Dalam TPE 2005, terdapat 4 alternatif cara menyatakan tobat, dua di antaranya dilanjutkan dengan seruan Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami. Istilah Kyrie diambil dari kata-kata Yunani Kyrie eleison, yang diterjemahkan: Tuhan kasihanilah. Seruan Tuhan (Kyrie) pertama-tama adalah seruan untuk menyampaikan penghormatan kepada Yesus Kristus yang kita sebut Tuhan. Seruan kasihanilah (eleison) merupakan seruan untuk memohon belas kasih ilahi. Seruan itu pula yang disampaikan oleh dua orang buta dalam Injil Mateus (Mat 9:27 dan Mat 20:30), atau seruan Bartimeus (Mrk 10:47) atau seruan perempuan Kanaan (Mat 15:22).
Dari segi bentuk, seruan Kyrie eleison ini merupakan suatu litani. Bentuk litani selalu terdiri atas suatu pernyataan atau permohonan yang disampaikan oleh seorang pemimpin umat, dan dijawab oleh umat dengan seruan yang selalu sama secara berulang. Sebenarnya, seruan Kyrie eleison sudah dikenal sejak jaman dahulu ketika orang-orang pada waktu itu menghormati dewa atau raja/kaisar mereka. Litani Kyrie eleison ini mula-mula digunakan di Timur dan biasanya digunakan untuk menjawab berbagai doa permohonan.
Paus Gelasius I (492-496), telah memasukkan litani Kyrie eleison ini ke dalam liturgi Katolik Romawi untuk menggantikan doa-doa permohonan pada akhir liturgi sabda. Pada masa pembaruan liturgi oleh Paus Gregorius Agung (590-604), litani Kyrie eleison ini dipersingkat menjadi tiga kali tiga pengulangan dengan memberi variasi Christe eleison pada bagian tengahnya. Dalam Missale Romanum 1970, Kyrie eleison ditempatkan pada permulaan Misa dan dipersingkat menjadi dua kali tiga seperti yang kita praktekkan dalam TPE sekarang ini. Meskipun begitu, seruan Kyrie eleison ini boleh diulang-ulang lebih banyak (PUMR 52).
Seruan Kyrie elesion dalam perayaan Ekaristi
Dalam TPE 2005, seruan Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami selalu digunakan menyusul pernyataan tobat cara 1 dan 2. Jika memakai pernyataan tobat cara 3 dan 4, seruan Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami tidak usah digunakan. Seruan Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami biasanya dilagukan/dinyanyikan oleh seluruh umat, yakni �silih-berganti antara umat dan paduan suara atau solis� (PUMR 52). Seruan Tuhan Kasihanilah kami pada pernyataan tobat cara 3 merupakan jawaban umat atas pernyataan iman dan penghormatan kepada Kristus yang disampaikan oleh imam. Jika pernyataan tobat diganti atau diisi dengan percikan air suci, seperti pada pernyataan tobat cara 4, maka seruan Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami juga tidak usah digunakan.
Ada beberapa alternatif nyanyian untuk seruan Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami yang disesuaikan dengan keperluan atau intensi misa. Dalam buku doa dan nyanyian gerejawi �Puji Syukur� tersedia beberapa pilihan nyanyian Kyrie eleison mulai dari nomor 339 sampai dengan 363. Pemimpin koor atau pemimpin ibadat dapat memilih yang sesuai.
Ada dua unsur dalam seruan Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami yaitu unsur pujian dan penghormatan kepada Tuhan Yesus Kristus dan unsur permohonan belas kasih Allah. Meski ada unsur permohonan, tidak mengubah struktur pujian dalam seruan Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami ini. Nyanyian Kyrie eleison atau Tuhan kasihanilah kami hendaknya dinyanyikan dalam suasana syukur dan penuh hormat karena kita memuji Tuhan. Kita patut bergembira dan bersyukur karena kita telah diundang ke perjamuan-Nya. �Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya!�
Semoga Tuhan memberkati kita semua.
