Latest News

Wednesday, December 26, 2012

Homili Ibadat Peringatan Arwah : ( 40 Hari )

(PERINGATAN 40 HARI
Bpk. Paul Ohiwutun
)

Bacaan: 2 Kor 5:1-10
Injil : Mat 26: 26-29

Dalam misa arwah peringatan 7 hari, Pastor Anton meminta beberapa dari kita untuk sharing pengalaman soal kesan yang kita peroleh selagi hidup bersama pak Paul. Pada kesempatan ini, saya tidak akan minta untuk melakukan hal yang sama, tetapi saya mengajak kita untuk melihat bahwa ketika kita mengenangkan saudara saudari kita yang telah meninggal itu berarti kita menghubungkan kembali diri kita dengan dirinya. Amatlah sangat penting bahwa dalam hidup ini kita mengenangkan kembali orang-orang yang dulu pernah hidup bersama dengan kita. Kita menghubungkan hidup kita dengan hidup mereka. Seiring dengan itu, kesedihan kita pun semakin berkurang. Dan di sinilah kemampuan daya ingat memainkan peranan yang besar. Setiap kali kita mengenang kembali kehidupan orang yang telah meninggal, kita pasti akan merasa sedih.

Sedih atau bahkan sampai menangis bukanlah sesuatu yang buruk. Bahkan dikatakan, itu baik dan bahkan perlu. Kalau kita berusaha untuk menekan perasaan sedih itu maka kita pasti akan merasa sakit.

Kita semua tentu ingin dikenang. Yesus sendiri pun ingin dikenang. Dia meninggalkan bagi kita suatu cara untuk mengenang Dia yaitu melalui Ekaristi. Pada perjamuan malam terakhir Dia bahkan mengatakan : "Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Daku."

Dan hal yang menakjubkan dalam hal ini adalah bahwa ketika kita mengenang Yesus dengan cara ini, Dia akan hadir bersama kita. Bukan suatu kehadiran fisik tetapi secara rohani: Suatu kehadiran nyata yang mengatasi ruang dan waktu. Dengan demikian kita bisa masuk dalam suatu relasi dengan dia lebih dalam daripada relasi melalui kehadiran fisik. Kita tidak hanya berkomunikasi dengan Dia tetapi kita bersatu dengan Dia.

Orang-orang yang kita cintai yang telah meninggal dunia, tidak pernah hilang, tidak pernah dipisahkan dari kita. Jika kita mengenang mereka, maka mereka pun hadir bersama dengan kita. Bukan hanya dalam kenangan tetapi sungguh hadir. Meskipun kita tidak bisa melihat, tetapi kita bisa merasakan.

Pada kesempatan ini, pertama-tama kita diajak untuk bersyukur kepada Allah atas anugerah hidup yang telah Ia berikan kepada almarhum .... juga atas anugerah hidup yang telah kita terima melalui dia.

Dari sharing-sharing yang dulu, saya mendapat kesan bahwa kita semua berbangga bahwa dalam hidup ini kita mengenal dan bahkan hidup bersama Pak Paul Saya yakin keluarga pasti sangat berbangga memiliki seorang ayah seperti ini. Namun satu hal yang ingin saya katakan bahwa betapa pun baiknya seorang ayah, cintanya yang pernah kita terima masih merupakan cinta seorang manusia yang terbatas dan tidak sempurna. Kita merindukan sebuah cinta yang sungguh dapat dipercayai, sebuah cinta yang sungguh sempurna, dimana hanya Allah sajalah yang mampu memberikannya. Hanya Allah dapat memberikan apa yang kita rindukan.

Cinta seorang ayah bagi anak-anaknya mengingatkan kita akan cinta Allah. Cinta seorang ayah merupakan refleksi atas cinta Allah. Berulang kali di dalam Injil, Yesus berbicara tentang Allah dengan membandingkan cinta seorang ayah kepada anak-anaknya. Dan ketika Yesus mati, dia mempercayakan roh-Nya kepada Bapa-Nya seperti seorang anak yang menjatuhkan dirinya ke dalam rangkulan sang ayah.

Kita adalah anak-anak Allah. Ketika Allah menciptakan kita, Ia menciptakan menurut gambar dan rupa-Nya sendiri. Ketika Allah memandang kita, Allah melihat gambaran diri-Nya di dalam kita yang membuat-Nya selalu mencintai kita.

Seringkali kita diingatkan akan cinta Allah pada peristiwa-peristiwa kematian. Ketika sanak keluarga meninggal, kita merasa tak berdaya, bahwa semuanya itu berada di luar kontrol diri kita. Kita seakan berjalan sendirian. Tetapi Allah selalu ada dalam situasi apapun. Allah tidak meninggalkan kita dalam situasi seperti ini.

Cinta Allah itu memampukan kita untuk meninggalkan dunia ini menuju suatu dunia yang baru dengan penuh harapan.

Dalam bacaan pertama tadi, rasul Paulus menegaskan kepada umat di Korintus bahwa kita hidup dalam dua dunia yakni dunia yang sekarang dan dunia yang akan datang. Dunia yang sekarang ini bersifat sementara, dunia yang penuh dengan tekanan sosial, politik, keamanan dan karena tidak kekal, hasil buatan manusia maka dunia sekarang ini bisa dibongkar.

Sebaliknya dunia yang akan datang sifatnya kekal, dunia yang penuh dengan kedamaian. Pembangunnya ialah Allah sendiri.

Allah telah memberi kita kunci untuk bisa masuk ke dalam dunia yang akan datang. Namun satu hal yang dituntut dari setiap kita yang mau masuk ke dalamnya adalah Iman, harap dan kasih. Semoga.

Oleh : Pastor Tonny Blikon, SS.CC

Sumber : http://omniaprojesupermariam.blogspot.com/2009/09/renungan-misa-arwah.html

Monday, December 24, 2012

St. Fransiskus dan Gua Natal

oleh: P. William Saunders *

Cerita tentang asal mula gua Natal berawal dari kisah seorang yang sangat kudus, St. Fransiskus dari Asisi.

Pada tahun 1223, St. Fransiskus - seorang diakon - mengunjungi kota Grecio untuk merayakan Natal. Grecio adalah sebuah kota kecil di lereng gunung dengan lembah yang indah terhampar di hadapannya. Masyarakat sekitar menanami daerah yang subur itu dengan pohon-pohon anggur. St. Fransiskus menyadari bahwa Kapel Pertapaan Fransiskan akan terlalu kecil untuk dapat menampung umat yang akan hadir pada Misa Natal tengah malam. Jadi, ia mendapatkan sebuah gua di bukit karang dekat alun-alun kota dan mendirikan altar di sana. Tetapi, Misa Natal kali ini akan sangat istimewa, tidak seperti Misa-misa Natal sebelumnya.

St. Bonaventura (wafat tahun 1274) dalam bukunya �Riwayat St. Fransiskus dari Asisi� menceritakannya dengan sangat baik:

�Hal itu terjadi tiga tahun sebelum wafatnya. Guna membangkitkan gairah penduduk Grecio dalam mengenangkan kelahiran Bayi Yesus dengan devosi yang mendalam, St. Fransiskus memutuskan untuk merayakan Natal dengan sekhidmat mungkin. Agar tidak didakwa merayakan Natal dengan tidak sepatutnya, ia minta dan memperoleh ijin dari Bapa Uskup. Kemudian St. Fransiskus mempersiapkan sebuah palungan, mengangkut jerami, juga menggiring seekor lembu jantan dan keledai ke tempat yang telah ditentukannya. Para biarawan berkumpul, penduduk berhimpun, alam dipenuhi gema suara mereka, dan malam yang kudus itu dimeriahkan dengan cahaya benderang dan merdunya nyanyian puji-pujian. St. Fransiskus berada di depan palungan, bersembah sujud dalam segala kesalehan, dengan bercucuran air mata dan berseri-seri penuh sukacita; Kitab Suci dikidungkan oleh Fransiskus, Utusan Tuhan. Kemudian ia menyampaikan khotbah kepada umat di sekeliling tempat kelahiran sang Raja miskin; tak sanggup menyebutkan nama-Nya oleh karena kelembutan kasih-Nya, ia menyebut-Nya sang Bayi dari Betlehem.

Seorang prajurit yang gagah berani lagi saleh, Yohanes dari Grecio, yang karena kasihnya kepada Kristus telah meninggalkan kemapanan dunia ini dan menjadi sahabat orang kudus kita, menegaskan bahwa ia melihat Bayi yang sungguh menawan luar biasa, sedang tidur dalam palungan. Dengan sangat hati-hati, St. Fransiskus menggendong-Nya dalam pelukannya, seolah-olah takut membangunkan sang Bayi dari tidur-Nya. Penglihatan prajurit yang saleh ini dapat dipercaya, tidak saja karena kesalehan ia yang melihatnya, tetapi juga karena mukjizat-mukjizat yang terjadi sesudahnya meneguhkan kebenaran itu. Sebagai contoh St. Fransiskus, jika dianggap oleh dunia cukup meyakinkan, dapat menggairahkan segenap hati yang tak peduli akan iman kepada Kristus, dan jerami dari palungan, yang disimpan oleh penduduk, secara ajaib menyembuhkan segala macam penyakit ternak, dan juga wabah-wabah lainnya. Dengan demikian, Tuhan dalam segala hal memuliakan hamba-Nya dan meneguhkan kemanjuran doa-doa kudusnya yang luar biasa dengan mengadakan keajaiban-keajaiban serta mukjizat-mukjizat.�

Meskipun kisah di atas cukup kuno, pesannya bagi kita jelas. Gua Natal yang kita tempatkan di bawah pohon Natal merupakan tanda pengingat yang kelihatan akan malam itu ketika Juruselamat kita dilahirkan. Semoga kita senantiasa ingat untuk melihat dalam hati kita, sang Bayi mungil dari Betlehem yang datang untuk membebaskan kita dari dosa. Semoga kita senantiasa ingat bahwa kayu palungan yang membuai-Nya dengan nyaman dan aman, suatu hari kelak akan menyediakan kayu salib bagi-Nya. Semoga kita juga senantiasa memeluk Dia dengan segala cinta dan kasih sayang seperti yang dilakukan St. Fransiskus. Kepada segenap pembaca, saya mengucapkan Selamat Hari Natal yang kudus.

* Fr. Saunders is president of Notre Dame Institute and pastor of Queen of Apostles Parish, both in Alexandria.

sumber : �Straight Answers from Fr. William Saunders: St. Francis and the Christmas Creche�; Copyright (c) 1996 Arlington Catholic Herald, Inc. All rights reserved.
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.�

Sunday, December 23, 2012

Asal-mula Lagu Malam Kudus

oleh: P. William P. Saunders

Kisah lagu �Malam Kudus� berawal dari sebuah kota yang indah bernama Salzburg di Austria. Di tengah semarak dan megahnya kota yang dipimpin oleh Prince Archbishop, tinggallah seorang penenun sederhana bernama Anna. Anna, sebatang kara di dunia ini, hidup sangat sederhana, hampir tak ada harapan untuk meningkatkan taraf hidupnya atau bahkan untuk menikah. Suatu ketika, ia jatuh cinta kepada seorang prajurit yang ditempatkan di Salzburg. Dari prajurit itu ia mengandung seorang bayi yang dilahirkannya pada tanggal 11 Desember 1792. Malangnya, sang prajurit tak hendak bertanggung-jawab atas puteranya dan meninggalkan Anna serta sang bayi untuk memperjuangkan hidup mereka sendiri. Walau demikian, Anna menambahkan nama keluarga sang prajurit kepada nama bayinya, yang ia namakan Joseph Mohr. Menjadi seorang ibu tanpa pernah menikah, dengan seorang anak haram, Anna harus menghadapi cemoohan dan penolakan masyarakat. Pada akhirnya, ia minta kepada algojo kota untuk menjadi wali baptis bagi bayinya Joseph.

Anna memberikan yang terbaik yang mampu ia berikan bagi Joseph. Ia sadar bahwa pendidikan yang baik akan memberikan harapan akan masa depan yang lebih baik bagi puteranya. Imam paroki setempat mengetahui kecemerlangan Joseph dan juga bakatnya menyanyi. Ia mengatur agar Joseph dapat bersekolah di sekolah biara yang terkenal di Kremsmunster. Di sana, Joseph muda menonjol dalam pelajaran-pelajarannya. Di kemudian hari ia merasakan panggilan untuk menjadi seorang imam dan masuk seminari pada usia 16 tahun. Akhirnya, ketika siap untuk ditahbiskan pada usia 22 tahun, Joseph membutuhkan dispensasi khusus sebab ia tak mempunyai seorang ayah.

