Musik liturgi memiliki fungsi dan kedudukan yang jelas dalam ibadat,
Nyanyian Pembukaan,
tujuannya adalah membuka misa, membina kesatuan umat yang berhimpun, mengantar masuk ke dalam misteri masa liturgi atau pesta yang dirayakan, dan mengiringi perarakan imam beserta pembantu-pembantunya (Pedoman Umum Misale Romawi baru / PUMR no. 47-48).
Nyanyian Tuhan Kasihanilah Kami
sifatnya adalah berseru kepada Tuhan dan memohon belaskasihannya. Teks liturgi yang resmi adalah:
1. seruan �Tuhan kasihanilah kami� dibawakan oleh imam / solis dan diulang satu kali oleh umat,
2. seruan �Kristus kasihanilah kami� dibawakan oleh imam / solis dan diulang satu kali oleh umat,
3. seruan �Tuhan kasihanilah kami� dibawakan oleh imam / solis dan diulang satu kali oleh umat (PUMR no. 52).
Madah Kemuliaan
kemuliaan adalah madah yang sangat dihormati dari zaman Kristen kuno. Lewat madah ini Gereja yang berkumpul atas dorongan Roh Kudus memuji Allah Bapa dan Anak domba Allah, serta memohon belas kasihan-Nya. Teks madah ini tidak boleh diganti dengan teks lain, juga tidak boleh ditambahi atau dikurangi, atau ditafsirkan dengan gagasan yang lain (PUMR no. 53).
Nyanyian Mazmur Tanggapan
merupakan unsur pokok dalam Liturgi Sabda. Mazmur Tanggapan memiliki makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas Sabda Allah (Bacaan I dari Kitab Suci Perjanjian Lama). Mazmur Tanggapan biasanya diambil dari buku Bacaan Misa (Lectionarium), para petugas / pemazmur biasanya menggunakan buku resmi �Mazmur Tanggapan dan Alleluya Tahun ABC�.
Nyanyian Ayat Pengantar Injil / Alleluya,
dengan aklamasi Ayat Pengantar Injil ini jemaat beriman menyambut dan menyapa Tuhan yang siap bersabda kepada mereka dalam Injil, dan sekaligus menyatakan iman (PUMR no. 62).
Nyanyian Aku Percaya (fakultatif, maksudnya boleh tidak dinyanyikan):
seluruh umat yang berhimpun dapat menanggapi sabda Allah yang dimaklumkan dari Alkitab dan dijelaskan dalam homili. Dengan melafalkan kebenaran-kebenaran iman lewat rumus yang disahkan untuk penggunaan liturgis, umat mengingat kembali dan mengakui pokok-pokok misteri iman sebelum mereka merayakannya dalam Liturgi Ekaristi. Oleh karenanya tidak diperbolehkan menggantinya dengan teks lain (PUMR no. 67-68)
Nyanyian Persiapan Persembahan
tujuannya untuk mengiringi perarakan persembahan, maka digunakan nyanyian dengan tema persembahan. Kalau tidak ada perarakan persembahan, tidak perlu ada nyanyian (PUMR no. 74).
Nyanyian Kudus
adalah nyanyian partisipasi umat dalam Doa Syukur Agung. Nyanyian Kudus harus diambil dari buku teks resmi (TPE) (PUMR no. 78 b).
Nyanyian Bapa Kami
tujuannya adalah untuk mohon rezeki sehari-hari (roti Ekaristi), mohon pengampunan dosa, supaya anugerah kudus itu diberikan kepada umat yang kudus. Teks Bapa Kami harus diambil dari buku teks misa resmi (TPE) bukan dari teks yang asal-asalan atau teks liar (PUMR no. 85)
Nyanyian Anak Domba Allah
tujuannya adalah untuk mengiringi pemecahan roti dengan teks misa resmi sbb: �Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia, kasihanilah kami (2 X). Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia, berilah kami damai.� (PUMR no. 83)
Nyanyian Komuni
tujuannya adalah:
1. agar umat secara batin bersatu dalam komuni juga menyatakan persatuannya secara lahiriah dalam nyanyian bersama,
2. menunjukkan kegembiraan hati,
3. menggarisbawahi corak �jemaat� dari perarakan komuni.
Maka lagu komuni harus bertemakan komuni / tubuh dan darah Kristus, tidak boleh menyanyikan lagu untuk orang kudus / Maria, Tanah Air, panggilan � pengutusan, atau yang lain (PUMR no. 86)
Nyanyian Madah Pujian (sesudah Komuni)
dimaksudkan sebagai ungkapan syukur atas santapan yang diterima yaitu tubuh (dan darah) Kristus sebagai keselamatan kekal bagi manusia (PUMR no. 88).
Nyanyian Penutup
bertujuan untuk mengantar imam dan para pembantu-pembantunya meninggalkan altar dan menuju ke sakristi.
