1. Praktek berlatih di depan sebuah cermin yang besar. Cobalah untuk membuat gerakan halus dari lengan anda dan usahakan hanya lengan anda saja yang bergerak. Jangan biarkan tubuh anda ikut bergerak atau mengikuti irama, tetapi tubuh tidak kaku, posisi berdiri diam tapi santai.
2. Hindari gerakan tangan yang lemas, seperti terkulai, atau kurang tenaga. Karena senjata seorang dirigen / conductor ada di gerakan tangan.
3. Jaga pola tangan anda, gerakan yang simple sesuai dengan pola sudah cukup dalam memberi aba-aba. Hindari gerakan-gerakan yang hanya untuk mencari keindahan, dengan menambah lekuk-lekuk yang lain, karena hal ini akan membingungkan pemusik dan penyanyi.
4. Jangan membuat gerakan tangan yang terlalu lebar atau terlalu kecil. Usahakan dapat dilihat semua penyanyi paduan suara.
5. Lihatlah mata penyanyi anda saat memimpin, ini adalah suatu bentuk komunikasi dengan penyanyi, sehingga anda dapat mudah mengatur emosi penyanyi.
6. Gambarkan ekspresi wajah anda sesuai dengan isi lagu. Agar suasana hati dapat disesuaikan dengan suasana dan maksud pengarang.
7. Gerakkan lengan anda sesuai dengan emosi lagu, misal untuk lagu mars dan energic, gerakan tangan harus tegas, sementara lagu yang legato, gerakan tangan harus mengalun.
8. Jika suatu saat, ketika anda memimpin paduan suara, anda kehilangan pola atau beat, cobalah mencari ketukan-ketukan berat, atau mengetuk satu per satu, dan gerakkan tangan membentuk.
9. Insetting adalah hal yang paling penting dalam memimpin paduan suara. Insetting yang jelas pada awal lagu, akan mempengaruhi jalannya lagu hingga selesai. Hal yang penting dalam paduan suara adalah kontak bawah sadar antara dirigen / conductor dengan penyanyi. Caranya adalah sebelum memulai memimpin lagu, usahakan anda sudah meyakinkan penyanyi untuk siap, baik hati dan pikirannya. Lihat mata masing � masing anggota. Rasakan feel anda menyatu dengan penyanyi. Sehingga sepanjang �perjalanan� lagu, anda bisa mengontrol penyanyi. Dan yang terpenting, pusatkan perhatian penyanyi hanya pada diri anda.
Sumber : http://alfons91.wordpress.com/
Sunday, August 19, 2012
Saturday, August 18, 2012
Menyadari Panggilan dan Perannya Sebagai Lektor
Bidang peran lektor ada dalam area pelayanan liturgi kudus. Tiga hal pokok perlu disadari oleh setiap lektor.
Pertama, keberadaan lektor terkait dengan identitasnya sebagai orang beriman - berkat pembaptisannya, dan tempatnya dalam tata komunitas Gereja - berkat peran pelayanannya.
Kedua, panggilan lektor ada di bidang liturgi, yakni peribadatan kudus di mana Allah hadir dan menyelenggarakan karya keselamatan-Nya.
Ketiga, peran lektor terletak pada partisipasinya dalam pelayanan liturgis.
Pokok pertama bermanfaat untuk mengingatkan kontribusi dan tanggungjawab partisipatif (participatio actuosa) sebagai anggota jemaat. �Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri bersama umat Allah yang tersusun secara hirarkis� (PUMR 16). Sebagai demikian, Perayaan Ekaristi merupakan perayaan umat (SC 41; ME 3d; PUMR 19, 34) di mana jemaat beriman dan para pelayan liturgi berperan menurut tugas dan fungsi partisipatif masing-masing (PUMR 17).
Pokok kedua berguna untuk mengingatkan bahwa liturgi bukanlah seremoni profan. Sebaliknya, liturgi merupakan tindakan kudus dari Kristus Imam Agung dan Tubuh-Nya, yakni Gereja (SC 7). Sebagaimana Allah kudus dari hakikat-Nya, demikian pula Gereja dan liturgi itu sendiri suci dari martabatnya. Karena itu, pelayanan lektor hendaklah dilaksanakan dalam citra batin liturgi yang agung dan mulia serta sikap penghayatan penuh rasa hormat dan takut akan Allah, kedalaman syukur dan keheningan sukacita. Lektor sendiri hendaklah selalu memurnikan diri dalam semangat pertobatan.
Pokok ketiga membantu memotivasi agar lektor menyadari tugasnya sebagai panggilan pelayanan bagi umat Allah (PUMR 97). Dari mereka diharapkan kemudahan untuk membiasakan diri serius dalam mempersiapkan diri, melatih ketrampilan serta selalu mengevaluasi pelaksanaan tugasnya. Diharapkan pula agar mereka senantiasa melakukan tugas pembacaan Sabda Tuhan dalam norma kesempurnaan: benar, baik dan indah.
Ketiga pokok kesadaran tersebut sangat berarti bagi lektor untuk mensyukuri karunia iman yang diterimanya serta mengekspresikannya dalam pelayanan tugas pembacaan Sabda Allah. Dalam semangat mengekspresikan imannya, hendaklah lektor menyadari bahwa dirinya dipanggil untuk menyampaikan, melalui suaranya, Sabda yang berasal dari Tuhan sendiri. Ekspresi iman ini hendaklah ditopang oleh penghayatan mendalam citra dirinya sebagai penyampai Sabda Allah.
Sumber : http://programkatekese.blogspot.com/
Pertama, keberadaan lektor terkait dengan identitasnya sebagai orang beriman - berkat pembaptisannya, dan tempatnya dalam tata komunitas Gereja - berkat peran pelayanannya.
Kedua, panggilan lektor ada di bidang liturgi, yakni peribadatan kudus di mana Allah hadir dan menyelenggarakan karya keselamatan-Nya.
Ketiga, peran lektor terletak pada partisipasinya dalam pelayanan liturgis.
Pokok pertama bermanfaat untuk mengingatkan kontribusi dan tanggungjawab partisipatif (participatio actuosa) sebagai anggota jemaat. �Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri bersama umat Allah yang tersusun secara hirarkis� (PUMR 16). Sebagai demikian, Perayaan Ekaristi merupakan perayaan umat (SC 41; ME 3d; PUMR 19, 34) di mana jemaat beriman dan para pelayan liturgi berperan menurut tugas dan fungsi partisipatif masing-masing (PUMR 17).
Pokok kedua berguna untuk mengingatkan bahwa liturgi bukanlah seremoni profan. Sebaliknya, liturgi merupakan tindakan kudus dari Kristus Imam Agung dan Tubuh-Nya, yakni Gereja (SC 7). Sebagaimana Allah kudus dari hakikat-Nya, demikian pula Gereja dan liturgi itu sendiri suci dari martabatnya. Karena itu, pelayanan lektor hendaklah dilaksanakan dalam citra batin liturgi yang agung dan mulia serta sikap penghayatan penuh rasa hormat dan takut akan Allah, kedalaman syukur dan keheningan sukacita. Lektor sendiri hendaklah selalu memurnikan diri dalam semangat pertobatan.
Pokok ketiga membantu memotivasi agar lektor menyadari tugasnya sebagai panggilan pelayanan bagi umat Allah (PUMR 97). Dari mereka diharapkan kemudahan untuk membiasakan diri serius dalam mempersiapkan diri, melatih ketrampilan serta selalu mengevaluasi pelaksanaan tugasnya. Diharapkan pula agar mereka senantiasa melakukan tugas pembacaan Sabda Tuhan dalam norma kesempurnaan: benar, baik dan indah.
Ketiga pokok kesadaran tersebut sangat berarti bagi lektor untuk mensyukuri karunia iman yang diterimanya serta mengekspresikannya dalam pelayanan tugas pembacaan Sabda Allah. Dalam semangat mengekspresikan imannya, hendaklah lektor menyadari bahwa dirinya dipanggil untuk menyampaikan, melalui suaranya, Sabda yang berasal dari Tuhan sendiri. Ekspresi iman ini hendaklah ditopang oleh penghayatan mendalam citra dirinya sebagai penyampai Sabda Allah.
Sumber : http://programkatekese.blogspot.com/
Friday, August 17, 2012
Pengetahuan Dasar Seorang Dirigen
Sebelum melanjutkan ke tahap yang lebih lanjut maka seorang dirigen harus memiliki pengetahuan awal tentang dirigen. Untuk itu pada bagian ini akan dijelaskan beberapa hal yang perlu diketahui. Agar lebih jelas maka akan diuraikan dengan beberapa bagian berikut. Ada empat pengetahuan penting yang paling awal yang perlu diketahui baik oleh dirigen maupun anggota paduan suaranyanya, yaitu: pengethuan tentang aba-aba, pengetahuan tentang birama, pengetahuan tentang sikap badan dan pengetahuan tentang pembagian suara-suara.
Pentingnya Aba-aba
Selain untuk memperlihatkan irama sebagai dasar dari musik, aba-aba juga dapat mengingatkan kembali ekspresi ungkapan teks, intonasi dan lain-lain hal yang sudah diterangkan dengan kata-kata.
Aba-aba harus jelas dan sederhana merupakan tuntutan pertama. Aba-aba yang memuat sebanyak mungkin petunjuk tetapi yang dipakai hanya sejauh yang diperlukan. Maka dari itu dasar yang penting bagi dirigen adalah latihan memberi aba-aba. Aba-aba yang salah dapat mengacaukan apa yang telah dipelajari dan dilatih selama ini.
Pengetahuan Tentang Birama
Dalam sebuah lagu, kita selalu menemukan adanya pertentangan bunyi antara bagian yang berat dengan bagian yang ringan. Pertentangan tersebut akan terjadi terus menerus dan ini dinamakan sebagai irama atau ritme. Sebuah lagu akan ada waktu tertentu. Waktu yang diperlukan itu akan terbagi dalam bagian yang sama. Irama yang lengkap dimiliki setiap bagian pendek-pendek, yang artinya memiliki bagian yang berat dan bagian yang ringan. Bagian pendek ini disebut birama. Tiap-tiap birama dibatasi oleh dua buah garis vertikal.
Sikap Badan
Sikap gerakan badan dan sikap dari seorang dirigen harus dapat menggerakkan penyanyi untuk mengekspresikan musiknya dalam gerakan tarian. Bersikap relaks adalah syarat agar musik dapat diekspresikan ke dalam badan. Dengan relaks maka semua ketegangan yang menghambat akan dapat dihindari. Tercapainya suatu puncak ekspresi harus dimulai dengan ringan, kendur dan kemudian semakin tegang hingga mencapai puncak. Dalam latihan kadang-kadang badan harus dikendurkan. Sikap yang salah apabila kaki maju sedikit dengan kedua kaki diikutsertakan sehingga badan menjadi tidak seimbang.
Pengetahuan Pembagian Suara-suara
Dalam paduan suara biasanya dibagi menjadi beberapa suara yang terdiri atas suara pria, suara anak-anak dan suara wanita. Untuk suara pria dibagi menjadi 3 yaitu tenor, bariton dan bass. Sedangkan untuk suara wanita di bagi menjadi 3 yaitu sopran, mezosopran dan alto. Suara tinggi pria adalah tenor dan untuk wanita adalah sopran. Suara sedang pria adalah bariton dan untuk wanita adalah mezosopran. Suara rendah untuk pria adalah bass dan untuk wanita adalah alto. Suara anak-anak terbagi menjadi 2 yaitu tinggi dan rendah.
Aba-aba Dasar
Pada bagian ini cukup penting karena bagian ini akan menjelaskan tentang sikap dalam memulai memimpin paduan suara, cara memulai lagu dan aba-aba untuk mengakhiri lagu.
Sikap Dalam Memulai Memimpin Paduan Suara
Pimpinan seorang dirigen harus diterima dan dilaksananakan oleh semua anggota kelompoknya. Maka dari itu seorang memang harus mempunyai suatu sikap seorang pemimpin yang lebih dibanding dengan anggota lainnya. Seorang dirigen harus memiliki sikap fisik dan tutur kata yang jelas dan tegas serta berwibawa. Seorang dirigen tidak boleh menunjukkan wajah yang lesu, melainkan harus ramah dan berwajah cerah.
Gerakan badan dan anggota badan seorang dirigen haruslah leluasa. Dalam memberikan memberikan aba-aba atau isyarat tangan merupakan sarana yang utama, tetapi bukan sarana satu-satunya. Anggota yang lain seperti: mata, mulut, kepala dan badan kita juga bisa ikut berperan. Secara penggunaan, tangan kanan digunakan untuk aba-aba yang berkaitan dengan hitungan, pukulan dan birama lagu. Sedangkan tangan kiri digunakan untuk dinamik dan ekspresi lagu.
Cara Memulai Lagu
Memulai lagu merupakan bagian yang penting dalam memberikan aba-aba dan bahkan bisa menjadi sangat penting. Maka dari itu teknik memberikan aba-aba harus dilakukan berulang-ulang secara khusus. Ada dua tahap dalam teknik memberikan aba-aba: tahap pertama adalah keadaan siap tanpa bunyi. Keadaan siap tanpa bunyi ditunjukkan oleh dirigen dengan mengangkat kedua tangannya ke atas. Keadaan siap ini harus dilihat oleh semua penyanyi. Suasana saat ini adalah sangat sepi dan bahkan sampai menegangkan. Dirigen banyak sedikit dalam tahap ini akan mempengaruhi kesiapan dirigen. Tetapi bagi seorang dirigen yang berpengalaman ini bukanlah suatu masalah. Tahap kedua adalah bagian pengantar termasuk mendengarkan intro. Contoh: pitch, tempo, dinamik dan sifat lagu yang akan dibawakan nanti akan ditunjukkan pada tahap ini. Ada kebiasaan keliru yang sering dilakukan dalam memberikan aba-aba yaitu memberi pukulan awal tiga hitungan untuk semua lagu. Ini menyebabkan gerakan tangan ke bawah jatuh pada hitungan ringan sehingga birama kurang pas.
Aba-aba Mengakhiri Lagu
Tidak kalah penting dengan saat-saat menyanyi adalah mengakhiri sebuah lagu. Tetapi gerakan tangan untuk mengakhiri lagu tidak sesulit memulainya. Meskipun tidak terlalu sulit, yang penting semua penyanyi harus dapat berhenti secara serempak dan memberikan kesan akhir yang sebaik-baiknya.
Seorang dirigen dalam mengakhiri sebuah lagu juga bisa dilakukan dengan menahan tangan seberapa ketuk lagu kemudian menutup lagu. Gerakan tangan dirigen juga harus dapat dimengerti melalui gerakan dinamika lagu. Tangan yang lebih terbuka untuk menguatkan volume lagu, sebaliknya tangan yang sedikit menutup untuk mengecilkan volume lagu.
Memberikan suatu gerakan ekor setelah habisnya durasi nada terakhir merupakan cara terbaik dalam menghentikan nada terakhir. Contoh: misalnya jika nada terakhir tiga hitungan, maka setelah tiga hitungan buatlah ekor tersebut. Gerakan ekor harus dibedakan dengan gerakan yang lain karena ini cukup penting. Berikut adalah keistimewaan gerakan ekor: Keistimewaan yang pertama adalah cukup dilakukan dengan telapak tangan dan jari-jari, tanpa ikut sertanya lengan dan siku. Keistimewaan yang kedua adalah harus terlihat jelas oleh semua penyanyi, sehingga harus sedikit mengangkat.
Seorang Dirigen Harus Mengetahui Cara Bernapas yang Baik
Bernapas merupakan irama yang sangat alamiah dalam kehidupan manusia. Suasana yang dikehendaki dari suatu nyanyian dapat diciptakan melalui pernapasan. Jadi, pernapasan tidak hanya menciptakan suara. Dalam pernapasan ada tiga cara bernapas yaitu pernapasan bahu, pernapasan dada, pernapasan diafragma.
Pernapasan Bahu
Pernapasan bahu merupakan pernapasan dengan pengambilan napas yang sangat dangkal, sehingga tidak tahan lama. Pernapasan bahu ini menyebabkan sikap tubuh menjadi tidak indah. Hal yang membuat sikap tubuh menjadi tidak indah adalah pada saat mengambil napas mengembangkan bagian atas paru-paru, sehingga mendesak bahu menjadi terangkat.
Pernapasan Dada
Jika penyanyi menggunakan pernapasan dada maka penyanyi itu akan kehabisan napas. Mengapa dikatakan akan cepat habis napas? Karena cara bernapas seperti ini menggunakan paru-paru dan paru-paru tidak bisa menahan napas yang lama. Selain napas yang tidak bisa tahan lama, suara yang dihasilkan kurang stabil.
Pernapasan Diafragma
Diantara ketiga pernapasan, pernapasan diafragma merupakan pernapasan yang paling bagus untuk bernyanyi. Tetapi tidak semua orang bisa melakukannya dengan baik. Banyak orang yang mencoba bernapas dengan diafragma tetapi diafragmanya hampir tidak bergerak dan paru-paru tidak diisi dengan secukupnya sehingga napasnya menjadi pendek dan dangkal.
Sumber : http://yosuafie.blogspot.com/
Pentingnya Aba-aba
Selain untuk memperlihatkan irama sebagai dasar dari musik, aba-aba juga dapat mengingatkan kembali ekspresi ungkapan teks, intonasi dan lain-lain hal yang sudah diterangkan dengan kata-kata.
Aba-aba harus jelas dan sederhana merupakan tuntutan pertama. Aba-aba yang memuat sebanyak mungkin petunjuk tetapi yang dipakai hanya sejauh yang diperlukan. Maka dari itu dasar yang penting bagi dirigen adalah latihan memberi aba-aba. Aba-aba yang salah dapat mengacaukan apa yang telah dipelajari dan dilatih selama ini.
Pengetahuan Tentang Birama
Dalam sebuah lagu, kita selalu menemukan adanya pertentangan bunyi antara bagian yang berat dengan bagian yang ringan. Pertentangan tersebut akan terjadi terus menerus dan ini dinamakan sebagai irama atau ritme. Sebuah lagu akan ada waktu tertentu. Waktu yang diperlukan itu akan terbagi dalam bagian yang sama. Irama yang lengkap dimiliki setiap bagian pendek-pendek, yang artinya memiliki bagian yang berat dan bagian yang ringan. Bagian pendek ini disebut birama. Tiap-tiap birama dibatasi oleh dua buah garis vertikal.
Sikap Badan
Sikap gerakan badan dan sikap dari seorang dirigen harus dapat menggerakkan penyanyi untuk mengekspresikan musiknya dalam gerakan tarian. Bersikap relaks adalah syarat agar musik dapat diekspresikan ke dalam badan. Dengan relaks maka semua ketegangan yang menghambat akan dapat dihindari. Tercapainya suatu puncak ekspresi harus dimulai dengan ringan, kendur dan kemudian semakin tegang hingga mencapai puncak. Dalam latihan kadang-kadang badan harus dikendurkan. Sikap yang salah apabila kaki maju sedikit dengan kedua kaki diikutsertakan sehingga badan menjadi tidak seimbang.
Pengetahuan Pembagian Suara-suara
Dalam paduan suara biasanya dibagi menjadi beberapa suara yang terdiri atas suara pria, suara anak-anak dan suara wanita. Untuk suara pria dibagi menjadi 3 yaitu tenor, bariton dan bass. Sedangkan untuk suara wanita di bagi menjadi 3 yaitu sopran, mezosopran dan alto. Suara tinggi pria adalah tenor dan untuk wanita adalah sopran. Suara sedang pria adalah bariton dan untuk wanita adalah mezosopran. Suara rendah untuk pria adalah bass dan untuk wanita adalah alto. Suara anak-anak terbagi menjadi 2 yaitu tinggi dan rendah.
Aba-aba Dasar
Pada bagian ini cukup penting karena bagian ini akan menjelaskan tentang sikap dalam memulai memimpin paduan suara, cara memulai lagu dan aba-aba untuk mengakhiri lagu.
Sikap Dalam Memulai Memimpin Paduan Suara
Pimpinan seorang dirigen harus diterima dan dilaksananakan oleh semua anggota kelompoknya. Maka dari itu seorang memang harus mempunyai suatu sikap seorang pemimpin yang lebih dibanding dengan anggota lainnya. Seorang dirigen harus memiliki sikap fisik dan tutur kata yang jelas dan tegas serta berwibawa. Seorang dirigen tidak boleh menunjukkan wajah yang lesu, melainkan harus ramah dan berwajah cerah.
Gerakan badan dan anggota badan seorang dirigen haruslah leluasa. Dalam memberikan memberikan aba-aba atau isyarat tangan merupakan sarana yang utama, tetapi bukan sarana satu-satunya. Anggota yang lain seperti: mata, mulut, kepala dan badan kita juga bisa ikut berperan. Secara penggunaan, tangan kanan digunakan untuk aba-aba yang berkaitan dengan hitungan, pukulan dan birama lagu. Sedangkan tangan kiri digunakan untuk dinamik dan ekspresi lagu.
Cara Memulai Lagu
Memulai lagu merupakan bagian yang penting dalam memberikan aba-aba dan bahkan bisa menjadi sangat penting. Maka dari itu teknik memberikan aba-aba harus dilakukan berulang-ulang secara khusus. Ada dua tahap dalam teknik memberikan aba-aba: tahap pertama adalah keadaan siap tanpa bunyi. Keadaan siap tanpa bunyi ditunjukkan oleh dirigen dengan mengangkat kedua tangannya ke atas. Keadaan siap ini harus dilihat oleh semua penyanyi. Suasana saat ini adalah sangat sepi dan bahkan sampai menegangkan. Dirigen banyak sedikit dalam tahap ini akan mempengaruhi kesiapan dirigen. Tetapi bagi seorang dirigen yang berpengalaman ini bukanlah suatu masalah. Tahap kedua adalah bagian pengantar termasuk mendengarkan intro. Contoh: pitch, tempo, dinamik dan sifat lagu yang akan dibawakan nanti akan ditunjukkan pada tahap ini. Ada kebiasaan keliru yang sering dilakukan dalam memberikan aba-aba yaitu memberi pukulan awal tiga hitungan untuk semua lagu. Ini menyebabkan gerakan tangan ke bawah jatuh pada hitungan ringan sehingga birama kurang pas.
Aba-aba Mengakhiri Lagu
Tidak kalah penting dengan saat-saat menyanyi adalah mengakhiri sebuah lagu. Tetapi gerakan tangan untuk mengakhiri lagu tidak sesulit memulainya. Meskipun tidak terlalu sulit, yang penting semua penyanyi harus dapat berhenti secara serempak dan memberikan kesan akhir yang sebaik-baiknya.
Seorang dirigen dalam mengakhiri sebuah lagu juga bisa dilakukan dengan menahan tangan seberapa ketuk lagu kemudian menutup lagu. Gerakan tangan dirigen juga harus dapat dimengerti melalui gerakan dinamika lagu. Tangan yang lebih terbuka untuk menguatkan volume lagu, sebaliknya tangan yang sedikit menutup untuk mengecilkan volume lagu.
Memberikan suatu gerakan ekor setelah habisnya durasi nada terakhir merupakan cara terbaik dalam menghentikan nada terakhir. Contoh: misalnya jika nada terakhir tiga hitungan, maka setelah tiga hitungan buatlah ekor tersebut. Gerakan ekor harus dibedakan dengan gerakan yang lain karena ini cukup penting. Berikut adalah keistimewaan gerakan ekor: Keistimewaan yang pertama adalah cukup dilakukan dengan telapak tangan dan jari-jari, tanpa ikut sertanya lengan dan siku. Keistimewaan yang kedua adalah harus terlihat jelas oleh semua penyanyi, sehingga harus sedikit mengangkat.