Joseph Mohr ditugaskan sebagai pastor pembantu di Gereja St. Nikolaus di Oberndorf, sekitar 10 mil baratlaut kota Salzburg, di tepi Sungai Salzach. (Gereja St. Nikolaus dihancurkan banjir pada tahun 1899, tetapi sebuah kapel peringatan berdiri di sana hingga sekarang.) Paroki di mana ia ditempatkan sangat sederhana, imam parokinya keras dan hemat, begitulah halusnya.

Di sini, Pastor Mohr bersahabat dengan Franz Gruber. Gruber adalah putera seorang penenun yang kurang menghargai musik. Franz diharapkan untuk melanjutkan usaha dagang ayahnya. Meskipun ditentang sang ayah, Franz mulai belajar bermain gitar dan organ. Pastor paroki bahkan mengijinkan Franz untuk berlatih di gereja. Bakatnya pun segera dikenali, dan ia dikirim untuk belajar musik secara resmi. Pada akhirnya ia menetap di kota Oberndorf dengan bekerja sebagai seorang guru musik dan membina hidup berkeluarga dengan duabelas anak. Mohr dan Gruber saling berbagi dalam kecintaan mereka akan musik, mereka berdua bermain gitar.

Pada tanggal 23 Desember 1818, saat Natal hampir tiba, Mohr mengunjungi seorang ibu dengan bayinya yang baru lahir. Dalam perjalanan pulang ke Pastoran, ia berhenti di tepi sungai dan merenungkan peristiwa Natal yang pertama. Ia menulis sebuah puisi yang menggambarkan intisari peristiwa iman yang agung itu dan memberinya judul Stille Nacht, beilige Nacht; Malam Sunyi, Malam Kudus. Dalam komposisinya, ia berhasil menangkap misteri inkarnasi dan kelahiran Kristus yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata: Bayi Yesus yang Kudus, yang adalah Kristus Sang Juruselamat, Putra Allah, dan Terang Sejati Allah, dilahirkan oleh Santa Perawan Maria dan memenuhi dunia dengan rahmat penebusan dari surga.

Sekembalinya ke paroki, ia dikecewakan dengan berita bahwa organ gereja rusak. Tikus-tikus yang rakus telah menggerogotinya melalui pengembus, melumpuhkan sistem embusan yang dibutuhkan pipa-pipa untuk menghasilkan musik. Karena Natal sudah di ambang pintu dan tanpa dana yang cukup untuk memperbaiki organ, umat khawatir Misa Natal tengah malam tidak akan meriah. Pastor Mohr bergegas menuju rumah sahabatnya, Franz Gruber, dan menceritakan kesedihannya. Ia menyerahkan puisinya kepada Gruber dan memintanya untuk menuliskan melodi atas puisi tersebut agar dapat dimainkan dengan gitar. Franz Gruber menyelesaikan tugas pada waktunya. Dalam Misa Natal tengah malam pada tahun 1818, dunia mendengarkan untuk pertama kalinya lagu yang sederhana namun agung, yang kita kenal sebagai lagu Malam Kudus.

Lagu Malam Kudus mendapat sambutan yang sangat baik dan dengan cepat menyebar ke seluruh Austria, seringkali secara gampang disebut sebagai A Tyrolean Carol. Frederick Wilhelmus IV, Raja Prusia, mendengarkan Malam Kudus dinyanyikan di Gereja Berlin Imperial dan memerintahkannya agar dinyanyikan di segenap penjuru kerajaan pada pesta-pesta dan perayaan Natal. Ironisnya, lagu tersebut menjadi terkenal tanpa penghargaan kepada para penggubahnya. Sebagian orang berpikir bahwa Michael Haydn, saudara dari komposer terkenal Franz Joseph Haydn, yang menuliskannya. Oleh sebab itu, Raja Frederick Wilhelmus, memerintahkan agar dicari penggubah yang sebenarnya.

Suatu hari, para utusan raja tiba di biara St. Petrus di Salzburg untuk menanyakan perihal penggubah lagu Malam Kudus. Felix, putera Franz Gruber, yang menjadi murid di sana, menemui mereka dan menceritakan kisah di balik lagu Malam Kudus serta mengantar mereka kepada ayahnya, yang sekarang menjadi pemimpin paduan suara di suatu paroki lain. Sejak saat itulah, keduanya, Mohr dan Gruber, diakui sebagai penggubah lagu Malam Kudus.

Pastor Joseph Mohr wafat dalam usia 56 tahun pada tanggal 4 Desember 1848 karena tuberculosis. Gruber wafat dalam usia 76 tahun.

Terjemahan lagu Malam Kudus dalam bahasa Inggris dilakukan oleh Jane Campbell pada tahun 1863 dan dibawa ke Amerika pada tahun 1871, muncul dalam Buku Nyanyian Sekolah Minggu Charles Hutchins. Sementara terjemahan dalam bahasa Indonesia dilakukan oleh Yamuger / Seksi Musik Komlit KWI pada tahun 1992.

Sementara kita mempersiapkan datangnya Natal, kiranya kita sungguh mencamkan dalam hati kata-kata yang terdapat dalam lagu Malam Kudus dan semoga pesan yang disampaikannya kita amalkan dalam pikiran, perkataan dan perbuatan-perbuatan kita. Kepada segenap pembaca, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Natal!

* Fr. Saunders is pastor of Queen of Apostles Church in Alexandria. sumber : �Straight Answers: What Can You Tell Me about the Song 'Silent Night'?� by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright Arlington Catholic Herald, Inc. All rights reserved; www.catholicherald.com Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.�

Monday, December 17, 2012

Asal-mula Pohon Natal

oleh: Romo William P. Saunders *
Kisah Pohon Natal merupakan bagian dari riwayat hidup St. Bonifasius, yang nama aslinya adalah Winfrid. St. Bonifasius dilahirkan sekitar tahun 680 di Devonshire, Inggris. Pada usia lima tahun, ia ingin menjadi seorang biarawan; ia masuk sekolah biara dekat Exeter dua tahun kemudian. Pada usia empat belas tahun, ia masuk biara di Nursling dalam wilayah Keuskupan Winchester. St. Bonifasius seorang yang giat belajar, murid abas biara yang berpengetahuan luas, Winbert. Kelak, Bonifasius menjadi pimpinan sekolah tersebut.

Pada waktu itu, sebagian besar penduduk Eropa utara dan tengah masih belum mendengar tentang Kabar Gembira. St. Bonifasius memutuskan untuk menjadi seorang misionaris bagi mereka. Setelah satu perjuangan singkat, ia mohon persetujuan resmi dari Paus St. Gregorius II. Bapa Suci menugaskannya untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Jerman. (Juga pada waktu itu St. Bonifasius mengubah namanya dari Winfrid menjadi Bonifasius). St. Bonifasius menjelajah Jerman melalui pegunungan Alpen hingga ke Bavaria dan kemudian ke Hesse dan Thuringia.

Pada tahun 722, paus mentahbiskan St. Bonifasius sebagai uskup dengan wewenang meliputi seluruh Jerman. Ia tahu bahwa tantangannya yang terbesar adalah melenyapkan takhayul kafir yang menghambat diterimanya Injil dan bertobatnya penduduk. Dikenal sebagai �Rasul Jerman�, St. Bonifasius terus mewartakan Injil hingga ia wafat sebagai martir pada tahun 754. Marilah kita memulai cerita kita tentang Pohon Natal.

Dengan rombongan pengikutnya yang setia, St. Bonifasius sedang melintasi hutan dengan menyusuri suatu jalan setapak Romawi kuno pada suatu Malam Natal. Salju menyelimuti permukaan tanah dan menghapus jejak-jejak kaki mereka. Mereka dapat melihat napas mereka dalam udara yang dingin menggigit. Meskipun beberapa di antara mereka mengusulkan agar mereka segera berkemah malam itu, St. Bonifasius mendorong mereka untuk terus maju dengan berkata, �Ayo, saudara-saudara, majulah sedikit lagi. Sinar rembulan menerangi kita sekarang ini dan jalan setapak enak dilalui. Aku tahu bahwa kalian capai; dan hatiku sendiri pun rindu akan kampung halaman di Inggris, di mana orang-orang yang aku kasihi sedang merayakan Malam Natal. Oh, andai saja aku dapat melarikan diri dari lautan Jerman yang liar dan berbadai ganas ini ke dalam pelukan tanah airku yang aman dan damai! Tetapi, kita punya tugas yang harus kita lakukan sebelum kita berpesta malam ini. Sebab sekarang inilah Malam Natal, dan orang-orang kafir di hutan ini sedang berkumpul dekat pohon Oak Geismar untuk memuja dewa mereka, Thor; hal-hal serta perbuatan-perbuatan aneh akan terjadi di sana, yang menjadikan jiwa mereka hitam. Tetapi, kita diutus untuk menerangi kegelapan mereka; kita akan mengajarkan kepada saudara-saudara kita itu untuk merayakan Natal bersama kita karena mereka belum mengenalnya. Ayo, maju terus, dalam nama Tuhan!�

Mereka pun terus melangkah maju dengan dikobarkan kata-kata semangat St. Bonifasius. Sejenak kemudian, jalan mengarah ke daerah terbuka. Mereka melihat rumah-rumah, namun tampak gelap dan kosong. Tak seorang pun kelihatan. Hanya suara gonggongan anjing dan ringkikan kuda sesekali memecah keheningan. Mereka berjalan terus dan tiba di suatu tanah lapang di tengah hutan, dan di sana tampaklah pohon Oak Kilat Geismar yang keramat. �Di sini,� St. Bonifasius berseru sembari mengacungkan tongkat uskup berlambang salib di atasnya, �di sinilah pohon oak Kilat; dan di sinilah salib Kistus akan mematahkan palu sang dewa kafir Thor.�

Di depan pohon oak itu ada api unggun yang sangat besar. Percikan-percikan apinya menari-nari di udara. Warga desa mengelilingi api unggun menghadap ke pohon keramat. St. Bonifasius menyela pertemuan mereka, �Salam, wahai putera-putera hutan! Seorang asing mohon kehangatan api unggunmu di malam yang dingin.� Sementara St. Bonifasius dan para pengikutnya mendekati api unggun, mata orang-orang desa menatap orang-orang asing ini. St. Bonifasius melanjutkan, �Aku saudaramu, saudara bangsa German, berasal dari Wessex, di seberang laut. Aku datang untuk menyampaikan salam dari negeriku, dan menyampaikan pesan dari Bapa-Semua, yang aku layani.�

Hunrad, pendeta tua dewa Thor, menyambut St. Bonifasius beserta para pengikutnya. Hunrad kemudian berkata kepada mereka, �Berdirilah di sini, saudara-saudara, dan lihatlah apa yang membuat dewa-dewa mengumpulkan kita di sini! Malam ini adalah malam kematian dewa matahari, Baldur yang Menawan, yang dikasihi para dewa dan manusia. Malam ini adalah malam kegelapan dan kekuasaan musim dingin, malam kurban dan kengerian besar. Malam ini Thor yang agung, dewa kilat dan perang, kepada siapa pohon oak ini dikeramatkan, sedang berduka karena kematian Baldur, dan ia marah kepada orang-orang ini sebab mereka telah melalaikan pemujaan kepadanya. Telah lama berlalu sejak sesaji dipersembahkan di atas altarnya, telah lama sejak akar-akar pohonnya yang keramat disiram dengan darah. Sebab itu daun-daunnya layu sebelum waktunya dan dahan-dahannya meranggas hingga hampir mati. Sebab itu, bangsa-bangsa Slav dan Saxon telah mengalahkan kita dalam pertempuran. Sebab itu, panenan telah gagal, dan gerombolan serigala memporak-porandakan kawanan ternak, kekuatan telah menjauhi busur panah, gagang-gagang tombak menjadi patah, dan babi hutan membinasakan pemburu. Sebab itu, wabah telah menyebar di rumah-rumah tinggal kalian, dan jumlah mereka yang tewas jauh lebih banyak daripada mereka yang hidup di seluruh dusun-dusunmu. Jawablah aku, hai kalian, tidakkah apa yang kukatakan ini benar?� Orang banyak menggumamkan persetujuan mereka dan mereka mulai memanjatkan puji-pujian kepada Thor.

Ketika suara-suara itu telah reda, Hunrad mengumumkan, �Tak satu pun dari hal-hal ini yang menyenangkan dewa. Semakin berharga persembahan yang akan menghapuskan dosa-dosa kalian, semakin berharga embun merah yang akan memberi hidup baru bagi pohon darah yang keramat ini. Thor menghendaki persembahan kalian yang paling berharga dan mulia.�

Dengan itu, Hunrad menghampiri anak-anak, yang dikelompokkan tersendiri di sekeliling api unggun. Ia memilih seorang anak laki-laki yang paling elok, Asulf, putera Duke Alvold dan isterinya, Thekla, lalu memaklumkan bahwa anak itu akan dikurbankan untuk pergi ke Valhalla guna menyampaikan pesan rakyat kepada Thor. Orang tua Asulf terguncang hebat. Tetapi, tak seorang pun berani berbicara.