Sedangkan musik rohani / pop rohani tidak memiliki tujuan-tujuan seperti di atas, kalaupun ada yang menggunakannya dalam misa itu artinya dipaksakan. Lebih jelas dapat Anda lihat dalam buku �Kidung Syukur� yang beredar di Keuskupan Agung Jakarta, banyak lagu pop rohani yang dipaksakan menjadi lagu liturgi. Misalnya lagu �You rise me up�, "The Prayer", "She Wears My Ring", dll mari kita lihat bersama:
* siapa yang dimaksud dengan �you� dalam syair lagu �You rise me up�? Yesus Kristus? Tidak, karena memang tidak ada satu katapun mengenai Yesus. Kalau kata �you� yang dimaksudkan adalah untuk Yesus mengapa diungkapkan secara samar-samar?
* lagu ini sangat individual yang justru sangat bertentangan dengan liturgi Gereja yang eklesial
* mengapa harus berbahasa Inggris? Apakah umat yang sederhana dan tidak mengerti bahasa Inggris bisa menghayati lagu tersebut? Apakah dengan lagu yang branded, Tuhan akan selalu mengabulkan permohonan kita, karena sudah pasti terjamin mutunya?
Kesimpulannya lagu ini tidak bisa dimasukkan dalam Liturgi, karena tidak berhubungan erat dengan upacara ibadat, tidak mengungkapkan doa-doa secara lebih mengena, dengan syair yang sangat individual lagu ini tidak memupuk kesatuan hati umat beriman yang sedang beribadat. Kesimpulan ini berlaku bagi semua lagu pop rohani yang beredar di kalangan umat, karena musik rohani memang tidak liturgis, tidak memiliki fungsi dan kedudukan yang jelas dalam ibadat. Dengan kata lain semua lagu pop rohani / musik rohani jelas-jelas bertentangan dengan isi Konstitusi Liturgi (SC) art. 112
Ada 2 dokumen utama yang dijadikan dasar hukum untuk mengatur masalah musik dalam liturgi, yaitu :
SC (Sacrosanctum Concilium) disahkan pada tanggal 4 Desember 1963 Paus Paulus VI)
MS (Musicam Sacram) disahkan pada tanggal 5 Maret 1967 dalam Kongregasi untuk Ibadat Ilahi )
Aneka ragam pola musik diperbolehkan dalam liturgi. Untuk itu, insan musik gereja harus menanggapi secara kreatif dan bertanggung jawab untuk mengembangkan musik baru dalam liturgi masa kini
Awalnya terdapat dua pola dalam menyanyikan misa yaitu :
Misa Latin:
misa meriah di mana ordinarium + proprium dinyanyikan
misa sederhana dimana hanya 4 nyanyian misalnya Pembukaan, Persembahan, Komuni dan Penutup
Misa tanpa nyanyian (tanpa satu lagupun) atau dengan penuh nyanyian (seluruh misa dinyanyikan�Misa ini dianggap tidak cukup membantu untuk liturgi masa kini
Sejalan dengan perkembangan jaman, kini banyak bagian Misa yang boleh dinyanyikan, baik oleh pemimpin ataupun jemaat. Resiko dari perkembangan ini, terutama insan musik harus memahami hakikat dan fungsi dari setiap bagian misa tersebut.
Sumber : http://belajarliturgi.blogspot.com/
Thursday, April 28, 2011
Monday, April 25, 2011
Spiritualitas Prodiakon
1. Prodiakon hendaknya menimba semangat dari apa yang ia wakili dan hadirkan, yaitu semangat prodiakon tertahbis, semangat melayani. Dengan demikian, prodiakon dilantik pada hakikatnya untuk mewakili sang pelayan (diakonos).
2. Karena bersangkutan dengan pelayanan doa dan hal-hal yang suci, maka para prodiakon harus akrab dengan Tuhan. Ia harus menjadi seorang pendoa, dalam arti suka berdoa dan hidup dalam doa. Prodiakon haruslah seorang pemohon dan berkembang dalam keutamaan-keutamaan Kristiani, yakni keutamaan-keutamaan dalam iman, harapan, dan kasih. (1 Kor 13: 13)
3. Prodiakon selalu siap menerima tugas dari pastor, Paroki, Lingkungan, Wilayah, RT/RW dan masyarakat, lingkungan kerja, dan tentu saja dari keluarga di rumah.
4. Prodiakon harus selalu siap menghadapi keruwetan hidup, memanggul salibnya setiap hari, dan harus menyangkal diri. (Luk 9: 23)
5. Prodiakon harus rajin menerima sakramen pengakuan / rekonsiliasi, hidup dari kekuatan sabda Allah - hidup dari sakramen-sakramen - rajin membaca Kitab Suci dan merenungkannya. Hal ini semakin mendesak, karena prodiakon sering harus berkhotbah dalam berbagai kesempatan kepada Umat beriman.
6. Devosi kepada Santa Bunda Maria akan amat membantu dalam menyerahkan diri kepada Allah sebagai hamba Tuhan. (Luk 1: 38). Juga berdevosi dan hormat kepada Sakramen Mahakudus.