Seorang Dirigen Harus Mengetahui Cara Bernapas yang Baik
Bernapas merupakan irama yang sangat alamiah dalam kehidupan manusia. Suasana yang dikehendaki dari suatu nyanyian dapat diciptakan melalui pernapasan. Jadi, pernapasan tidak hanya menciptakan suara. Dalam pernapasan ada tiga cara bernapas yaitu pernapasan bahu, pernapasan dada, pernapasan diafragma.
Pernapasan Bahu
Pernapasan bahu merupakan pernapasan dengan pengambilan napas yang sangat dangkal, sehingga tidak tahan lama. Pernapasan bahu ini menyebabkan sikap tubuh menjadi tidak indah. Hal yang membuat sikap tubuh menjadi tidak indah adalah pada saat mengambil napas mengembangkan bagian atas paru-paru, sehingga mendesak bahu menjadi terangkat.
Pernapasan Dada
Jika penyanyi menggunakan pernapasan dada maka penyanyi itu akan kehabisan napas. Mengapa dikatakan akan cepat habis napas? Karena cara bernapas seperti ini menggunakan paru-paru dan paru-paru tidak bisa menahan napas yang lama. Selain napas yang tidak bisa tahan lama, suara yang dihasilkan kurang stabil.
Pernapasan Diafragma
Diantara ketiga pernapasan, pernapasan diafragma merupakan pernapasan yang paling bagus untuk bernyanyi. Tetapi tidak semua orang bisa melakukannya dengan baik. Banyak orang yang mencoba bernapas dengan diafragma tetapi diafragmanya hampir tidak bergerak dan paru-paru tidak diisi dengan secukupnya sehingga napasnya menjadi pendek dan dangkal.
Sumber : http://yosuafie.blogspot.com/
Thursday, August 16, 2012
Hal Penting Untuk Organis Gereja
Kinerja Pengiring Khususnya Organis
1. Pengiring nyanyian hendaknya memainkan alat musiknya sedemikian rupa sehingga sungguh mendukung dan mengiringi nyanyian umat (dan tidak mendominasinya).
2. Organis, selain bertugas mengiringi nyanyian, juga bertugas menciptakan suasana yang sesuai, misalnya pada waktu menjelang awal ibadat, pada waktu persiapan persembahan, waktu ada saat kosong (mis. Waktu pembagian komuni, kalau tiada nyanyian) dan mengiringi umat waktu meninggalkan gereja.
Panduan Tugas Organis
1. Organ pipa dijunjung tinggi oleh gereja karena suaranya mampu menyemarakkan upacara ibadat secara mengagumkan, mengangkat hati umat ke hadapan Allah dan ke alam surgawi. Tetapi alat-alat musik lain dapat juga dipakai dalam ibadat dengan persetujuan pimpinan gereja setempat.
2. Alat-alat musik berfungsi mendukung para penyanyi, menyemarakkan nyanyian, memudahkan partisipasi umat dalam menyanyi dan menciptakan kesatuan hati antarumat yang berhimpun. Namun harus diusahakan jangan sampai bunyi alat musik menenggelamkan suara para penyanyi sehingga kata-kata yang diucapkan tidak terdengar jelas.
3. Kalau suatu bagian dilagukan secara nyaring oleh imam atau seorang pelayan berhubung dengan tugasnya, alat musik jangan dibunyikan. Jadi pemain alat musik hanya bertugas memberikan nada sebelum imam bernyanyi.
4. Bunyi alat musik mengungkapkan kemeriahan dan kegembiraan. Maka permainan alat musik secara instrumental tidak diijinkan pada masa Adven, Pra Paskah, Trihari Suci (mulai sesudah Gloria pada Kamis Putih sampai dengan Gloria pada Malam Paskah) dan dalam perayaan ekaristi Arwah.
5. Organis dan pemain alat musik lain diharapkan berpartisipasi penuh dalam merayakan ekaristi dan bukan hanya melulu menjadi tukang main saja.
6. Sedapat mungkin diusahakan adanya seorang organis atau pemain alat musik lain yang dapat mengiringi umat, paduan suara, solis dan mampu memainkan lagu instrumental pada saat menjelang perayaan Ekaristi untuk menciptakan suasana ibadat, pada saat persiapan persembahan, pada saat komuni untuk menciptakan suasana perjamuan/persekutuan serta mendukung saat hening, dan sesudah perayaan sebagai pengantar umat yang diutus. Kalau tidak, sekurang-kurangnya diusahakan organis atau pemain alat musik lain yang mampu mengiringi nyanyian umat.
7. Hendaknya dihindari penyajian musik-musik profan dalam ibadat.
(lihat Buku: Pedoman Berliturgi & Panduan Musik Liturgi Ekaristi,
Regio Jawa, 1996, Dioma Malang)
Catatan:
Mengingat peran organis dalam ibadat sangat vital, maka perlu tanggung jawab masing-masing organis terhadap tugasnya dalam bentuk persiapan teknis yang matang:
* Peningkatan kualitas permainan, mis. Sering berlatih sendiri, mengikuti seminar, lokakarya, menjalin komunikasi dengan sesama organis, atau sharing antarorganis.
* Persiapan teknis sebelum bertugas, mis. Berlatih dengan paduan suara secara intensif.
* Menjalin komunikasi dengan dirigen / pelatih paduan suara sebelum dan saat bertugas.
Dirangkum oleh Ronny Kleden, S.S. & Yulius Kristanto, S.S.
Sumber : http://yuliuskristanto-sby.blogspot.com/
1. Pengiring nyanyian hendaknya memainkan alat musiknya sedemikian rupa sehingga sungguh mendukung dan mengiringi nyanyian umat (dan tidak mendominasinya).
2. Organis, selain bertugas mengiringi nyanyian, juga bertugas menciptakan suasana yang sesuai, misalnya pada waktu menjelang awal ibadat, pada waktu persiapan persembahan, waktu ada saat kosong (mis. Waktu pembagian komuni, kalau tiada nyanyian) dan mengiringi umat waktu meninggalkan gereja.
Panduan Tugas Organis
1. Organ pipa dijunjung tinggi oleh gereja karena suaranya mampu menyemarakkan upacara ibadat secara mengagumkan, mengangkat hati umat ke hadapan Allah dan ke alam surgawi. Tetapi alat-alat musik lain dapat juga dipakai dalam ibadat dengan persetujuan pimpinan gereja setempat.
2. Alat-alat musik berfungsi mendukung para penyanyi, menyemarakkan nyanyian, memudahkan partisipasi umat dalam menyanyi dan menciptakan kesatuan hati antarumat yang berhimpun. Namun harus diusahakan jangan sampai bunyi alat musik menenggelamkan suara para penyanyi sehingga kata-kata yang diucapkan tidak terdengar jelas.
3. Kalau suatu bagian dilagukan secara nyaring oleh imam atau seorang pelayan berhubung dengan tugasnya, alat musik jangan dibunyikan. Jadi pemain alat musik hanya bertugas memberikan nada sebelum imam bernyanyi.
4. Bunyi alat musik mengungkapkan kemeriahan dan kegembiraan. Maka permainan alat musik secara instrumental tidak diijinkan pada masa Adven, Pra Paskah, Trihari Suci (mulai sesudah Gloria pada Kamis Putih sampai dengan Gloria pada Malam Paskah) dan dalam perayaan ekaristi Arwah.
5. Organis dan pemain alat musik lain diharapkan berpartisipasi penuh dalam merayakan ekaristi dan bukan hanya melulu menjadi tukang main saja.
6. Sedapat mungkin diusahakan adanya seorang organis atau pemain alat musik lain yang dapat mengiringi umat, paduan suara, solis dan mampu memainkan lagu instrumental pada saat menjelang perayaan Ekaristi untuk menciptakan suasana ibadat, pada saat persiapan persembahan, pada saat komuni untuk menciptakan suasana perjamuan/persekutuan serta mendukung saat hening, dan sesudah perayaan sebagai pengantar umat yang diutus. Kalau tidak, sekurang-kurangnya diusahakan organis atau pemain alat musik lain yang mampu mengiringi nyanyian umat.
7. Hendaknya dihindari penyajian musik-musik profan dalam ibadat.
(lihat Buku: Pedoman Berliturgi & Panduan Musik Liturgi Ekaristi,
Regio Jawa, 1996, Dioma Malang)
Catatan:
Mengingat peran organis dalam ibadat sangat vital, maka perlu tanggung jawab masing-masing organis terhadap tugasnya dalam bentuk persiapan teknis yang matang:
* Peningkatan kualitas permainan, mis. Sering berlatih sendiri, mengikuti seminar, lokakarya, menjalin komunikasi dengan sesama organis, atau sharing antarorganis.
* Persiapan teknis sebelum bertugas, mis. Berlatih dengan paduan suara secara intensif.
* Menjalin komunikasi dengan dirigen / pelatih paduan suara sebelum dan saat bertugas.
Dirangkum oleh Ronny Kleden, S.S. & Yulius Kristanto, S.S.
Sumber : http://yuliuskristanto-sby.blogspot.com/
Wednesday, August 15, 2012
Dasar-dasar Teknik Dirigen
SIKAP DIRIGEN (UMUM)
Sikap dirigen merupakan gabungan dari sikap tangan, tubuh dan juga ekspresi wajah. Dirigen harus memaksa penyanyi memperhatikan dirinya terutama gerakan tangannya. Dapatkah anggota koor melihat tangan dirigen? Dapatkah mereka melihat pada saat tangan ada di bawah? Sikap tubuh harus dalam posisi siap dan waspada, tidak terlalu kendor atau tegang. Selalu dalam keadaan waspada dan siap. Sikap yang yang santai atau tidak peduli gampang menular. Ekspresi wajah memberikan petunjuk kepada penyanyi apa yang diharapkan dari mereka. Seorang dirigen menggunakan kedua matanya untuk memelihara kontak dengan setiap penyanyi, sekaligus memegang kendali.
Dirigen pada dasarnya memberi pengarahan pada penyanyi sebelum penyanyi menyanyikannya, sehingga apa yang dilakukan koor sesuai dengan yang dikehendaki dirigen.
SIKAP TANGAN PADA POSISI SIAP
Penyanyi/organis harus dipersiapkan sebelum mulai dengan sikap siap. Sikap tangan seperti sedang memegang bola yang garis tengahnya selebar badan. Kedua telapak tangan menghadap ke bawah dengan jari-jari yang relaks. Kedua tangan pada jarak yang sama dengan badan anda. Sikap siap ini bervariasi tergantung dari karakter lagu yang akan dibawakan.
GERAKAN AWAL
Gerakan awal diperlukan saat mulai memberi aba-aba. Sebaiknya dipelajari setelah menguasai pola-pola dasar dan dapat melakukannya tanpa ketegangan. Gerakan awal harus dipelajari dan dipakai, jangan lagi menghitung �satu-dua-tiga� untuk memulai nyanyian.
Fungsi gerakan awal adalah :
1. Meningkatkan presisi/ketepatan waktu mulai penyanyi berbunyi.
2. Mengingatkan karakter (termasuk volume) pada awal lagu yang akan dibawakan
3. Menjelaskan tempo yang akan diambil.
Gerakan awal didahului dengan sikap siap. Gerakan awal ini janganlah dipakai untuk memberi tahu setiap kali suatu kelompok suara harus masuk. Penyanyi harus selalu dituntut untuk menghitung semua tanda istirahat, bukan menunggu tanda dari dirigen.
Cara melakukannya :
Pada dasarnya memberi satu ketukan sebelum ketukan masuk (untuk lagu yang dimulai pada ketukan), membuat sikap badan dan tangan yang antisipatif, serta pada saat masuk melakukan gerakan yang mantap, seperti �yak � bam�. Selalu arahkan pandangan mata ke bagian penyanyi yang akan mulai bernyanyi, jangan melihat pada teks. Tetap pandang mereka sampai proses �masuk� ini diselesaikan. Jangan berpaling karena penyanyi akan merasa kecewa / diabaikan. Gerakan awal diarahkan pada pengiring bila lagu diawali dengan intro. Disini organis harus melihat ke dirigen sehingga masuk pada saat dan tempo serta karakter yang dimaksudkan oleh dirigen.
GERAKAN BERHENTI
Gerakan ini penting karena biasanya penyanyi atau dirigen kehilangan konsentrasinya menjelang akhir lagu. Aba-aba harus selalu diberikan sampai lagu berakhir, bahkan hingga beberapa saat setelah lagu berhenti. Kontrol dirigen terhadap penyanyi harus tetap dijaga. Cara paling sederhana adalah menghentikan gerakan tangan pada ketukan terakhir, menahannya sesuai dengan yang dikehendaki (apakah itu beberapa ketukan atau fermata), lalu beri dua gerakan pendek, satu ke atas, satu ke bawah, kembali ke tempat semula : seperti � yak � stop�. Pada saat �stop� ini semua suara harus berhenti, penyanyi mungkin masih harus mengucapkan konsunan penutupnya.
TANGAN KIRI
Tangan kiri berfungsi untuk menolong tangan kanan, bila tangan kanan tidak lagi bisa memberikan pengarahan yang diinginkan. Cobalah gunakan pedoman ini :
1. Pada dasarnya tangan kanan melakukan semuanya: tempo, volume, karakter, phrasing,
dan gerakan awal serta akhir.
2. Tangan kiri membantu yang hal-hal tidak dapat dilakukan sendiri oleh tangan kanan seperti membari gerakan awal, aksen, volume, tanda untuk menahan nada pada kelompok suara tertentu. Juga hal-hal lain seperti membalik teks, memberi karakter dengan mengepalkan tangan atau membuat gerakan yang gemulai.
3. Membantu menekankan apa yang sudah dilakukan oleh tangan kanan.
4. Tangan kiri sebaiknya jangan melakukan pola ketukan tangan kanan terlalu banyak, hanya pada saat awal atau bila tempo terasa terlalu berat atau cepat.
DINAMIKA, AKSEN, PHRASING, TEMPO, KARAKTER
Setelah gerakan dasar dikuasai, gerakan-gerakan yang lebih sulit perlu dipelajari untuk memberi aba-aba pada elemen musik yang lain.
DINAMIKA
Piano dan forte dapat ditunjukkan oleh ukuran gerakan tangan. Buatlah gerakan sekecil mungkin untuk pianissimo yang masih dapat dilihat oleh penyanyi dan kemudian buatlah gerakan lebar untuk fortissimo. Ingat-ingatlah ukuran gerakan untuk kedua ekstrim ini dan jangan melewatinya. Bila terjadi perubahan dinamika buatlah gerakan yang menunjukkan dinamika yang dikehendaki sebelum waktunya. Pakailah tangan kiri untuk mengatur cepat-lambatnya suatu crescendo/diminuendo.
AKSEN
Berilah pantulan yang tinggi pada satu ketukan sebelumnya, dan kemudian jangan memantul terlalu tinggi pada ketukan beraksen. Gunakan tangan kiri untuk membantu.
PHRASING
Phrasing adalah pengkalimatan dalam lagu. Biasanya suatu lagu terdiri atas kalimat panjang dan kecil yang dipisahkan dengan tanda ( � ) meskipun lebih sering dirigen harus menganalisa sendiri. Biasanya di tempat ini penyanyi mengambil nafas, Untuk memberi aba-aba pada phrasing, gerakan tangan dihentikan pada akhir suatu frase dan bergerak lagi untuk memulai frase yang baru.
TEMPO
Perlu diperhatikan bahwa tempo cepat tidak efektif bila dilakukan dengan gerakan yang besar (meskipun forte) dan tempo lambat tidak terlihat bila dilakukan dengan gerakan yang kecil.
Gunakan pedoman berikut :
1. Untuk mempercepat atau menegaskan tempo bila penyanyi/organis melambatkan tempo lagu, gunakan gerakan kecil yang jelas.
2. Untuk memperlambat tempo atau menjaga tempo agar tidak lari, gunakan gerakan yang besar dan lebar.
KARAKTER
Sampai disini aba-aba yang diberikan itu untuk karakter lagu yang legato. Untuk gaya yang lain diperlukan tangan yang berbeda.
Marcato. Gunakan gerakan yang lebih energik, pukulan yang lebih keras dengan sudut-sudut balik yang lebih tajam.
Staccato. Pukulan cepat berbalik memantul dengan sudut yang tajam tanpa mengentikan gerakan. Gerakan lebih berupa garis, bukan lagi lengkungan.
Maestoso. Agung dan megah. Buat gerakan ke bawah yang berat dan sedikit lebih lambat.
Lambat, mengalir. Ini yang paling sulit. Gerakan harus tenang tanpa hentakan, tetapi ketukan tetap jelas. Diperlukan control otot dan syaraf. Semua gerakan harus lambat dan terus mengalir, namun gerakan memantul tetap ada dan jelas.
BEBERAPA TIPS
Selain teknik aba-aba, ada beberapa hal di luar teknis yang bisa membantu mempelajari suatu lagu baru, baik secara individu maupun dalam latihan.
CERMIN.
Seorang pemusik memerlukan latihan individual, tidak terkecuali seorang dirigen. Seorang pemain instrument atau penyanyi dapat mengecek bunyi yang dihasilkan dengan telinganya. Seorang dirigen yang berlatih sendiri mengecek penampilannya di depan cermin, karena tidak ada suara yang dikeluarkan. Cek apakah aba-aba yang diberikan jelas.
LATIHAN DENGAN TEMPO LAMBAT.
Seperti juga pemusik untuk menguasai bagian yang sulit dirigen perlu juga melatih dalam tempo lambat terlebih dahulu untuk menguasai detil musiknya.
BERI SEMUA KETUKAN.
Meskipun penyanyi tidak menyanyi, bila musik masih berlangsung, apakah itu instrument atau istirahat, tetaplah memberi semua ketukan sehingga penyanyi tahu dimana anda berada.
WAJAH.
Ekspresi wajah penting dalam kepemimpinan dan juga interpretasi musik. Jangan memimpin dengan muka seperti mayat, tanpa ekspresi. Hindari juga wajah yang terlalu tegang karena akan mempengaruhi ketegangan otot produksi suara dari penyanyi.
MENYANYI.
Jangan ikut menyanyi bila memimpin karena suara koor tidak akan terdengar karena tertutup suara sendiri. Meski demikian mulut boleh ikut mengucapkan teks (tanpa berbunyi) untuk membantu penyanyi masuk atau menjaga tempo. Hendaknya ini dibatas pada awal kalimat saja.
MENCATAT PADA TEKS.
Jangan menganggap ini kegiatan yang amatiran. Semua dirigen besar melakukannya. Beri tanda-tanda yang komunikatif pada tempat yang penting atau sering terjadi kesalahan, sehingga waktu memimpin lagu tersebut dapat memberikan aba-aba sesaat sebelum waktunya tiba.
MELIHAT KE PENYANYI
Selalu jaga kontak dengan penyanyi dengan menatap mereka terutama pada tempat-tempat yang sulit. Jangan korbankan kontak ini untuk melihat teks karena takut kehilangan. Penyanyi akan merasa ditinggalkan bila pada saat yang sulit dirigen menundukkan kepala dan melihat ke teks di bawahnya.
MELATIH PADUAN SUARA
Hidup sebuah paduan suara terletak pada latihan-latihannya. Pada saat itulah semuanya terjadi: penguasaan suatu lagu, pengertian antar personal, peningkatan teknik (vocal, aba-aba, main organ). Sebuah paduan suara tidak akan maju atau bertahan keberadaannya tanpa adanya latihan. Latihan rutin adalah latihan yang paling bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu paduan suara. Untuk itu setiap latihan perlu beberapa persiapan.
PERSIAPAN DIRIGEN
1. Lagu dan penguasaan lagu :
� not
� kata-kata
� phrasing
� tempo yang cocok
� kerangka harmoni
2. Menyediakan teks (lebih baik berikan tugas ini pada orang lain)
3. Menyiapkan tempat
4. Menyiapkan organis : nada dasar
5. Merencanakan agenda latihan (pemanasan, beberapa menit sebelum latihan dsb.)
PERSIAPAN ORGANIS
1. membuat dan melatih lagu-lagu sesuai dengan kunci yang disepakati
2. membuat intro
3. lagu-lagu yang dinyanyikan empat suara harus dicari/dibuat iringan yang sesuai
Kedua hal diatas, sebaiknya dilakukan di luar jam latihan, sehingga waktu latihan yang sangat terbatas bisa dimanfaatkan, apalagi di kota besar dimana waktu sangat berharga. Jangan sia-siakan orang banyak yang sudah berkumpul sementara anda sendiri melakukan tugas anda sendiri yang belum selesai.
Sebelum mulai latihan dirigen harus mempersiapkan koornya dahulu dengan latihan pemanasan (Vocalisi). Yang menjadi tujuan pemanasan adalah menyiapkan organ-organ produksi suara untuk menghasilkan suara yang diinginkan, selain itu juga membangun konsentrasi yang akan dipakai nanti dalam mempelajari lagu.
PEMANASAN UNTUK KOOR
Tujuan pemanasan adalah menghasilkan suara koor yang berkualitas yang mencakup tiga hal :
* Energi. Suara yang berenergi, yang �mengangkat�, bukan suara yang datar, lelah bahkan cenderung turun.
* Indah natural. Suara yang indah yang enak didengar, fleksibel, empuk meskipun forte atau bernada tinggi.
* Resonansi. Suara seakan-akan berasal dari kepala, bukan dada atau tenggorokan.
Apabila ini terwujud, maka suara penyanyi akan kurang lebih sama karena dihasilkan dengan cara yang sama. Inilah yang menjadi tujuan suatu paduan suara, yaitu dengan memadukan suara manusia yang bermacam-macam. Mekanisme produksi suara yang dipakai untuk berbicara harus diubah untuk bernyanyi. Pemanasan sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup pendek (5 -10 menit) namun dengan keseriusan yang tinggi.
Penyanyi diharapkan mengetahui tujuan dari masing-masing langkahnya.
1. Relaksasi. Untuk mengendorkan otot-otot bernyanyi yang tegang. Putar kepala beberapa kali (kedua arah), putar kedua bahu, mengangkat tangan ke atas, latihan nafas dengan diafragma dengan tetap mengangkat dada.
2. Resonansi. Untuk menghasilkan suara yang bulat dan empuk. Menguap. Hmmmm (dari nada C turun satu oktav ke bawah), bersenandung dengan lembut 5-4-3-2-1 (lalu �mi-me-ma-mo-mu�), lalu naik setengah nada. Gunakan huruf �m� untuk membangkitkan rongga resonansi di kepala.
3. Energi. Nyanyikan 1-2-3-4-5-4-3-2-1 dengan (do,ma,mo atau ha), terus naik setengah nada. Juga 5555-5555-54321 dengan �ha�� 5 nada terakhir legato.
4. Indah. Bernyanyi dengan legato. 1 � 54321 dengan vocal : ni � ah, ni � eh , di � o.
Bila keempat hal ini sudah diberikan, bila perlu dirigen dapat juga menambah latihan lain untuk meningkatkan paduan suaranya :
1. sensitivitas antar penyanyi dengan dirigen : latihan dinamika dari p � f � p
2. menyeragamkan huruf hidup : a � e � i � o � u dan variasinya : ni � e � a � e � i, u � wi � yu � wi � yu, i � yo � i � yo � i. Gunakan nada yang sama dilanjutkan setengah nada di atasnya.
3. Ketepatan nada : mainkan nada secara acak pada organ, mintalah pada koor untuk mengikutinya.
4. Fleksibilitas : 11234234534564567567i, dengan �ya� dan tempo yang cepat atau dengan 1231354321 (fanalafanalafanalafa)
AMBITUS (JANGKAUAN NADA)
Jangkauan nada dari masing-masing kelompok suara :
1. Sopran : c� � a�
2. Alto : f � d�
3. Tenor : c � a�
4. Bas : F � d�
F-G-A-B-c-d-e-f-g-a-b-c�-d�-e�-f�-g�-a�-b�-c�-d�-e�-f�-g�-a�
TEKNIK MENGAJARKAN LAGU BARU
Tahap mengenali lagu, menyanyikan not
* Organis memainkan lagu tersebut, penyanyi mendengarkan, tidak boleh ikut bernyanyi. Ulangi sekali lagi bila perlu.