Oleh : Ign. Djoko Irianto
Prodiakon Paroki St. Herkulanus
Monday, August 15, 2011
Sunday, August 7, 2011
Tobat, Penyesalan atas Dosa dan Kesalahan
Pada awal perayaan Ekaristi, imam menyampaikan salam dengan mengucapkan: �Tuhan sertamu�. Dengan salam itu, imam menyampaikan kepada umat bahwa Tuhan sungguh hadir di tengah-tengah kita dalam perayaan Ekaristi. Karena itu kita perlu mempersiapkan hati dan pikiran kita untuk menyambut kehadiran Tuhan, salah satunya dengan menyatakan tobat. Pernyataan tobat merupakan bentuk penyesalan atas dosa dan kesalahan kepada Tuhan dan sesama.
Dalam Perjanjian Lama, pertobatan merupakan karunia Allah. Allah menganugerahkan hati yang murni dan baru sehingga orang mau bertobat (Mzm 51:12). Tradisi para nabi menekankan aspek penting dari pertobatan yaitu pertobatan hati dan sikap hidup.
Dalam Perjanjian Baru, hidup, karya, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan peristiwa perdamaian. Yesus Kristus adalah sakramen pengampunan dari Allah. Dalam nama Yesus, warta tentang pertobatan dan pengampunan dosa disampaikan kepada segala bangsa mulai dari Yerusalem (Luk 24:47). Oleh karena itu dalam Perjanjian Baru, Injil mencatat bahwa sikap tobat menjadi bagian integral dari seluruh pewartaan Yesus mengenai kerajaan Allah. �Bertobatlah, percayalah pada Injil karena Kerajaan Allah sudah dekat� Mat 4:12-17, Mrk 1:14-15.
Tobat juga merupakan perwujudan dari iman. Dari Kis 26:20 tampak bahwa seluruh proses pertobatan tidak hanya berarti meninggalkan hidup lama, tetapi juga memulai hidup yang baru. Dengan demikian pengampunan ini berdimensi ganda yakni vertikal, pulihnya relasi Allah-manusia, dan horisontal, pulihnya relasi manusia-manusia. Gereja menjadi mediasi pengampunan karena Yesus menganugerahkan kuasa mengampuni atas warga Gereja yang berdosa (Mat. 18:15-17).
Tobat dalam Perayaan Ekaristi
Pernyataan tobat dalam perayaan Ekaristi meliputi pemeriksaan batin dan pengakuan dosa secara umum sebelum masuk dalam perayaan Ekaristi. Pernyataan tobat ini jangan disamaartikan dengan Sakramen Tobat, yang tetap amat diperlukan bagi pengampunan dosa berat.
Dalam perayaan Ekaristi ada 4 cara pernyataan tobat menurut TPE 2005.
Cara 1. Imam mengajak umat menyesali dan mengakui dosa. Menanggapi ajakan tersebut, umat hening sejenak. Kemudian, seluruh umat mengakui dosanya disertai sikap tobat dengan mengucapkan :
Saya mengaku - kepada Allah yang mahakuasa - dan kepada Saudara sekalian, - bahwa saya telah berdosa - dengan pikiran dan perkataan, - dengan perbuatan dan kelalaian. (Pada bagian ini diucapkan sambil menebah dada.) Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh sebab itu saya mohon - kepada Santa Perawan Maria, - kepada para malaikat dan orang kudus - dan kepada Saudara sekalian, - supaya mendoakan saya kepada Allah, Tuhan kita.
Sesudah pernyataan tobat, imam memohonkan pengampunan. Perlu dicamkan bahwa pengampunan di sini berbeda dengan absolusi yang diberikan imam dalam Sakramen Tobat. Tobat Cara 1 disusul Tuhan, kasihanilah kami.