7. Prodiakon harus selalu siap tugas dan menyediakan diri. Siap dalam segi fisik, keterampilan dan penguasaan tugas, terutama hati yang suci, pikiran yang bersih melalui doa persiapan yang cukup.
8. Prodiakon harus memberikan pelayanan yang maksimal, tanpa memperhitungkan untung-rugi baik moril maupun materiil, tanpa pilih kasih atau pandang bulu, terutama kepada yang miskin, lemah, tersisih, dan sakit.
9. Prodiakon tidak mudah berpuas diri, tidak boleh merasa tahu segala-galanya. Harus mau belajar terus, karena liturgi dan pewartaan selalu berkembang dan terus memperbaharui diri.
10. Prodiakon harus bersikap rendah hati dan siap dikritik, bukan sikap pembenaran diri.
11. Akhirnya, spiritualitas prodiakon paroki merupakan spiritualitas injili yang dihayati sedemikian rupa, sehingga "bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup dalam aku". (Gal 2: 20)
Sumber : http://prodbernadet.blogspot.com
2. Karena bersangkutan dengan pelayanan doa dan hal-hal yang suci, maka para prodiakon harus akrab dengan Tuhan. Ia harus menjadi seorang pendoa, dalam arti suka berdoa dan hidup dalam doa. Prodiakon haruslah seorang pemohon dan berkembang dalam keutamaan-keutamaan Kristiani, yakni keutamaan-keutamaan dalam iman, harapan, dan kasih. (1 Kor 13: 13)
3. Prodiakon selalu siap menerima tugas dari pastor, Paroki, Lingkungan, Wilayah, RT/RW dan masyarakat, lingkungan kerja, dan tentu saja dari keluarga di rumah.
4. Prodiakon harus selalu siap menghadapi keruwetan hidup, memanggul salibnya setiap hari, dan harus menyangkal diri. (Luk 9: 23)
5. Prodiakon harus rajin menerima sakramen pengakuan / rekonsiliasi, hidup dari kekuatan sabda Allah - hidup dari sakramen-sakramen - rajin membaca Kitab Suci dan merenungkannya. Hal ini semakin mendesak, karena prodiakon sering harus berkhotbah dalam berbagai kesempatan kepada Umat beriman.
6. Devosi kepada Santa Bunda Maria akan amat membantu dalam menyerahkan diri kepada Allah sebagai hamba Tuhan. (Luk 1: 38). Juga berdevosi dan hormat kepada Sakramen Mahakudus.
7. Prodiakon harus selalu siap tugas dan menyediakan diri. Siap dalam segi fisik, keterampilan dan penguasaan tugas, terutama hati yang suci, pikiran yang bersih melalui doa persiapan yang cukup.
8. Prodiakon harus memberikan pelayanan yang maksimal, tanpa memperhitungkan untung-rugi baik moril maupun materiil, tanpa pilih kasih atau pandang bulu, terutama kepada yang miskin, lemah, tersisih, dan sakit.
9. Prodiakon tidak mudah berpuas diri, tidak boleh merasa tahu segala-galanya. Harus mau belajar terus, karena liturgi dan pewartaan selalu berkembang dan terus memperbaharui diri.
10. Prodiakon harus bersikap rendah hati dan siap dikritik, bukan sikap pembenaran diri.
11. Akhirnya, spiritualitas prodiakon paroki merupakan spiritualitas injili yang dihayati sedemikian rupa, sehingga "bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup dalam aku". (Gal 2: 20)
Sumber : http://prodbernadet.blogspot.com
Sunday, April 24, 2011
Paskah Dan Kebangkitan Umat
Oleh : Ign. Djoko Irianto
Paskah adalah perayaan kebangkitan Yesus Kristus, sang Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Perjanjian Baru memberitakan kebangkitan Kristus sebagai peristiwa sejarah yang didukung kesaksian yang sangat kuat dari saksi-saksi mata (1Kor. 15:5-8). Kebangkitan juga menjadi pusat Perjanjian Baru dan titik puncak (kulminasi) seluruh Injil. Bagi Rasul Paulus, kebangkitan merupakan syarat mutlak bagi kekristenan dan validitas bagi iman Kristen (1Kor. 15:12-19).
Paulus menulis, "Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia" (1Kor. 15:17-19).
Sebagai umat beriman, sudah layak dan sepantasnya makna Paskah yang merupakan perayaan kebangkitan Yesus Kristus dihayati dan diimplementasikan dalam karya pelayanan nyata. Seluruh umat diajak untuk bangkit bersama membangun gereja. Bagi para pengurus DPP, DKP, para Ketua Wilayah dan para Ketua Lingkungan hendaknya menimba semangat kebangkitan dalam karya pelayanannya. Seperti Kristus yang wafat dan bangkit untuk menebus dosa seluruh umat manusia, seluruh jajaran pengurus DPP hingga ketua lingkungan hendaknya melayani seluruh umat Paroki tanpa terkecuali.