* Koor menyanyikan not bersama organ, jangan biarkan mereka bernyanyi dengan keras. Ini memiliki kuntungan ganda : penyanyi lebih mendengar dan juga energi bisa dihemat.
* Dengarkan koor jangan ikut menyanyi. Perhatikan apakah ada tempat dimana penyanyi salah atau merasa sulit (sumbang atau berhenti bernyanyi). Tandai tempat itu. Ulangi bagian itu sampai bisa, setelah itu frase sebelumnya, jangan selalu dari depan. Mintalah penyanyi menandai juga tempat tersebut.
* Dengar hasilnya, apakah masih ada tempat yang masih salah (nada, ritme atau phrasing) kembangkan telinga untuk mendeteksi hal ini dan mencari penyelesaiannya.
* Untuk lagu banyak suara, bila dirigen tidak dapat mendengar semua sekaligus, mintalah sopran dan alto bisa menyanyi dengan not, sementara tenor dan bas bersenandung. Organ tetap membantu sopran dan alto. Bereskan, baru dicoba tenor dan bas. Setiap koreksi sebaiknya dicatat.
* Rasakan apakah tangan dirigen �terpaksa� melambat karena koor, karena ini bisa berarti bahwa koor belum bisa dan bagian yang melambat itu harus dilatih hingga lancar.
* Jangan merasa �malu� untuk mengulang bagian tertentu dengan tempo yang lebih lambat. Bisa juga menahan pada ketukan tertentu untuk mendengar apakah paduan (harmoni) sudah benar.
Tahap belajar dengan kata-kata :
* Bila not sudah lancar anda sudah dapat mulai dengan kata-kata. Deteksi lokasi yang masih salah.
* Cobalah dengan membacanya tanpa dengan nada tapi dengan ritme serta memahami kalimat-kalimatnya. Beritahu pada koor bagian kata yang mana yang lebih penting dari yang lain. Beri penekanan pada bagian kata tersebut. Tempat ini biasanya adalah puncak suatu frase.
* Bernyanyilah dengan memahami kata-katanya, jangan bernyanyi empat suara selama masih berjuang dengan not dan kata-kata. Kasihan pada orang yang mendengarkan, dia tidak punya pilihan lain selain mendengarkan.
* Bila terdengar masih ada masalah dengan not, cobalah bagian tersebut dengan not lagi. Lalu dengan satu suku kata seperti �ma-ma-ma�. Baru coba dengan kata-katanya.
Tahap penyempurnaan
* Perhatikan nada-nada yang dinyanyikan tidak sesuai panjangnya (biasanya dilakukan di akhir suatu frase).
* Setiap kali dirigen meminta penyanyi untuk mengulang, sedapat mungkin katakan kekurangannya dan bagaimana seharusnya. Dirigen tidak perlu memberi contoh, bisa juga dengan mengatakan �sepertinya ditempat ini alto masih ragu-ragu pada nada �sa� dan tenor terlalu terputus-putus�.
* Tekankan selalu phrasing dengan mencari kata-kata kunci/puncak setiap phrase.
* Buat akhir lagu nampak seperti akhir. Latih ritardando.
Beberapa catatan yang harus diperhatikan dirigen:
* Pujilah anggota koor bila mereka menunjukkan kemajuan atau perbaikan.
* Jangan anggap remeh lagu yang pernah dinyanyikan. Tetaplah bersikap kritis terhadap kesalahan-kesalahan yang umum terjadi dan berusahalah untuk memperbaikinya
* Banyaklah belajar dengan melihat cara melatih dan memimpin dari dirigen lain, ambil yang baik dan hindari yang menurut anda tidak baik, buang juga kebiasaan-kebiasaan buruk anda yang baru anda sadari setelah anda melihat hal itu terdapat pada dirigen lain.
* Lihatlah cara koor lain bertugas : organis, dirigen, dan koornya. Ambil yang baik, buang yang kurang baik. Kadang-kadang kita mudah melihat kesalahan kita dengan melihat kekurangan orang lain.
* Jangan selalu hanya gunakan kata : �keras� atau �lembut� kepada penyanyi. Pakailah juga kata : �sedih�, �agung�, �cerah�, �berapi-api�,�hidup� atau istilah-istilah musik seperti �legato�,�staccato� dll.
Sumber : http://y4n5.blogspot.com/
Sikap dirigen merupakan gabungan dari sikap tangan, tubuh dan juga ekspresi wajah. Dirigen harus memaksa penyanyi memperhatikan dirinya terutama gerakan tangannya. Dapatkah anggota koor melihat tangan dirigen? Dapatkah mereka melihat pada saat tangan ada di bawah? Sikap tubuh harus dalam posisi siap dan waspada, tidak terlalu kendor atau tegang. Selalu dalam keadaan waspada dan siap. Sikap yang yang santai atau tidak peduli gampang menular. Ekspresi wajah memberikan petunjuk kepada penyanyi apa yang diharapkan dari mereka. Seorang dirigen menggunakan kedua matanya untuk memelihara kontak dengan setiap penyanyi, sekaligus memegang kendali.
Dirigen pada dasarnya memberi pengarahan pada penyanyi sebelum penyanyi menyanyikannya, sehingga apa yang dilakukan koor sesuai dengan yang dikehendaki dirigen.
SIKAP TANGAN PADA POSISI SIAP
Penyanyi/organis harus dipersiapkan sebelum mulai dengan sikap siap. Sikap tangan seperti sedang memegang bola yang garis tengahnya selebar badan. Kedua telapak tangan menghadap ke bawah dengan jari-jari yang relaks. Kedua tangan pada jarak yang sama dengan badan anda. Sikap siap ini bervariasi tergantung dari karakter lagu yang akan dibawakan.
GERAKAN AWAL
Gerakan awal diperlukan saat mulai memberi aba-aba. Sebaiknya dipelajari setelah menguasai pola-pola dasar dan dapat melakukannya tanpa ketegangan. Gerakan awal harus dipelajari dan dipakai, jangan lagi menghitung �satu-dua-tiga� untuk memulai nyanyian.
Fungsi gerakan awal adalah :
1. Meningkatkan presisi/ketepatan waktu mulai penyanyi berbunyi.
2. Mengingatkan karakter (termasuk volume) pada awal lagu yang akan dibawakan
3. Menjelaskan tempo yang akan diambil.
Gerakan awal didahului dengan sikap siap. Gerakan awal ini janganlah dipakai untuk memberi tahu setiap kali suatu kelompok suara harus masuk. Penyanyi harus selalu dituntut untuk menghitung semua tanda istirahat, bukan menunggu tanda dari dirigen.
Cara melakukannya :
Pada dasarnya memberi satu ketukan sebelum ketukan masuk (untuk lagu yang dimulai pada ketukan), membuat sikap badan dan tangan yang antisipatif, serta pada saat masuk melakukan gerakan yang mantap, seperti �yak � bam�. Selalu arahkan pandangan mata ke bagian penyanyi yang akan mulai bernyanyi, jangan melihat pada teks. Tetap pandang mereka sampai proses �masuk� ini diselesaikan. Jangan berpaling karena penyanyi akan merasa kecewa / diabaikan. Gerakan awal diarahkan pada pengiring bila lagu diawali dengan intro. Disini organis harus melihat ke dirigen sehingga masuk pada saat dan tempo serta karakter yang dimaksudkan oleh dirigen.
GERAKAN BERHENTI
Gerakan ini penting karena biasanya penyanyi atau dirigen kehilangan konsentrasinya menjelang akhir lagu. Aba-aba harus selalu diberikan sampai lagu berakhir, bahkan hingga beberapa saat setelah lagu berhenti. Kontrol dirigen terhadap penyanyi harus tetap dijaga. Cara paling sederhana adalah menghentikan gerakan tangan pada ketukan terakhir, menahannya sesuai dengan yang dikehendaki (apakah itu beberapa ketukan atau fermata), lalu beri dua gerakan pendek, satu ke atas, satu ke bawah, kembali ke tempat semula : seperti � yak � stop�. Pada saat �stop� ini semua suara harus berhenti, penyanyi mungkin masih harus mengucapkan konsunan penutupnya.
TANGAN KIRI
Tangan kiri berfungsi untuk menolong tangan kanan, bila tangan kanan tidak lagi bisa memberikan pengarahan yang diinginkan. Cobalah gunakan pedoman ini :
1. Pada dasarnya tangan kanan melakukan semuanya: tempo, volume, karakter, phrasing,
dan gerakan awal serta akhir.
2. Tangan kiri membantu yang hal-hal tidak dapat dilakukan sendiri oleh tangan kanan seperti membari gerakan awal, aksen, volume, tanda untuk menahan nada pada kelompok suara tertentu. Juga hal-hal lain seperti membalik teks, memberi karakter dengan mengepalkan tangan atau membuat gerakan yang gemulai.
3. Membantu menekankan apa yang sudah dilakukan oleh tangan kanan.
4. Tangan kiri sebaiknya jangan melakukan pola ketukan tangan kanan terlalu banyak, hanya pada saat awal atau bila tempo terasa terlalu berat atau cepat.
DINAMIKA, AKSEN, PHRASING, TEMPO, KARAKTER
Setelah gerakan dasar dikuasai, gerakan-gerakan yang lebih sulit perlu dipelajari untuk memberi aba-aba pada elemen musik yang lain.
DINAMIKA
Piano dan forte dapat ditunjukkan oleh ukuran gerakan tangan. Buatlah gerakan sekecil mungkin untuk pianissimo yang masih dapat dilihat oleh penyanyi dan kemudian buatlah gerakan lebar untuk fortissimo. Ingat-ingatlah ukuran gerakan untuk kedua ekstrim ini dan jangan melewatinya. Bila terjadi perubahan dinamika buatlah gerakan yang menunjukkan dinamika yang dikehendaki sebelum waktunya. Pakailah tangan kiri untuk mengatur cepat-lambatnya suatu crescendo/diminuendo.
AKSEN
Berilah pantulan yang tinggi pada satu ketukan sebelumnya, dan kemudian jangan memantul terlalu tinggi pada ketukan beraksen. Gunakan tangan kiri untuk membantu.
PHRASING
Phrasing adalah pengkalimatan dalam lagu. Biasanya suatu lagu terdiri atas kalimat panjang dan kecil yang dipisahkan dengan tanda ( � ) meskipun lebih sering dirigen harus menganalisa sendiri. Biasanya di tempat ini penyanyi mengambil nafas, Untuk memberi aba-aba pada phrasing, gerakan tangan dihentikan pada akhir suatu frase dan bergerak lagi untuk memulai frase yang baru.
TEMPO
Perlu diperhatikan bahwa tempo cepat tidak efektif bila dilakukan dengan gerakan yang besar (meskipun forte) dan tempo lambat tidak terlihat bila dilakukan dengan gerakan yang kecil.
Gunakan pedoman berikut :
1. Untuk mempercepat atau menegaskan tempo bila penyanyi/organis melambatkan tempo lagu, gunakan gerakan kecil yang jelas.
2. Untuk memperlambat tempo atau menjaga tempo agar tidak lari, gunakan gerakan yang besar dan lebar.
KARAKTER
Sampai disini aba-aba yang diberikan itu untuk karakter lagu yang legato. Untuk gaya yang lain diperlukan tangan yang berbeda.
Marcato. Gunakan gerakan yang lebih energik, pukulan yang lebih keras dengan sudut-sudut balik yang lebih tajam.
Staccato. Pukulan cepat berbalik memantul dengan sudut yang tajam tanpa mengentikan gerakan. Gerakan lebih berupa garis, bukan lagi lengkungan.
Maestoso. Agung dan megah. Buat gerakan ke bawah yang berat dan sedikit lebih lambat.
Lambat, mengalir. Ini yang paling sulit. Gerakan harus tenang tanpa hentakan, tetapi ketukan tetap jelas. Diperlukan control otot dan syaraf. Semua gerakan harus lambat dan terus mengalir, namun gerakan memantul tetap ada dan jelas.
BEBERAPA TIPS
Selain teknik aba-aba, ada beberapa hal di luar teknis yang bisa membantu mempelajari suatu lagu baru, baik secara individu maupun dalam latihan.
CERMIN.
Seorang pemusik memerlukan latihan individual, tidak terkecuali seorang dirigen. Seorang pemain instrument atau penyanyi dapat mengecek bunyi yang dihasilkan dengan telinganya. Seorang dirigen yang berlatih sendiri mengecek penampilannya di depan cermin, karena tidak ada suara yang dikeluarkan. Cek apakah aba-aba yang diberikan jelas.
LATIHAN DENGAN TEMPO LAMBAT.
Seperti juga pemusik untuk menguasai bagian yang sulit dirigen perlu juga melatih dalam tempo lambat terlebih dahulu untuk menguasai detil musiknya.
BERI SEMUA KETUKAN.
Meskipun penyanyi tidak menyanyi, bila musik masih berlangsung, apakah itu instrument atau istirahat, tetaplah memberi semua ketukan sehingga penyanyi tahu dimana anda berada.
WAJAH.
Ekspresi wajah penting dalam kepemimpinan dan juga interpretasi musik. Jangan memimpin dengan muka seperti mayat, tanpa ekspresi. Hindari juga wajah yang terlalu tegang karena akan mempengaruhi ketegangan otot produksi suara dari penyanyi.
MENYANYI.
Jangan ikut menyanyi bila memimpin karena suara koor tidak akan terdengar karena tertutup suara sendiri. Meski demikian mulut boleh ikut mengucapkan teks (tanpa berbunyi) untuk membantu penyanyi masuk atau menjaga tempo. Hendaknya ini dibatas pada awal kalimat saja.
MENCATAT PADA TEKS.
Jangan menganggap ini kegiatan yang amatiran. Semua dirigen besar melakukannya. Beri tanda-tanda yang komunikatif pada tempat yang penting atau sering terjadi kesalahan, sehingga waktu memimpin lagu tersebut dapat memberikan aba-aba sesaat sebelum waktunya tiba.
MELIHAT KE PENYANYI
Selalu jaga kontak dengan penyanyi dengan menatap mereka terutama pada tempat-tempat yang sulit. Jangan korbankan kontak ini untuk melihat teks karena takut kehilangan. Penyanyi akan merasa ditinggalkan bila pada saat yang sulit dirigen menundukkan kepala dan melihat ke teks di bawahnya.
MELATIH PADUAN SUARA
Hidup sebuah paduan suara terletak pada latihan-latihannya. Pada saat itulah semuanya terjadi: penguasaan suatu lagu, pengertian antar personal, peningkatan teknik (vocal, aba-aba, main organ). Sebuah paduan suara tidak akan maju atau bertahan keberadaannya tanpa adanya latihan. Latihan rutin adalah latihan yang paling bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu paduan suara. Untuk itu setiap latihan perlu beberapa persiapan.
PERSIAPAN DIRIGEN
1. Lagu dan penguasaan lagu :
� not
� kata-kata
� phrasing
� tempo yang cocok
� kerangka harmoni
2. Menyediakan teks (lebih baik berikan tugas ini pada orang lain)
3. Menyiapkan tempat
4. Menyiapkan organis : nada dasar
5. Merencanakan agenda latihan (pemanasan, beberapa menit sebelum latihan dsb.)
PERSIAPAN ORGANIS
1. membuat dan melatih lagu-lagu sesuai dengan kunci yang disepakati
2. membuat intro
3. lagu-lagu yang dinyanyikan empat suara harus dicari/dibuat iringan yang sesuai
Kedua hal diatas, sebaiknya dilakukan di luar jam latihan, sehingga waktu latihan yang sangat terbatas bisa dimanfaatkan, apalagi di kota besar dimana waktu sangat berharga. Jangan sia-siakan orang banyak yang sudah berkumpul sementara anda sendiri melakukan tugas anda sendiri yang belum selesai.
Sebelum mulai latihan dirigen harus mempersiapkan koornya dahulu dengan latihan pemanasan (Vocalisi). Yang menjadi tujuan pemanasan adalah menyiapkan organ-organ produksi suara untuk menghasilkan suara yang diinginkan, selain itu juga membangun konsentrasi yang akan dipakai nanti dalam mempelajari lagu.
PEMANASAN UNTUK KOOR
Tujuan pemanasan adalah menghasilkan suara koor yang berkualitas yang mencakup tiga hal :
* Energi. Suara yang berenergi, yang �mengangkat�, bukan suara yang datar, lelah bahkan cenderung turun.
* Indah natural. Suara yang indah yang enak didengar, fleksibel, empuk meskipun forte atau bernada tinggi.
* Resonansi. Suara seakan-akan berasal dari kepala, bukan dada atau tenggorokan.
Apabila ini terwujud, maka suara penyanyi akan kurang lebih sama karena dihasilkan dengan cara yang sama. Inilah yang menjadi tujuan suatu paduan suara, yaitu dengan memadukan suara manusia yang bermacam-macam. Mekanisme produksi suara yang dipakai untuk berbicara harus diubah untuk bernyanyi. Pemanasan sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup pendek (5 -10 menit) namun dengan keseriusan yang tinggi.
Penyanyi diharapkan mengetahui tujuan dari masing-masing langkahnya.
1. Relaksasi. Untuk mengendorkan otot-otot bernyanyi yang tegang. Putar kepala beberapa kali (kedua arah), putar kedua bahu, mengangkat tangan ke atas, latihan nafas dengan diafragma dengan tetap mengangkat dada.
2. Resonansi. Untuk menghasilkan suara yang bulat dan empuk. Menguap. Hmmmm (dari nada C turun satu oktav ke bawah), bersenandung dengan lembut 5-4-3-2-1 (lalu �mi-me-ma-mo-mu�), lalu naik setengah nada. Gunakan huruf �m� untuk membangkitkan rongga resonansi di kepala.
3. Energi. Nyanyikan 1-2-3-4-5-4-3-2-1 dengan (do,ma,mo atau ha), terus naik setengah nada. Juga 5555-5555-54321 dengan �ha�� 5 nada terakhir legato.
4. Indah. Bernyanyi dengan legato. 1 � 54321 dengan vocal : ni � ah, ni � eh , di � o.
Bila keempat hal ini sudah diberikan, bila perlu dirigen dapat juga menambah latihan lain untuk meningkatkan paduan suaranya :
1. sensitivitas antar penyanyi dengan dirigen : latihan dinamika dari p � f � p
2. menyeragamkan huruf hidup : a � e � i � o � u dan variasinya : ni � e � a � e � i, u � wi � yu � wi � yu, i � yo � i � yo � i. Gunakan nada yang sama dilanjutkan setengah nada di atasnya.
3. Ketepatan nada : mainkan nada secara acak pada organ, mintalah pada koor untuk mengikutinya.
4. Fleksibilitas : 11234234534564567567i, dengan �ya� dan tempo yang cepat atau dengan 1231354321 (fanalafanalafanalafa)
AMBITUS (JANGKAUAN NADA)
Jangkauan nada dari masing-masing kelompok suara :
1. Sopran : c� � a�
2. Alto : f � d�
3. Tenor : c � a�
4. Bas : F � d�
F-G-A-B-c-d-e-f-g-a-b-c�-d�-e�-f�-g�-a�-b�-c�-d�-e�-f�-g�-a�
TEKNIK MENGAJARKAN LAGU BARU
Tahap mengenali lagu, menyanyikan not
* Organis memainkan lagu tersebut, penyanyi mendengarkan, tidak boleh ikut bernyanyi. Ulangi sekali lagi bila perlu.
* Koor menyanyikan not bersama organ, jangan biarkan mereka bernyanyi dengan keras. Ini memiliki kuntungan ganda : penyanyi lebih mendengar dan juga energi bisa dihemat.
* Dengarkan koor jangan ikut menyanyi. Perhatikan apakah ada tempat dimana penyanyi salah atau merasa sulit (sumbang atau berhenti bernyanyi). Tandai tempat itu. Ulangi bagian itu sampai bisa, setelah itu frase sebelumnya, jangan selalu dari depan. Mintalah penyanyi menandai juga tempat tersebut.
* Dengar hasilnya, apakah masih ada tempat yang masih salah (nada, ritme atau phrasing) kembangkan telinga untuk mendeteksi hal ini dan mencari penyelesaiannya.
* Untuk lagu banyak suara, bila dirigen tidak dapat mendengar semua sekaligus, mintalah sopran dan alto bisa menyanyi dengan not, sementara tenor dan bas bersenandung. Organ tetap membantu sopran dan alto. Bereskan, baru dicoba tenor dan bas. Setiap koreksi sebaiknya dicatat.
* Rasakan apakah tangan dirigen �terpaksa� melambat karena koor, karena ini bisa berarti bahwa koor belum bisa dan bagian yang melambat itu harus dilatih hingga lancar.
* Jangan merasa �malu� untuk mengulang bagian tertentu dengan tempo yang lebih lambat. Bisa juga menahan pada ketukan tertentu untuk mendengar apakah paduan (harmoni) sudah benar.
Tahap belajar dengan kata-kata :
* Bila not sudah lancar anda sudah dapat mulai dengan kata-kata. Deteksi lokasi yang masih salah.
* Cobalah dengan membacanya tanpa dengan nada tapi dengan ritme serta memahami kalimat-kalimatnya. Beritahu pada koor bagian kata yang mana yang lebih penting dari yang lain. Beri penekanan pada bagian kata tersebut. Tempat ini biasanya adalah puncak suatu frase.
* Bernyanyilah dengan memahami kata-katanya, jangan bernyanyi empat suara selama masih berjuang dengan not dan kata-kata. Kasihan pada orang yang mendengarkan, dia tidak punya pilihan lain selain mendengarkan.
* Bila terdengar masih ada masalah dengan not, cobalah bagian tersebut dengan not lagi. Lalu dengan satu suku kata seperti �ma-ma-ma�. Baru coba dengan kata-katanya.
Tahap penyempurnaan
* Perhatikan nada-nada yang dinyanyikan tidak sesuai panjangnya (biasanya dilakukan di akhir suatu frase).
* Setiap kali dirigen meminta penyanyi untuk mengulang, sedapat mungkin katakan kekurangannya dan bagaimana seharusnya. Dirigen tidak perlu memberi contoh, bisa juga dengan mengatakan �sepertinya ditempat ini alto masih ragu-ragu pada nada �sa� dan tenor terlalu terputus-putus�.
* Tekankan selalu phrasing dengan mencari kata-kata kunci/puncak setiap phrase.
* Buat akhir lagu nampak seperti akhir. Latih ritardando.
Beberapa catatan yang harus diperhatikan dirigen:
* Pujilah anggota koor bila mereka menunjukkan kemajuan atau perbaikan.
* Jangan anggap remeh lagu yang pernah dinyanyikan. Tetaplah bersikap kritis terhadap kesalahan-kesalahan yang umum terjadi dan berusahalah untuk memperbaikinya
* Banyaklah belajar dengan melihat cara melatih dan memimpin dari dirigen lain, ambil yang baik dan hindari yang menurut anda tidak baik, buang juga kebiasaan-kebiasaan buruk anda yang baru anda sadari setelah anda melihat hal itu terdapat pada dirigen lain.
* Lihatlah cara koor lain bertugas : organis, dirigen, dan koornya. Ambil yang baik, buang yang kurang baik. Kadang-kadang kita mudah melihat kesalahan kita dengan melihat kekurangan orang lain.
* Jangan selalu hanya gunakan kata : �keras� atau �lembut� kepada penyanyi. Pakailah juga kata : �sedih�, �agung�, �cerah�, �berapi-api�,�hidup� atau istilah-istilah musik seperti �legato�,�staccato� dll.