Hunrad menggiring anak itu ke sebuah altar batu yang besar antara pohon oak dan api unggun. Ia mengenakan penutup mata pada anak itu dan menyuruhnya berlutut dan meletakkan kepalanya di atas altar batu. Orang-orang bergerak mendekat, dan St. Bonifasius menempatkan dirinya dekat sang pendeta. Hunrad kemudian mengangkat tinggi-tinggi palu dewa Thor keramat miliknya yang terbuat dari batu hitam, siap meremukkan batok kepala Asulf yang kecil dengannya. Sementara palu dihujamkan, St. Bonifasius menangkis palu itu dengan tongkat uskupnya sehingga palu terlepas dari tangan Hunrad dan patah menjadi dua saat menghantam altar batu. Suara decak kagum dan sukacita membahana di udara. Thekla lari menjemput puteranya yang telah diselamatkan dari kurban berdarah itu lalu memeluknya erat-erat.

St. Bonifasius, dengan wajahnya bersinar, berbicara kepada orang banyak, �Dengarlah, wahai putera-putera hutan! Tidak akan ada darah mengalir malam ini. Sebab, malam ini adalah malam kelahiran Kristus, Putera Bapa Semua, Juruselamat umat manusia. Ia lebih elok dari Baldur yang Menawan, lebih agung dari Odin yang Bijaksana, lebih berbelas kasihan dari Freya yang Baik. Sebab Ia datang, kurban disudahi. Thor, si Gelap, yang kepadanya kalian berseru dengan sia-sia, sudah mati. Jauh dalam bayang-bayang Niffelheim ia telah hilang untuk selama-lamanya. Dan sekarang, pada malam Kristus ini, kalian akan memulai hidup baru. Pohon darah ini tidak akan menghantui tanah kalian lagi. Dalam nama Tuhan, aku akan memusnahkannya.� St. Bonifasius kemudian mengeluarkan kapaknya yang lebar dan mulai menebas pohon. Tiba-tiba terasa suatu hembusan angin yang dahsyat dan pohon itu tumbang dengan akar-akarnya tercabut dari tanah dan terbelah menjadi empat bagian.

Di balik pohon oak raksasa itu, berdirilah sebatang pohon cemara muda, bagaikan puncak menara gereja yang menunjuk ke surga. St. Bonifasius kembali berbicara kepada warga desa, �Pohon kecil ini, pohon muda hutan, akan menjadi pohon kudus kalian mulai malam ini. Pohon ini adalah pohon damai, sebab rumah-rumah kalian dibangun dari kayu cemara. Pohon ini adalah lambang kehidupan abadi, sebab daun-daunnya senantiasa hijau. Lihatlah, bagaimana daun-daun itu menunjuk ke langit, ke surga. Biarlah pohon ini dinamakan pohon kanak-kanak Yesus; berkumpullah di sekelilingnya, bukan di tengah hutan yang liar, melainkan dalam rumah kalian sendiri; di sana ia akan dibanjiri, bukan oleh persembahan darah yang tercurah, melainkan persembahan-persembahan cinta dan kasih.�

Maka, mereka mengambil pohon cemara itu dan membawanya ke desa. Duke Alvold menempatkan pohon di tengah-tengah rumahnya yang besar. Mereka memasang lilin-lilin di dahan-dahannya, dan pohon itu tampak bagaikan dipenuhi bintang-bintang. Lalu, St. Bonifasius, dengan Hundrad duduk di bawah kakinya, menceritakan kisah Betlehem, Bayi Yesus di palungan, para gembala, dan para malaikat. Semuanya mendengarkan dengan takjub. Si kecil Asulf, duduk di pangkuan ibunya, berkata, �Mama, dengarlah, aku mendengar para malaikat itu bernyanyi dari balik pohon.� Sebagian orang percaya apa yang dikatakannya benar; sebagian lainnya mengatakan bahwa itulah suara nyanyian yang dimadahkan oleh para pengikut St. Bonifasius, �Kemuliaan bagi Allah di tempat mahatinggi, dan damai di bumi; rahmat dan berkat mengalir dari surga kepada manusia mulai dari sekarang sampai selama-lamanya.�

Sementara kita berkumpul di sekeliling Pohon Natal kita, kiranya kita mengucap syukur atas karunia iman, senantiasa menyimpan kisah kelahiran Sang Juruselamat dalam hati kita, dan menyimak nyanyian pujian para malailat. Kepada segenap pembaca, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Natal yang penuh berkat dan sukacita!

* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria.
sumber : �Straight Answers: Christmas Tree Origins� by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright �2002 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.�

Saturday, December 8, 2012

Bunda Maria dikandung tanpa noda dosa, mungkinkah?

Akulah Yang Dikandung Tanpa Dosa"
"Que Soy Era Immaculada Conceptiou"
"I Am The Immaculate Conception"


Pesan Bunda Maria dalam penampakan pada St. Bernadette di Lourdes.

Sesungguhnya, kebingungan atas dogma Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa (= Immaculate Conception) bukanlah hal yang jarang terjadi. Sebagian orang secara salah beranggapan bahwa dogma tersebut berhubungan dengan Bunda Maria yang mengandung Kristus dari kuasa Roh Kudus. Sesungguhnya, dogma Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa adalah keyakinan �� bahwa perawan tersuci Maria sejak saat pertama perkandungannya oleh rahmat yang luar biasa dan oleh pilihan Allah yang mahakuasa karena pahala Yesus Kristus, Penebus umat manusia, telah dibebaskan dari segala noda dosa asal� (Paus Pius IX, Ineffabilis Deus).

Dalam mempelajari sejarah seputar keyakinan ini, kita melihat keindahan Gereja yang didirikan oleh Kristus, yang para pengikutnya yang setia berjuang untuk memahami dengan lebih jelas misteri keselamatan. Perjuangan ini dibimbing oleh Roh Kudus, yang disebut Yesus sebagai �Roh Kebenaran�, yang �akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu�dan �akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran� (bdk. Yoh 14:17, 14:26, 16:13).

Sebagian dari �perjuangan� atas dogma Immaculata adalah tidak adanya kutipan Kitab Suci yang spesifik serta jelas dan gamblang tentangnya. Namun demikian, referensi dalam Injil mengenai Bunda Maria dan perannya dalam misteri keselamatan mengisyaratkan keyakinan ini. Dalam Injil St. Lukas, kita mendapati ayat indah tentang Kabar Sukacita, di mana Malaikat Agung St. Gabriel mengatakan kepada Maria (dalam bahasa kita), �Salam Maria, penuh rahmat. Tuhan sertamu.� Sementara sebagian ahli Kitab Suci berdebat atas �seberapa penuhnya rahmat,� kesaksian St. Gabriel secara pasti menyatakan kekudusan Bunda Maria yang luar biasa. Apabila orang merenungkan peran Bunda Maria dalam kehidupan Kristus - baik inkarnasi-Nya, masa kanak-kanak-Nya, ataupun penyaliban-Nya - pastilah ia sungguh luar biasa dalam kekudusan, sungguh �penuh rahmat� dalam menerima serta menggenapi perannya sebagai Bunda Penebus, dalam arti �Bunda� yang sepenuh-penuhnya. Sebab itu, kita percaya, bahwa kekudusan yang luar biasa, yang penuh rahmat ini diperluas hingga saat awal permulaan kehidupannya, yaitu perkandungannya.

Secara praktis, jika dosa asal diwariskan melalui orangtua, dan Yesus mengambil kodrat manusiawi kita dalam segala hal kecuali dosa, maka Maria haruslah bebas dari dosa asal. Pertanyaan kemudian muncul, �Bagaimana mungkin Kristus adalah Juruselamat Maria?� Sesungguhnya, banyak perdebatan mengenai SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa dalam abad pertengahan berfokus pada masalah ini. Duns Scotus (wafat 1308) menawarkan satu solusi dengan mengatakan, �Maria lebih dari semua orang lain membutuhkan Kristus sebagai Penebusnya, sebab ia pastilah mewarisi Dosa Asal � jika rahmat sang Pengantara tidak mencegahnya.� Dengan mengutip Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, Katekismus Gereja Katolik menambahkan, �Bahwa Maria `sejak saat pertama ia dikandung, dikarunia cahaya kekudusan yang istimewa', hanya terjadi berkat jasa Kristus: `Karena pahala Puteranya, ia ditebus secara lebih unggul'. Pada pokoknya, karena Maria dipilih untuk berbagi secara intim dalam kehidupan Yesus sejak saat ia dikandung, Ia sungguh adalah Juruselamatnya sejak saat perkandungannya.

Mungkin salah satu alasan mengapa diskusi mengenai Dogma Immaculata ini berkepanjangan adalah karena Gereja Perdana dilarang dan di bawah aniaya hingga tahun 313, dan kemudian harus menyelesaikan berbagai macam masalah seputar Yesus Sendiri. Refleksi lebih jauh mengenai Bunda Maria serta perannya muncul setelah Konsili Efesus (thn 431) yang dengan segenap hati menegaskan keibuan ilahi Maria dan memberinya gelar, �Bunda Allah� sebab ia mengandung dari kuasa Roh Kudus dan melahirkan Yesus yang adalah pribadi kedua dalam Tritunggal Mahakudus, yang sehakikat dengan Bapa. Beberapa Bapa Gereja Perdana, termasuk St. Ambrosius (wafat 397), St. Efrem(wafat 373), St. Andreas dari Crete (wafat 740) dan St. Yohanes Damaskus (wafat 749) merenungkan peran Maria sebagai Bunda, termasuk disposisinya yang penuh rahmat, dan menulis tentang ketakberdosaannya. Suatu pesta guna menghormati SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa telah dirayakan di Gereja Timur setidak-tidaknya sejak abad keenam.

Sementara waktu berlalu, dilakukanlah pembahasan lebih lanjut mengenai keyakinan ini. Pada tahun 1849, Pius IX meminta pendapat para uskup di seluruh Gereja mengenai apa yang mereka sendiri, para klerus, dan umat rasakan mengenai keyakinan ini dan apakah mereka menghendakinya agar ditetapkan secara resmi. Dari 603 uskup, 546 memberikan tanggapan positif tanpa ragu. Dari mereka yang menentang, hanya lima yang mengatakan bahwa doktrin tersebut tidak dapat ditegaskan secara resmi, 24 tidak tahu apakah ini adalah saat yang tepat, dan 10 hanya menghendaki agar mereka yang menentang doktrin tersebut dinyatakan salah. Paus Pius juga melihat kelesuan rohani dalam dunia dimana kaum rasionalis sekolah filsafat telah menyangkal kebenaran dan segala sesuatu yang adikodrati, di mana revolusi-revolusi mengakibatkan gejolak sosial, dan revolusi industri mengancam martabat para pekerja dan kehidupan keluarga. Oleh sebab itu, Paus Pius menghendaki dibangkitkannya kembali kehidupan rohani umat beriman dan beliau melihat tidak ada cara yang lebih baik selain dari menampilkan kembali teladan indah Bunda Maria dan perannya dalam sejarah keselamatan. Maka, pada tanggal 8 Desember 1854, Pius IX menegaskan secara resmi dogma Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa dalam bulla �Ineffabilis Deus�.

Akhirnya, menarik juga disimak bahwa dalam beberapa penampakan Bunda Maria, Santa Perawan sendiri menegaskan dogma Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa. Pada tanggal 9 Desember (tanggal yang ditetapkan sebagai Perayaan Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa di Kerajaan Spanyol) pada tahun 1531 di Guadalupe, Bunda Maria mengatakan kepada Juan Diego, �Akulah Perawan Maria yang tak bercela, Bunda dari Allah yang benar, yang melalui-Nya segala sesuatu hidup�� Pada tahun 1830, Bunda Maria mengatakan kepada St. Katarina Laboure agar dibuat Medali Wasiat dengan tulisan, �Maria yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.� Terakhir, ketika menampakkan diri kepada St. Bernadete di Lourdes pada tahun 1858, Bunda Maria mengatakan, �Akulah yang Dikandung Tanpa Noda Dosa.�

Dalam suatu homili pada Perayaan Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa yang disampaikan pada tahun 1982, Paus Yohanes Paulus II menulis, �Terpujilah Allah Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang memenuhi engkau, ya Perawan dari Nazaret, dengan segala rahmat rohani dalam Kristus. Dalam Dia, engkau dikandung tanpa noda dosa! Telah dipilih sejak semula untuk menjadi Bunda-Nya, engkau ditebus dalam Dia dan melalui Dia lebih dari segala manusia lainnya! Dilindungi dari warisan Dosa Asal, engkau dikandung dan datang ke dalam dunia dalam keadaan rahmat. Penuh rahmat! Kami mengagungkan misteri iman yang kami rayakan pada hari ini. Pada hari ini, bersama dengan segenap Gereja, kami memuliakan Penebusan yang dilaksanakan atasmu. Partisipasi yang teramat luar biasa dalam Penebusan dunia dan manusia, diperuntukkan hanya bagimu, semata-mata hanya bagimu. Salam O Maria, Alma Redemptoris Mater, Bunda Penebus yang terkasih.�

http://yesaya.indocell.net/1x1.gif
sumber : �Straight Answers: Immaculate Conception� by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright �2003 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com

Wednesday, December 5, 2012

Pesta kelahiran Santa Perawan Maria

Tanggal 8 September, Gereja seluruh dunia merayakan �Pesta kelahiran Santa Perawan Maria�. Pesta ini sesungguhnya menunjukkan betapa Gereja mengasihi dan menghormati Bunda Maria sebagai wanita yang punya peranan besar di dalam karya keselamatan Allah. Sehubungan dengan pesta ini mungkin terlintas dalam benak kita pertanyaan berikut: �Landasan pemikiran apa yang melatarbelakangi pesta ini?�

Kita tidak bisa langsung menjawab pertanyaan ini dengan membeberkan peristiwa kelahiran Maria secara lengkap dan obyektif berdasarkan informasi dari dokumen � dokumen terpercaya Gereja seperti Alkitab. Yang mungkin bagi kita ialah melihat peranan dan kedudukan Maria di dalam rencana dan karya keselamatan Allah di dalam sejarah.