Tidak bisa dipungkiri bahwa masa depan Gereja tergantung pada kaum muda. Kaum muda mempunyai posisi penting dalam sejarah Gereja. Santo Tarsisius, pelindung putra altar, adalah salah satu santo yang berasal dari kaum muda. Gereja, khususnya keuskupan Bogor, menyadari bahwa orang muda katolik perlu diberi perhatian dan kesempatan untuk semakin banyak berperan dalam kehidupan menggereja. Salah satu bentuk perhatian itu, yang menjadi rasul dalam prosesi liturgi Kamis Putih yang lalu, semuanya dari OMK. Selain itu dalam Aksi Puasa Pembangunan tahun ini juga ditetapkan mengambil tema tentang Orang Muda Katolik (OMK). Orang muda Katolik hendaknya mengambil momentum Paskah tahun ini untuk bangkit dan semakin giat dalam hidup menggereja dan bermasyarakat.
Peningkatan kesejahteraan umat juga menjadi fokus perhatian, melalui pemberdayaan sosial ekonomi (PSE) umat diajak untuk bangkit berswadaya dalam komunitas koperasi. Koperasi khususnya koperasi kredit (Credit Union) menjadi salah satu sarana untuk tolong-menolong, bantu-membantu terutama di bidang finansial dan kewirausahaan. Semangat kebangkitan juga dirasakan oleh para pengelola koperasi kredit Gema Rosari untuk semakin meningkatkan pelayanan untuk kesejahteraan bersama.
Di bidang pengembangan sarana dan prasarana, Paroki memberikan fokus perhatian yang lebih. Paroki menyadari untuk menampung semua kegiatan umat diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Panitia pembangunan sarana Paroki telah dilantik. Seluruh umat paroki perlu diajak untuk bangkit bersama, peduli bersama untuk merealisasikan pembangunan sarana paroki ini. Tanpa keterlibatan seluruh umat, semua akan menjadi sekedar cita-cita.
Paskah yang merupakan perayaan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus, sungguh menjadi kebangkitan kita semua seluruh umat Paroki Santo Herkulanus. Seluruh sendi-sendi kehidupan gereja perlu menimba semangat kebangkitan Tuhan. Tiga bulan telah berlalu, pengurus DPP dan DKP Paroki Santo Herkulanus dilantik. Visi Paroki telah dicanangkan �Mandiri Berdaya Tahan dan Berdaya Pikat�. Paskah tahun ini hendaknya menjadi momentum baru dan semangat baru untuk bangkit bersama menggapai visi Paroki. Selamat Paskah.
(Penulis adalah Ketua Wilayah II)
Paskah adalah perayaan kebangkitan Yesus Kristus, sang Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Perjanjian Baru memberitakan kebangkitan Kristus sebagai peristiwa sejarah yang didukung kesaksian yang sangat kuat dari saksi-saksi mata (1Kor. 15:5-8). Kebangkitan juga menjadi pusat Perjanjian Baru dan titik puncak (kulminasi) seluruh Injil. Bagi Rasul Paulus, kebangkitan merupakan syarat mutlak bagi kekristenan dan validitas bagi iman Kristen (1Kor. 15:12-19).
Paulus menulis, "Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia" (1Kor. 15:17-19).
Sebagai umat beriman, sudah layak dan sepantasnya makna Paskah yang merupakan perayaan kebangkitan Yesus Kristus dihayati dan diimplementasikan dalam karya pelayanan nyata. Seluruh umat diajak untuk bangkit bersama membangun gereja. Bagi para pengurus DPP, DKP, para Ketua Wilayah dan para Ketua Lingkungan hendaknya menimba semangat kebangkitan dalam karya pelayanannya. Seperti Kristus yang wafat dan bangkit untuk menebus dosa seluruh umat manusia, seluruh jajaran pengurus DPP hingga ketua lingkungan hendaknya melayani seluruh umat Paroki tanpa terkecuali.
Tidak bisa dipungkiri bahwa masa depan Gereja tergantung pada kaum muda. Kaum muda mempunyai posisi penting dalam sejarah Gereja. Santo Tarsisius, pelindung putra altar, adalah salah satu santo yang berasal dari kaum muda. Gereja, khususnya keuskupan Bogor, menyadari bahwa orang muda katolik perlu diberi perhatian dan kesempatan untuk semakin banyak berperan dalam kehidupan menggereja. Salah satu bentuk perhatian itu, yang menjadi rasul dalam prosesi liturgi Kamis Putih yang lalu, semuanya dari OMK. Selain itu dalam Aksi Puasa Pembangunan tahun ini juga ditetapkan mengambil tema tentang Orang Muda Katolik (OMK). Orang muda Katolik hendaknya mengambil momentum Paskah tahun ini untuk bangkit dan semakin giat dalam hidup menggereja dan bermasyarakat.
Peningkatan kesejahteraan umat juga menjadi fokus perhatian, melalui pemberdayaan sosial ekonomi (PSE) umat diajak untuk bangkit berswadaya dalam komunitas koperasi. Koperasi khususnya koperasi kredit (Credit Union) menjadi salah satu sarana untuk tolong-menolong, bantu-membantu terutama di bidang finansial dan kewirausahaan. Semangat kebangkitan juga dirasakan oleh para pengelola koperasi kredit Gema Rosari untuk semakin meningkatkan pelayanan untuk kesejahteraan bersama.
