. Seolah sejarah telah mengukirkannya dalam pengalaman tragis Perang Dunia II. Dalam tahun-tahun sulit itu, belas kasih Allah sungguh merupakan suatu penopang dan sumber pengharapan yang tak habis-habisnya, bukan hanya bagi rakyat Krakow, melainkan bagi seluruh bangsa. Itulah juga pengalaman pribadi saya yang saya bawa ke Tahta St Petrus dan yang dalam tingkat tertentu membentuk gambaran akan Pontifikat ini. Saya mengucap syukur kepada Penyelenggaraan Ilahi bahwa saya dapat ikut ambil bagian secara pribadi dalam digenapinya kehendak Kristus, melalui penetapan Minggu Kerahiman Ilahi. Di sini, dekat jasad St Faustina Kowalska, saya juga mengucap syukur dapat memaklumkan beatifikasinya. Tak henti-hentinya saya berdoa kepada Tuhan: `kasihanilah kami dan seluruh dunia'� (Paus Yohanes Paulus II, 7 Juni 1997, saat berziarah ke makam St Faustina Kowalska)

Dikutip dari : http://programkatekese.blogspot.com/