Tentang hal ini Gereja mengajarkan bahwa Allah � setelah kejatuhan manusia � menjanjikan seorang Penebus bagi umat manusia. Penebus itu adalah AnakNya sendiri. Untuk maksud luhur itu Allah membutuhkan kerjasama manusia; Allah membutuhkan seorang perempuan untuk mengandungkan dan melahirkan AnakNya. Kebeneran iman ini dikatakan Santo Paulus dalam suratnya kepada Galatia: ��Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan�� (Gal 4:4).

Siapa perempuan itu? Perempuan itu adalah Maria, seorang puteri keturunan Abraham. Dari sini Gereja mengajarkan bahwa Maria telah ditentukan Allah sedari kekal untuk mengandung dan melahirkan AnakNya. Untuk itu ia suci sejak lahirnya dan diperkandungkan tanpa noda dosa asal.

Dalam konteks pengakuan iman inilah, Gereja merasa perlu menentukan suatu hari khusus (yaitu: 8 September) untuk merayakan peristiwa kelahiran Maria. Dasar pertimbangan disini � barangkali sangat sederhana � ialah bahwa sebagai manusia, Maria tentu pernah lahir pada waktu dan tempat tertentu, dari orangtua dan suku tertentu. Injil � injil sendiri tidak mengatakan secara jelas bahwa Maria juga adalah keturunan Daud, sebagaimana Yusuf suaminya. Yang penting disini bukanlah ketepatan hari kelahiran itu tetapi ungkapan iman Gereja akan Maria sebagai perempuan yang ditentukan Allah untuk mengandungkan dan melahirkan AnakNya.

Seturut sejarah, mulanya pesta ini dirayakan di lingkungan Gereja Timur berdasarkan ilham dari tulisan � tulisan apokrif pada abad ke � 6; pada akhir abad ke � 7, barulah pesta ini diterima dan dirayakan di dalam Gereja Barat Roma.

Sumber : http://www.ekaristi.org/doa/sejarah2.php?subaction=showfull&id=1186696154&archive=1260281414&start_from=&ucat=8&

Sunday, December 2, 2012

Penggolongan Perayaan Liturgi dalam Satu Siklus Tahun Liturgi

Gereja Katolik memiliki kalender tersendiri yang mengatur perayaan, pesta, peringatan para orang kudus, dan hari biasa, selama 1 tahun. Jadi, dalam kalender Gereja Katolik tersebut diatur bacaan-bacaan Kitab Suci yang dibacakan dalam Ekaristi harian dan mingguan.

Kita umumnya mengenal Tahun Masehi yang berawal pada tanggal 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember. Tahun Liturgi berbeda dengan Tahun Masehi. Awal tahun liturgi dimulai pada Hari Minggu Adven I [akhir November � awal Desember], yang menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang pertama. Akhir tahun liturgi jatuh pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam [akhir November], yang merayakan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya, yakni pada akhir zaman. Sepanjang tahun liturgi, Gereja menghadirkan seluruh misteri keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Tuhan Yesus Kristus.

Puncak Tahun Liturgi adalah Misteri Paskah Tuhan yang dirayakan selama Trihari Paskah yang puncaknya pada Malam Paskah. Tahun Liturgi terbagi dalam 3 masa [Masa Khusus, Masa Biasa, Pesta atau peringatan orang kudus]. Masa Khusus terdiri dari: lingkaran Natal [masa Adven dan masa Natal] dan lingkaran Paskah [masa Prapaskah dan masa Paskah]. Masa Biasa terdiri dari 34 pekan biasa yang puncaknya pada hari Minggu. Pesta peringatan orang kudus merupakan kebiasaan Gereja untuk menghormati orang-orang suci, dan untuk memuliakan dan menghormati Tuhan.

Mengapa tahun 2012 masuk Tahun B? Gereja membagi lingkaran Tahun Liturgi dalam 3 tahun. Gereja membaginya berdasarkan Injil yang dibacakan. Tahun A, yaitu tahun 2005, 2008, 2011, 2014, dst : Injil Matius. Tahun B, yaitu tahun 2006, 2009, 2012, dst: Injil Markus. Tahun C, yaitu tahun 2007, 2010, 2013, dst: Injil Lukas. Injil Yohanes diselipkan dalam ketiga tahun tersebut berdasarkan misteri iman yang dirayakan. Cara menentukan Tahun A, B, C adalah dengan membagi tahun bersangkutan dengan angka 3! Jika hasil baginya bersisa satu berarti tahun bersangkutan adalah tahun A; jika hasil baginya bersisa dua berarti tahun bersangkutan adalah Tahun B; jika tahun bersangkutan habis dibagi 3 berarti tahun C. Misalkan, tahun 2009 dibagi 3 = 669 sisa 2. Maka tahun 2009 adalah tahun B.

Tahun A, B, C di atas untuk menentukan bacaan Injil pada hari Minggu. Bacaan misa harian diatur dalam tahun ganjil/genap [tahun I / tahun II]. Disebut tahun I , karena tahun ganjil [2007, 2009, dst]; tahun II , karena tahun genap [2008, 2010, dst]. Yang membedakannya hanya bacaan pertama, sedangkan bacaan Injilnya sama.

Maka bila kita setia mengikuti Misa hari Minggu, dalam tiga tahun kita sudah �menyelesaikan� hampir seluruh isi alkitab. Seandainya kita juga rajin mengikuti misa harian, hampir seluruh alkitab sudah kita dengarkan dalam waktu dua tahun.

Makna yang terkandung dalam Tahun Liturgi

Pesta-pesta Yesus disusun menurut urutan historis, memberi kita kesempatan untuk menghayati kembali peristiwa-peristiwa besar dari hidup-Nya melalui sikap doa dan meditasi. Yesus adalah PENEBUS sejak inkarnasi-Nya. Maka dari itu, kita merayakan dan mengalami kuasa penebusan-Nya dalam setiap peristiwa yang disajikan tahun liturgi Gereja kepada kita.

Dengan memasukkan peristiwa-peristiwa ke dalam perayaan liturgis, Gereja membantu menghantar kuasa penebusan Kristus SECARA SAKRAMENTAL kepada kita. Apa yang dulu pernah dilakukan Yesus dalam pelayanan historis-Nya, sekarang Ia lakukan (sebagai Tuhan yang bangkit, melalui Roh Kudus) dalam misteri-misteri liturgi.

Berikut adalah perayaan liturgi yang digolongkan sebagai tingkat �Hari Raya�, tingkat �Pesta� dan tingkat �Peringatan�, masing-masing menurut pentingnya. (Bdk. PTL 59)

1. Hari Raya/ Solemnity:

Merupakan tingkatan tertinggi dari perayaan pesta/ feast. Hari Raya adalah untuk memperingati peristiwa- peristiwa dalam kehidupan Yesus, Maria atau para rasul; di mana peristiwa- peristiwa tersebut merupakan peristiwa utama/ sentral dalam rencana keselamatan Allah. Dalam Misa Kudus, perayaan hari raya ditandai dengan bacaan � bacaan Kitab Suci yang sesuai (Bacaan Pertama, Mazmur, Bacaan kedua dan Injil), pengucapan Kemuliaan, dan Aku Percaya. Setiap hari Minggu adalah hari raya.

1 Januari: Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah
6 Januari: Hari Raya Penampakan Tuhan
Maret 19: Hari Raya St. Yusuf Suami SP Maria
Maret 25: Hari Raya Kabar Sukacita
Maret/ April (bervariasi): Hari Raya Triduum Paska
40 hari setelah Paskah: Hari Raya Kenaikan Tuhan
50 hari setelah Paskah: Hari Raya Pentakosta
Minggu setalah Pentakosta: Hari Tritunggal Mahakudus
Minggu setelah hari Tritunggal Mahakudus: Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus
Jumat setelah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus: Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus
24 Juni: Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis
29 Juni: Hari Raya St. Petrus dan Paulus
15 Agustus: Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke surga
1 November: Hari Raya Semua Orang Kudus
November: Hari Minggu terakhir sebelum masa Adven: Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam
8 Desember: Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda
25 Desember: Hari Raya Natal

Beberapa hari raya ini merupakan hari raya wajib (holy days of obligation) bagi umat Katolik, untuk mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi. Ada hari raya yang hanya berlaku di Indonesia, yaitu: Kemerdekaan Republik Indonesia (17/08).

2. Pesta/ Feast

Pesta/ Feast adalah perayaan liturgis pada tingkatan yang kedua, untuk memperingati hidup Yesus, Bunda Maria atau rasul atau para orang kudus tertentu (major Saints). Hari Pesta ini mempunyai juga bacaan yang sesuai, namun hanya ada dua bacaan, ditambah dengan Kemuliaan (Gloria). Contoh: hari pesta hari kelahiran Bunda Maria 8 September, dan Pesta Transfigurasi dan Pesta Salib Suci (14 September), Pesta peringatan hari arwah (2 November)

3. Peringatan/ Memorial

Peringatan/ Memorial adalah perayaan orang kudus yang berada di bawah tingkatan Pesta. Peringatan ini ada yang wajib maupun fakultatif/ optional. Banyak hari peringatan merupakan pilihan/ tidak wajib, yang dilakukan di keuskupan tertentu/ daerah/ negara tertentu. Peringatan orang kudus tidak akan dirayakan/ diperingati jika jatuh bersamaan dengan hari raya/ solemnity, pesta, hari Minggu, hari rabu Abu, Minggu paska atau Oktaf Paskah.

4. Masa musim liturgis

Masa liturgis tertentu, seperti Adven, masa Natal, Prapaska, Paskah) di mana tidak ada hari raya, pesta atau hari peringatan khusus yang dilakukan.

5. Masa Biasa

Hari- hari dalam masa biasa.

Tentang Hari Raya, Pesta dan Peringatan: �Orang-orang kudus yang mempunyai arti penting untuk seluruh Gereja, diperingati secara wajib di seluruh Gereja. Para kudus lainnya dicantumkan dalam penanggalan umum sebagai peringatan fakultatif, atau peringatannya diserahkan kepada kebijaksanaan Gereja setempat, bangsa atau tarekat yang bersangkutan.� (PTL 9)

�Dalam merayakan misteri Kristus sepanjang tahun liturgi, Gereja menghormati juga Santa Maria Bunda Allah dengan cinta yang khusus. Kecuali itu para beriman diajak merayakan hari-hari peringatan para martir dan para kudus lainnya.� (PTL 8)

�Perayaan-perayaan liturgi dibagi menurut pentingnya. Ada tingkat hari raya, tingkat pesta dan tingkat peringatan. Hari raya merupakan hari liturgi yang paling besar. Perayaannya dimulai pada hari sebelumnya dengan Ibadat Sore. Beberapa hari raya mempunyai Misa sore khusus pada hari sebelumnya; rumus ini dipakai bila ada Misa sore.� (PTL 10-11)

Di Indonesia, ada 4 hari libur nasional dari tradisi Gereja Katolik, yang tidak selalu jatuh pada hari Minggu: Tahun Baru (Gregorian) 1 Januari dan juga Kelahiran, Wafat dan Kenaikan Yesus Kristus. Di negara-negara lain, ada juga hari libur nasional untuk Hari Raya Penampakan Tuhan (=Epifani, 6 Jan), Tubuh dan Darah Kristus (=Corpus Christi, Kamis kedua setelah Pentakosta),

Hari Minggu selama tahun liturgi dianggap sangat penting. Terutama hari Minggu selama Adven, Prapaskah dan Paskah. Hanya Pesta memperingati Tuhan atau Hari Raya yang jatuh pada hari Minggu di luar 3 masa tersebut yang boleh menggantikan perayaan hari Minggu. Misalnya, Hari Raya St. Perawan Maria Bunda Allah (1 Januari) jika jatuh hari Minggu maka akan dirayakan menggantikan hari Minggu. Pesta Penampakan Tuhan misalnya, jika jatuh hari Minggu (di negara di mana harinya tidak dipindahkan ke hari Minggu terdekat) akan tetap dirayakan menggantikan hari Minggu.