Di bidang pengembangan sarana dan prasarana, Paroki memberikan fokus perhatian yang lebih. Paroki menyadari untuk menampung semua kegiatan umat diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Panitia pembangunan sarana Paroki telah dilantik. Seluruh umat paroki perlu diajak untuk bangkit bersama, peduli bersama untuk merealisasikan pembangunan sarana paroki ini. Tanpa keterlibatan seluruh umat, semua akan menjadi sekedar cita-cita.
Paskah yang merupakan perayaan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus, sungguh menjadi kebangkitan kita semua seluruh umat Paroki Santo Herkulanus. Seluruh sendi-sendi kehidupan gereja perlu menimba semangat kebangkitan Tuhan. Tiga bulan telah berlalu, pengurus DPP dan DKP Paroki Santo Herkulanus dilantik. Visi Paroki telah dicanangkan �Mandiri Berdaya Tahan dan Berdaya Pikat�. Paskah tahun ini hendaknya menjadi momentum baru dan semangat baru untuk bangkit bersama menggapai visi Paroki. Selamat Paskah.
(Penulis adalah Ketua Wilayah II)
Wednesday, April 20, 2011
Kamis Putih
Kamis Putih membuka Trihari Suci Paskah dengan perayaan perjamuan Tuhan dan mengenang pendirian sakramen ekaristi.
Melalui Perayaan Kamis Putih, Gereja membuka Trihari paska, saat Gereja merayakan Kebangkitan Tuhan bersama sengsara dan wafat-Nya. Trihari paska merupakan puncak, pusat dan sumber segala perayaan liturgi, doa-doa dan segala macam peribadatan yang dilakukan Gereja sepanjang tahun. Trihari paska juga merupakan sumber seluruh kehidupan Kristen kita.
Melalui perayaan Kamis Putih Gereja mengenang perjamuan Tuhan pada malam terakhir sebelum Tuhan Yesus ditangkap, disesah dan disalibkan. Pada malam perjamuan terakhir itu, Ia mencurahkan cinta sehabis-habis-Nya kepada para murid-Nya. Dengan tindakan mencuci kaki para rasul, Tuhan hendak memperagakan dan meneladankan bagaimana para murid harus meletakkan dasar kehidupan bersama kita, yakni kehidupan yang didasarkan dan dikembangkan atas dasar kasih dan pelayanan. Warna liturgi perayaan ini yang didominasi putih hendak mengungkapkan betapa kita harus memurnikan hati dan kehidupan kita. Dan, mewarnainya dengan kasih.
Melalui perayaan Kamis Putih, Gereja juga bermaksud mengenang pendirian Sakramen Ekaristi dan Sakramen Imamat. Dua sakramen yang saling bertautan satu dengan lainnya. Dan, bagi kita, sakramen Ekaristi merupakan makanan rohani, sumber kekuatan dalam perziarahan hidup kita menuju Allah. Melalui sakramen ini, Allah hadir dalam rupa roti dan anggur. Perayaan Kamis Putih juga merupakan perayaan kerahiman Allah dimana Allah memperlihatkan belas kasihan dan pengampunan yang luarbiasa kepada umat manusia.
Selama enam pekan madah kemuliaan tidak dinyanyikan, malam ini madah itu akan digemakan secara meriah dengan iringan giring-giring dan lonceng gereja. Tetapi, sesudah itu, kemeriahan akan ditiadakan, sebab, Gereja memasuki masa perkabungannya.
Selanjutnya, pada akhir upacara malam ini, akan diadakan prosesi dan penghormatan sakramen mahakudus. Lalu, altar akan dilucuti, dibersihkan dari segala macam hiasan dan keindahannya. Tindakan liturgis itu hendak mengungkapkan, bahwa pada malam perjamuan terakhir Yesus mengosongkan diri, memberikan diri-Nya bagi kehidupan dunia. Tindakan liturgis itu pula hendak menyatakan, bahwa Gereja memasuki masa kedukaan dan perkabungannya yang mendalam karena mempelainya, Yesus Kristus akan menderita sengsara dan wafat di kayu salib.
Upacara Kamis Putih, akan dilanjutkan dengan tuguran yang akan dilaksanakan di altar samping, tempat yang disiapkan khusus untuk itu. Umat diundang untuk menemani Tuhan yang dalam kegalauan dan penderitaan demi penebusan umat manusia. Tuguran, sekaligus pernyataan solidaritas kita kepada Tuhan Yesus yang bergelut dalam penderitaan-Nya.
Perayaan Kamis akan mengalir menuju perayaan wafat Tuhan, pada hari raya Jumat Agung dan mencapai puncaknya pada malam paska, saat Gereja merayakan kebangkitan Tuhan. Kamis Putih, Jumat Suci dan Malam paska atau trihari paska merupakan satu kesatuan.