Sumber : http://y4n5.blogspot.com/
Monday, August 13, 2012
Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi Tugas Lektor
Sebelum membahas persiapan dan pelaksanaan tugas, baik terlebih dahulu ditegaskan kembali tugas dan peranan Lektor dalam tata liturgi Gereja Katolik.
* Lektor dilantik untuk mewartakan bagi jemaat bacaan-bacaan dari Alkitab, kecuali Injil (PUMR 99), yakni Bacaan I atau II, atau bahkan - bila tidak ada petugas lain, juga kedua bacaan yang ada.
* Lektor, bila tak ada pemazmur, boleh membawakan mazmur tanggapan (PUMR 99) setelah saat hening yang menyusul Bacaan I (PUMR 196).
* Lektor, jika tidak ada diakon, boleh juga membawakan doa-doa umat setelah lebih dahulu dibuka imam (PUMR 197).
* Lektor, jika tak ada lagu pembuka dan nyanyian komuni, boleh membawakan antifon pembuka dan antifon komuni yang terdapat dalam Misale kecuali kalau antifon-antifon itu didaraskan oleh jemaat atau imam (PUMR 48,87, 198).
* Tugas lektor istimewa, sebab meskipun pada saat bertugas ada pelayan tertahbis, tugas itu harus dijalankannya sendiri (PUMR 99) sesuai kebiasaan tradisi (PUMR 59). Meski dalam kasus lektor tidak hadir, imam atau bahkan umat comotan, dapat mengambil alih tugas pembacaan sebelum Injil (ibid.), tugas lektor tetap memiliki kehormatan tersendiri untuk selalu dipenuhi sesuai martabatnya.
Tata Gerak Pelaksanaan Tugas Lektor (Lihat PUMR 194 - 195)
* Dalam prosesi menuju altar (dianjurkan terutama untuk misa hari-hari raya); bila tidak ada diakon, lektor - dengan mengambil posisi di depan imam selebran / konselebran (PUMR 120), dapat membawa Evangeliarium (Kitab Injil yang khusus memuat teks yang dipakai sepanjang tahun kalender liturgi; hindari membawa lembar teks misa!) dengan sedikit mengangkatnya di depan dada dan cover depan menghadap ke depan. Jika tidak membawa Evangeliarium, lektor berjalan dalam deret para pelayan lain (PUMR 195). Saat tiba di depan altar (di bawah panti imam), ketika rombongan prosesi lain berlutut, lektor membungkuk khidmat, kemudian berdiri bersama dan membawa Evangeliarium langsung ke altar serta meletakkannya di atasnya (baik bila ada book stand yang layak) lalu berbalik berjalan bersamaan dengan petugas-petugas lain menuju tempat duduk yang telah disediakan khusus (dianjurkan di antara umat di deret terdepan, dan tidak di wilayah panti imam).
* Segera setelah imam selebran menyelesaikan Doa Pembuka, lektor berdiri dari tempat duduknya, berjalan menuju panti imam, berhenti dan berlutut sejenak (cukup 3 detik) di depari altar pusat, berdiri (tanpa tunduk lagi) lalu berjalan menuju mimbar baca atau ambo tanpa perlu menundukkan kepala ke arah imam selebran duduk. Berlutut di depan altar pusat dapat diganti dengan menundukkan kepala jika di belakang altar pusat tidak terdapat tabernakel (yang berisi tubuh Kristus).
* Sambil berdiri tegak (tak satu pun kaki dimainkan, ditekuk atau jinjit sekali pun) segera lakukan persiapan kilat :
1. Buka Lectionarium tepat pada halaman yang akan dibaca (pastikan sudah ditandai sebelumnya entah dengan pita atau pembatas lain),
2. Pastikan microphone pada posisi on dan level ketinggiannya sesuai,
3. Letakkan kedua tangan di atas-pinggir buku Lectionarium (untuk memastikan lembar halaman tidak terbalik tertiup udara mengalir; dan bila diperlukan, dalam posisi ini salah satu tangan dapat berfungsi untuk membantu mata mengikuti proses pembacaan).
* Awalilah membaca dengan rumusan, �Bacaan diambil dari �.� (tanpa menyebut rubrik, bab maupun ayatnya) dan setelah jeda sejenak (cukup 3 detik) lanjutkan membaca teks keseluruhan. Kata-kata �Bacaan Pertama� atau �Bacaan Kedua� tidak perlu dibaca juga, sebab itu hanya judul, berkedudukan sama seperti Doa Pembuka, Doa Syukur Agung, Komuni dsb.(7) Akhiri dengan rumusan, �Demikianlah sabda Tuhan� setelah lebih dahulu memberi waktu jeda 3 detik pada akhir teks.
* Setelah selesai pembacaan Sabda Allah, lektor berjalan menuju depan altar, berhenti dan berlutut khidmat (3 detik) menghadap altar pusat lalu berdiri berbalik berjalan menuju tempat duduk semula.
PERSIAPAN SEBELUM BERTUGAS
* Jauh hari memastikan diri telah mengetahui teks bacaan yang akan dibawakan (dapat melalui kalendarium liturgi).
* Bacalah teks yang akan dibawakan, upayakan memahami dengan baik pesannya.
* Pahami jenis teksnya, analisa dan urailah strukturnya, buatlah penuntun penggalan frasa baca, buatlah juga ragam tanda baca.
* Menyediakan waktu untuk berlatih membaca berulangkali hingga sebaik mungkin dan dengan cara-cara kreatif (di depan cermin, direkam untuk kemudian didengar ulang, di depan orang lain atau suatu tim agar mendapat masukan dan kritik).
* Selain latihan pribadi serupa itu, baik pula jika diagendakan latihan bersama lektor lain. Ketua tim liturgi paroki, atau yang diserahi tanggung jawab melatih, bisa ikut hadir menyaksikan dan turut memberi masukan dan bimbingan.
* Baik bila membiasakan diri untuk melatih diri on the spot, bagaikan suatu gladhi bersih, pada saat menjelang tugas.
PELAKSANAAN TUGAS
* Biasakan diri datang bertugas minim 30 menit sebelum misa dimulai - terutama bila mengikuti prosesi, agar cukup waktu untuk berganti busana (mungkin), menenangkan diri dan berdoa batin.
* Bila tidak mengikuti prosesi dan tidak memakai busana liturgis, pastikan busana yang dikenakan sungguh layak dan pantas(8) untuk tujuan peribadatan suci, terutama lektor wanita yang kadang agak complicated dalam urusan ini. Sekedar tips bagi lektor putri. Untuk pakaian, hindari pemakaian tank top, T-shirt / blouse tanpa lengan (u can see), berdada rendah atau pun ketat model pressed body, atasan off shoulder (bahu terbuka), rok di atas lutut dan celana panjang yang terlalu hipster. Untuk busana, hindari juga jenis kain tipis semrawang serta model dan warna mencolok. Untuk alas kaki, hindari sepatu berhak terlalu tinggi dan berbahan rawan licin. Hindari pula pemakaian kosmetik dan asesoris berlebihan. Jangan menginginkan anda lebih menarik dari Sabda Tuhan sendiri.
* Bila duduk dan tidak membawa sendiri Lectionarium, pastikan lebih dahulu pada saat Misa belum dimulai bahwa di atas mimbar Sabda sudah ada Lectionarium dimaksud dan bahwa teks yang akan dibaca telah diberi tanda pembatas. Saat itu juga, meski bukan tugas lektor, pastikan pula bahwa microphone berada dalam keadaan siap.
* Saat berjalan menuju mimbar, jika membawa Lectionarium, hayatilah bahwa anda sedang memegang ayat-ayat suci, kitab yang mengandung Sabda Tuhan sendiri. Sadarilah bahwa anda sedang berdiri di panti imam, sangat dekat dengan tabernakel tempat Allah yang kudus bertahta.
* Saat membacakan Sabda Tuhan adalah saat ketika segenap kemampuan teknis, penguasaan alat dan suasana, pengalaman dan penghayatan terbaik (yang telah dilatih sebelumnya) anda buktikan.
* Selama membaca hendaklah menjaga bahasa tubuh terjaga penuh kewibawaan, mengatur irama nafas yang dalam dan halus, dan membangun suara komunikatif tanpa kehilangan warna magis.
EVALUASI SETELAH BERTUGAS
* Baik bila lektor membiasakan diri untuk mengadakan evaluasi pasca pelaksanaan tugas, baik secara jujur lewat introspeksi diri maupun melalui input atau kritik dari orang lain atau tim liturgi. Bergunalah untuk menggunakan jasa evaluasi tersebut bagi kepentingan diri meningkatkan kualitas baca.
* Bahkan, demi membangun budaya kualitas tersebut, baik bila tim liturgi paroki secara rutin menggelar lomba lektor dengan para pemenang diberi hadiah tugas baca dalam misa-misa hari raya besar seperti Paska dan Natal, atau misa-misa penting lainnya. Bila kebiasaan ini dijaga rutin, bukan tidak mungkin membaca Sabda Allah akan dihargai sebagai tugas terhormat.
* Baik jika di bawah koordinasi tim liturgi paroki, para lektor secara periodik diajak untuk berkumpul sebagai satu komunitas. Pertemuan ini dapat digunakan untuk sekedar berbagi pengalaman atau pun untuk tujuan yang lebih spesifik seperti pembekalan, pembinaan, latihan bersama, doa bersama dsb.
* Baik juga bila komunitas lektor dalam suatu paroki diberi kesempatan, sekurangnya sekali setahun, untuk memperoleh penyegaran rohani entah melalui rekoleksi maupun retret.
Artikel-artikel tentang Lektor bersumber dari tulisan: P. Dicky Rukmanto, Pr., Ketua Komisi Liturgi Keuskupan Surabaya, di: http://www.indocell.net/yesaya/pustaka2/id555.htm
http://programkatekese.blogspot.com/2011/07/lektor-persiapan-pelaksanaan-dan.html
* Lektor dilantik untuk mewartakan bagi jemaat bacaan-bacaan dari Alkitab, kecuali Injil (PUMR 99), yakni Bacaan I atau II, atau bahkan - bila tidak ada petugas lain, juga kedua bacaan yang ada.
* Lektor, bila tak ada pemazmur, boleh membawakan mazmur tanggapan (PUMR 99) setelah saat hening yang menyusul Bacaan I (PUMR 196).
* Lektor, jika tidak ada diakon, boleh juga membawakan doa-doa umat setelah lebih dahulu dibuka imam (PUMR 197).
* Lektor, jika tak ada lagu pembuka dan nyanyian komuni, boleh membawakan antifon pembuka dan antifon komuni yang terdapat dalam Misale kecuali kalau antifon-antifon itu didaraskan oleh jemaat atau imam (PUMR 48,87, 198).
* Tugas lektor istimewa, sebab meskipun pada saat bertugas ada pelayan tertahbis, tugas itu harus dijalankannya sendiri (PUMR 99) sesuai kebiasaan tradisi (PUMR 59). Meski dalam kasus lektor tidak hadir, imam atau bahkan umat comotan, dapat mengambil alih tugas pembacaan sebelum Injil (ibid.), tugas lektor tetap memiliki kehormatan tersendiri untuk selalu dipenuhi sesuai martabatnya.
Tata Gerak Pelaksanaan Tugas Lektor (Lihat PUMR 194 - 195)
* Dalam prosesi menuju altar (dianjurkan terutama untuk misa hari-hari raya); bila tidak ada diakon, lektor - dengan mengambil posisi di depan imam selebran / konselebran (PUMR 120), dapat membawa Evangeliarium (Kitab Injil yang khusus memuat teks yang dipakai sepanjang tahun kalender liturgi; hindari membawa lembar teks misa!) dengan sedikit mengangkatnya di depan dada dan cover depan menghadap ke depan. Jika tidak membawa Evangeliarium, lektor berjalan dalam deret para pelayan lain (PUMR 195). Saat tiba di depan altar (di bawah panti imam), ketika rombongan prosesi lain berlutut, lektor membungkuk khidmat, kemudian berdiri bersama dan membawa Evangeliarium langsung ke altar serta meletakkannya di atasnya (baik bila ada book stand yang layak) lalu berbalik berjalan bersamaan dengan petugas-petugas lain menuju tempat duduk yang telah disediakan khusus (dianjurkan di antara umat di deret terdepan, dan tidak di wilayah panti imam).
* Segera setelah imam selebran menyelesaikan Doa Pembuka, lektor berdiri dari tempat duduknya, berjalan menuju panti imam, berhenti dan berlutut sejenak (cukup 3 detik) di depari altar pusat, berdiri (tanpa tunduk lagi) lalu berjalan menuju mimbar baca atau ambo tanpa perlu menundukkan kepala ke arah imam selebran duduk. Berlutut di depan altar pusat dapat diganti dengan menundukkan kepala jika di belakang altar pusat tidak terdapat tabernakel (yang berisi tubuh Kristus).
* Sambil berdiri tegak (tak satu pun kaki dimainkan, ditekuk atau jinjit sekali pun) segera lakukan persiapan kilat :
1. Buka Lectionarium tepat pada halaman yang akan dibaca (pastikan sudah ditandai sebelumnya entah dengan pita atau pembatas lain),
2. Pastikan microphone pada posisi on dan level ketinggiannya sesuai,
3. Letakkan kedua tangan di atas-pinggir buku Lectionarium (untuk memastikan lembar halaman tidak terbalik tertiup udara mengalir; dan bila diperlukan, dalam posisi ini salah satu tangan dapat berfungsi untuk membantu mata mengikuti proses pembacaan).
* Awalilah membaca dengan rumusan, �Bacaan diambil dari �.� (tanpa menyebut rubrik, bab maupun ayatnya) dan setelah jeda sejenak (cukup 3 detik) lanjutkan membaca teks keseluruhan. Kata-kata �Bacaan Pertama� atau �Bacaan Kedua� tidak perlu dibaca juga, sebab itu hanya judul, berkedudukan sama seperti Doa Pembuka, Doa Syukur Agung, Komuni dsb.(7) Akhiri dengan rumusan, �Demikianlah sabda Tuhan� setelah lebih dahulu memberi waktu jeda 3 detik pada akhir teks.
* Setelah selesai pembacaan Sabda Allah, lektor berjalan menuju depan altar, berhenti dan berlutut khidmat (3 detik) menghadap altar pusat lalu berdiri berbalik berjalan menuju tempat duduk semula.
PERSIAPAN SEBELUM BERTUGAS
* Jauh hari memastikan diri telah mengetahui teks bacaan yang akan dibawakan (dapat melalui kalendarium liturgi).
* Bacalah teks yang akan dibawakan, upayakan memahami dengan baik pesannya.
* Pahami jenis teksnya, analisa dan urailah strukturnya, buatlah penuntun penggalan frasa baca, buatlah juga ragam tanda baca.
* Menyediakan waktu untuk berlatih membaca berulangkali hingga sebaik mungkin dan dengan cara-cara kreatif (di depan cermin, direkam untuk kemudian didengar ulang, di depan orang lain atau suatu tim agar mendapat masukan dan kritik).
* Selain latihan pribadi serupa itu, baik pula jika diagendakan latihan bersama lektor lain. Ketua tim liturgi paroki, atau yang diserahi tanggung jawab melatih, bisa ikut hadir menyaksikan dan turut memberi masukan dan bimbingan.
* Baik bila membiasakan diri untuk melatih diri on the spot, bagaikan suatu gladhi bersih, pada saat menjelang tugas.
PELAKSANAAN TUGAS
* Biasakan diri datang bertugas minim 30 menit sebelum misa dimulai - terutama bila mengikuti prosesi, agar cukup waktu untuk berganti busana (mungkin), menenangkan diri dan berdoa batin.
* Bila tidak mengikuti prosesi dan tidak memakai busana liturgis, pastikan busana yang dikenakan sungguh layak dan pantas(8) untuk tujuan peribadatan suci, terutama lektor wanita yang kadang agak complicated dalam urusan ini. Sekedar tips bagi lektor putri. Untuk pakaian, hindari pemakaian tank top, T-shirt / blouse tanpa lengan (u can see), berdada rendah atau pun ketat model pressed body, atasan off shoulder (bahu terbuka), rok di atas lutut dan celana panjang yang terlalu hipster. Untuk busana, hindari juga jenis kain tipis semrawang serta model dan warna mencolok. Untuk alas kaki, hindari sepatu berhak terlalu tinggi dan berbahan rawan licin. Hindari pula pemakaian kosmetik dan asesoris berlebihan. Jangan menginginkan anda lebih menarik dari Sabda Tuhan sendiri.
* Bila duduk dan tidak membawa sendiri Lectionarium, pastikan lebih dahulu pada saat Misa belum dimulai bahwa di atas mimbar Sabda sudah ada Lectionarium dimaksud dan bahwa teks yang akan dibaca telah diberi tanda pembatas. Saat itu juga, meski bukan tugas lektor, pastikan pula bahwa microphone berada dalam keadaan siap.
* Saat berjalan menuju mimbar, jika membawa Lectionarium, hayatilah bahwa anda sedang memegang ayat-ayat suci, kitab yang mengandung Sabda Tuhan sendiri. Sadarilah bahwa anda sedang berdiri di panti imam, sangat dekat dengan tabernakel tempat Allah yang kudus bertahta.
* Saat membacakan Sabda Tuhan adalah saat ketika segenap kemampuan teknis, penguasaan alat dan suasana, pengalaman dan penghayatan terbaik (yang telah dilatih sebelumnya) anda buktikan.
* Selama membaca hendaklah menjaga bahasa tubuh terjaga penuh kewibawaan, mengatur irama nafas yang dalam dan halus, dan membangun suara komunikatif tanpa kehilangan warna magis.
EVALUASI SETELAH BERTUGAS
* Baik bila lektor membiasakan diri untuk mengadakan evaluasi pasca pelaksanaan tugas, baik secara jujur lewat introspeksi diri maupun melalui input atau kritik dari orang lain atau tim liturgi. Bergunalah untuk menggunakan jasa evaluasi tersebut bagi kepentingan diri meningkatkan kualitas baca.
* Bahkan, demi membangun budaya kualitas tersebut, baik bila tim liturgi paroki secara rutin menggelar lomba lektor dengan para pemenang diberi hadiah tugas baca dalam misa-misa hari raya besar seperti Paska dan Natal, atau misa-misa penting lainnya. Bila kebiasaan ini dijaga rutin, bukan tidak mungkin membaca Sabda Allah akan dihargai sebagai tugas terhormat.
* Baik jika di bawah koordinasi tim liturgi paroki, para lektor secara periodik diajak untuk berkumpul sebagai satu komunitas. Pertemuan ini dapat digunakan untuk sekedar berbagi pengalaman atau pun untuk tujuan yang lebih spesifik seperti pembekalan, pembinaan, latihan bersama, doa bersama dsb.
* Baik juga bila komunitas lektor dalam suatu paroki diberi kesempatan, sekurangnya sekali setahun, untuk memperoleh penyegaran rohani entah melalui rekoleksi maupun retret.
Artikel-artikel tentang Lektor bersumber dari tulisan: P. Dicky Rukmanto, Pr., Ketua Komisi Liturgi Keuskupan Surabaya, di: http://www.indocell.net/yesaya/pustaka2/id555.htm
http://programkatekese.blogspot.com/2011/07/lektor-persiapan-pelaksanaan-dan.html
Friday, August 10, 2012
Evangeliarium
oleh : Jacobus Tarigan Pr
Santo Hieronimus (347-420), seorang rahib dan pujangga Gereja menegaskan, �Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus.� Penegasan ini dikutip lagi oleh Konsili Vatikan II, dalam Konstitusi Dei Verbum No 25. Selanjutnya, Hieronimus mengingatkan bahwa tempat yang paling tepat untuk membaca dan mendengarkan Sabda Allah adalah liturgi. Maka, belum cukup hanya merenungkan sendiri Kitab Suci. Tafsiran ilmiah terhadap Kitab Suci pun hanya bersifat membantu. Karena bagi Hieronimus, penafsiran Kitab Suci yang otentik selalu harus sesuai dengan iman Gereja Katolik.
Kita harus membaca Kitab Suci dalam komunio dengan Gereja yang hidup. Kalau Kitab Suci dibacakan dalam Gereja, terutama dalam Perayaan Ekaristi, maka Allah sendiri berbicara kepada umat-Nya dan Kristus hadir dalam Sabda-Nya. Liturgi Sabda sama penting dengan Liturgi Ekaristi. Hendaknya umat sungguh memahami makna pelbagai simbol dalam Liturgi Sabda. Karena bagaimanapun, liturgi berciri simbolis karena partisipasi kita dalam hidup Allah masih berlangsung �dalam cermin�. Simbol tidak hadir untuk dirinya sendiri, melainkan untuk apa yang disimbolkan.
Evangeliarium adalah buku yang memuat bacaan-bacaan Injil untuk hari Minggu dan hari raya tahun A, B, C, untuk pesta Tuhan, Hari Raya Khusus, Perayaan dan Misa ritual. Evangeliarium yang diterbitkan oleh KWI, 2011 adalah buku liturgis resmi bahasa Indonesia untuk Ritus Latin di wilayah gerejawi Indonesia. Bacaan Injil diambil dari terjemahan Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia dan Lembaga Biblika Indonesia. Buku ini mulai diberlakukan pada awal Pekan Suci, Minggu Palma, 17 April 2011.
Dalam Misa, khususnya dalam Liturgi Sabda, kehadiran Evangeliarium itu sendiri melambangkan kehadiran Kristus di tengah umat-Nya. Buku ini diletakkan pada bagian tengah altar sebelum Misa, dalam keadaan tertutup. Ketika perarakan masuk, buku ini dibawa oleh diakon atau lektor dengan cara sedikit diangkat agar terlihat oleh umat dan diletakkan di altar. Sebelum pemakluman Injil, diakon menuju altar, membungkuk memberi hormat, dan membawa Evangeliarium ke mimbar, didahului oleh putra altar yang membawa lilin dan pendupaan.
Sebelum dibacakan, Evangeliarium didupai. Selesai membaca, buku ini dicium dan dibawa ke meja samping, bukan altar. Arakan, mencium, dan mendupai merupakan simbol penghormatan kepada Kristus yang hadir di tengah umat-Nya. Keharuman dari dupa melambangkan pewahyuan Allah dan kehadiran keselamatan. �Dengan perantaraan kami, Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana. Sebab, bagi Allah, kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa� (2 Kor. 2:14-15). Demikian pula selain lambang penghormatan, ciuman pun melambangkan keakraban dengan Kitab Suci. Membungkuk di hadapan Kitab Suci melambangkan sikap merendahkan diri di hadapan Tuhan yang Mahaagung.
Evangeliarium dicetak secara istimewa untuk mendukung simbol yang dihadirkannya. Kita menghormati Evangeliarium, BUKAN karena dicetak di surga, BUKAN DITURUNKAN dari atas surga, bukan karena memuat nasihat-nasihat moralistis murahan dan hukum-hukum yang menakutkan, TETAPI, karena Evangeliarium melambangkan kehadiran Kristus di tengah umat-Nya, yang sedang merayakan liturgi.
�Ia hadir dalam sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja� (SC 7). Dengan membaca Kitab Suci, kita mengenal Kristus, yang menampakkan wajah KASIH Allah.
Sumber : http://www.hidupkatolik.com/2011/06/06/evangeliarium
Santo Hieronimus (347-420), seorang rahib dan pujangga Gereja menegaskan, �Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus.� Penegasan ini dikutip lagi oleh Konsili Vatikan II, dalam Konstitusi Dei Verbum No 25. Selanjutnya, Hieronimus mengingatkan bahwa tempat yang paling tepat untuk membaca dan mendengarkan Sabda Allah adalah liturgi. Maka, belum cukup hanya merenungkan sendiri Kitab Suci. Tafsiran ilmiah terhadap Kitab Suci pun hanya bersifat membantu. Karena bagi Hieronimus, penafsiran Kitab Suci yang otentik selalu harus sesuai dengan iman Gereja Katolik.