Pesta lain yang berkenaan dengan Santo/Santa, Pendirian Gereja, dsbnya akan diabaikan, karena lebih rendah dari hari Minggu derajatnya. Selama 3 masa tersebut: Adven, Prapaskah, Paskah, derajat hari Minggu menjadi mutlak dan tidak bisa digantikan oleh apapun. Jika ada Pesta Tuhan atau Hari Raya yang jatuh pada hari Minggu pada masa-masa tersebut, maka akan digeser ke hari Sabtu. (DOKUMEN GEREJA: PERAYAAN PASKAH DAN PERSIAPANNYA (LITTERAE CIRCULARES DE FESTIS PASCHALIBUS PRAEPARANDIS ET CELEBRANDIS #11)

Dalam contoh kasus di atas, Pesta Salib Suci jatuh pada hari Minggu di luar 3 masa tersebut. Pesta ini digolongkan pada Pesta Tuhan. Karenanya dirayakan menggantikan hari Minggu.

Sumber : http://renunganpagi.blogspot.com/2012/05/tahun-liturgi-warna-liturgi-dan.html

Wednesday, November 28, 2012

Ibadat Peringatan Arwah Hari Ke-7

Pembuka
P : Saudara-saudari yang terkasih, dengan seluruh hati dan budi marilah kita pada peringatan 7 hari almarhum NN di panggil Bapa di surga, kita bersama- sama berdoa memohon keselamatan bagi arwah saudara kita ini. Marilah kita awali doa kita dengan menyanyikan lagu pembuka �.

Lagu Pembukaan PS. No. 539 (atau lagu lain yang sesuai)

Tanda Salib
P : Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U : Amin
P : Semoga Allah yang telah membangkitkan Kristus dari alam maut, melimpahkan penghiburan iman kepada kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.

Tobat
P : Saudara-saudari terkasih, karena kita menyadari kedosaan yang ada dalam diri kita maka marilah kita memohon pengampunan kepada Bapa yang Maharahim sehingga dengan belas kasihanNya kita dibebaskan dari kedosaan dan kesalahan kita. Marilah kita memohon belas kasihanNya dan bersama-sama mengakukan kesalahan dan dosa kita kepadaNya dan juga kepada sesama kita��

P : Allah yang maharahim��
U : Aku menyesal atas dosa-dosaku, sebab patut aku Engkau hukum, terutama sebab aku telah menghina Engkau, yang mahamurah dan mahabaik bagiku. Aku benci akan segala dosaku dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu hendak memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi. Allah, ampunilah aku orang berdosa.
P : Semoga Allah yang mahapengasih dan penyayang, mengasihani kita dan menghancurkan sumber dosa di dalam hati kita, agar kita layak menerima hidup yang kekal.
U : Amin

Doa Pembuka
P : Marilah berdoa
Allah yang mahakuasa dan kekal, kami percaya bahwa Saudara/i kami NN yang telah Engkau panggil pada 7 hari yang lalu kini telah berdiam dalam rumahMu. Kami percaya kesempurnaannya kini telah terwujud dengan dipersatukannya saudara/saudari kami NN di dalam kemuliaan surgawiMu. Kami mohon semoga karena persatuan kami dengan Kristus dalam GerejaNya, kelak berlanjut dalam persatuan dengan semua saudara seiman di surga. Demi Yesus Kristus PutraMu, Tuhan dan pengantara kami, yang bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.
U : Amin

Bacaan Kitab Suci

P : Marilah kita mendengarkan Sabda Tuhan

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Nabi Yehezkiel 37:12-14
L : Demikianlah Sabda Tuhan
U : Syukur kepada Allah

Lagu Antar Bacaan PS. No. 713 (atau lagu lain yang sesuai)

Bacaan Injil
P : Semoga Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya
P : Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (14:1-7)
U : Dimuliakanlah Tuhan
P : Demikianlah Injil Tuhan
U : Terpujilah Kristus

Renungan Singkat

Doa Umat
P : Saudara-saudari terkasih, Allah yang Mahakuasa berkuasa untuk membangkitkan orang dari kematian dan mengangkatnya menuju kemuliaan abadi di surga. Maka marilah kita menyampaikan doa-doa kita kepada-Nya.
P : Bagi saudara kita NN yang pada 7 hari yang lalu dipanggil Bapa, ya Bapa yang mahabaik berikanlah kepada saudara kami ini hidup yang kekal bersama PutraMu terkasih Tuhan kami Yesus Kristus.
Hening sejenak �� marilah kita mohon �
U : Kabulkanlah doa kamu ya Tuhan

P : Allah Bapa Maharahim, satukanlah saudara kami tercinta ini bersama para kudusMu di surga, ampunilah segala dosa-dosanya ya Bapa, semoga dengan rahmat cinta kasihMu saudara kami ini kini berbahagia dalam kesatuan dengan para kudusMu di surga.
Hening sejenak �� marilah kita mohon �
U : Kabulkanlah doa kamu ya Tuhan

P : Bagi keluarga dan kerabat yang ditinggalkan, semoga kekuatanMu senantiasa menguatkan mereka untuk senantiasa berserah dan percaya sepenuhnya kepada kehendakMu ya Bapa.
Hening sejenak �� marilah kita mohon �.
U : Kabulkanlah doa kami ya Tuhan

P : Bagi Gereja ; Semoga Gereja yang dipercayakan untuk memberikan kesaksian akan hidup sesudah kematian, tetap setia melaksanakan misinya, sekalipun menghadapi banyak tantangan.
Hening sejenak �. marilah kita mohon ��
U : Kabulkanlah doa kami ya Tuhan

P : Bagi semua orang yang belum mengenal harapan akan Allah. Semoga Allah yang mahabaik melimpahkan belas kasihNya bagi saudara-saudari kita yang sudah meninggal tetapi belum mengenal Allah. Semoga mereka semua juga diperbolehkan untuk memandang wajah Allah yang penuh kasih kepada siapa saja.
Hening sejenak �� marilah kita mohon ���.
U : Kabulkanlah doa kami ya Tuhan

Bapa Kami

P : Saudara-saudara terkasih, Marilah kita menggabungkan seluruh doa-doa permohonan kita tadi dengan bersama-sama memuji dan memohon Allah dengan Doa Bapa Kami �

Doa Penutup
P : Marilah kita berdoa (bersama)
Ya Bapa yang Mahabaik, Maha Pengampun, kesabaran dan kuasaMu telah menyelamatkan kami semua, terlebih bagi saudara kami NN. Bapa betapa kami sering jatuh dalam dosa dan menyangkalMu tetapi Engkau tetap setia menanti kami untuk bertobat. Kami percaya Bapa, Engkau senantiasa menghendaki kami bahagia, oleh karena itu kami percaya bahwa saudara kami NN kini bahagia bersama Engkau sendiri. Bagi kami yang masih terus berjuang di dunia ini ya Bapa, semoga karena kekuatan dan rahmatMu kami senantiasa hidup seturut jalanMu supaya pada akhirnya nanti kami dapat berbahagia bersama para kudusMu di surga. Semua ini kami serahkan dengan perantaraan Kristus Tuhan kami.
U : Amin

Berkat Pengutusan
P : Semoga Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya.
P : Allah selalu menopang, menyelamatkan dan menempatkan kita dirumah tinggal yang baru yakni Firdaus yang abadi. Marilah kita memohon berkat kepada-Nya.
.........�Hening Sejenak ���.
P : Semoga berkat Allah Yang Mahakuasa senantiasa memberi ketabahan dan keteguhan iman kepada kita yang berkumpul disini. Saudara sekalian ibadat peringatan arwah hari ke 7 saudara kita NN sudah selesai. Semoga rahmat Tuhan Yesus Kristus senantiasa menyertai kita sekalian. Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U : Amin

Lagu Penutup PS. No. 654 (atau lagu lain yang sesuai)

Monday, November 26, 2012

Meditasi untuk Setiap Minggu Masa Adven

oleh: P. Victor Hoagland, C.P.

Masa Adven. Empat minggu sebelum Natal merupakan masa persiapan, penantian serta pengharapan. Liturgi Adven menggemakan kembali dengan seruan kerinduan para nabi Yahudi: Sabda Yesus dan pewartaan Yohanes Pembaptis bahwa Tuhan sudah dekat. Dengarkanlah seruan mereka. Meditasi singkat atas Bacaan Injil selama Minggu Adven berikut ini semoga membantu kalian dalam mendengarkan suara mereka.

MINGGU ADVEN I

Yesus mengatakan kepada para muridnya: �Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! � Kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu datang.� Markus 13:33

O Yesus, suara-Mu lantang menembus ruang-ruang hidupku: "Hati-hatilah dan berjaga-jagalah!"

Namun demikian, hampir-hampir tak pernah aku mendengarkan-Mu. Aku sibuk dengan berbagai macam hal, sibuk ini dan itu, seperti seorang hamba terperangkap dalam rutinitas sehari-hari, hampir tak pernah aku memikirkan apa makna hidupku. Rohku sudah lelah, dan Engkau ya Tuhan-ku, terasa amat jauh. Bagaimana aku dapat mendengarkan suara-Mu hari ini?

Berbicaralah kepada jiwaku selama masa rahmat ini, seperti Engkau berbicara kepada para nabi-Mu dan para kudus-Mu. Ingatkan aku kembali akan panggilan hidupku dan akan pekerjaan yang Engkau kehendaki aku lakukan. Aku ini hambamu, ya Tuhan. Berbicaralah kepadaku pada masa yang kudus ini dan arahkan mataku untuk menantikan kedatangan-Mu.

O Imanuel, Yesus Kristus, kerinduan setiap bangsa, Juruselamat segenap umat manusia, datang dan tinggallah di antara kami.

MINGGU ADVEN II

Ketika Yohanes Pembaptis menampilkan diri sebagai seorang pengkhotbah di tanah Yudea, inilah yang diserukannya: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" Matius 3:2

O Yesus, di padang gurun yang sepi, nabi-Mu Yohanes mewartakan : Tuhan di sini, Tuhan ada bersamamu. Tuhan telah datang untuk mewujudkan suatu kerajaan dimana tak ada lagi ketidakadilan serta penderitaan, di mana air mata akan dihapuskan dan mereka yang berpaling kepada Tuhan akan menikmati perjamuan.

�Berpalinglah sekarang. Tuhan-mu berdiri di sampingmu. Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" Di gurun yang sepi Yohanes menyerukan kata-kata itu.

Berilah aku iman seperti Yohanes, ya Yesus, teguh percaya bahkan dalam kekeringan sekalipun bahwa Engkau dan kerajaan-Mu tidaklah jauh dariku. Buatlah hatiku teguh seperti hatinya, tak tergoyahkan oleh pencobaan-pencobaan atau pun terjerat oleh kesenangan-kesenangan palsu. Berilah aku keberanian untuk tetap setia hingga janji-janji-Mu digenapi.

O Raja segala bangsa, Yesus Kristus, satu-satunya sukacita bagi setiap jiwa, datang dan selamatkanlah umat-Mu.

MINGGU ADVEN III

Murid-murid Yohanes bertanya kepada Yesus, �Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?� Yesus menjawab mereka: �Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir ... dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.� Lukas 7:19,22

O Yesus, aku bersukacita atas tanda-tanda bahwa Engkau dekat dengan kami. Kuasa-Mu ada di mana-mana, andai saja aku mampu melihatnya.

Namun demikian, mataku lebih sering melihat hanya kegelapan dan ketidakpastian. Aku percaya kepada-Mu, tetapi jika aku memandang sekeliling, kejahatan tampak begitu kuat sementara kebaikan begitu lemah. Jika Engkau telah datang, mengapa masih saja ada begitu banyak penderitaan dan mengapa kaum miskin masih saja putus pengharapan? Di manakah mukjizat-Mu kini?

Rahmat-Mu, ya Tuhan, pada kenyataannya lebih berlimpah dari yang dapat aku bayangkan. Aku tahu, kuasa-Mu ada di mana-mana di sekelilingku, ah andai saja aku dapat melihatnya. Tunjukkan kepadaku sekarang di mana orang buta melihat dan orang lumpuh berjalan.

Jadikan penglihatanku lebih tajam dari semula.

MINGGU ADVEN IV

Malaikat Gabriel berkata kepada Maria, �Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi�.� Luk 1:30-32

O Yesus, aku percaya bahwa Engkau dilahirkan oleh Perawan Maria dan bahwa Engkau adalah Putra Allah.