Sumber : http://programkatekese.blogspot.com
Melalui Perayaan Kamis Putih, Gereja membuka Trihari paska, saat Gereja merayakan Kebangkitan Tuhan bersama sengsara dan wafat-Nya. Trihari paska merupakan puncak, pusat dan sumber segala perayaan liturgi, doa-doa dan segala macam peribadatan yang dilakukan Gereja sepanjang tahun. Trihari paska juga merupakan sumber seluruh kehidupan Kristen kita.
Melalui perayaan Kamis Putih Gereja mengenang perjamuan Tuhan pada malam terakhir sebelum Tuhan Yesus ditangkap, disesah dan disalibkan. Pada malam perjamuan terakhir itu, Ia mencurahkan cinta sehabis-habis-Nya kepada para murid-Nya. Dengan tindakan mencuci kaki para rasul, Tuhan hendak memperagakan dan meneladankan bagaimana para murid harus meletakkan dasar kehidupan bersama kita, yakni kehidupan yang didasarkan dan dikembangkan atas dasar kasih dan pelayanan. Warna liturgi perayaan ini yang didominasi putih hendak mengungkapkan betapa kita harus memurnikan hati dan kehidupan kita. Dan, mewarnainya dengan kasih.
Melalui perayaan Kamis Putih, Gereja juga bermaksud mengenang pendirian Sakramen Ekaristi dan Sakramen Imamat. Dua sakramen yang saling bertautan satu dengan lainnya. Dan, bagi kita, sakramen Ekaristi merupakan makanan rohani, sumber kekuatan dalam perziarahan hidup kita menuju Allah. Melalui sakramen ini, Allah hadir dalam rupa roti dan anggur. Perayaan Kamis Putih juga merupakan perayaan kerahiman Allah dimana Allah memperlihatkan belas kasihan dan pengampunan yang luarbiasa kepada umat manusia.
Selama enam pekan madah kemuliaan tidak dinyanyikan, malam ini madah itu akan digemakan secara meriah dengan iringan giring-giring dan lonceng gereja. Tetapi, sesudah itu, kemeriahan akan ditiadakan, sebab, Gereja memasuki masa perkabungannya.
Selanjutnya, pada akhir upacara malam ini, akan diadakan prosesi dan penghormatan sakramen mahakudus. Lalu, altar akan dilucuti, dibersihkan dari segala macam hiasan dan keindahannya. Tindakan liturgis itu hendak mengungkapkan, bahwa pada malam perjamuan terakhir Yesus mengosongkan diri, memberikan diri-Nya bagi kehidupan dunia. Tindakan liturgis itu pula hendak menyatakan, bahwa Gereja memasuki masa kedukaan dan perkabungannya yang mendalam karena mempelainya, Yesus Kristus akan menderita sengsara dan wafat di kayu salib.
Upacara Kamis Putih, akan dilanjutkan dengan tuguran yang akan dilaksanakan di altar samping, tempat yang disiapkan khusus untuk itu. Umat diundang untuk menemani Tuhan yang dalam kegalauan dan penderitaan demi penebusan umat manusia. Tuguran, sekaligus pernyataan solidaritas kita kepada Tuhan Yesus yang bergelut dalam penderitaan-Nya.
Perayaan Kamis akan mengalir menuju perayaan wafat Tuhan, pada hari raya Jumat Agung dan mencapai puncaknya pada malam paska, saat Gereja merayakan kebangkitan Tuhan. Kamis Putih, Jumat Suci dan Malam paska atau trihari paska merupakan satu kesatuan.
Sumber : http://programkatekese.blogspot.com
Monday, April 18, 2011
Pekan Suci, Diawali Dengan Minggu Palma
Gereja segera akan memasuki Pekan Suci, dimana kita merayakan karya penyelamatan Tuhan. Dalam Pekan ini dirayakan Upacara paling agung dan paling penting dalam kehidupan kristen.
Mengapa disebut demikian dan kapan munculnya dalam liturgi Gereja? Pekan yang mendahului Hari Raya Paska. Pekan terakhir bagi umat beriman mempersiapkan diri untuk merayakan misteri iman kristiani, yakni sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus sebagai Tuhan. Pekan Suci diawali dengan perayaan Minggu Palma dan berakhir dengan perayaan Paska. Hal ini berarti Pekan Suci meliputi Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung dan Malam Paska atau Vigili Paska. Trihari Suci tersebut merupakan �Triduum Suci� secara massal menjelang Paska.
Selama Pekan Suci, seluruh umat Allah dalam Gereja, mengarahkan seluruh perhatiannya kepada misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan melalui rangkaian upacara liturgis gerejani. Dalam pekan suci, terdapat �Tri Hari Suci�, yakni Kamis Putih, Jumat Agung dan Malam Paska. Dimaksudkan agar umat kristiani semakin memahami dan mendalami penghayatan imannya akan Kristus, sekaligus pula memberi daya dorong dan semangat juang untuk tetap mengikuti Kristus dengan setia dalam hidup sehari-hari.