Kita harus membaca Kitab Suci dalam komunio dengan Gereja yang hidup. Kalau Kitab Suci dibacakan dalam Gereja, terutama dalam Perayaan Ekaristi, maka Allah sendiri berbicara kepada umat-Nya dan Kristus hadir dalam Sabda-Nya. Liturgi Sabda sama penting dengan Liturgi Ekaristi. Hendaknya umat sungguh memahami makna pelbagai simbol dalam Liturgi Sabda. Karena bagaimanapun, liturgi berciri simbolis karena partisipasi kita dalam hidup Allah masih berlangsung �dalam cermin�. Simbol tidak hadir untuk dirinya sendiri, melainkan untuk apa yang disimbolkan.
Evangeliarium adalah buku yang memuat bacaan-bacaan Injil untuk hari Minggu dan hari raya tahun A, B, C, untuk pesta Tuhan, Hari Raya Khusus, Perayaan dan Misa ritual. Evangeliarium yang diterbitkan oleh KWI, 2011 adalah buku liturgis resmi bahasa Indonesia untuk Ritus Latin di wilayah gerejawi Indonesia. Bacaan Injil diambil dari terjemahan Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia dan Lembaga Biblika Indonesia. Buku ini mulai diberlakukan pada awal Pekan Suci, Minggu Palma, 17 April 2011.
Dalam Misa, khususnya dalam Liturgi Sabda, kehadiran Evangeliarium itu sendiri melambangkan kehadiran Kristus di tengah umat-Nya. Buku ini diletakkan pada bagian tengah altar sebelum Misa, dalam keadaan tertutup. Ketika perarakan masuk, buku ini dibawa oleh diakon atau lektor dengan cara sedikit diangkat agar terlihat oleh umat dan diletakkan di altar. Sebelum pemakluman Injil, diakon menuju altar, membungkuk memberi hormat, dan membawa Evangeliarium ke mimbar, didahului oleh putra altar yang membawa lilin dan pendupaan.
Sebelum dibacakan, Evangeliarium didupai. Selesai membaca, buku ini dicium dan dibawa ke meja samping, bukan altar. Arakan, mencium, dan mendupai merupakan simbol penghormatan kepada Kristus yang hadir di tengah umat-Nya. Keharuman dari dupa melambangkan pewahyuan Allah dan kehadiran keselamatan. �Dengan perantaraan kami, Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana. Sebab, bagi Allah, kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa� (2 Kor. 2:14-15). Demikian pula selain lambang penghormatan, ciuman pun melambangkan keakraban dengan Kitab Suci. Membungkuk di hadapan Kitab Suci melambangkan sikap merendahkan diri di hadapan Tuhan yang Mahaagung.
Evangeliarium dicetak secara istimewa untuk mendukung simbol yang dihadirkannya. Kita menghormati Evangeliarium, BUKAN karena dicetak di surga, BUKAN DITURUNKAN dari atas surga, bukan karena memuat nasihat-nasihat moralistis murahan dan hukum-hukum yang menakutkan, TETAPI, karena Evangeliarium melambangkan kehadiran Kristus di tengah umat-Nya, yang sedang merayakan liturgi.
�Ia hadir dalam sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja� (SC 7). Dengan membaca Kitab Suci, kita mengenal Kristus, yang menampakkan wajah KASIH Allah.
Sumber : http://www.hidupkatolik.com/2011/06/06/evangeliarium
Thursday, August 9, 2012
Apa yang harus kuketahui tentang Liturgi
Pendahuluan
Saya pernah mendengar bahwa ada orang-orang yang mengatakan liturgi di Gereja Katolik itu �membosankan�. Katanya lagu-lagunya itu-itu saja, kurang bersemangat dan kurang berkesan. Apa iya, demikian halnya? Sebelum berkomentar, mari kita lihat dulu apa sebenarnya arti liturgi di dalam Gereja Katolik. Lalu, setelah itu baru kita tilik kembali komentar itu. Sebab, jangan-jangan masalahnya bukan pada liturgi-nya tetapi pada diri si penerima. Ibaratnya, �kesalahan bukan pada stasiun pemancar radio, tetapi pada antena anda.� Walaupun demikian, mari kita lihat juga apa yang perlu kita lakukan supaya kita dapat menghayati liturgi dan menjadikannya bagian dari diri kita, supaya kita tidak sampai bosan. Ini adalah bentuk �perbaikan antena� sehingga radio kita dapat menangkap sinyal dengan lebih baik.
Pengertian liturgi
Telah kita ketahui bahwa sakramen adalah penghadiran Misteri Kristus (lihat artikel: Sakramen: Apa pentingnya dalam kehidupan iman kita?). Di dalam liturgi, Gereja merayakan Misteri Paskah Kristus yaitu sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga- yang membawa kita kepada Keselamatan. Dengan merayakan Misteri Kristus ini, kita memperingati dan merayakan bagaimana Allah Bapa telah memenuhi janji dan menyingkapkan rencana keselamatan-Nya dengan menyerahkan Yesus Putera-Nya oleh kuasa Roh Kudus untuk menyelamatkan dunia. Jadi sumber dan tujuan liturgi adalah Allah sendiri.
Liturgi pada awalnya berarti �karya publik�. Dalam sejarah perkembangan Gereja, liturgi diartikan sebagai keikutsertaan umat dalam karya keselamatan Allah. Di dalam liturgi, Kristus melanjutkan karya Keselamatan di dalam, dengan dan melalui Gereja-Nya. Pada jaman Gereja awal seperti dijabarkan di dalam surat rasul Paulus, para pengikut Kristus beribadah bersama di dalam liturgi (dikatakan sebagai �korban dan ibadah iman� di dalam Flp 2:17). Termasuk di sini adalah pewartaan Injil �(Rom 15:16); dan pelayanan kasih (2 Kor 9:12). Maka, dalam Perjanjian Baru, kata �liturgi� mencakup tiga hal, yaitu ibadat, pewartaan dan pelayanan kasih yang merupakan partisipasi Gereja dalam meneruskan tugas Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja.
Secara khusus, liturgi merupakan wujud pelaksanaan tugas Kristus sebagai Imam Agung. Dalam hal ini, liturgi merupakan penyembahan Kristus kepada Allah Bapa, namun dalam melakukan penyembahan ini, Kristus melibatkan TubuhNya, yaitu Gereja; sehingga liturgi merupakan karya bersama antara Kristus (Sang Kepala) dan Gereja (Tubuh Kristus). Konsili Vatikan II mengajarkan pengertian tentang liturgi sebagai berikut:
�Maka, benarlah bahwa liturgi dipandang sebagai pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus. Di dalam liturgi, dengan tanda-tanda lahiriah, pengudusan manusia dilambangkan dan dihasilkan dengan cara yang layak bagi masing-masing tanda ini; di dalam Liturgi, seluruh ibadat publik dilaksanakan oleh Tubuh Mistik Yesus Kristus, yakni Kepala beserta para anggota-Nya.
Oleh karena itu setiap perayaan liturgis sebagai karya Kristus sang Imam serta Tubuh-Nya yakni Gereja, merupakan kegiatan suci yang sangat istimewa. Tidak ada tindakan Gereja lainnya yang menandingi daya dampaknya dengan dasar yang sama serta dalam tingkatan yang sama.�
Oleh karena itu tidak ada kegiatan Gereja yang lebih tinggi nilainya daripada liturgi karena di dalam liturgi terwujudlah persatuan yang begitu erat antara Kristus dengan Gereja sebagai �Mempelai�-Nya dan Tubuh-Nya sendiri.
Paus Pius XII dalam surat ensikliknya tentang Liturgi Suci, Mediator Dei, menjabarkankan definisi liturgi sebagai berikut:
�Liturgi adalah ibadat publik yang dilakukan oleh Penebus kita sebagai Kepala Gereja kepada Allah Bapa dan juga ibadat yang dilakukan oleh komunitas umat beriman kepada Pendirinya [Kristus], dan melalui Dia kepada Bapa. Singkatnya, liturgi adalah ibadat penyembahan yang dilaksanakan oleh Tubuh Mistik Kristus secara keseluruhan, yaitu Kepala dan anggota-anggotanya.�
Atau, dengan kata lain, definisi liturgi adalah seperti yang dirumuskan oleh Rm. Emanuel Martasudjita, Pr. dalam bukunya Liturgi, yaitu: �Liturgi adalah perayaan misteri karya keselamatan Allah di dalam Kristus, yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Sang Imam Agung, bersama Gereja-Nya di dalam ikatan Roh Kudus.�
Allah Bapa : Sumber dan Tujuan Liturgi
Alkitab mengatakan, �Terpujilah Allah Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia yang dikasihi-Nya� (Ef 1:3-6). Dari sini kita mengetahui bahwa Allah Bapalah yang memberikan rahmat sorgawi kepada kita, melalui Kristus dan di dalam Kristus. Dan karena rahmat itu diberikan di dalam sakramen melalui liturgi, maka sumber liturgi adalah Allah Bapa, dan tujuan liturgi adalah kemuliaan Allah.
Kristus Bekerja di dalam Liturgi
Karena Kristus telah bangkit mengalahkan maut, maka, Ia yang telah duduk di sisi kanan Allah Bapa, pada saat yang sama dapat terus mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada Tubuh-Nya, yaitu Gereja-Nya, melalui sakramen-sakramen. Karena Yesus sendiri yang bertindak dengan kuasa Roh Kudus-Nya, maka kita tidak perlu meragukan efeknya, karena pasti Kristus mencapai maksud-Nya.
Puncak karya Kristus adalah Misteri Paska-Nya, maka Misteri Paska inilah yang dihadirkan di dalam liturgi Gereja. Jadi Misteri Paska yang sungguh-sungguh telah terjadi di masa lampau dihadirkan kembali oleh kuasa Roh Kudus. Karena Kristus telah menang atas kuasa dosa dan maut, maka Misteri Paska-Nya tidak berlalu begitu saja ditelan waktu, namun dapat dihadirkan kembali oleh kuasa Ilahi, yang mengatasi segala tempat dan waktu. Hal ini dilakukan Allah karena besar kasih-Nya kepada kita, sehingga kita yang tidak hidup pada masa Yesus hidup di dunia dapat pula mengambil bagian di dalam kejadian Misteri Paska Kristus dan menerima buah penebusan-Nya.
Kristus selalu hadir di dalam Gereja, terutama di dalam perayaan liturgi. Pada perayaan Ekaristi / Misa kudus, Kristus tidak hanya hadir di dalam diri imam-Nya, namun juga di dalam wujud hosti kudus (lihat artikel: Sudahkah kita pahami arti Ekaristi?). Liturgi di dunia menjadi gambaran liturgi surgawi di mana Yesus duduk di sisi kanan Allah Bapa, dan kita semua sebagai anggota Gereja memuliakan Allah bersama seluruh isi surga.
Roh Kudus dan Gereja di dalam Liturgi
Jika Roh Kudus bekerja di dalam diri seseorang, maka Ia akan menggerakkan hati orang tersebut untuk bekerjasama dengan Allah. Kita dapat melihat hal ini pada teladan Bunda Maria dan para Rasul. Demikian halnya liturgi menjadi hasil kerjasama Roh Kudus dengan kita sebagai anggota Gereja. Kerjasama Roh Kudus dan Gereja ini menghadirkan Kristus dan karya keselamatan-Nya di dalam liturgi, sehingga liturgi bukan sekedar �kenangan� akan Misteri Kristus, melainkan adalah kehadiran Misteri Kristus yang satu-satunya itu.
Peran Roh Kudus dinyatakan pada saat pembacaan Sabda Allah, karena Roh Kudus menjadikan Sabda itu dapat diterima dan dilaksanakan di dalam hidup umat. Kemudian Roh Kudus memberikan pengertian rohani terhadap Sabda Tuhan itu, yang menghidupkan perkataan doa, tindakan dan tanda-tanda lahiriah yang dipergunakan dalam liturgi, dan dengan demikian Roh Kudus menghidupkan hubungan antara umat (beserta para imam) dengan Kristus. Selanjutnya peran Roh Kudus nyata saat konsekrasi, yaitu saat roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Di sinilah puncak perayaan Ekaristi terjadi, saat Kristus berkenan menghadirkan Diri di tengah Gereja-Nya.
Oleh karena itu Sang Pelaku yang utama dalam liturgi adalah Kristus, dan kita sebagai anggota Gereja mengambil bagian di dalam karya keselamatan Allah yang dilakukan oleh Kristus itu. Dengan demikian bukan kita pribadi yang dapat menentukan segala sesuatunya dalam liturgi menurut kehendak sendiri, melainkan kita sepantasnya mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan Yesus dalam perayaan tersebut, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para rasul dan diteruskan dengan setia oleh para penerus mereka.
Kristus mengajak kita ikut serta mengambil bagian dalam Misteri Keselamatan-Nya
Yesus mengajak kita semua ikut mengambil bagian dalam karya keselamatan-Nya, terutama dalam Misteri Paska-Nya yang dihadirkan kembali di dalam Liturgi. Karena kuasa kasih dan kebangkitan-Nya, Kristus memberikan kita kesempatan yang sama dengan orang-orang yang hidup pada zaman Ia hidup di dunia 2000 tahun yang lalu, yaitu menyaksikan dan ikut mengambil bagian dalam peristiwa yang mendatangkan keselamatan kita, yaitu wafatNya di salib, kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke surga. Secara khusus penghadiran Misteri Paska ini nyata dalam Ekaristi, yang merupakan penghadiran kurban Kristus yang sama dan satu-satunya itu oleh kuasa Roh Kudus. Kuasa Roh Kudus yang dulu menghadirkan Yesus dalam rahim Maria, kini hadir untuk menghadirkan Yesus di altar. Kuasa Roh Kudus yang dulu hadir pada hari Pentakosta kini hadir di dalam setiap perayaan Ekaristi, untuk mengubah kita menjadi seperti para rasul, dipenuhi kasih dan semangat yang berkobar untuk ikut serta melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah di dunia ini.
Jika kita menghayati kebenaran ini, kita seharusnya tidak bosan dan mengantuk dalam mengikuti misa. Sebab jika demikian, kita seumpama mereka yang hidup di jaman Yesus, hadir di bawah kaki salib Yesus, tetapi malah melamun dan tidak mempunyai perhatian akan apa yang sedang terjadi di hadapan mata mereka. Sungguh tragis, bukan? Memang Misteri Paska itu tidak hadir persis secara fisik seperti 2000 tahun lalu, namun secara rohani, Misteri Kristus yang sama dan satu-satunya itu hadir dan membawa efek yang sama seperti pada 2000 tahun yang lalu. Betapa dalamnya makna dari misteri ini, namun kita perlu menilik ke dalam hati kita yang terdalam untuk melihatnya dengan mata rohani dan menghayatinya dengan sikap tunduk dan kagum.
Bagaimana sikap kita di dalam liturgi
Bayangkan jika anda secara pribadi diundang pesta oleh Bapak Presiden. Tentu anda akan mempersiapkan diri sebaik-baiknya bukan? Anda akan berpakaian yang sopan, bersikap yang pantas, mempersiapkan apa yang akan anda bicarakan, dan anda akan datang tidak terlambat, jika perlu siap sebelum waktunya. Mari kita memeriksa diri, sudahkah kita bersikap demikian di dalam �pertemuan� kita dengan Tuhan di dalam liturgi. Karena Tuhan jauh lebih mulia dan lebih penting daripada Bapak Presiden, seharusnya persiapan kita jauh lebih baik daripada persiapan bertemu dengan Presiden.
Langkah #1: Mempersiapkan diri sebelum mengikuti liturgi dan mengarahkan hati sewaktu mengikuti liturgi
Untuk menyadari kedalaman arti misteri ini, kita harus mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh sebelum mengambil bagian di dalam liturgi. Persiapan ini dapat berbentuk: membaca dan merenungkan ayat kitab suci pada hari itu, hening di sepanjang jalan menuju ke gereja, datang di gereja lebih awal, berpuasa (1 jam sebelum menyambut Ekaristi dan terutama berpuasa sebelum menerima sakramen Pembaptisan dan Penguatan), memeriksa batin, mengaku dosa dalam sakramen Tobat sebelum menerima Ekaristi.
Lalu, sewaktu mengikuti liturgi, kitapun harus senantiasa mengarahkan sikap hati yang benar. Jika terjadi �pelanturan�, segeralah kita kembali mengarahkan hati kepada Tuhan. Kita harus mengarahkan akal budi kita untuk menerima dengan iman bahwa Yesus sendirilah yang bekerja melalui liturgi, dan bahwa Roh KudusNya menghidupkan kata-kata doa dan teks Sabda Tuhan yang diucapkan di dalam liturgi, sehingga menguduskan tanda-tanda lahiriah yang dipergunakan di dalam liturgi untuk mendatangkan rahmat Tuhan.
Sikap hati ini dapat diwujudkan pula dengan berpakaian yang sopan, tidak �ngobrol� pada saat mengikuti liturgi, dan tidak menyalakan hp/ mengangkat telpon di gereja. Sebab jika demikian dapat dipastikan bahwa hati kita tidak sepenuhnya terarah pada Tuhan.
Langkah #2: Bersikap aktif: jangan hanya menerima tetapi juga memberi kepada Tuhan
St. Thomas Aquinas mengajarkan bahwa penyembahan yang sempurna itu mencakup dua hal, yaitu menerima dan memberikan berkat-berkat ilahi. Di dalam liturgi, penyembahan kita kepada Tuhan mencapai puncaknya, saat kita kita turut memberikan / mempersembahkan diri kita kepada Tuhan dan pada saat kita menerima buah dari penebusan Kristus melalui Misteri Paska-Nya. Puncak liturgi adalah Ekaristi, di mana di dalam Misteri Paska yang dihadirkan kembali itu, Kristus menjadi Imam Agung, dan sekaligus Kurban penebus dosa.
Dalam liturgi Ekaristi, kita sebagai anggota Tubuh Kristus seharusnya tidak hanya �menonton� atau sekedar menerima, tetapi ikut mengambil bagian dalam peran Kristus sebagai Imam Agung dan Kurban tersebut. Caranya adalah dengan turut mempersembahkan diri kita, beserta segala ucapan syukur, suka duka, pergumulan, dan pengharapan, untuk kita persatukan dengan kurban Kristus. Setiap kali menghadiri misa, kita bawa segala kurban persembahan diri kita untuk diangkat ke hadirat Tuhan, terutama pada saat konsekrasi, yaitu saat kurban roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Yesus. Dengan demikian kurban kita akan menjadi satu dengan kurban Yesus. Oleh karena itu, liturgi menjadi penyembahan yang sempurna karena Kristus yang adalah satu-satunya Imam Agung dan Kurban yang sempurna, menyempurnakan segala penyembahan kita. Bersama Yesus di dalam liturgi kita akan sungguh dapat menyembah Allah Bapa di dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24), karena di dalam liturgi kuasa Roh Kudus bekerja menghadirkan Kristus yang adalah Kebenaran itu sendiri.
Hal kehadiran Yesus tidak hanya terjadi dalam Ekaristi, tetapi juga di dalam liturgi yang lain, yaitu Pembaptisan, Penguatan, Pengakuan Dosa, Perkawinan, Tahbisan suci, dan Pengurapan orang sakit. Dalam liturgi tersebut, kita harus berusaha untuk aktif berpartisipasi agar dapat sungguh menghayati maknanya. Partisipasi aktif ini bukan saja dari segi ikut menyanyi, atau membaca segala doa yang tertulis, melainkan terutama partisipasi dari segi mengangkat hati dan jiwa untuk menyembah dan memuji Tuhan, dan meresapkan segala perkataan yang diucapkan di dalam hati.
Langkah #3: Jangan memusatkan perhatian pada diri sendiri tetapi pada Kristus
Jadi, agar dapat menghayati liturgi, kita harus memusatkan perhatian kita kepada Kristus, dan pada apa yang telah dilakukanNya bagi kita, yaitu: oleh kasihNya yang tak terbatas, Kristus tidak menyayangkan nyawa-Nya dan mau wafat bagi kita untuk menghapus dosa-dosa kita. Kita bayangkan Yesus sendiri yang hadir di dalam liturgi dan berbicara sendiri kepada kita. Dengan berfokus pada Kristus, kita akan memperoleh kekuatan baru, sebab segala pergumulan kita akan nampak tak sebanding dengan penderitaan-Nya. Kitapun akan dikuatkan di dalam pengharapan karena percaya bahwa Roh Kudus yang sama, yang telah membangkitkan Yesus dari kubur akan dapat pula membangkitkan kita dari pengaruh dosa dan segala kesulitan kita.
Jika kita memusatkan hati dan pikiran pada Kristus, maka kita tidak akan terlalu terpengaruh jika musik atau penyanyi di gereja kurang sempurna, khotbah kurang bersemangat, kurang keakraban ataupun hawa panas dan banyak nyamuk. Walaupun tentu saja, idealnya semua hal itu sedapat mungkin diperbaiki. Kita bahkan dapat mempersembahkan kesetiaan kita disamping segala ketidak-sempurnaan itu sebagai kurban yang murni bagi Tuhan. Langkah berikutnya adalah, apa yang dapat kita lakukan untuk turut membantu memperbaiki kondisi tersebut. Inilah salah satu cara menghasilkan �buah� dari penerimaan rahmat Tuhan yang kita terima melalui liturgi.
Liturgi adalah sumber kehidupan
Jadi sebagai karya Kristus, liturgi menjadi kegiatan Gereja di mana Kristus hadir dan membagikan rahmat-Nya, yang menjadi sumber kehidupan rohani kita. Walaupun demikian, liturgi harus didahului oleh pewartaan Injil, iman dan pertobatan, sebab tanpa ketiga hal tersebut akan sangat sulit bagi kita untuk menghayati perayaan liturgi, apalagi menghasilkan buahnya dalam kehidupan sehari-hari. Ibaratnya tak kenal maka tak sayang, maka jika kita ingin menghayati liturgi, maka sudah selayaknya kita mengetahui makna liturgi, menerimanya dengan iman dan menanggapinya dengan pertobatan.
Liturgi yang bersumber pada Allah menjadi sumber dan puncak kegiatan Gereja. Bersumber pada liturgi ini, Gereja menimba kekuatan untuk melaksanakan pembaharuan di dalam Roh, misi perutusan, dan menjaga persatuan umat. Maka jika kita mengalami �kemacetan ataupun percekcokan� di dalam kegiatan paroki, petunjuk praktis untuk memeriksa adalah: Sudah cukupkah keterlibatan anggota dalam Ekaristi - tiap minggu atau jika mungkin setiap hari? Adakah kedisiplinan anggota untuk mengaku dosa di dalam Sakramen Tobat secara teratur, misalnya sebulan sekali? Walaupun demikian, kehidupan rohani kita tidak terbatas hanya dari keikutsertaan dalam liturgi, tetapi juga dari kehidupan doa yang benar (doa pribadi (Mat 6:6) dan doa tanpa henti (1Tes 5:17)).
Kesimpulan
Seperti telah diuraikan di atas: liturgi merupakan partisipasi kita di dalam doa Kristus kepada Allah Bapa oleh kuasa Roh Kudus. Liturgi terutama Ekaristi yang menghadirkan Misteri Paska Kristus merupakan peringatan akan karya Allah Tritunggal untuk mendatangkan keselamatan bagi dunia. Maka liturgi merupakan puncak kegiatan Gereja, dan sumber di mana kuasa Gereja dicurahkan, yaitu kehidupan baru di dalam Roh, keikutsertaan di dalam misi perutusan Gereja dan pelayanan terhadap kesatuan Gereja. Jadi bagi kita umat beriman, terutama yang ikut ambil bagian di dalam karya kerasulan awam, keikutsertaan di dalam liturgi merupakan sesuatu yang utama. Tidak bisa kita melayani umat, jika kita sendiri tidak diisi dan diperbaharui oleh rahmat Tuhan sendiri. Prinsipnya, �kita tidak bisa memberi, jika kita tidak terlebih dahulu menerima� rahmat yang dari Allah.