Kedatangan-Mu yang penuh misteri ada di luar pengertian kami. Namun, seperti BundaMu yang kudus, Maria, aku rindu Engkau datang kepadaku, sebab Engkau sendiri telah menjanjikannya. Ijinkan aku melayani-Mu dengan segala cara yang aku mampu serta menyadari bahwa Engkau menyertaiku dari hari ke hari sepanjang hidupku.

Seperti Maria, BundaMu, meskipun aku hanya mengenal-Mu melalui iman, biarlah seluruh keberadaanku mewartakan keagungan-Mu dan rohku bersukacita oleh karena kasih-Mu kepadaku.

O Kebijaksanaan, Sabda Allah yang kudus, Yesus Kristus, yang menggenggam segala sesuatu dalam tangan-Mu yang kuat namun lembut, datanglah dan tunjukkan kepada kami jalan keselamatan.

sumber : �Meditations for Each Week of Advent� by Fr Victor Hoagland, C.P.; Copyright 1996, 1997, 2000 - The Passionist Missionaries; www.cptryon.org/prayer Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Victor Hoagland, CP.�

Monday, November 19, 2012

Mengapa Kitab Suci Katolik Mempunyai Jumlah Kitab Lebih Banyak daripada Kitab Suci Protestan?

Oleh: Romo Richard Lonsdale

Kitab Suci Katolik terdiri dari 72 kitab (45 kitab PL + 27 kitab PB), sementara kebanyakan Kitab Suci Protestan hanya terdiri dari 66 kitab. Kitab yang hanya terdapat dalam Kitab Suci Katolik semuanya merupakan bagian dari Perjanjian Lama. Selain itu terdapat juga beberapa ayat dalam kitab-kitab tertentu yang hanya terdapat dalam Kitab Suci Katolik. Mengapa terjadi perbedaan demikian? Jawabannya amat rumit, tetapi secara sederhana dapat dijelaskan seperti berikut ini.

Orang-orang Yahudi menulis Perjanjian Lama, tetapi mereka tidak secara "resmi" menuliskan daftar atau kanon dari kitab-kitab tersebut sampai akhir abad kedua. Sekelompok orang Yahudi khawatir kalau-kalau pada akhirnya tulisan-tulisan Kristen juga akan dimasukkan orang ke dalam kanon mereka. Untuk mencegah hal tersebut, setelah melalui debat yang panjang, mereka memutuskan untuk mencantumkan hanya kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Ibrani saja yang termasuk dalam kanon mereka.

Dengan demikian mereka dapat mengeluarkan kitab-kitab Kristen yang semuanya ditulis dalam bahasa Yunani. Namun demikian, ada pula beberapa bagian dari kitab Perjanjian Lama yang hanya tersedia salinannya dalam bahasa Yunani, sedangkan kitab aslinya yang ditulis dalam bahasa Ibrani telah hilang. Dengan demikian kitab-kitab tersebut, yang dulunya juga mereka terima, ikut dikeluarkan dari kanon Yahudi.

Gereja Katolik tidak mengikuti keputusan mereka. Terutama karena beberapa kitab yang ditulis dalam bahasa Yunani mendukung doktrin (doktrin = ajaran) Katolik, misalnya tentang Roh Kudus. Gereja Katolik tidak membuat daftar atau kanon resmi sampai beberapa abad kemudian. Sejak awal mula Gereja Katolik menerima semua kitab yang sekarang ada dalam Kitab Suci kita.

Pada abad ke-16, Gereja Protestan mulai mempergunakan Kitab Suci sebagai dasar ajaran mereka. Martin Luther menolak semua kitab yang tidak terdapat dalam kanon Perjanjian Lama Yahudi. Alasan penolakannya adalah karena beberapa bagian dari kitab-kitab tersebut tidak mendukung ajarannya. Seperti misalnya, Luther tidak setuju dengan ajaran Gereja Katolik mengenai Api Penyucian. Padahal gagasan tentang api penyucian terdapat dalam Kitab Makabe II. Selanjutnya Luther juga mencoba mengeluarkan beberapa kitab Perjanjian Baru, misalnya Surat Yakobus. Beberapa gagasan dalam surat Yakobus tidak sesuai dengan ajaran Luther, misalnya tentang ajaran Luther yang menyatakan bahwa perbuatan baik tidak diperlukan dalam memperoleh keselamatan, melainkan hanya iman. Tetapi, pada akhirnya, ia harus memasukkan juga Surat Yakobus dalam kanonnya.

Kitab-kitab Perjanjian Lama yang diakui baik oleh Gereja Katolik maupun Gereja Protestan disebut Protokanonika (protokanonika: kanon yang pertama). Kitab-kitab Perjanjian Lama yang diakui oleh Gereja Katolik tetapi tidak diakui oleh Gereja Protestan di tempatkan di bagian antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bagian ini oleh Gereja Katolik disebut Deuterokanonika (deuterokanonika: kanon yang kedua), sedang oleh Gereja Protestan disebut Apokrip (apokrip : buku-buku keagamaan yang baik untuk dibaca tetapi tidak diilhami Roh Kudus).

Hingga kini Gereja Katolik terus mempertahankan serta menghormati kitab-kitab seperti yang telah diterima oleh Gereja Kristen Purba. Jika Kitab Suci yang mereka wariskan itu baik bagi mereka, tentu baik pula bagi kita. Coba bacalah kisah menarik tentang Tobit, dan coba baca juga nasehat-nasehat berharga dalam Kitab Kebijaksanaan di Kitab Suci Katolik-mu.

sumber: Romo Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com tambahan: Romo Dr. H. Pidyarto O.Carm; �Mempertanggungjawabkan Iman Katolik buku kesatu�
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Richard Lonsdale.�

Thursday, November 15, 2012

Mengenal Kitab Suci Katolik

oleh:
Sr. Mary Ann Strain, C.P.


Apa itu Kitab Suci?

Kitab Suci disebut juga Alkitab. Istilah �Kitab Suci� lebih akrab di hati umat Katolik. Karena Allah dan Sabda-Nya adalah suci, maka kitab yang memuat sabda-Nya disebut Kitab Suci. Sedangkan �Alkitab�, berasal dari bahasa Arab yang artinya sang kitab, lebih akrab di hati umat Protestan. Kitab Suci merupakan kumpulan buku yang ditulis oleh penulis manusia dengan ilham dari Allah. Buku-buku tersebut berisi tulisan tentang wahyu Tuhan dan rencana keselamatan umat manusia.

Berapa jumlah kitab dalam Kitab Suci?

Menurut Gereja Katolik, Kitab Suci terdiri dari 72 atau 73 kitab, tergantung dari cara kita menghitungnya. Perinciannya adalah 46 kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru; jumlah seluruhnya 73 kitab. Namun, karena Konsili Trente (tahun 1545-1563) menghitung Kitab Ratapan sebagai bagian dari Kitab nabi Yeremia, maka jumlah kitab menjadi 72 saja.

Kitab-kitab dalam Kitab Suci ditulis dalam beberapa bentuk literatur yang berbeda. Penting bagi kita mengenali bentuk-bentuk literatur yang berbeda tersebut ketika membaca Kitab Suci, sama halnya penting bagi kita mengenali bentuk-bentuk tulisan yang berbeda dalam suatu surat kabar. Misalnya, ketika membaca surat kabar kita harus tahu apakah kita sedang membaca bagian editorial, atau berita, atau iklan.

Apa itu Perjanjian Lama?

Perjanjian Lama, atau Kitab-kitab Yahudi, merupakan tulisan tentang hubungan Tuhan dengan Israel, �bangsa pilihan�. Ditulis antara tahun 900 SM hingga 160 SM. Ke-46 kitab dalam Perjanjian Lama dapat dibagi dalam empat bagian: 5 Kitab Pentateukh, 16 Kitab Sejarah, 7 Kitab Puitis dan Hikmat, serta 18 Kitab Para Nabi.

Sebagian besar Perjanjian Lama dipengaruhi oleh literatur negara-negara tetangga Israel di Timur Tengah. Untuk menceritakan kisah-kisah mereka sendiri, bangsa Israel meminjam kebudayaan bangsa-bangsa sekitarnya serta meniru bentuk-bentuk literatur mereka.

Apa itu Pentateukh?

Pentateukh adalah kelima kitab pertama dalam Perjanjian Lama, yaitu:

5 Kitab Pentateukh:
1.Kejadian(Kej)
2.Keluaran(Kel)
3.Imamat(Im)
4.Bilangan(Bil)
5.Ulangan(Ul)

Banyak kisah-kisah Kitab Suci yang terkenal ditemukan dalam kitab-kitab Pentateukh termasuk kisah penciptaan, Adam dan Hawa, bahtera Nuh serta kisah-kisah lain tentang asal-mula bangsa Israel dan pelarian mereka di bawah pimpinan Musa dari perbudakan Mesir.

Sepuluh Perintah Allah dan hukum-hukum lainnya menyangkut hidup dan ibadat bangsa Israel juga didapati dalam Kitab Pentateukh. Oleh sebab itu, Kitab Pentateukh disebut juga Kitab Hukum atau Kitab Taurat.

Apa itu Kitab Sejarah?

Sesuai namanya, Kitab Sejarah berisi kisah tentang sejarah bangsa Israel serta campur tangan Allah dalam sejarah mereka.

16 Kitab Sejarah:
1. Yosua ( Yos )
2. Hakim-hakim ( Hak )
3. Rut ( Rut )
4. 1 Samuel ( 1 Sam )
5. 2 Samuel ( 2 Sam )
6. 1 Raja-raja ( 1 Raj )
7. 2 Raja-raja ( 2 Raj )
8. 1 Tawarikh ( 1 Taw )
9. 2 Tawarikh ( 2 Taw )
10. Ezra ( Ezr )
11. Nehemia ( Neh )
12. Tobit ( Tob )
13. Yudit ( Ydt )
14. Ester ( Est )
15. 1 Makabe ( 1 Mak )
16. 2 Makabe ( 2 Mak )

* 7 Kitab yang termasuk Deuterokanonika

Kisah-kisah tentang para tokoh terkenal, baik pria maupun wanita, dalam sejarah Israel dapat ditemukan dalam kitab-kitab ini, termasuk tentang Raja Daud dan Raja Salomo, juga Debora, Yudit, Ratu Ester. Kitab-kitab Sejarah mengungkapkan suatu pola hubungan yang menarik antara Tuhan dengan Bangsa Pilihan-Nya. Apabila mereka setia pada Tuhan dan pada hukum-hukum-Nya, maka hidup mereka sejahtera dan Tuhan melindungi mereka dari para musuh. Tetapi, apabila mereka menyembah allah-allah lain dan hidup penuh cela di hadapan Tuhan, dengan kata lain mengatakan kepada-Nya, �Kami tidak membutuhkan Engkau,� maka bencana datang susul-menyusul menimpa mereka.

Apa itu Kitab Puitis dan Hikmat?

Ada tujuh Kitab Puitis dan Hikmat yang agak berbeda dalam gaya literatur serta isinya. Termasuk di dalamnya adalah Mazmur, yaitu doa-doa yang ditulis dalam bentuk puitis. Terdapat kitab-kitab tentang bagaimana mencapai hidup bahagia, seperti Amsal dan Putera Sirakh. Kidung Agung, salah satu puisi cinta paling sensual yang pernah ditulis, menggambarkan kasih mesra Tuhan yang begitu besar bagi umat-Nya.

7 Kitab Puitis dan Hikmat:
1. Ayub ( Ayb )
2. Mazmur ( Mzm )
3. Amsal ( Ams )
4. Pengkotbah ( Pkh )
5. Kidung Agung ( Kid )
6. Kebijaksanaan Salomo ( Keb )
7. Putera Sirak ( Sir )

Apa itu Kitab Para Nabi?

Kitab Para Nabi berisi tulisan-tulisan para nabi besar Israel. Peran para nabi adalah menjaga agar Bangsa Terpilih tetap setia pada perjanjian yang telah mereka buat dengan Tuhan dan membawa mereka kembali apabila mereka menyimpang dari Tuhan. Tulisan-tulisan yang amat berpengaruh ini menggambarkan dengan jelas ganjaran jika mereka setia dan hukuman jika mereka tidak setia. Di samping itu, secara misterius, kitab-kitab para nabi menubuatkan kedatangan Sang Mesias dan memberikan gambaran tentang-Nya. Kelahiran Yesus di Betlehem dari seorang perawan, pewartaan-Nya bagi mereka yang sakit, miskin, dan tertindas, juga wafat-Nya yang ngeri, semuanya telah dinubuatkan dalam kitab-kitab para nabi.