Upacara tradisional Pekan Suci berasal dari parktek ziarah dan devosi umat beriman sejak abad ke 4 di Tanah Suci yang berpusat di Yerusalem. Para peziarah dari berbagai tempat mendatangi kota Yerusalem untuk merenungkan kembali kisah Yesus memasuki kota Yerusalem, Perjamuan Malam Terakhir dan drama Penyaliban-Nya. Peristiwa-peristiwa tersebut biasanya didramatisir dalam suasana upacara liturgis.
Dokumen lengkap tentang praktek ziarah dan devosi tersebut, ditulis oleh Egerius. Dokumen yang berisi laporan lengkap tentang �Pekan Suci�, disebut �Peziarahan Etheria� pada abad ke 4 sampai abad ke 6. Upacara liturgi PekanSuci berlangsung dari abad ke abad mengalami pelbagai perubahan dan variasi, sesuai dengan keadaan jaman dan latar belakang budaya di mana Gereja hidup dan berkembang, khususnya Gereja Barat (Romawi) dan Gereja Timur (Yunani). Keadaan tersebut sampai abad ke 20 Paus Pius XII (1939-1958 jadi Paus) mengadakan pembaruan dan penataan seluruh upacara liturgis �Pekan Suci�, melalui Dekritnya �Maxima Redemptionis Nostrae Mysteria�, yang dikeluarkan pada tanggal 16-November-1955.
Selanjutnya, Gereja menyadari betapa pentingnya kedudukan liturgi dalam Gereja. Oleh sebab itu, dokumen pertama yang dihasilkan Konsili Vatikan II (1962-1965), adalah �Konstitusi tentang Liturgi� (4-Desember-1963). Refleksi theologis-liturgis tentang hakekat liturgi bagi seluruh Umat Allah, terutama di dalamnya, termasuk pula �kedudukan pekan suci� yang harus dihayati oleh seluruh Gereja.
Pada tahun 1970, Vatikan mengeluarkan �Instruksi tentang liturgis� secara lengkap dan terpadu menurut �Missale Romanum�, antara lain tentang Perayaan Pekan Suci dan Trihari Suci yang berlaku dalam Gereja hingga kini.
MINGGU PALMA
Membuka pekan suci dengan Merayakan Sengsara Tuhan yang disambut sebagai Raja yang memberikan nyawa-Nya bagi tebusan umat manusia. Gereja pada hari Minggu ke enam dalam masa prapaska merayakan Upacara Minggu Palma ini. Kiranya kita perlu memahami misteri yang dirayakan pada Hari Minggu Palma ini. Melalui perayaan Minggu Palma Gereja merayakan sengsara Tuhan. Secara liturgis maksud ini digambarkan secara jelas dengan warna merah busana liturgi imam dan pembacaan passio atau kisah sengsara Tuhan.
Perayaan Minggu Palma memiliki dua wajah, di luar Gereja, bernuansa gembira, meriah. Bagian Upacara di luar Gereja ini, menunjukkan sisi Yesus sebagai Raja penyelamat yang hendak memberikan nyawa-Nya bagi segenap umat yang dipercayakan kepada-Nya. Ia rela menderita dan mati bagi keselamatan umat yang dicintai-Nya. Sosok Yesus sebagai raja yang bersedia memberikan nyawanya, digambarkan secara liturgis dengan imam yang disambut lambaian daun palma oleh umat yang hadir. Yesus sebagai raja yang bersedia memberikan nyawa-Nya juga digambarkan dengan imam yang berjalan di depan umat, bukan di belakang prosesi. Inilah yang membedakan prosesi Minggu Palma dengan prosesi lainnya. Sebab, pada prosesi yang lain, imam selalu berjalan di belakang, ia digambarkan sebagai pembimbing.
Sedangkan, upacara yang di laksanakan di dalam Gereja lebih menggambarkan suasana sedih, sebab, memang pada hari ini Gereja merayakan sengsara Tuhan. Saat Yesus memasuki Yerusalem menjelang akhir hidupnya, Ia bermaksud menyerahkan nyawa-Nya bagi penebusan umat manusia. Melalui perayaan Minggu Palma juga dimaksudkan sebagai cara Gereja membuka pekan suci. Disebut pekan suci, karena dalam pekan ini Gereja merayakan perayaan-perayaan paling agung dan paling istimewa diantara perayaan yang dirayakan Gereja sepanjang tahun.
Dalam pekan suci, Gereja merayakan Trihari Paska, dimana Tuhan Yesus sebagai penyelamat melaksanakan tugas mulianya. Minggu Palma sebagai perayaan yang membuka pekan suci digambarkan secara liturgis dengan Imam yang membuka pintu gereja saat mengakhiri prosesi dalam bagian pembukaan upacara ini. Jika, imam mengetuk pintu sebelum membuka pintu Gereja yang masih tertutup, tindakan liturgis imam itu dimaksudkan sebagai lambang Yesus yang mengetuk pintu hati umat, supaya dalam pekan suci ini, para murid Yesus mengarahkan hati dan jiwa-Nya kepada-Nya. Pintu hati kita diketuk agar kita membuka bagi rahmat penebusan yang ditawarkan secara berlimpah dalam pekan ini.