Cara 2. Umat menyatakan tobat dengan mendaras mazmur tobat, yaitu ayat yang diambil dari Mazmur (Mzm 32, Mzm 51, Mzm 103). Tobat Cara 2 disusul Tuhan, kasihanilah kami.
Cara 3. (tobat yang dipadukan dengan Tuhan Kasihanilah Kami). Tobat cara 3 ini menggunakan pola litani Kyrie. Imam mengucapkan pernyataan iman mengenai Kristus, lalu disambung dengan seruan �Tuhan/Kristus kasihanilah kami�, dan dijawab umat �Tuhan/Kristus kasihanilah kami�. Kyrie bukanlah pernyataan atau seruan penyesalan dan pertobatan, tapi suatu pernyataan yang bersifat penghormatan dan permohonan kepada Kristus. Ayat-ayat tobat cara 3 ini pada dasarnya merupakan seruan pujian kepada Tuhan Yesus dan memohon belaskasih-Nya. Contoh : �Tuhan Yesus Kristus, Engkau diutus menyembuhkan orang yang remuk redam hatinya. Tuhan kasihanilah kami�.
Pada tobat cara 3, tidak lagi diucapkan/dilagukan Tuhan Kasihanilah Kami secara tersendiri, karena sudah tercakup dalam pernyataan tobat ini. Maka, perlu ada komunikasi dan koordinasi yang baik antara koor/dirigen dan imam, supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu, misalnya: sesudah tobat cara 3 koor masih melagukan Tuhan, Kasihanilah Kami tersendiri.
Cara 4. Pada hari Minggu, khususnya selama Masa Paskah, pernyataan tobat dapat diganti dengan pemberkatan dan percikan air suci untuk mengenang pembaptisan. Acara percikan diiringi nyanyian Asperges me (Percikilah aku) sesuai Mzm 51:9 atau nyanyian lain yang sesuai atau Vidi aquam (Aku melihat air).
Pengenangan baptisan dengan percikan air dapat dipakai untuk mengganti tobat di awal misa, karena baptis merupakan peristiwa pertobatan dasar kita dan pernyataan iman kita akan Tuhan Yesus Kristus. Tobat cara 4 ini cocok untuk hari Minggu atau hari raya, terutama masa Paskah. Nyanyian Asperges me untuk masa biasa; sedangkan Vidi Aquam untuk masa Paskah.
Keempat cara tobat ini diakhiri dengan absolusi, yang merupakan doa permohonan pengampunan: �Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita, dan mengantar kita ke hidup yang kekal�. Absolusi ini tidak memiliki kuasa pengampunan seperti absolusi dalam Sakramen Tobat (PUMR 51).
Pernyataan tobat dimaksudkan untuk mempersiapkan diri menyambut komuni dengan menyadari keberdosaan dan memohon pengampunan, tetapi secara teologis tidak mengembalikan persekutuan yang terputus akibat dosa berat.
Keterputusan persatuan ini, hanya efektif diperbaiki dalam Sakramen Tobat. Karena itu orang yang menyadari dirinya dalam dosa berat, tidak dapat menerima komuni sebelum menerima Sakramen Tobat. Dosa berat menghancurkan hubungan dengan Allah dan memutus kita dari persatuan dengan Tubuh Kristus (Gereja). Itu sebabnya ada Sakramen Tobat yang tujuannya membawa pengampunan Allah, dan menerima kembali umat ke dalam persekutuan dengan Gereja.
Pada Sakramen tobat memerlukan dua unsur yang harus dipenuhi. Pertama, manusia melakukan penyesalan, pengakuan, dan penitensi. Kedua, Allah oleh pelayanan Gereja, memberikan absolusi yang melepaskan dosa, dan dengan demikian diterima kembali dalam persekutuan Gereja. Unsur-unsur ini tidak dipenuhi seluruhnya dalam pernyataan tobat ketika awal misa, karena dari sisi umat hanya mengungkapkan penyesalan, dan bukan pengakuan, tidak ada pula penitensi.