18 Kitab Para Nabi:
1. Yesaya ( Yes )
2. Yeremia ( Yer )
3. Ratapan ( Rat )
4. Barukh ( Bar )
5. Yehezkiel ( Yeh )
6. Daniel ( Dan )
7. Hosea ( Hos )
8. Yoel ( Yl )
9. Amos ( Am )
10. Obaja ( Ob )
11. Yunus ( Yn )

11 Yunus Yun 12 Mikha Mi 13 Nahum Nah 14 Habakuk Hab 15 Zefanya Zef 16 Hagai Hag 17 Zakharia Za 18 Maleakhi Mal Apa itu Perjanjian Baru? Perjanjian Baru terdiri dari dua puluh tujuh kitab yang semuanya ditulis dalam bahasa Yunani antara tahun 50 M hingga 140 M. Perjanjian Baru meliputi Injil, Kisah Para Rasul, Epistula atau Surat-surat dan Kitab Wahyu. Tema inti Perjanjian Baru adalah Yesus Kristus; pribadi-Nya, pesan-Nya, sengsara-Nya, wafat serta kebangkitan-Nya, identitas-Nya sebagai Mesias yang dijanjikan dan hubungan-Nya dengan kita sebagai Tuhan dan saudara. Mengapa Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani? Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani karena pada waktu itu bahasa Yunani merupakan bahasa percakapan yang paling umum dipergunakan di wilayah Laut Tengah. Apa itu Injil? Injil merupakan turunan kata Arab yang artinya Kabar Gembira. Dalam bahasa Yunani 'euaggelion'; dalam bahasa Latin 'evangelium'. Ada empat Injil. Masing-masing Injil menceritakan kisah hidup, ajaran-ajaran, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus: sumber : �Ask a Catholic: What is the Bible?� by Mary Ann Strain, C.P.; www.cptryon.org tambahan: 1. �Awal Persahabatan dengan Kitab Suci� oleh I. Marsana Windhu; Penerbit Kanisius; 2. �Mempertanggungjawabkan Iman Katolik buku Kesatu� oleh Dr. H. Pidyarto O.Carm; Penerbit Dioma Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Victor Hoagland, CP.�

Monday, November 12, 2012

Apakah Yang Dimaksud Dengan Injil ?

Sering kita mendengar sebuah pendapat yang berasal dari sebuah keyakinan bahwa para Nabi diutus ke dunia oleh Tuhan Allah dan diperlengkapi dengan sebuah Kitab Suci sebagai sumber pewartaannya. Berpegang pada pendapat ini ada yang berkeyakinan bahwa Injil adalah Kitab Suci yang ditulis oleh Yesus sendiri. Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Pengertian Injil yang sebenarnya bukanlah sebuah buku (Kitab) yang ditulis oleh seseorang. Iman kristiani memiliki pengertian yang sama sekali berbeda tentang pengertian Injil. Injil berasal dari bahasa Yunani: �Euvangelion� yang artinya Kabar Gembira atau Kabar Baik (Anda tentu akrab dengan istilan Evangelist yang artinya pewarta kabar gembira). Lalu pertanyaannya adalah �kabar gembira tentang apa itu?�

Pengikut Kristus memahami bahwa Injil (Euvagelion) itu bukanlah sebuah buku yang jatuh dari langit, melainkan Firman Allah yang hidup dalam diri Yesus Kristus. �Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran� (Yoh 1:14). Jadi, seluruh pribadi Yesus Kristus dari Nazaret inilah yang disebut dengan Injil, Kabar Gembira dari Allah. Seluruh hidup, sabda, dan karya-Nya adalah warta gembira dari Allah yang mengasihi dan mau menyelamatkan manusia.

Bila dulu Tuhan menyampaikan Firman-Nya melalui para nabi, kini Dia menyampaikan Firman-Nya dalam diri Yesus Kristus. �Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka� (Ibr 1:1-4). Sekali lagi, Injil atau Kabar Gembira itu adalah Yesus Kristus sendiri, Firman Allah yang hidup dan yang telah menjadi manusia, dan di dalam Dia, dalam segenap karya penebusannya, melalui salib dan kebangkitannya, semua manusia telah memperoleh jalan keselamatan. Dan ini perlu diwartakan kepada semua orang, ialah kabar gembira tentang datangnya Sang Penyelamat umat manusia.

Selama hidupnya, Yesus bergaul dengan para muridNya, mengajar, menyembuhkan, membuat mujizat dan seterusnya, Yesus tidak pernah meninggalkan satu pun buku atau tulisan atau diktat. Memang pernah disebutkan bahwa Yesus pernah menulis, tapi itupun menulis di atas tanah! (Yoh 8:6). Maka setelah kebangkitan-Nya, para rasul mewartakan siapakah Yesus yang telah wafat tersalib dan bangkit mulia itu secara lisan. Mereka adalah saksi mata atas peristiwa Yesus (bdk. 1 Yoh 1:1). Dan mereka berani mempertaruhkan nyawanya demi membela kebenaran warta Injil. Seandainya mereka berbohong, kenapa St. Stefanus rela dilempari batu sampai mati, St. Yakobus dibunuh dengan pedang, St. Petrus sampai mau disalib-terbalikkan, St. Paulus dipenggal kepalanya? Mereka bukanlah orang-orang nekad laiknya pengebom bunuh diri yang membahayakan nyawa orang lain. Mereka adalah orang-orang lugu tulus yang mewartakan kebenaran dan berani mati demi kebenaran yang menyelamatkan ini. Maka dari sejak awal para pengikut Kristus menerima pewartaan siapakah Yesus Kristus ini dari para saksi mata dan para rasulnya yang setia.

Dan dengan berjalannya waktu, banyaklah saksi mata yang mulai meninggal, maka mulai diperlukan buku yang merekam pewartaan para rasul. Inilah keempat kitab Injil yang kita kenal dan akui sekarang. Keempatnya ditulis oleh rasul Yesus (Matius dan Yohanes) ataupun murid dari para rasul (Markus adalah murid St. Petrus dan Lukas adalah murid St. Paulus). Maka tidaklah mengherankan bila ada variasi dalam mengungkapkan peristiwa yang sama di antara keempat Injil; sama halnya dengan peristiwa bobolnya tanggul di Situ Gintung (27 Maret 2009) dilaporkan tidak persis sama oleh para wartawan, masing-masing mengungkapkan peristiwa yang sama dengan ungkapan dan gaya yang berbeda-beda. Dan Gereja yang sejak awal mendengar pewartaan para rasul Yesus inilah yang menyatakan apakah tulisan itu secara benar telah melukiskan iman Gereja akan Yesus Kristus atau tidak.

Sebab dalam perkembangan sejarah, pada abad kedua - ketiga, juga mulai menyusup paham Gnostisme dari Persia yang menganggap bahwa materi (termasuk tubuh) itu jahat dan roh murni itu baik. Maka Gnostisme yang menyusup dalam kekristenan pada abad kedua - ketiga ini pun mulai menciptakan Injil mereka sendiri dan membentuk sekte-sekte tersendiri. Injil milik mereka adalah Injil Thomas, Injil Maria Magdalena, Injil Yudas, dsb. Di sini mereka lebih tertarik pada kata-kata Yesus yang dianggap bisa memberikan �gnosis� (pengetahuan rahasia) agar roh manusia mengalami pelepasan dari tubuh yang jahat ini. Maka mereka menganggap sepi peristiwa penyaliban Yesus dan lebih mencari dan mengumpulkan kata-kata Yesus yang dianggap mengandung �gnosis� lalu dicocokkan dengan paham mereka sendiri. Jadi, Gnostisme ini sudah ada dan menyebar sebelumnya mulai dari Persia; lalu orang Kristen yang tertarik dengan Gnostisme ini pun mulai mensikretiskan kedua ajaran ini dan lahirlah injil-injil gnostis ciptaan mereka (paling awal abad kedua). Maka pemahaman mereka tentang Yesus berbeda dengan iman Gereja awali yang diwariskan oleh para rasul.

Tentu saja terhadap injil-injil demikian Gereja menolaknya sebab apa yang mereka tulis tidak menggambarkan iman yang diajarkan dan diwariskan oleh para rasul Yesus. Inilah yang kemudian disebut dengan injil-injil apokrip dan ajaran mereka dianggap sesat (bidaah). Aneka literature yang ditemukan di perpustakaan Nag Hammadi - Mesir (1948) adalah koleksi bidaah Gnostisme Kristen ini dan sekarang telah banyak dipublikasikan, seperti Injil Thomas, Injil Yudas, Injil Maria Magdalena, dsb; sehingga mungkin akan membuat umat awam merasa bingung. Informasi detail mengenai injil-injil apokrip ini bisa dibaca dalam buku Rm. Deshi Ramadhani, SJ �Menguak Injil-Injil Rahasia� (Kanisius, 2007). Semoga setelah ini, Anda tidak lagi terkecoh dan tetap berpegang teguh pada iman apostolik (diajarkan oleh para rasul).

Sumber : http://programkatekese.blogspot.com/2011/04/apakah-yang-dimaksud-dengan-injil.html

Monday, November 5, 2012

Bolehkah Menyambut Komuni Lebih dari Satu Kali dalam Sehari?

oleh: P. William P. Saunders *
Berapa kalikah seseorang diperkenankan menyambut Komuni Kudus dalam satu hari? Saya menghadiri Misa Perkawinan pagi hari dan kemudian pergi ke Misa Sabtu sore. Saya tidak yakin apakah saya diperkenankan menyambut Komuni Kudus untuk kedua kalinya.
~ seorang pembaca di Sterling

Kitab Hukum Kanonik No. 917 menyatakan, �Yang telah sambut Ekaristi mahakudus, dapat menyambut lagi hari itu hanya dalam perayaan Ekaristi yang ia ikuti, dengan tetap berlaku ketentuan kan. 921 �2.� Selanjutnya, Kan. 921 �2 menyatakan, �Meskipun pada hari yang sama telah sambut komuni suci, namun sangat dianjurkan agar mereka yang berada dalam bahaya mati sambut komuni lagi.� Singkat kata, orang diperkenankan menyambut Komuni Kudus dua kali dalam satu hari.

Patutlah kita menghormati alasan pemikiran yang mendasari hukum resmi Gereja tersebut. Kurban Kudus Misa dan Perayaan Ekaristi merupakan �pusat sejati dari keseluruhan hidup Kristiani, baik bagi Gereja universal maupun bagi kongregasi lokal Gereja tersebut� (Pedoman Penyembahan Misteri Ekaristi, no. 6). Perayaan Misa dan menyambut Komuni Kudus pada hakekatnya saling berhubungan erat. Terlebih lagi, bagian-bagian Misa, teristimewa Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi, membentuk suatu kesatuan yang utuh.

Sebab itu, dalam keadaan normal, orang wajib ambil bagian secara penuh dalam keseluruhan rangkaian Perayaan Misa dengan mempersembahkan dirinya sendiri kepada Tuhan. Orang wajib ikut ambil bagian sejak dari awal hingga akhir Perayaan Misa, mencurahkan perhatian sepenuhnya sebaik yang dapat ia lakukan. Partisipasi penuh dan perhatiannya menghantar orang tersebut menyambut Komuni Kudus dengan layak. Menyambut Komuni Kudus dengan layak tidak saja memungkinkan orang untuk masuk dalam persekutuan dengan Kristus, tetapi juga mengikat orang tersebut dalam persekutuan iman dan kasih dengan para anggota Gereja lainnya.

Jangan pernah, dalam keadaan normal, kita memisahkan penerimaan Komuni Kudus dari Perayaan Misa selanjutnya. Gereja memberikan ijin untuk menyambut Komuni Kudus dua kali dalam satu hari bagi kepentingan mereka yang menghadiri mungkin Misa Perkawinan dan Misa Pemakaman pada hari yang sama, atau ikut ambil bagian dalam Misa Harian dan kemudian pergi pula mengikuti Misa dengan intensi khusus pada hari yang sama; namun demikian, persyaratannya adalah bahwa ia ikut ambil bagian dalam keseluruhan Misa dalam masing-masing Misa tersebut. Sayang sekali, saya mengenal orang-orang yang secara rutin setiap hari �muncul� dalam Misa (bahkan beberapa Misa) tepat pada saat pembagian Komuni Kudus dan kemudian menghilang sebelum Perayaan Misa berakhir; seakan-akan mereka mendapatkan �obat Yesus� untuk hari itu daripada menghaturkan sembah sujud kepada Tuhan dan menyambut Sakramen Mahakudus dengan sepenuh hati.

Seperti dinyatakan dalam Kitab Hukum Kanonik 921 �2, dalam keadaan khusus apabila seseorang berada dalam bahaya maut, ia diperkenankan menyambut Komuni Kudus sebagai �viaticum� bersamaan dengan Sakramen Tobat dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, bahkan meskipun ia telah menerima Komuni Kudus dua kali pada hari itu. Keadaan khusus lainnya apabila orang harus rawat inap di rumah sakit atau harus tinggal di rumah; orang tersebut diperkenankan menyambut Komuni Kudus tanpa harus ambil bagian dalam Misa, tetapi tidak diperkenankan menyambut Komuni Kudus lebih dari satu kali dalam satu hari kecuali jika ia berada dalam bahaya maut.