Rahmat Allah ini secara nyata kita terima melalui liturgi. Dalam hal ini, Ekaristi memegang peranan penting karena di dalamnya rahmat yang diberikan adalah Kristus sendiri. Kini tinggal giliran kita untuk memeriksa diri dan mempersiapkan hati untuk menerima berkat rahmat itu. Jika kita mempunyai sikap hati yang benar dan berpartisipasi aktif di dalam liturgi, maka Tuhan sendiri akan memberkati dan menjadikan kita anggota TubuhNya yang menghasilkan buah bagi kemuliaan nama-Nya. Menimba bekal rohani melalui liturgi merupakan salah satu cara yang paling nyata untuk menjawab undangan Tuhan Yesus, �Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu�. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa� (Yoh 15:4-5).
Sumber : http://katolisitas.org/224/apa-yang-harus-kuketahui-tentang-liturgi
Saya pernah mendengar bahwa ada orang-orang yang mengatakan liturgi di Gereja Katolik itu �membosankan�. Katanya lagu-lagunya itu-itu saja, kurang bersemangat dan kurang berkesan. Apa iya, demikian halnya? Sebelum berkomentar, mari kita lihat dulu apa sebenarnya arti liturgi di dalam Gereja Katolik. Lalu, setelah itu baru kita tilik kembali komentar itu. Sebab, jangan-jangan masalahnya bukan pada liturgi-nya tetapi pada diri si penerima. Ibaratnya, �kesalahan bukan pada stasiun pemancar radio, tetapi pada antena anda.� Walaupun demikian, mari kita lihat juga apa yang perlu kita lakukan supaya kita dapat menghayati liturgi dan menjadikannya bagian dari diri kita, supaya kita tidak sampai bosan. Ini adalah bentuk �perbaikan antena� sehingga radio kita dapat menangkap sinyal dengan lebih baik.
Pengertian liturgi
Telah kita ketahui bahwa sakramen adalah penghadiran Misteri Kristus (lihat artikel: Sakramen: Apa pentingnya dalam kehidupan iman kita?). Di dalam liturgi, Gereja merayakan Misteri Paskah Kristus yaitu sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga- yang membawa kita kepada Keselamatan. Dengan merayakan Misteri Kristus ini, kita memperingati dan merayakan bagaimana Allah Bapa telah memenuhi janji dan menyingkapkan rencana keselamatan-Nya dengan menyerahkan Yesus Putera-Nya oleh kuasa Roh Kudus untuk menyelamatkan dunia. Jadi sumber dan tujuan liturgi adalah Allah sendiri.
Liturgi pada awalnya berarti �karya publik�. Dalam sejarah perkembangan Gereja, liturgi diartikan sebagai keikutsertaan umat dalam karya keselamatan Allah. Di dalam liturgi, Kristus melanjutkan karya Keselamatan di dalam, dengan dan melalui Gereja-Nya. Pada jaman Gereja awal seperti dijabarkan di dalam surat rasul Paulus, para pengikut Kristus beribadah bersama di dalam liturgi (dikatakan sebagai �korban dan ibadah iman� di dalam Flp 2:17). Termasuk di sini adalah pewartaan Injil �(Rom 15:16); dan pelayanan kasih (2 Kor 9:12). Maka, dalam Perjanjian Baru, kata �liturgi� mencakup tiga hal, yaitu ibadat, pewartaan dan pelayanan kasih yang merupakan partisipasi Gereja dalam meneruskan tugas Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja.
Secara khusus, liturgi merupakan wujud pelaksanaan tugas Kristus sebagai Imam Agung. Dalam hal ini, liturgi merupakan penyembahan Kristus kepada Allah Bapa, namun dalam melakukan penyembahan ini, Kristus melibatkan TubuhNya, yaitu Gereja; sehingga liturgi merupakan karya bersama antara Kristus (Sang Kepala) dan Gereja (Tubuh Kristus). Konsili Vatikan II mengajarkan pengertian tentang liturgi sebagai berikut:
�Maka, benarlah bahwa liturgi dipandang sebagai pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus. Di dalam liturgi, dengan tanda-tanda lahiriah, pengudusan manusia dilambangkan dan dihasilkan dengan cara yang layak bagi masing-masing tanda ini; di dalam Liturgi, seluruh ibadat publik dilaksanakan oleh Tubuh Mistik Yesus Kristus, yakni Kepala beserta para anggota-Nya.
Oleh karena itu setiap perayaan liturgis sebagai karya Kristus sang Imam serta Tubuh-Nya yakni Gereja, merupakan kegiatan suci yang sangat istimewa. Tidak ada tindakan Gereja lainnya yang menandingi daya dampaknya dengan dasar yang sama serta dalam tingkatan yang sama.�
Oleh karena itu tidak ada kegiatan Gereja yang lebih tinggi nilainya daripada liturgi karena di dalam liturgi terwujudlah persatuan yang begitu erat antara Kristus dengan Gereja sebagai �Mempelai�-Nya dan Tubuh-Nya sendiri.
Paus Pius XII dalam surat ensikliknya tentang Liturgi Suci, Mediator Dei, menjabarkankan definisi liturgi sebagai berikut:
�Liturgi adalah ibadat publik yang dilakukan oleh Penebus kita sebagai Kepala Gereja kepada Allah Bapa dan juga ibadat yang dilakukan oleh komunitas umat beriman kepada Pendirinya [Kristus], dan melalui Dia kepada Bapa. Singkatnya, liturgi adalah ibadat penyembahan yang dilaksanakan oleh Tubuh Mistik Kristus secara keseluruhan, yaitu Kepala dan anggota-anggotanya.�
Atau, dengan kata lain, definisi liturgi adalah seperti yang dirumuskan oleh Rm. Emanuel Martasudjita, Pr. dalam bukunya Liturgi, yaitu: �Liturgi adalah perayaan misteri karya keselamatan Allah di dalam Kristus, yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Sang Imam Agung, bersama Gereja-Nya di dalam ikatan Roh Kudus.�
Allah Bapa : Sumber dan Tujuan Liturgi
Alkitab mengatakan, �Terpujilah Allah Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia yang dikasihi-Nya� (Ef 1:3-6). Dari sini kita mengetahui bahwa Allah Bapalah yang memberikan rahmat sorgawi kepada kita, melalui Kristus dan di dalam Kristus. Dan karena rahmat itu diberikan di dalam sakramen melalui liturgi, maka sumber liturgi adalah Allah Bapa, dan tujuan liturgi adalah kemuliaan Allah.
Kristus Bekerja di dalam Liturgi
Karena Kristus telah bangkit mengalahkan maut, maka, Ia yang telah duduk di sisi kanan Allah Bapa, pada saat yang sama dapat terus mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada Tubuh-Nya, yaitu Gereja-Nya, melalui sakramen-sakramen. Karena Yesus sendiri yang bertindak dengan kuasa Roh Kudus-Nya, maka kita tidak perlu meragukan efeknya, karena pasti Kristus mencapai maksud-Nya.
Puncak karya Kristus adalah Misteri Paska-Nya, maka Misteri Paska inilah yang dihadirkan di dalam liturgi Gereja. Jadi Misteri Paska yang sungguh-sungguh telah terjadi di masa lampau dihadirkan kembali oleh kuasa Roh Kudus. Karena Kristus telah menang atas kuasa dosa dan maut, maka Misteri Paska-Nya tidak berlalu begitu saja ditelan waktu, namun dapat dihadirkan kembali oleh kuasa Ilahi, yang mengatasi segala tempat dan waktu. Hal ini dilakukan Allah karena besar kasih-Nya kepada kita, sehingga kita yang tidak hidup pada masa Yesus hidup di dunia dapat pula mengambil bagian di dalam kejadian Misteri Paska Kristus dan menerima buah penebusan-Nya.
Kristus selalu hadir di dalam Gereja, terutama di dalam perayaan liturgi. Pada perayaan Ekaristi / Misa kudus, Kristus tidak hanya hadir di dalam diri imam-Nya, namun juga di dalam wujud hosti kudus (lihat artikel: Sudahkah kita pahami arti Ekaristi?). Liturgi di dunia menjadi gambaran liturgi surgawi di mana Yesus duduk di sisi kanan Allah Bapa, dan kita semua sebagai anggota Gereja memuliakan Allah bersama seluruh isi surga.
Roh Kudus dan Gereja di dalam Liturgi
Jika Roh Kudus bekerja di dalam diri seseorang, maka Ia akan menggerakkan hati orang tersebut untuk bekerjasama dengan Allah. Kita dapat melihat hal ini pada teladan Bunda Maria dan para Rasul. Demikian halnya liturgi menjadi hasil kerjasama Roh Kudus dengan kita sebagai anggota Gereja. Kerjasama Roh Kudus dan Gereja ini menghadirkan Kristus dan karya keselamatan-Nya di dalam liturgi, sehingga liturgi bukan sekedar �kenangan� akan Misteri Kristus, melainkan adalah kehadiran Misteri Kristus yang satu-satunya itu.
Peran Roh Kudus dinyatakan pada saat pembacaan Sabda Allah, karena Roh Kudus menjadikan Sabda itu dapat diterima dan dilaksanakan di dalam hidup umat. Kemudian Roh Kudus memberikan pengertian rohani terhadap Sabda Tuhan itu, yang menghidupkan perkataan doa, tindakan dan tanda-tanda lahiriah yang dipergunakan dalam liturgi, dan dengan demikian Roh Kudus menghidupkan hubungan antara umat (beserta para imam) dengan Kristus. Selanjutnya peran Roh Kudus nyata saat konsekrasi, yaitu saat roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Di sinilah puncak perayaan Ekaristi terjadi, saat Kristus berkenan menghadirkan Diri di tengah Gereja-Nya.
Oleh karena itu Sang Pelaku yang utama dalam liturgi adalah Kristus, dan kita sebagai anggota Gereja mengambil bagian di dalam karya keselamatan Allah yang dilakukan oleh Kristus itu. Dengan demikian bukan kita pribadi yang dapat menentukan segala sesuatunya dalam liturgi menurut kehendak sendiri, melainkan kita sepantasnya mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan Yesus dalam perayaan tersebut, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para rasul dan diteruskan dengan setia oleh para penerus mereka.
Kristus mengajak kita ikut serta mengambil bagian dalam Misteri Keselamatan-Nya
Yesus mengajak kita semua ikut mengambil bagian dalam karya keselamatan-Nya, terutama dalam Misteri Paska-Nya yang dihadirkan kembali di dalam Liturgi. Karena kuasa kasih dan kebangkitan-Nya, Kristus memberikan kita kesempatan yang sama dengan orang-orang yang hidup pada zaman Ia hidup di dunia 2000 tahun yang lalu, yaitu menyaksikan dan ikut mengambil bagian dalam peristiwa yang mendatangkan keselamatan kita, yaitu wafatNya di salib, kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke surga. Secara khusus penghadiran Misteri Paska ini nyata dalam Ekaristi, yang merupakan penghadiran kurban Kristus yang sama dan satu-satunya itu oleh kuasa Roh Kudus. Kuasa Roh Kudus yang dulu menghadirkan Yesus dalam rahim Maria, kini hadir untuk menghadirkan Yesus di altar. Kuasa Roh Kudus yang dulu hadir pada hari Pentakosta kini hadir di dalam setiap perayaan Ekaristi, untuk mengubah kita menjadi seperti para rasul, dipenuhi kasih dan semangat yang berkobar untuk ikut serta melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah di dunia ini.
Jika kita menghayati kebenaran ini, kita seharusnya tidak bosan dan mengantuk dalam mengikuti misa. Sebab jika demikian, kita seumpama mereka yang hidup di jaman Yesus, hadir di bawah kaki salib Yesus, tetapi malah melamun dan tidak mempunyai perhatian akan apa yang sedang terjadi di hadapan mata mereka. Sungguh tragis, bukan? Memang Misteri Paska itu tidak hadir persis secara fisik seperti 2000 tahun lalu, namun secara rohani, Misteri Kristus yang sama dan satu-satunya itu hadir dan membawa efek yang sama seperti pada 2000 tahun yang lalu. Betapa dalamnya makna dari misteri ini, namun kita perlu menilik ke dalam hati kita yang terdalam untuk melihatnya dengan mata rohani dan menghayatinya dengan sikap tunduk dan kagum.
Bagaimana sikap kita di dalam liturgi
Bayangkan jika anda secara pribadi diundang pesta oleh Bapak Presiden. Tentu anda akan mempersiapkan diri sebaik-baiknya bukan? Anda akan berpakaian yang sopan, bersikap yang pantas, mempersiapkan apa yang akan anda bicarakan, dan anda akan datang tidak terlambat, jika perlu siap sebelum waktunya. Mari kita memeriksa diri, sudahkah kita bersikap demikian di dalam �pertemuan� kita dengan Tuhan di dalam liturgi. Karena Tuhan jauh lebih mulia dan lebih penting daripada Bapak Presiden, seharusnya persiapan kita jauh lebih baik daripada persiapan bertemu dengan Presiden.
Langkah #1: Mempersiapkan diri sebelum mengikuti liturgi dan mengarahkan hati sewaktu mengikuti liturgi
Untuk menyadari kedalaman arti misteri ini, kita harus mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh sebelum mengambil bagian di dalam liturgi. Persiapan ini dapat berbentuk: membaca dan merenungkan ayat kitab suci pada hari itu, hening di sepanjang jalan menuju ke gereja, datang di gereja lebih awal, berpuasa (1 jam sebelum menyambut Ekaristi dan terutama berpuasa sebelum menerima sakramen Pembaptisan dan Penguatan), memeriksa batin, mengaku dosa dalam sakramen Tobat sebelum menerima Ekaristi.
Lalu, sewaktu mengikuti liturgi, kitapun harus senantiasa mengarahkan sikap hati yang benar. Jika terjadi �pelanturan�, segeralah kita kembali mengarahkan hati kepada Tuhan. Kita harus mengarahkan akal budi kita untuk menerima dengan iman bahwa Yesus sendirilah yang bekerja melalui liturgi, dan bahwa Roh KudusNya menghidupkan kata-kata doa dan teks Sabda Tuhan yang diucapkan di dalam liturgi, sehingga menguduskan tanda-tanda lahiriah yang dipergunakan di dalam liturgi untuk mendatangkan rahmat Tuhan.
Sikap hati ini dapat diwujudkan pula dengan berpakaian yang sopan, tidak �ngobrol� pada saat mengikuti liturgi, dan tidak menyalakan hp/ mengangkat telpon di gereja. Sebab jika demikian dapat dipastikan bahwa hati kita tidak sepenuhnya terarah pada Tuhan.
Langkah #2: Bersikap aktif: jangan hanya menerima tetapi juga memberi kepada Tuhan
St. Thomas Aquinas mengajarkan bahwa penyembahan yang sempurna itu mencakup dua hal, yaitu menerima dan memberikan berkat-berkat ilahi. Di dalam liturgi, penyembahan kita kepada Tuhan mencapai puncaknya, saat kita kita turut memberikan / mempersembahkan diri kita kepada Tuhan dan pada saat kita menerima buah dari penebusan Kristus melalui Misteri Paska-Nya. Puncak liturgi adalah Ekaristi, di mana di dalam Misteri Paska yang dihadirkan kembali itu, Kristus menjadi Imam Agung, dan sekaligus Kurban penebus dosa.
Dalam liturgi Ekaristi, kita sebagai anggota Tubuh Kristus seharusnya tidak hanya �menonton� atau sekedar menerima, tetapi ikut mengambil bagian dalam peran Kristus sebagai Imam Agung dan Kurban tersebut. Caranya adalah dengan turut mempersembahkan diri kita, beserta segala ucapan syukur, suka duka, pergumulan, dan pengharapan, untuk kita persatukan dengan kurban Kristus. Setiap kali menghadiri misa, kita bawa segala kurban persembahan diri kita untuk diangkat ke hadirat Tuhan, terutama pada saat konsekrasi, yaitu saat kurban roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Yesus. Dengan demikian kurban kita akan menjadi satu dengan kurban Yesus. Oleh karena itu, liturgi menjadi penyembahan yang sempurna karena Kristus yang adalah satu-satunya Imam Agung dan Kurban yang sempurna, menyempurnakan segala penyembahan kita. Bersama Yesus di dalam liturgi kita akan sungguh dapat menyembah Allah Bapa di dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24), karena di dalam liturgi kuasa Roh Kudus bekerja menghadirkan Kristus yang adalah Kebenaran itu sendiri.
Hal kehadiran Yesus tidak hanya terjadi dalam Ekaristi, tetapi juga di dalam liturgi yang lain, yaitu Pembaptisan, Penguatan, Pengakuan Dosa, Perkawinan, Tahbisan suci, dan Pengurapan orang sakit. Dalam liturgi tersebut, kita harus berusaha untuk aktif berpartisipasi agar dapat sungguh menghayati maknanya. Partisipasi aktif ini bukan saja dari segi ikut menyanyi, atau membaca segala doa yang tertulis, melainkan terutama partisipasi dari segi mengangkat hati dan jiwa untuk menyembah dan memuji Tuhan, dan meresapkan segala perkataan yang diucapkan di dalam hati.
Langkah #3: Jangan memusatkan perhatian pada diri sendiri tetapi pada Kristus
Jadi, agar dapat menghayati liturgi, kita harus memusatkan perhatian kita kepada Kristus, dan pada apa yang telah dilakukanNya bagi kita, yaitu: oleh kasihNya yang tak terbatas, Kristus tidak menyayangkan nyawa-Nya dan mau wafat bagi kita untuk menghapus dosa-dosa kita. Kita bayangkan Yesus sendiri yang hadir di dalam liturgi dan berbicara sendiri kepada kita. Dengan berfokus pada Kristus, kita akan memperoleh kekuatan baru, sebab segala pergumulan kita akan nampak tak sebanding dengan penderitaan-Nya. Kitapun akan dikuatkan di dalam pengharapan karena percaya bahwa Roh Kudus yang sama, yang telah membangkitkan Yesus dari kubur akan dapat pula membangkitkan kita dari pengaruh dosa dan segala kesulitan kita.
Jika kita memusatkan hati dan pikiran pada Kristus, maka kita tidak akan terlalu terpengaruh jika musik atau penyanyi di gereja kurang sempurna, khotbah kurang bersemangat, kurang keakraban ataupun hawa panas dan banyak nyamuk. Walaupun tentu saja, idealnya semua hal itu sedapat mungkin diperbaiki. Kita bahkan dapat mempersembahkan kesetiaan kita disamping segala ketidak-sempurnaan itu sebagai kurban yang murni bagi Tuhan. Langkah berikutnya adalah, apa yang dapat kita lakukan untuk turut membantu memperbaiki kondisi tersebut. Inilah salah satu cara menghasilkan �buah� dari penerimaan rahmat Tuhan yang kita terima melalui liturgi.
Liturgi adalah sumber kehidupan
Jadi sebagai karya Kristus, liturgi menjadi kegiatan Gereja di mana Kristus hadir dan membagikan rahmat-Nya, yang menjadi sumber kehidupan rohani kita. Walaupun demikian, liturgi harus didahului oleh pewartaan Injil, iman dan pertobatan, sebab tanpa ketiga hal tersebut akan sangat sulit bagi kita untuk menghayati perayaan liturgi, apalagi menghasilkan buahnya dalam kehidupan sehari-hari. Ibaratnya tak kenal maka tak sayang, maka jika kita ingin menghayati liturgi, maka sudah selayaknya kita mengetahui makna liturgi, menerimanya dengan iman dan menanggapinya dengan pertobatan.
Liturgi yang bersumber pada Allah menjadi sumber dan puncak kegiatan Gereja. Bersumber pada liturgi ini, Gereja menimba kekuatan untuk melaksanakan pembaharuan di dalam Roh, misi perutusan, dan menjaga persatuan umat. Maka jika kita mengalami �kemacetan ataupun percekcokan� di dalam kegiatan paroki, petunjuk praktis untuk memeriksa adalah: Sudah cukupkah keterlibatan anggota dalam Ekaristi - tiap minggu atau jika mungkin setiap hari? Adakah kedisiplinan anggota untuk mengaku dosa di dalam Sakramen Tobat secara teratur, misalnya sebulan sekali? Walaupun demikian, kehidupan rohani kita tidak terbatas hanya dari keikutsertaan dalam liturgi, tetapi juga dari kehidupan doa yang benar (doa pribadi (Mat 6:6) dan doa tanpa henti (1Tes 5:17)).
Kesimpulan
Seperti telah diuraikan di atas: liturgi merupakan partisipasi kita di dalam doa Kristus kepada Allah Bapa oleh kuasa Roh Kudus. Liturgi terutama Ekaristi yang menghadirkan Misteri Paska Kristus merupakan peringatan akan karya Allah Tritunggal untuk mendatangkan keselamatan bagi dunia. Maka liturgi merupakan puncak kegiatan Gereja, dan sumber di mana kuasa Gereja dicurahkan, yaitu kehidupan baru di dalam Roh, keikutsertaan di dalam misi perutusan Gereja dan pelayanan terhadap kesatuan Gereja. Jadi bagi kita umat beriman, terutama yang ikut ambil bagian di dalam karya kerasulan awam, keikutsertaan di dalam liturgi merupakan sesuatu yang utama. Tidak bisa kita melayani umat, jika kita sendiri tidak diisi dan diperbaharui oleh rahmat Tuhan sendiri. Prinsipnya, �kita tidak bisa memberi, jika kita tidak terlebih dahulu menerima� rahmat yang dari Allah.
Rahmat Allah ini secara nyata kita terima melalui liturgi. Dalam hal ini, Ekaristi memegang peranan penting karena di dalamnya rahmat yang diberikan adalah Kristus sendiri. Kini tinggal giliran kita untuk memeriksa diri dan mempersiapkan hati untuk menerima berkat rahmat itu. Jika kita mempunyai sikap hati yang benar dan berpartisipasi aktif di dalam liturgi, maka Tuhan sendiri akan memberkati dan menjadikan kita anggota TubuhNya yang menghasilkan buah bagi kemuliaan nama-Nya. Menimba bekal rohani melalui liturgi merupakan salah satu cara yang paling nyata untuk menjawab undangan Tuhan Yesus, �Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu�. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa� (Yoh 15:4-5).
Sumber : http://katolisitas.org/224/apa-yang-harus-kuketahui-tentang-liturgi
Tuesday, August 7, 2012
Tugas Pelayanan Lektor dalam Ekaristi
Arti Kata
Lektor berasal dari kata benda bahasa Latin lector yang berarti pembaca. Istilah ini mengacu pada petugas khusus dalam liturgi yang membacakan secara lantang Firman Tuhan yang tertulis dalam Buku Bacaan (Lectionarium) atau dalam Kitab Suci, biasanya dari mimbar Sabda, agar dapat didengar dengan mudah dan dipahami dengan baik oleh seluruh umat yang hadir dalam perayaan liturgi.
Sedikit sejarahnya.
Sejarah lektor bisa dijejaki hingga ke periode Perjanjian Lama. Dalam liturgi sabda di sinagoga, seseorang membacakan Sabda Tuhan yang diambil dari Kitab Taurat dan Para Nabi. Pembaca muncul dari tengah umat dan membuka gulungan Kitab Suci lalu membacakannya dengan lantang. Sesudah pembacaan biasanya ia memberikan penjelasan tentang isi bacaan itu.