Gereja senantiasa menganjurkan penerimaan Sakramen Tobat sebelum mengikuti perayaan Ekaristi, sehingga dapat menyambut Sakramen Mahakudus yang demikian suci dengan tubuh dan jiwa yang suci pula.
Semoga Tuhan memberkati kita semua.
*) Penulis, Prodiakon Paroki St. Herkulanus
Dalam Perjanjian Lama, pertobatan merupakan karunia Allah. Allah menganugerahkan hati yang murni dan baru sehingga orang mau bertobat (Mzm 51:12). Tradisi para nabi menekankan aspek penting dari pertobatan yaitu pertobatan hati dan sikap hidup.
Dalam Perjanjian Baru, hidup, karya, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan peristiwa perdamaian. Yesus Kristus adalah sakramen pengampunan dari Allah. Dalam nama Yesus, warta tentang pertobatan dan pengampunan dosa disampaikan kepada segala bangsa mulai dari Yerusalem (Luk 24:47). Oleh karena itu dalam Perjanjian Baru, Injil mencatat bahwa sikap tobat menjadi bagian integral dari seluruh pewartaan Yesus mengenai kerajaan Allah. �Bertobatlah, percayalah pada Injil karena Kerajaan Allah sudah dekat� Mat 4:12-17, Mrk 1:14-15.
Tobat juga merupakan perwujudan dari iman. Dari Kis 26:20 tampak bahwa seluruh proses pertobatan tidak hanya berarti meninggalkan hidup lama, tetapi juga memulai hidup yang baru. Dengan demikian pengampunan ini berdimensi ganda yakni vertikal, pulihnya relasi Allah-manusia, dan horisontal, pulihnya relasi manusia-manusia. Gereja menjadi mediasi pengampunan karena Yesus menganugerahkan kuasa mengampuni atas warga Gereja yang berdosa (Mat. 18:15-17).
Tobat dalam Perayaan Ekaristi
Pernyataan tobat dalam perayaan Ekaristi meliputi pemeriksaan batin dan pengakuan dosa secara umum sebelum masuk dalam perayaan Ekaristi. Pernyataan tobat ini jangan disamaartikan dengan Sakramen Tobat, yang tetap amat diperlukan bagi pengampunan dosa berat.
Dalam perayaan Ekaristi ada 4 cara pernyataan tobat menurut TPE 2005.
Cara 1. Imam mengajak umat menyesali dan mengakui dosa. Menanggapi ajakan tersebut, umat hening sejenak. Kemudian, seluruh umat mengakui dosanya disertai sikap tobat dengan mengucapkan :
Saya mengaku - kepada Allah yang mahakuasa - dan kepada Saudara sekalian, - bahwa saya telah berdosa - dengan pikiran dan perkataan, - dengan perbuatan dan kelalaian. (Pada bagian ini diucapkan sambil menebah dada.) Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh sebab itu saya mohon - kepada Santa Perawan Maria, - kepada para malaikat dan orang kudus - dan kepada Saudara sekalian, - supaya mendoakan saya kepada Allah, Tuhan kita.
Sesudah pernyataan tobat, imam memohonkan pengampunan. Perlu dicamkan bahwa pengampunan di sini berbeda dengan absolusi yang diberikan imam dalam Sakramen Tobat. Tobat Cara 1 disusul Tuhan, kasihanilah kami.
Cara 2. Umat menyatakan tobat dengan mendaras mazmur tobat, yaitu ayat yang diambil dari Mazmur (Mzm 32, Mzm 51, Mzm 103). Tobat Cara 2 disusul Tuhan, kasihanilah kami.