Dua persyaratan utama lainnya yang mengatur masalah sambut Komuni Kudus ialah: Pertama, �Yang sadar berdosa berat, tanpa sambut sakramen pengakuan sebelumnya, jangan merayakan Misa atau menyambut Tubuh Tuhan, kecuali jika ada alasan berat serta tiada kesempatan mengaku; dalam hal demikian hendaknya ia ingat bahwa ia wajib membuat tobat sempurna, yang mencantum niat untuk mengaku secepat mungkin.� (Kitab Hukum Kanonik No. 916).

Kedua, �Yang hendak sambut Ekaristi mahakudus hendaknya berpantang dari segala macam makanan dan minuman selama waktu sekurang-kurangnya satu jam, terkecuali air semata-mata dan obat-obatan.� (Kitab Hukum Kanonik No. 919). Namun demikian, tenggang waktu berpuasa sebelum menyambut Komuni Kudus dikurangi hingga �kurang lebih seperempat jam� bagi mereka yang sakit di rumah ataupun di rumah sakit, bagi para lanjut usia yang harus tinggal di rumah ataupun di panti, dan bagi mereka yang merawat orang-orang tersebut dan tidak mungkin memperhatikan waktu puasa bagi dirinya sendiri (Immensae Caritatis, 1973).

Gereja dalam kebijaksanaannya menetapkan hukum-hukum ini guna membantu kita agar memiliki kehidupan rohani yang seimbang, dan terhindar dari sikap ekstrim. Sama seperti Gereja mewajibkan umatnya untuk menyambut Komuni Kudus sekurang-kurangnya sekali dalam setahun (�kewajiban Paskah�), demikian pula Gereja membatasi seringnya kita menyambut Komuni Kudus dalam satu hari.

* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls. sumber : �Straight Answers: Receiving Communion More Than Once a Day� by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright �2003 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.�

Tuesday, October 16, 2012

Anak-anak Dalam Liturgi

Liturgi sebenarnya merupakan kegiatan bersama untuk kepentingan banyak orang. Kegiatan ini meliputi seluruh kehidupan tetapi berpuncak dan bersumber dalam perayaan. Berarti dalam perayaan-perayaan liturgis umat beriman (anak-anak) bertemu dengan Tuhan (Bapa, Putera, dan Roh Kudus) sebagai puncak dan sumber serta pusat kehidupan manusia.

Sejauh mana anak-anak memahami liturgi sebagai kegiatan bersama? Umumnya anak-anak suka berkumpul bersama dengan teman-teman (dalam perayaan kelompok anak-anak), tetapi dalam perayaan (Ekaristi) umat, sering anak-anak tidak merasa terlibat sungguh-sungguh. Sejauh mana anak-anak memiliki kesadaran akan hadirnya Bapa, Putera dan Roh Kudus dalam perayaan dan mau berkomunikasi dengan Allah secara pribadi? Mungkin secara bersama lebih mungkin.

Ada kesan bahwa anak-anak lebih ingat diri dan kepentingannya, dan kurang altruistis. Tetapi ada banyak cerita sukses yang mengungkapkan bahwa anak-anak bisa memberi contoh sikap altruistis dan sangat sosial. Ini sikap dasar yang sangat liturgis yang perlu dikembangkan dalam diri anak-anak.

Relasi dengan Bapa, Putera dan Roh Kudus sebagai pusat kehidupan serta para kudus pelindung juga perlu ditumbuhkan dalam diri anak-anak yang lebih cenderung memusatkan segala sesuatu pada dirinya sendiri.

HAK ANAK DALAM LITURGI
Dalam liturgi, anak-anak (bagian dari umat) mempunyai hak untuk merayakan liturgi sebagaimana mestinya sehingga mereka dapat mengalaminya sebagai perayaan keselamatan. Untuk itu anaka-anak mempunyai hak untuk:
* MENDAPAT PERHATIAN
* MENDAPAT RUANG � TEMPAT
* MENDAPAT KESEMPATAN
untuk mengambil bagian dalam perayaan-perayaan.

TANTANGAN-TANTANGAN YANG DIHADAPI
Dari Luar

= Imam, pemimpin, petugas khusus lain:
* mengabaikan anak-anak,
* tidak trampil menarik perhatian anak-anak (dengan kata-kata dan sikap)

= Umat:
* acuh terhadap anak-anak,
* membiarkan saja anak-anak melakukan apa yang disukai,
* jengkel, kecewa dan menegur dengan keras.

= Ruang � tempat:
* tak ada ruang yang sesuai atau memadai bagi anak-anak sehingga menyulitkan mereka untuk melihat dan mengalami apa yang sedang terjadi dalam perayaan.

= Kesempatan:
* tidak disediakan kesempatan,
* kesempatan yang disediakan tidak dimanfaatkan dengan baik untuk/oleh anak-anak.

Dalam diri anak-anak
= Cepat beralih perhatian
= Cepat bereaksi: tertawa, menangis, berteriak
= Mudah bergerak dan bereaksi
= Cenderung ingat diri

NAMUN anak-anak pada umunya dapat dengan mudah:
* ditarik perhatiannya dengan berbagai cara
* diarahkan untuk beraksi
* menjadi tenang
* diajak untuk memperhatikan orang lain dan kepentingan bersama
* ambil bagian dalam kebersamaan (meniru) dan kegembiraan yang tulus.

JALAN KELUAR:
1. Mengerti dan menerima anak-anak apa adanya, kemampuan dan kelemahannya.
2. Memberi perhatian, sapaan, bimbingan, teguran lebih dengan sikap dan kehadiran bukan dengan teriakan emosional.
3. Memberi/menyediakan ruang-tempat yang memadai agar anak-anak dapat dengan mudah menyaksikan dan mengalami perayaan.
4. Memberi/menyediakan kesempatan dalam perayaan agar mereka juga aktif mengambil bagian secara bersama atau dalam kelompok.

MEMANFAATKAN KESEMPATAN DALAM LITURGI
1. Liturgi Pembaptisan: diperhatikan/disapa sebagai anak-anak yang sudah dipabtis (dalam kata pengantar, homili); diberi kesempatan untuk bergembira karena ada baptisan baru (mungkin ada yang mewakili anak-anak untuk menyalami/mencium anak baptisan baru atau menyanyi bersama sebagai tanda syukur atas anugerah sebagai anak Allah).
2. Sakramen Pengakuan: Ibadat Tobat bisa dibuat secara khusus untuk anak-anak; dalam ibadat bersama, anak-anak dapat dilibatkan untuk pemeriksaan batin dan pengakuan. Perlu pendekatan khusus buat anak-anak agar mereka tidak takut menerima sakramen pengakuan.
3. Liturgi Ekaristi (Rm Harimanto)
4. Liturgi Penguatan: Setelah pengurapan anak-anak dapat diberi kesempatan untuk mengungkapkan syukur dan kegembiraan dengan cara yang tepat. Tempat yang memudahkan anak-anak menyaksikan dan mengalami perayaan krisma.
5. Liturgi Tahbisan, Liturgi Perkawinan: idem.
6. Liturgi Pengurapan Orang Sakit: Anak-anak disapa untuk memelihara kesehatan.
Tempat yang memudahkan anak-anak menyaksikan kegiatan liturgisnya.

BAHASA DAN SIKAP
Bahasa Daerah dan bahasa Indonesia. Masing-masingnnya mempunyai nilai bila dipakai dalam liturgi. Baik kalau anak-anak juga diajar menggunakan bahasa daerah dalam doa-doa secara spontan, tidak hanya bahasa Indonesia. Sikap liturgis mudah diajarkan pada anak-anak. Mereka mudah mengikuti contoh yang baik dari orang dewasa.

Sumber : http://romopatris.blogspot.com/2011/08/tentang-gereja-dan-adat-istiadat.html

Friday, October 12, 2012

Busana Asisten Imam

Bagaimana model jubah Asisten Imam yang benar? Atau tepatnya, seperti apa busana yang harusnya dikenakan Asisten Imam atau Pro Diakon yang nama resminya adalah Pelayan Komuni Tak Lazim? Bagaimana aturan gereja Katolik mengenai hal ini? Di beberapa gereja yang sempat saya kunjungi ada praktik-praktik yang sudah baik dan benar, tapi ada pula yang menyalahi aturan liturgi atau menyimpang dari tradisi gereja Katolik.

Pedoman Umum Misale Romawi menyebut bahwa "Busana liturgis yang lazim digunakan oleh semua pelayan liturgi, tertahbis maupun tidak tertahbis, ialah alba, yang dikencangi dengan singel, kecuali kalau bentuk alba itu memang tidak menuntut singel. Kalau alba tidak menutup sama sekali kerah pakaian sehari-hari, maka dikenakan amik sebelum alba. ..." (PUMR 336) Lebih lanjut ditulis "Akolit, lektor dan pelayan awam lain boleh mengenakan alba atau busana lain yang disahkan oleh Konferensi Uskup untuk wilayah gereja yang bersangkutan." (PUMR 339)

Di atas adalah pasal-pasal yang membolehkan Pelayan Komuni Tak Lazim pakai alba. Saya perlu garis bawahi di sini, membolehkan, bukan mengharuskan. Lho, jadi Asisten Imam tidak harus pakai alba? Jawabnya tidak, bahkan tidak harus pakai busana liturgis apapun. Busana awam sehari-hari pun juga boleh. Memang, di Vatikan nggak ada Pelayan Komuni Tak Lazim (karena jumlah imam yang bisa bantu bagi komuni sudah lebih dari cukup); dalam kasus ini Vatikan nggak bisa kita jadikan acuan. Yang jelas, di Vatikan Lektor nggak pakai busana liturgis apapun. Lektor yang adalah awam, ya berbusana awam, sopan dan rapi. Di Amerika Serikat, Pelayan Komuni Tak Lazim dan Lektor pun berbusana awam biasa. Kesimpulannya, sekali lagi tidak harus pakai busana liturgis apapun, tapi seandainya toh mau pakai, bisa pakai alba.

Di foto paling atas, para pelayan komuni tak lazim di Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya memakai alba model Roma, dengan ploi/lipit (lipatan), dan dikencangkan dengan singel. Mungkin lebih jelas lagi di foto yang hanya seorang AI ini. Longgar sekali memang alba ini, di bagian bawah kelilingnya 3 meter. Itu yang bikin indah. Oh ya, alba ini nggak semahal yang dibayangkan orang. Berikut singelnya harganya nggak lebih dari Rp 180.000. Silakan klik di foto untuk memperbesar.

Masih ada lagi yang bisa disimpulkan dari aturan di atas. Yang pertama, amik, alba dan singel bukanlah monopoli imam. Amik, alba dan singel adalah busana semua pelayan liturgi, tertahbis (uskup, imam dan diakon) maupun tidak (awam). Yang kedua, sekiranya dipandang perlu untuk menggunakan busana lain (selain alba), adalah konferensi uskup yang berhak memutuskannya (bukan seorang uskup, sekalipun untuk wilayahnya sendiri). Yang ketiga, yang benar adalah alba, bukan jubah.

Apa sebenarnya beda alba dengan jubah? Kita semua pernah melihat imam atau uskup pakai jubah. Biasanya jubah dibuat dari bahan yang relatif lebih tebal jika dibandingkan dengan alba. Harusnya jubah klerus dibuat dari wol atau bahan yang setara mutunya (Ut Sive Sollicite 1969). Pada bagian badan atas sampai dengan pinggang, jubah tidak longgar, pas di badan. Alba biasanya dibuat dari bahan yang relatif lebih tipis dari jubah dan berukuran besar (longgar) dari atas sampai ke bawah, makanya perlu diikat dengan singel. Alba selalu berwarna putih, jubah tidak. Bahkan, menurut tradisi katolik jubah warna putih sebenarnya merupakan privilese paus. Kalau mau tahu lebih detil boleh baca artikel saya tentang Busana Imam ini.

Yang terakhir yang mau saya sampaikan, kalau mau pakai busana liturgis ya pakailah alba dan singel (plus amik, kalau perlu). Itu aja. Jangan ditambah apa-apa lagi, kawatirnya malah jadi salah. Coba lihat Busana AI di foto sebelah ini. Yang pertama, ini adalah jubah, bukan alba, jadi kurang tepat. Lalu, ada tambahan asesoris salib dada. Ini juga kurang tepat dan bahkan menyalahi aturan busana gereja Katolik, karena salib dada (cruce pectoralis), model apapun, merupakan privilese uskup. Kalau mau tahu lebih detil juga, boleh baca artikel saya yang lain tentang Busana Uskup.

Sumber : http://tradisikatolik.blogspot.com/search/label/Lektor