Dalam tradisi Kristen, kebiasaan membaca Kitab Suci sudah terdapat dalam Gereja. Perdana. Pada abad II membaca Firman Tuhan adalah kebiasaan khusus kaum klerus. Pada abad ke-5 kebiasaan ini hilang. Mulai dipakai anak muda yang tinggal di asrama uskup. Mereka mendapat pendidikan khusus dan belajar membaca. Kelompok mereka disebut Schola Lectorum. Pada abad ke 6 dan 7 dan selanjutnya anak muda dari Schola Lectorum mulai belajar secara khusus pengetahuan dan ketrampilan musik dan nyanyian sehingga pendidikannya disebut Schola Cantorum. Karena itu mereka tak laksanakan tugas kewajiban membaca. Maka subdiakon atau diakonlah yang membawakan bacaan dalam perayaan meriah
Kini sesudah pembaharuan Konsili Vatikan II, dalam Ministeria Quaedam, lektor sebagai pembaca Firman Tuhan merupakan satu jenjang pelayanan yang harus dilaksanakan oleh seorang calon imam sebelum menerima tahbisan diakon dan imam. Tugas pelayanan ini dapat dilaksanakan oleh orang awam setelah memenuhi persyaratan-persyaratan yang dituntut.
Tugas umum dan khusus lektor:
# Menyiapkan bacaan
# Bisa membawa Evangeliarium (Buku Bacaan Injil) dalam perarakan masuk
# Bisa membawakan Mazmur Tanggapan
# Membacakan bacaan I dan II. Inilah tugas khususnya
Refleksi dan petunjuk praktis tentang tugas lektor
# Yang Anda lakukan adalah suatu keterlibatan dalam seluruh karya Roh Tuhan untuk membuka hati umat Allah terhadap sabda-Nya yang kudus.
# Yang anda lakukan adalah suatu tugas kewajiban untuk menceriterakan sejarah keluarga bangsa umat Allah, bukan hanya sejarah bangsa Israel. Dan sejarah itu adalah sejarah keselamatan yang sedang Anda alami dan yang akan Anda alami.
# Yang anda lakukan adalah mewartakan sabda Allah, sabda yang benar-benar menyelamatkan bukan membinasakan atau menghancurkan manusia. Maka Anda harus yakin akan bunyi sabda ini dan daya gaungnya yang kuat dan membaharui. Maka ada sabda yang bernada keras menegur tetapi bermanfaat untuk membangun rasa sesal dan tobat.
# Anda adalah utusan dari Allah untuk menegaskan bahwa Allah setia dalam cinta-Nya terhadap manusia, bahwa Allah setia memperdengarkan Sabda-Nya dan menepati janji-janji-Nya.
# Tugas Anda adalah mewartakan sabda yang menantang dan menuntut jawaban, yang menyapa dan menyentuh hati manusia.
# Anda mewartakan sabda yang menyembuhkan, yang menguatkan, dan yang menghibur.
# Yang Anda lakukan adalah suatu pelayanan di meja sabda Allah yang menghalau kelaparan hati manusia akan kebenaran.
# Yang Anda lakukan adalah menawarkan kisah tentang karya-karya agung Allah yang menyanggupkan orang beriman untuk mengambil bagian dalam perjamuan Ekaristi, yang menjadi alasan utama dan penting untuk bersyukur dan bermadah.
# Yang Anda lakukan tidak lebih juga tidak kurang daripada menjadi pelayan suara Allah sendiri yang bersabda di tengah-tengah umat-Nya. Keseluruhan sikap dan tindakanmu haruslah sedemikian meyakinkan sehingga umat dapat merasakan dan mengalami kehadiran Allah sendiri ketika sabdaNya Anda maklumkan.
Pelaksanaan Pelayanan Sabda
# Datanglah ke tempat perayaan, sambil berdoa sungguh-sungguh kepada Allah agar RohNya membuka hatimu terhadap sabda-Nya yang Anda hendak maklumkan.
# Siapkanlah bacaan Kitab Suci, pelajari isi dan pahamilah pesan teks bacaan, simpanlah semua itu dalam lubuk hatimu dan biarkanlah Sabda Allah itu meresapi seluruh dirimu lebih dahulu sebelum Anda memaklumkan-Nya kepada orang lain.
# Tampillah dengan sikap hormat dan khidmat terhadap Sang Sabda yang Anda mau maklumkan. Itu adalah sabda Tuhan sendiri.
# Datanglah ke tempat pelayanan sabda sebagai orang yang diadili dan sekaligus diselamatkan oleh Sang Sabda yang Anda wartakan. Camkanlah ini : setiap orang dapat membacakan Kitab Suci di depan umum tetapi hanyalah orang beriman yang dapat memaklumkan dan mewartakan-Nya.
# Berdirilah di Mimbar Baca, meja dari sabda Allah sendiri, seakan Anda adalah Allah sendiri, dengan sikap hormat dan khidmat;
# Boleh Anda nyatakan rasa hormat dengan menundukkan kepala di depan KS; itulah tabernakel tempat semayam Allah sendiri.
# Peganglah Buku Bacaan Kitab Suci, bukalah dan temukanlah bagian yang hendak dibacakan; tatanglah buku itu di atas kedua tanganmu dan rasakanlah kehadiran Sang Sabda itu sendiri.
# Yakinlah akan kehadiran-Nya sebelum Anda mewartakan-Nya dengan penuh keyakinan; keyakinan yang Anda punyai dapat membantu meyakinkan umat atau pendengar akan daya dampak dari kehadiran sabda-Nya dalam hidup sehari-hari.
# Lalu lepaskanlah pandanganmu ke arah persekutuan jemaat dan sadarilah bahwa mereka adalah Tubuh Tuhan sendiri yang sabda-Nya Anda wartakan. Mereka adalah Tubuh Tuhan, sabda yang telah menjelma. Hormatilah dan hargailah Tubuh Tuhan itu dengan melaksanakan tugasmu secara bertanggungjawab.
# Biarkanlah sabda Tuhan tinggal dalam hati dan suaramu sehingga apa yang Anda wartakan muncul dari suatu sumber yang penuh hikmah, mengalir dari sebuah lubuk yang dalam, terpancar keluar dari sebuah hati yang tertebus. Suara yang jelas dan meyakinkan merupakan ungkapan dari rahasia yang dalam itu.
# Biarkanlah suaramu menggemakan sabdaNya dengan keyakinan tapi penuh kelembutan, dengan kepastian tetapi penuh keramahan, dengan daya kekuatan dan kuasa tetapi mengagumkan dan menyentuh, dengan ketegaran tetapi penuh kemurahan.
# Ingatlah bahwa kisah yang Anda ceritakan bukanlah sebuah novel baru yang dibaca untuk memuaskan rasa ingin tahu. Kitab Suci merupakan sebuah kejadian, sebuah peristiwa, sebuah kisah pengalaman hidup tentang penyelamatan dirimu sendiri yang selalu Anda ingin ceritakan berulang-ulang kali dengan penuh semangat dan keyakinan.
# Bagai seorang nabi, kadang-kadang Anda mesti mewartakan sesuatu yang tak suka didengar oleh umat, yang menegur dan memperingatkan dosa-dosanya, yang menuntut tobat sempurna, dan yang menghakimi dengan adil. Kiranya Anda ingat pada saat itu bahwa sabda yang sama keras ditujukan kepadamu. Jangan pernah membayangkan bahwa fungsi pelayananmu menempatkanmu di atas tuntutan sabda yang Anda wartakan.
# Mewartakan sabda dengan jelas, tegas, keras, dan penuh keyakinan, haruslah dibarengi dengan sikap rendah hati dan ikhlas.
# Kiranya setiap lektor membina sikap dasar untuk selalu belajar (sesuatu yang membantu) agar dapat mewartakan Sabda Allah dengan berdaya guna. Kesediaan untuk memperbaiki diri dan keterbukaan terhadap segala macam kritik akan sangat menolong pembentukan diri menjadi pelayan sabda yang baik dan setia.
# Yakinlah bahwa Allah bersabda dan berkarya, mencipta dan menebus, menghibur dan menyelamatkan melalui Anda, melalui tugas yang Anda laksanakan dan melalui hidup yang Anda hayati.
# Semoga pelantikan yang Anda terima dapat menjadi suatu kesempatan penuh rahmat. Kiranya dengan demikian nama Allah semakin dipuji dan semakin banyak orang menikmati kegembiraan dan keselamatan.
Sumber : http://romopatris.blogspot.com/
Lektor berasal dari kata benda bahasa Latin lector yang berarti pembaca. Istilah ini mengacu pada petugas khusus dalam liturgi yang membacakan secara lantang Firman Tuhan yang tertulis dalam Buku Bacaan (Lectionarium) atau dalam Kitab Suci, biasanya dari mimbar Sabda, agar dapat didengar dengan mudah dan dipahami dengan baik oleh seluruh umat yang hadir dalam perayaan liturgi.
Sedikit sejarahnya.
Sejarah lektor bisa dijejaki hingga ke periode Perjanjian Lama. Dalam liturgi sabda di sinagoga, seseorang membacakan Sabda Tuhan yang diambil dari Kitab Taurat dan Para Nabi. Pembaca muncul dari tengah umat dan membuka gulungan Kitab Suci lalu membacakannya dengan lantang. Sesudah pembacaan biasanya ia memberikan penjelasan tentang isi bacaan itu.
Dalam tradisi Kristen, kebiasaan membaca Kitab Suci sudah terdapat dalam Gereja. Perdana. Pada abad II membaca Firman Tuhan adalah kebiasaan khusus kaum klerus. Pada abad ke-5 kebiasaan ini hilang. Mulai dipakai anak muda yang tinggal di asrama uskup. Mereka mendapat pendidikan khusus dan belajar membaca. Kelompok mereka disebut Schola Lectorum. Pada abad ke 6 dan 7 dan selanjutnya anak muda dari Schola Lectorum mulai belajar secara khusus pengetahuan dan ketrampilan musik dan nyanyian sehingga pendidikannya disebut Schola Cantorum. Karena itu mereka tak laksanakan tugas kewajiban membaca. Maka subdiakon atau diakonlah yang membawakan bacaan dalam perayaan meriah
Kini sesudah pembaharuan Konsili Vatikan II, dalam Ministeria Quaedam, lektor sebagai pembaca Firman Tuhan merupakan satu jenjang pelayanan yang harus dilaksanakan oleh seorang calon imam sebelum menerima tahbisan diakon dan imam. Tugas pelayanan ini dapat dilaksanakan oleh orang awam setelah memenuhi persyaratan-persyaratan yang dituntut.
Tugas umum dan khusus lektor:
# Menyiapkan bacaan
# Bisa membawa Evangeliarium (Buku Bacaan Injil) dalam perarakan masuk
# Bisa membawakan Mazmur Tanggapan
# Membacakan bacaan I dan II. Inilah tugas khususnya
Refleksi dan petunjuk praktis tentang tugas lektor
# Yang Anda lakukan adalah suatu keterlibatan dalam seluruh karya Roh Tuhan untuk membuka hati umat Allah terhadap sabda-Nya yang kudus.
# Yang anda lakukan adalah suatu tugas kewajiban untuk menceriterakan sejarah keluarga bangsa umat Allah, bukan hanya sejarah bangsa Israel. Dan sejarah itu adalah sejarah keselamatan yang sedang Anda alami dan yang akan Anda alami.
# Yang anda lakukan adalah mewartakan sabda Allah, sabda yang benar-benar menyelamatkan bukan membinasakan atau menghancurkan manusia. Maka Anda harus yakin akan bunyi sabda ini dan daya gaungnya yang kuat dan membaharui. Maka ada sabda yang bernada keras menegur tetapi bermanfaat untuk membangun rasa sesal dan tobat.
# Anda adalah utusan dari Allah untuk menegaskan bahwa Allah setia dalam cinta-Nya terhadap manusia, bahwa Allah setia memperdengarkan Sabda-Nya dan menepati janji-janji-Nya.
# Tugas Anda adalah mewartakan sabda yang menantang dan menuntut jawaban, yang menyapa dan menyentuh hati manusia.
# Anda mewartakan sabda yang menyembuhkan, yang menguatkan, dan yang menghibur.
# Yang Anda lakukan adalah suatu pelayanan di meja sabda Allah yang menghalau kelaparan hati manusia akan kebenaran.
# Yang Anda lakukan adalah menawarkan kisah tentang karya-karya agung Allah yang menyanggupkan orang beriman untuk mengambil bagian dalam perjamuan Ekaristi, yang menjadi alasan utama dan penting untuk bersyukur dan bermadah.
# Yang Anda lakukan tidak lebih juga tidak kurang daripada menjadi pelayan suara Allah sendiri yang bersabda di tengah-tengah umat-Nya. Keseluruhan sikap dan tindakanmu haruslah sedemikian meyakinkan sehingga umat dapat merasakan dan mengalami kehadiran Allah sendiri ketika sabdaNya Anda maklumkan.
Pelaksanaan Pelayanan Sabda
# Datanglah ke tempat perayaan, sambil berdoa sungguh-sungguh kepada Allah agar RohNya membuka hatimu terhadap sabda-Nya yang Anda hendak maklumkan.
# Siapkanlah bacaan Kitab Suci, pelajari isi dan pahamilah pesan teks bacaan, simpanlah semua itu dalam lubuk hatimu dan biarkanlah Sabda Allah itu meresapi seluruh dirimu lebih dahulu sebelum Anda memaklumkan-Nya kepada orang lain.
# Tampillah dengan sikap hormat dan khidmat terhadap Sang Sabda yang Anda mau maklumkan. Itu adalah sabda Tuhan sendiri.
# Datanglah ke tempat pelayanan sabda sebagai orang yang diadili dan sekaligus diselamatkan oleh Sang Sabda yang Anda wartakan. Camkanlah ini : setiap orang dapat membacakan Kitab Suci di depan umum tetapi hanyalah orang beriman yang dapat memaklumkan dan mewartakan-Nya.
# Berdirilah di Mimbar Baca, meja dari sabda Allah sendiri, seakan Anda adalah Allah sendiri, dengan sikap hormat dan khidmat;
# Boleh Anda nyatakan rasa hormat dengan menundukkan kepala di depan KS; itulah tabernakel tempat semayam Allah sendiri.
# Peganglah Buku Bacaan Kitab Suci, bukalah dan temukanlah bagian yang hendak dibacakan; tatanglah buku itu di atas kedua tanganmu dan rasakanlah kehadiran Sang Sabda itu sendiri.
# Yakinlah akan kehadiran-Nya sebelum Anda mewartakan-Nya dengan penuh keyakinan; keyakinan yang Anda punyai dapat membantu meyakinkan umat atau pendengar akan daya dampak dari kehadiran sabda-Nya dalam hidup sehari-hari.
# Lalu lepaskanlah pandanganmu ke arah persekutuan jemaat dan sadarilah bahwa mereka adalah Tubuh Tuhan sendiri yang sabda-Nya Anda wartakan. Mereka adalah Tubuh Tuhan, sabda yang telah menjelma. Hormatilah dan hargailah Tubuh Tuhan itu dengan melaksanakan tugasmu secara bertanggungjawab.
# Biarkanlah sabda Tuhan tinggal dalam hati dan suaramu sehingga apa yang Anda wartakan muncul dari suatu sumber yang penuh hikmah, mengalir dari sebuah lubuk yang dalam, terpancar keluar dari sebuah hati yang tertebus. Suara yang jelas dan meyakinkan merupakan ungkapan dari rahasia yang dalam itu.
# Biarkanlah suaramu menggemakan sabdaNya dengan keyakinan tapi penuh kelembutan, dengan kepastian tetapi penuh keramahan, dengan daya kekuatan dan kuasa tetapi mengagumkan dan menyentuh, dengan ketegaran tetapi penuh kemurahan.
# Ingatlah bahwa kisah yang Anda ceritakan bukanlah sebuah novel baru yang dibaca untuk memuaskan rasa ingin tahu. Kitab Suci merupakan sebuah kejadian, sebuah peristiwa, sebuah kisah pengalaman hidup tentang penyelamatan dirimu sendiri yang selalu Anda ingin ceritakan berulang-ulang kali dengan penuh semangat dan keyakinan.
# Bagai seorang nabi, kadang-kadang Anda mesti mewartakan sesuatu yang tak suka didengar oleh umat, yang menegur dan memperingatkan dosa-dosanya, yang menuntut tobat sempurna, dan yang menghakimi dengan adil. Kiranya Anda ingat pada saat itu bahwa sabda yang sama keras ditujukan kepadamu. Jangan pernah membayangkan bahwa fungsi pelayananmu menempatkanmu di atas tuntutan sabda yang Anda wartakan.
# Mewartakan sabda dengan jelas, tegas, keras, dan penuh keyakinan, haruslah dibarengi dengan sikap rendah hati dan ikhlas.
# Kiranya setiap lektor membina sikap dasar untuk selalu belajar (sesuatu yang membantu) agar dapat mewartakan Sabda Allah dengan berdaya guna. Kesediaan untuk memperbaiki diri dan keterbukaan terhadap segala macam kritik akan sangat menolong pembentukan diri menjadi pelayan sabda yang baik dan setia.
# Yakinlah bahwa Allah bersabda dan berkarya, mencipta dan menebus, menghibur dan menyelamatkan melalui Anda, melalui tugas yang Anda laksanakan dan melalui hidup yang Anda hayati.
# Semoga pelantikan yang Anda terima dapat menjadi suatu kesempatan penuh rahmat. Kiranya dengan demikian nama Allah semakin dipuji dan semakin banyak orang menikmati kegembiraan dan keselamatan.
Sumber : http://romopatris.blogspot.com/
Sunday, August 5, 2012
Bagaimana Memilih Lagu Liturgi
oleh: Sr. Liduine Marie SPM
PENDAHULUAN
Dalam melaksanakan Liturgi, yaitu upacara dimana umat beriman berhimpun bersama untuk melaksanakan ibadat, kita membutuhkan dukungan nyanyian. Dengan nyanyian kita dapat lebih mengungkapkan iman dan penghayatan. Kita membutuhkan nyanyian yang membangkitan gairah dan memperdalam sikap.
Dengan nyanyian kita dapat mendobrak pada saat-saat membosankan dan kita dapat bertepuk tangan pada sat-saat gembira. Semua itu menuntut suara berlagu yang dapat lebih keras atau lebih lembut: lebih tinggi atau lebih rendah, lebih cepat atau lebih lambat dari pada bicara sehari-hari.
Kebutuhan akan adanya nyanyian itulah yang akan kita ungkapkan dalam musik liturgi. Kita bernyanyi karena kita mau mengungkapkan iman dan kehidupan. Dalam bernyanyi kita dapat bersuka-cita, dapat bersedih, dapat merenung dan dapat berharap. Maka nyanyian yang harus kita ciptakan dalam musik liturgi adalah nyanyian yang mengungkapkan doa dan harapan kita.
Berdasarkan pengalaman kita semua tahu bahwa musik mempunyai jiwa dan kekuatan. Kalau kita sedang lesu dapat bangkit karena mendengar suara musik atau sebaliknya, kita malah menangis. Kita bisa meneteskan air mata karena mendengar suara musik yang begitu menyentuh dlsb. Seorang penari bergerak cepat dan lincah kalau musiknya cepat, sebaliknya penari tadi bergerak lambat dan pelan jika musiknya lambat dan tenang, dan masih ada banyak contoh yang lain.
Demikianlah musik mempunyai kekuatan yang luar biasa bahkan kita dapat menyimpulkan bahwa musik merupakan bagian hidup manusia pada umumnya. Maka sejak semula Gereja tidak pernah melepaskan diri dari musik.
Akhirnya, untuk berbicara tentang �Bagaimana memilih lagu�, marilah kita terlebih dulu bicara tentang MUSIK LITURGI
I. APAKAH MUSIK LITURGI ITU?
1. Musik yang digubah untuk perayaan liturgi suci
2. Dari segi bentuknya memiliki suatu bobot kudus tertentu
3. Katagori: Gregorian, polifoni suci, musik liturgi untuk organ atau alat musik lain yang sah.
II. CIRI-CIRI KHAS MUSIK LITURGI SEJATI
1. Syair diambil dari Kitab Suci dan selaras dengan ajaran ajaran Katolik
2. Ada peluang untuk partisipasi aktif bagi jemaat
3. Bisa untuk Paduan Suara besar atau kelompok koor kecil
III. TUJUAN DAN FUNGSI MUSIK LITURGI
Tujuan Musik Liturgi yakni untuk memuliakan Allah dan menguduskan kaum beriman. Musik Liturgi menjadi semakin suci jika semakin erat hubungannya dengan upacara ibadat a.l :
1. Mengungkapkan doa-doa secara lebih menarik (decoratif)
2. Kesatuan umat beriman dapat dicapai secara lebih mendalam berkat perpaduan suara (unitatif)
3. Seluruh perayaan mempralambangkan secara lebih jelas liturgi surgawi yang dilaksanakan di kota suci Yerusalem baru (eskatologis)
IV. MUTU MUSIK LITURGI
1. Memperhitungkan kemampuan mereka yang akan menyanyikan lagu-lagu tersebut
2. Sesuai dengan fungsi dan jiwa perayaan liturgi itu sendiri
3. Selaras dengan hakekat masing-masing bagian dan tidak menghalangi partisipasi aktif dari umat.
V. PERAN MUSIK DAN NYANYIAN DALAM LITURGI
Peran musik dalam liturgi sangat luas, maka kita mengambil Perayaan Ekaristi yang merupakan sumber dan puncak seluruh hidup kristiani. Sementara itu Perayaan Ekaristi juga merupakan tingkatan tetinggi dan puncak dari seluruh perayaan liturgi gereja.
VI. UNSUR-UNSUR DALAM PERAYAAN EKARISTI
1. Perarakan masuk
2. Pernyataan tobat
3. Gloria/Kemuliaan
4. Doa pembuka
5. Bacaan-bacaan dari Alkitab
6. Mazmur Tanggapan
7. Bait Pengantar Injil
8. Perayaan Iman
9. Doa Umat
10. Persiapan Persembahan
11. Doa persiapan Persembahan
12. Prefasi - Sanctus
13. Doa Syukur Agung
14. Bapa Kami
15. Ritus Damai
16. Pemecahan Roti - Agnus Dei
17. Pembagian Komuni
18. Doa sesudah Komuni
19. Berkat - Pengutusan
20. Perarakan keluar
VII. JENIS-JENIS NYANYIAN DALAM PERAYAAN EKARISTI
1. Aklamasi
Seruan atau pekik sukacita seluruh jemaat sebagai tanggapan atas sabda dan karya Allah:
a. Bait Pengantar Injil
b. Sanctus (Kudus) + Prefasi oleh Imam
c. Aklamasi Anamnese (+ seruan /ajakan Imam)
d. Amin Meriah (+ doksologi DSA oleh Imam )
e. Doksologi �Bapa Kami� ( Doa Tuhan)
2. Nyanyian Perarakan
Berkaitan dengan �menyambut�simbol kehadiran Kristus, meningkatkan kesadaran akan persekutuan, ada antiphon khusus dalam Misale Romawi.
a. Perarakan masuk
b. Perarakan Komuni
3. Mazmur Tanggapan
Menanggapi sabda Allah selaras dengan thema bacaan Misa.