Cara 3. (tobat yang dipadukan dengan Tuhan Kasihanilah Kami). Tobat cara 3 ini menggunakan pola litani Kyrie. Imam mengucapkan pernyataan iman mengenai Kristus, lalu disambung dengan seruan �Tuhan/Kristus kasihanilah kami�, dan dijawab umat �Tuhan/Kristus kasihanilah kami�. Kyrie bukanlah pernyataan atau seruan penyesalan dan pertobatan, tapi suatu pernyataan yang bersifat penghormatan dan permohonan kepada Kristus. Ayat-ayat tobat cara 3 ini pada dasarnya merupakan seruan pujian kepada Tuhan Yesus dan memohon belaskasih-Nya. Contoh : �Tuhan Yesus Kristus, Engkau diutus menyembuhkan orang yang remuk redam hatinya. Tuhan kasihanilah kami�.
Pada tobat cara 3, tidak lagi diucapkan/dilagukan Tuhan Kasihanilah Kami secara tersendiri, karena sudah tercakup dalam pernyataan tobat ini. Maka, perlu ada komunikasi dan koordinasi yang baik antara koor/dirigen dan imam, supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu, misalnya: sesudah tobat cara 3 koor masih melagukan Tuhan, Kasihanilah Kami tersendiri.
Cara 4. Pada hari Minggu, khususnya selama Masa Paskah, pernyataan tobat dapat diganti dengan pemberkatan dan percikan air suci untuk mengenang pembaptisan. Acara percikan diiringi nyanyian Asperges me (Percikilah aku) sesuai Mzm 51:9 atau nyanyian lain yang sesuai atau Vidi aquam (Aku melihat air).
Pengenangan baptisan dengan percikan air dapat dipakai untuk mengganti tobat di awal misa, karena baptis merupakan peristiwa pertobatan dasar kita dan pernyataan iman kita akan Tuhan Yesus Kristus. Tobat cara 4 ini cocok untuk hari Minggu atau hari raya, terutama masa Paskah. Nyanyian Asperges me untuk masa biasa; sedangkan Vidi Aquam untuk masa Paskah.
Keempat cara tobat ini diakhiri dengan absolusi, yang merupakan doa permohonan pengampunan: �Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita, dan mengantar kita ke hidup yang kekal�. Absolusi ini tidak memiliki kuasa pengampunan seperti absolusi dalam Sakramen Tobat (PUMR 51).
Pernyataan tobat dimaksudkan untuk mempersiapkan diri menyambut komuni dengan menyadari keberdosaan dan memohon pengampunan, tetapi secara teologis tidak mengembalikan persekutuan yang terputus akibat dosa berat.
Keterputusan persatuan ini, hanya efektif diperbaiki dalam Sakramen Tobat. Karena itu orang yang menyadari dirinya dalam dosa berat, tidak dapat menerima komuni sebelum menerima Sakramen Tobat. Dosa berat menghancurkan hubungan dengan Allah dan memutus kita dari persatuan dengan Tubuh Kristus (Gereja). Itu sebabnya ada Sakramen Tobat yang tujuannya membawa pengampunan Allah, dan menerima kembali umat ke dalam persekutuan dengan Gereja.
Pada Sakramen tobat memerlukan dua unsur yang harus dipenuhi. Pertama, manusia melakukan penyesalan, pengakuan, dan penitensi. Kedua, Allah oleh pelayanan Gereja, memberikan absolusi yang melepaskan dosa, dan dengan demikian diterima kembali dalam persekutuan Gereja. Unsur-unsur ini tidak dipenuhi seluruhnya dalam pernyataan tobat ketika awal misa, karena dari sisi umat hanya mengungkapkan penyesalan, dan bukan pengakuan, tidak ada pula penitensi.
Gereja senantiasa menganjurkan penerimaan Sakramen Tobat sebelum mengikuti perayaan Ekaristi, sehingga dapat menyambut Sakramen Mahakudus yang demikian suci dengan tubuh dan jiwa yang suci pula.
Semoga Tuhan memberkati kita semua.
*) Penulis, Prodiakon Paroki St. Herkulanus