4. Nyanyian �Ordinarium�
Pilihan bebas, kadang boleh diucapkan saja.
a. Kyrie (Tuhan Kasihanilah Kami)
b. Gloria (Kemuliaan)
c. Doa Tuhan �Bapa Kami� (+ ajakan dan embolisme Imam serta doksologi Jemaat atau + tanpa embolisme)
d. Agnus Dei (Anak Domba Allah): Pemecahan Roti
e. Credo (Aku Percaya)
5 . Nyanyian Tambahan
Tanpa tuntutan teks / ritus khusus (boleh koor saja)
a. Persiapan Persembahan
b. Madah / Doa Syukur sesudah komuni
c. Penutup / Perarakan keluar
d. Litani
VIII. PERAN MUSIK DAN NYANYIAN DALAM PERAYAAN EKARISTI
Peran Lagu Pembukaan
1. Menghantar umat masuk ke dalam suasana misteri iman yang dirayakan pada liturgi tersebut
2. Membina kesatuan umat
3. Membuka Perayaan Ekaristi
4. Mengiringi berjalannya imam beserta pembantu-pembantunya
Peran Lagu Persembahan
1. Mengiringi perarakan bahan persembahan roti dan anggur
2. Membina kesatuan umat dan menghantar umat masuk ke dalam misteri Ekaristi Suci yang sedang disiapkan
Pada persiapan persembahan, pengiring dapat memainkan instrumen secara lembut, untuk menciptakan suasana hening. Keterangan: nyanyian persembahan hendaknya berlangsung sekurang-kurangnya sampai bahan persembahan diletakkan di atas altar.
Peran Lagu Komuni
1. Berfungsi meneguhkan persaudaraan, mempersatukan umat lahir dan batin sebagai tubuh Kristus
2. Membina suasana doa bagi umat yang baru berjumpa dengan Tuhan secara sakramental dalam komuni
3. Sederhana dan tidak menuntut banyak energi
4. Menjadi ungkapan kegembiraan dalam persatuan dengan Kristus dan pemenuhan misteri yang baru dirayakan
5. Pilihan lagu-lagu itu disesuaikan dengan masa liturgi
Lagu-lagu tersebut dapat dinyanyikan untuk mengiringi prosesi komuni
IX. BAPA KAMI
Kalau doa ini dinyanyikan dalam bahasa Latin, hendaknya dipakai lagu yang sudah disahkan; tetapi kalau dinyanyikan dalam bahasa pribumi, gubahan tersebut haruslah disahkan oleh pimpinan gereja setempat yang berwewenang. Prinsipnya, lagu doa Bapa Kami yang boleh digunakan dalam liturgi ialah:
1. Isi syair sesuai dengan teks resmi doa Bapa Kami
2. Melodi sesuai dengan jiwa liturgi Gereja
Kalau ada lagu doa Bapa Kami ciptaan sendiri, dengan lagu populer dan kurang religius dan menghilangkan beberapa pernyataan dari teks Injil kita, lagu tersebut jangan digunakan untuk liturgi.
X. SALAM DAMAI
Bagian ini bukan keharusan, tetapi jika lagu salam damai antar umat akan dinyanyikan, koor dapat mengajak umat untuk menyanyikan salam damai. Hendaknya salam damai dinyanyikan dalam suasana gembira, spontan ramah dan hormat. Situasi akan dirasa aneh, jika kita saling menyampaikan salam damai dalam suasana tegang, atau sedih atau cemberut. Maka Dirigen hendaknya mengajak umat dengan semangat dan dengan wajah gembira.
Peran Lagu Penutup
Lagu penutup ini tidak memiliki peran resmi untuk perayaan Ekaristi, meskipun demikian para petugas musik bebas merencanakan lagu penutup yang meriah. Maka peran nyanyian penutup adalah:
1. Menutup Perayaan Ekaristi
2. Memberi gairah dan semangat kepada umat agar mereka pergi menjalankan perutusan untuk mewartakan damai dan kebaikan Tuhan dengan gembira.
3. Mengiringi perarakan imam dan para petugas liturgi memasuki sakristi.
KESIMPULAN
BAGAIMANA CARA MEMILIH NYANYIAN LITURGI
Beberapa prinsip dalam memilih nyanyian liturgi
1. Nyanyian yang dipilih hendaknya sesuai dengan peran nyanyian itu. Apakah untuk pembukaan, untuk persembahan ataukah untuk lagu komuni. Masing-masing mempunyai karakternya sendiri.
2. Nyanyian hendaknya sesuai dengan masa dan tema liturgi (Adven, Natal, Paskah, Prapaskah, Pantekosta atau tema Pertobatan, Panggilan dlsb).
3. Nyanyian hendaknya mengungkapkan iman akan misteri Kristus. Apakah lagu itu membawa umat pada pengalaman iman akan Kristus dan kepada perjumpaan dengan Kristus. Bahwa Kristus hadir dalam liturgi harus terungkap dalam nyanyian liturgi itu. Itulah sebabnya isi syair dan melodi nyanyian liturgi harus benar-benar sesuai dengan citarasa umat dan dapat diterima oleh umat sebagai nyanyian liturgi.
4. Nyanyian liturgi melayani seluruh umat beriman Nyanyian liturgi merupakan bagian penting dari liturgi. Berhubung liturgi sendiri merupakan perayaan bersama, maka nyanyian itu harus melayani kebutuhan semua umat beriman yang sedang berliturgi. Yang harus dihindari adalah memilih lagu yang hanya berdasarkan selera pribadi atau kelompok. Kriteria lagu terletak pada apa yang dapat menjawab harapan dan kebutuhan umat agar perayaan liturgi sungguh menjadi perayaan bersama.
5. Pilihan nyanyian liturgi perlu memperhatikan pertimbangan pastoral dan praktis. Setiap nyanyian mempunyai peranan masing-masing, namun tidak berarti bahwa semuanya harus dinyanyikan, meskipun itu Perayaan Ekaristi meriah. Apabila semua lagu dinyanyikan, Perayaan Ekaristi menjadi terlalu lama. Ini disebut pertimbangan praktis.
Bibliography:
1. Liturgi yang anggun dan menawan karangan Gabe Huck
2. Nyanyian Liturgi karangan E Martasudjita Pr
3. Music in Catholic Worship
4. Musik Liturgi karangan CM Suryanugroho OSC
Sasana Widya Musik Gereja �MAGNIFICAT�, Jl Pakis Tirtosari XIII / 45 Surabaya, Phone / Fax: (031) 5621023; e-mail: sasanawidya@yahoo.com
http://www.indocell.net/
PENDAHULUAN
Dalam melaksanakan Liturgi, yaitu upacara dimana umat beriman berhimpun bersama untuk melaksanakan ibadat, kita membutuhkan dukungan nyanyian. Dengan nyanyian kita dapat lebih mengungkapkan iman dan penghayatan. Kita membutuhkan nyanyian yang membangkitan gairah dan memperdalam sikap.
Dengan nyanyian kita dapat mendobrak pada saat-saat membosankan dan kita dapat bertepuk tangan pada sat-saat gembira. Semua itu menuntut suara berlagu yang dapat lebih keras atau lebih lembut: lebih tinggi atau lebih rendah, lebih cepat atau lebih lambat dari pada bicara sehari-hari.
Kebutuhan akan adanya nyanyian itulah yang akan kita ungkapkan dalam musik liturgi. Kita bernyanyi karena kita mau mengungkapkan iman dan kehidupan. Dalam bernyanyi kita dapat bersuka-cita, dapat bersedih, dapat merenung dan dapat berharap. Maka nyanyian yang harus kita ciptakan dalam musik liturgi adalah nyanyian yang mengungkapkan doa dan harapan kita.
Berdasarkan pengalaman kita semua tahu bahwa musik mempunyai jiwa dan kekuatan. Kalau kita sedang lesu dapat bangkit karena mendengar suara musik atau sebaliknya, kita malah menangis. Kita bisa meneteskan air mata karena mendengar suara musik yang begitu menyentuh dlsb. Seorang penari bergerak cepat dan lincah kalau musiknya cepat, sebaliknya penari tadi bergerak lambat dan pelan jika musiknya lambat dan tenang, dan masih ada banyak contoh yang lain.
Demikianlah musik mempunyai kekuatan yang luar biasa bahkan kita dapat menyimpulkan bahwa musik merupakan bagian hidup manusia pada umumnya. Maka sejak semula Gereja tidak pernah melepaskan diri dari musik.
Akhirnya, untuk berbicara tentang �Bagaimana memilih lagu�, marilah kita terlebih dulu bicara tentang MUSIK LITURGI
I. APAKAH MUSIK LITURGI ITU?
1. Musik yang digubah untuk perayaan liturgi suci
2. Dari segi bentuknya memiliki suatu bobot kudus tertentu
3. Katagori: Gregorian, polifoni suci, musik liturgi untuk organ atau alat musik lain yang sah.
II. CIRI-CIRI KHAS MUSIK LITURGI SEJATI
1. Syair diambil dari Kitab Suci dan selaras dengan ajaran ajaran Katolik
2. Ada peluang untuk partisipasi aktif bagi jemaat
3. Bisa untuk Paduan Suara besar atau kelompok koor kecil
III. TUJUAN DAN FUNGSI MUSIK LITURGI
Tujuan Musik Liturgi yakni untuk memuliakan Allah dan menguduskan kaum beriman. Musik Liturgi menjadi semakin suci jika semakin erat hubungannya dengan upacara ibadat a.l :
1. Mengungkapkan doa-doa secara lebih menarik (decoratif)
2. Kesatuan umat beriman dapat dicapai secara lebih mendalam berkat perpaduan suara (unitatif)
3. Seluruh perayaan mempralambangkan secara lebih jelas liturgi surgawi yang dilaksanakan di kota suci Yerusalem baru (eskatologis)
IV. MUTU MUSIK LITURGI
1. Memperhitungkan kemampuan mereka yang akan menyanyikan lagu-lagu tersebut
2. Sesuai dengan fungsi dan jiwa perayaan liturgi itu sendiri
3. Selaras dengan hakekat masing-masing bagian dan tidak menghalangi partisipasi aktif dari umat.
V. PERAN MUSIK DAN NYANYIAN DALAM LITURGI
Peran musik dalam liturgi sangat luas, maka kita mengambil Perayaan Ekaristi yang merupakan sumber dan puncak seluruh hidup kristiani. Sementara itu Perayaan Ekaristi juga merupakan tingkatan tetinggi dan puncak dari seluruh perayaan liturgi gereja.
VI. UNSUR-UNSUR DALAM PERAYAAN EKARISTI
1. Perarakan masuk
2. Pernyataan tobat
3. Gloria/Kemuliaan
4. Doa pembuka
5. Bacaan-bacaan dari Alkitab
6. Mazmur Tanggapan
7. Bait Pengantar Injil
8. Perayaan Iman
9. Doa Umat
10. Persiapan Persembahan
11. Doa persiapan Persembahan
12. Prefasi - Sanctus
13. Doa Syukur Agung
14. Bapa Kami
15. Ritus Damai
16. Pemecahan Roti - Agnus Dei
17. Pembagian Komuni
18. Doa sesudah Komuni
19. Berkat - Pengutusan
20. Perarakan keluar
VII. JENIS-JENIS NYANYIAN DALAM PERAYAAN EKARISTI
1. Aklamasi
Seruan atau pekik sukacita seluruh jemaat sebagai tanggapan atas sabda dan karya Allah:
a. Bait Pengantar Injil
b. Sanctus (Kudus) + Prefasi oleh Imam
c. Aklamasi Anamnese (+ seruan /ajakan Imam)
d. Amin Meriah (+ doksologi DSA oleh Imam )
e. Doksologi �Bapa Kami� ( Doa Tuhan)
2. Nyanyian Perarakan
Berkaitan dengan �menyambut�simbol kehadiran Kristus, meningkatkan kesadaran akan persekutuan, ada antiphon khusus dalam Misale Romawi.
a. Perarakan masuk
b. Perarakan Komuni
3. Mazmur Tanggapan
Menanggapi sabda Allah selaras dengan thema bacaan Misa.
4. Nyanyian �Ordinarium�
Pilihan bebas, kadang boleh diucapkan saja.
a. Kyrie (Tuhan Kasihanilah Kami)
b. Gloria (Kemuliaan)
c. Doa Tuhan �Bapa Kami� (+ ajakan dan embolisme Imam serta doksologi Jemaat atau + tanpa embolisme)
d. Agnus Dei (Anak Domba Allah): Pemecahan Roti
e. Credo (Aku Percaya)
5 . Nyanyian Tambahan
Tanpa tuntutan teks / ritus khusus (boleh koor saja)
a. Persiapan Persembahan
b. Madah / Doa Syukur sesudah komuni
c. Penutup / Perarakan keluar
d. Litani
VIII. PERAN MUSIK DAN NYANYIAN DALAM PERAYAAN EKARISTI
Peran Lagu Pembukaan
1. Menghantar umat masuk ke dalam suasana misteri iman yang dirayakan pada liturgi tersebut
2. Membina kesatuan umat
3. Membuka Perayaan Ekaristi
4. Mengiringi berjalannya imam beserta pembantu-pembantunya
Peran Lagu Persembahan
1. Mengiringi perarakan bahan persembahan roti dan anggur
2. Membina kesatuan umat dan menghantar umat masuk ke dalam misteri Ekaristi Suci yang sedang disiapkan
Pada persiapan persembahan, pengiring dapat memainkan instrumen secara lembut, untuk menciptakan suasana hening. Keterangan: nyanyian persembahan hendaknya berlangsung sekurang-kurangnya sampai bahan persembahan diletakkan di atas altar.
Peran Lagu Komuni
1. Berfungsi meneguhkan persaudaraan, mempersatukan umat lahir dan batin sebagai tubuh Kristus
2. Membina suasana doa bagi umat yang baru berjumpa dengan Tuhan secara sakramental dalam komuni
3. Sederhana dan tidak menuntut banyak energi
4. Menjadi ungkapan kegembiraan dalam persatuan dengan Kristus dan pemenuhan misteri yang baru dirayakan
5. Pilihan lagu-lagu itu disesuaikan dengan masa liturgi
Lagu-lagu tersebut dapat dinyanyikan untuk mengiringi prosesi komuni
IX. BAPA KAMI
Kalau doa ini dinyanyikan dalam bahasa Latin, hendaknya dipakai lagu yang sudah disahkan; tetapi kalau dinyanyikan dalam bahasa pribumi, gubahan tersebut haruslah disahkan oleh pimpinan gereja setempat yang berwewenang. Prinsipnya, lagu doa Bapa Kami yang boleh digunakan dalam liturgi ialah:
1. Isi syair sesuai dengan teks resmi doa Bapa Kami
2. Melodi sesuai dengan jiwa liturgi Gereja
Kalau ada lagu doa Bapa Kami ciptaan sendiri, dengan lagu populer dan kurang religius dan menghilangkan beberapa pernyataan dari teks Injil kita, lagu tersebut jangan digunakan untuk liturgi.
X. SALAM DAMAI
Bagian ini bukan keharusan, tetapi jika lagu salam damai antar umat akan dinyanyikan, koor dapat mengajak umat untuk menyanyikan salam damai. Hendaknya salam damai dinyanyikan dalam suasana gembira, spontan ramah dan hormat. Situasi akan dirasa aneh, jika kita saling menyampaikan salam damai dalam suasana tegang, atau sedih atau cemberut. Maka Dirigen hendaknya mengajak umat dengan semangat dan dengan wajah gembira.
Peran Lagu Penutup
Lagu penutup ini tidak memiliki peran resmi untuk perayaan Ekaristi, meskipun demikian para petugas musik bebas merencanakan lagu penutup yang meriah. Maka peran nyanyian penutup adalah:
1. Menutup Perayaan Ekaristi
2. Memberi gairah dan semangat kepada umat agar mereka pergi menjalankan perutusan untuk mewartakan damai dan kebaikan Tuhan dengan gembira.
3. Mengiringi perarakan imam dan para petugas liturgi memasuki sakristi.
KESIMPULAN
BAGAIMANA CARA MEMILIH NYANYIAN LITURGI
Beberapa prinsip dalam memilih nyanyian liturgi
1. Nyanyian yang dipilih hendaknya sesuai dengan peran nyanyian itu. Apakah untuk pembukaan, untuk persembahan ataukah untuk lagu komuni. Masing-masing mempunyai karakternya sendiri.
2. Nyanyian hendaknya sesuai dengan masa dan tema liturgi (Adven, Natal, Paskah, Prapaskah, Pantekosta atau tema Pertobatan, Panggilan dlsb).
3. Nyanyian hendaknya mengungkapkan iman akan misteri Kristus. Apakah lagu itu membawa umat pada pengalaman iman akan Kristus dan kepada perjumpaan dengan Kristus. Bahwa Kristus hadir dalam liturgi harus terungkap dalam nyanyian liturgi itu. Itulah sebabnya isi syair dan melodi nyanyian liturgi harus benar-benar sesuai dengan citarasa umat dan dapat diterima oleh umat sebagai nyanyian liturgi.
4. Nyanyian liturgi melayani seluruh umat beriman Nyanyian liturgi merupakan bagian penting dari liturgi. Berhubung liturgi sendiri merupakan perayaan bersama, maka nyanyian itu harus melayani kebutuhan semua umat beriman yang sedang berliturgi. Yang harus dihindari adalah memilih lagu yang hanya berdasarkan selera pribadi atau kelompok. Kriteria lagu terletak pada apa yang dapat menjawab harapan dan kebutuhan umat agar perayaan liturgi sungguh menjadi perayaan bersama.
5. Pilihan nyanyian liturgi perlu memperhatikan pertimbangan pastoral dan praktis. Setiap nyanyian mempunyai peranan masing-masing, namun tidak berarti bahwa semuanya harus dinyanyikan, meskipun itu Perayaan Ekaristi meriah. Apabila semua lagu dinyanyikan, Perayaan Ekaristi menjadi terlalu lama. Ini disebut pertimbangan praktis.
Bibliography:
1. Liturgi yang anggun dan menawan karangan Gabe Huck
2. Nyanyian Liturgi karangan E Martasudjita Pr
3. Music in Catholic Worship
4. Musik Liturgi karangan CM Suryanugroho OSC
Sasana Widya Musik Gereja �MAGNIFICAT�, Jl Pakis Tirtosari XIII / 45 Surabaya, Phone / Fax: (031) 5621023; e-mail: sasanawidya@yahoo.com
http://www.indocell.net/
Wednesday, August 1, 2012
Memilih Lagu Dalam Ekaristi
Sebelum kita memilih lagu, baiknya kita mengerti tentang batasan2 yang ada dalam Mussica Sacra (MS) yaitu dok KV II Sacrosantum Concilium yang secara khusus mengatur soal Musik dalam Liturgi.
Seperti disebut dalam PUMR, ada kelompok lagu yang sama sekali tidak boleh dirubah syairnya (sesuai dgn teks asli) yaitu Madah Kemuliaan (Gloria), Syahadat (Credo), Bapa Kami (Pater Noster) dan Anak Domba Allah (Agnus Dei) yang masuk dalam kelompok lagu Ordinarium (ditambah Kyrie dan Santus+Benedictus), dan ada Kelompok Lagu yang teksnya dapat dirubah sesuai dengan thema perayaan pada hari itu.
Pemahaman mengenai Musik Liturgi sangat penting untuk menjaga Tradisi Suci dalam Gereja Katolik. Ada hal2 pokok yang perlu dipahami dalam hal ini yaitu :
1. Musik Liturgi adalah musik yang memang digubah untuk perayaan Liturgi
2. memiliki bobot kekudusan
3. masuk dalam kategori musik Gregorian, polifoni suci, musik liturgi untuk organ atau alat musik lain yang sah
Selanjutnya kita perlu melihat ciri sejati dari Musik Liturgi yaitu :
* Syair bersifat biblis atau dari sumber lain yang sesuai dgn ajaran Gereja Katolik.
* Umat dapat mengikuti nyanyian (partisipasi Aktif).
* Lagu dapat dinyanyikan baik oleh kelompok paduan suara besar maupun kecil
Dengan memperhatikan poin2 tsb di atas, maka kita semua akan semakin sadar betapa "Musik dan Nyanyian dalam Liturgi memiliki peranan luas dan penting sebagai sarana penunjang bagi kita semua yang hadir untuk mencapai suasana sakral dan dapat lebih merasakan kehadiran Allah dalam Ekaristi" dan yang paling penting adalah tidak menjadikan Ekaristi sebagai "Pertunjukkan Konser" di mana umat menjadi penonton.
Yang terakhir adalah memperhatikan tingkat kesulitan dari lagu tersebut dan mengukur kemampuan mereka yang akan menyanyikan lagu tersebut, karena jika ini tidak diperhitungkan, dampaknya ada 2 yaitu : Nyanyian pada akhirnya hanya untuk kepuasan sekelompok orang saja dan dampak yang kedua karena terlalu sulit akhirnya lagu berhenti di tengah2 dan ini jelas akan membuyarkan suasana sakral, karena pasti akan menimbulkan bisik2 dan kasak kusuk dari semua yang hadir dalam perayaan ekaristi.
Disinilah perlunya persiapan sebelum membawakan nyanyian dalam Ekaristi sebaik-baiknya karena lagu2 yang kita nyanyikan bukanlah untuk diri kita sendiri, kelompok, maupun umat yang hadir, tetapi lebih dipersembahkan kepada Kristus Putra Allah yang selalu hadir dalam setiap perayaan Ekaristi
Demikian, Semoga bermanfaat
Sumber : http://belajarliturgi.blogspot.com/
Seperti disebut dalam PUMR, ada kelompok lagu yang sama sekali tidak boleh dirubah syairnya (sesuai dgn teks asli) yaitu Madah Kemuliaan (Gloria), Syahadat (Credo), Bapa Kami (Pater Noster) dan Anak Domba Allah (Agnus Dei) yang masuk dalam kelompok lagu Ordinarium (ditambah Kyrie dan Santus+Benedictus), dan ada Kelompok Lagu yang teksnya dapat dirubah sesuai dengan thema perayaan pada hari itu.
Pemahaman mengenai Musik Liturgi sangat penting untuk menjaga Tradisi Suci dalam Gereja Katolik. Ada hal2 pokok yang perlu dipahami dalam hal ini yaitu :
1. Musik Liturgi adalah musik yang memang digubah untuk perayaan Liturgi
2. memiliki bobot kekudusan
3. masuk dalam kategori musik Gregorian, polifoni suci, musik liturgi untuk organ atau alat musik lain yang sah
Selanjutnya kita perlu melihat ciri sejati dari Musik Liturgi yaitu :
* Syair bersifat biblis atau dari sumber lain yang sesuai dgn ajaran Gereja Katolik.
* Umat dapat mengikuti nyanyian (partisipasi Aktif).
* Lagu dapat dinyanyikan baik oleh kelompok paduan suara besar maupun kecil
Dengan memperhatikan poin2 tsb di atas, maka kita semua akan semakin sadar betapa "Musik dan Nyanyian dalam Liturgi memiliki peranan luas dan penting sebagai sarana penunjang bagi kita semua yang hadir untuk mencapai suasana sakral dan dapat lebih merasakan kehadiran Allah dalam Ekaristi" dan yang paling penting adalah tidak menjadikan Ekaristi sebagai "Pertunjukkan Konser" di mana umat menjadi penonton.
Yang terakhir adalah memperhatikan tingkat kesulitan dari lagu tersebut dan mengukur kemampuan mereka yang akan menyanyikan lagu tersebut, karena jika ini tidak diperhitungkan, dampaknya ada 2 yaitu : Nyanyian pada akhirnya hanya untuk kepuasan sekelompok orang saja dan dampak yang kedua karena terlalu sulit akhirnya lagu berhenti di tengah2 dan ini jelas akan membuyarkan suasana sakral, karena pasti akan menimbulkan bisik2 dan kasak kusuk dari semua yang hadir dalam perayaan ekaristi.
Disinilah perlunya persiapan sebelum membawakan nyanyian dalam Ekaristi sebaik-baiknya karena lagu2 yang kita nyanyikan bukanlah untuk diri kita sendiri, kelompok, maupun umat yang hadir, tetapi lebih dipersembahkan kepada Kristus Putra Allah yang selalu hadir dalam setiap perayaan Ekaristi
Demikian, Semoga bermanfaat
Sumber : http://belajarliturgi.blogspot.com/