Adapun tata urutan prosesi Minggu Palma berbeda dengan prosesi liturgis lainnya. Pada prosesi Minggu imam bersama misdinar altar berada di depan, sedang pada prosesi yang lain imam di bagian belakang. Dalam prosesi semestinya umat tetap memperhatikan ketertiban, ketenangan dan kekhusukkan dalam menghayati upacara ini. Untuk itu, mohon diindahkan urut-urutan prosesi, yang diatur sebagai berikut :
1. Misdinar pembawa dupa sebagai pucuk prosesi disusul misdinar pembawa salib dan pembawa lilin.
2. Imam dan para misdinar atau akolit lainnya.
3. Lektor, pemazmur dan para asisten imam.
4. anggota paduan suara atau petugas koor dan petugas liturgi lainnya.
5. segenap umat beriman.
Melalui tata urutan seperti itu, maka prosesi ini selain mengungkapkan secara simbolis makna Liturgi Minggu Palma, juga tetap dengan jelas menampakkan makna simbolis Gereja yang tersusun secara herarkhis.
Sumber : http://programkatekese.blogspot.com/2011/04/pekan-suci-diawali-dengan-minggu-palma.html
Mengapa disebut demikian dan kapan munculnya dalam liturgi Gereja? Pekan yang mendahului Hari Raya Paska. Pekan terakhir bagi umat beriman mempersiapkan diri untuk merayakan misteri iman kristiani, yakni sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus sebagai Tuhan. Pekan Suci diawali dengan perayaan Minggu Palma dan berakhir dengan perayaan Paska. Hal ini berarti Pekan Suci meliputi Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung dan Malam Paska atau Vigili Paska. Trihari Suci tersebut merupakan �Triduum Suci� secara massal menjelang Paska.
Selama Pekan Suci, seluruh umat Allah dalam Gereja, mengarahkan seluruh perhatiannya kepada misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan melalui rangkaian upacara liturgis gerejani. Dalam pekan suci, terdapat �Tri Hari Suci�, yakni Kamis Putih, Jumat Agung dan Malam Paska. Dimaksudkan agar umat kristiani semakin memahami dan mendalami penghayatan imannya akan Kristus, sekaligus pula memberi daya dorong dan semangat juang untuk tetap mengikuti Kristus dengan setia dalam hidup sehari-hari.
Upacara tradisional Pekan Suci berasal dari parktek ziarah dan devosi umat beriman sejak abad ke 4 di Tanah Suci yang berpusat di Yerusalem. Para peziarah dari berbagai tempat mendatangi kota Yerusalem untuk merenungkan kembali kisah Yesus memasuki kota Yerusalem, Perjamuan Malam Terakhir dan drama Penyaliban-Nya. Peristiwa-peristiwa tersebut biasanya didramatisir dalam suasana upacara liturgis.
Dokumen lengkap tentang praktek ziarah dan devosi tersebut, ditulis oleh Egerius. Dokumen yang berisi laporan lengkap tentang �Pekan Suci�, disebut �Peziarahan Etheria� pada abad ke 4 sampai abad ke 6. Upacara liturgi PekanSuci berlangsung dari abad ke abad mengalami pelbagai perubahan dan variasi, sesuai dengan keadaan jaman dan latar belakang budaya di mana Gereja hidup dan berkembang, khususnya Gereja Barat (Romawi) dan Gereja Timur (Yunani). Keadaan tersebut sampai abad ke 20 Paus Pius XII (1939-1958 jadi Paus) mengadakan pembaruan dan penataan seluruh upacara liturgis �Pekan Suci�, melalui Dekritnya �Maxima Redemptionis Nostrae Mysteria�, yang dikeluarkan pada tanggal 16-November-1955.
Selanjutnya, Gereja menyadari betapa pentingnya kedudukan liturgi dalam Gereja. Oleh sebab itu, dokumen pertama yang dihasilkan Konsili Vatikan II (1962-1965), adalah �Konstitusi tentang Liturgi� (4-Desember-1963). Refleksi theologis-liturgis tentang hakekat liturgi bagi seluruh Umat Allah, terutama di dalamnya, termasuk pula �kedudukan pekan suci� yang harus dihayati oleh seluruh Gereja.
Pada tahun 1970, Vatikan mengeluarkan �Instruksi tentang liturgis� secara lengkap dan terpadu menurut �Missale Romanum�, antara lain tentang Perayaan Pekan Suci dan Trihari Suci yang berlaku dalam Gereja hingga kini.
MINGGU PALMA
Membuka pekan suci dengan Merayakan Sengsara Tuhan yang disambut sebagai Raja yang memberikan nyawa-Nya bagi tebusan umat manusia. Gereja pada hari Minggu ke enam dalam masa prapaska merayakan Upacara Minggu Palma ini. Kiranya kita perlu memahami misteri yang dirayakan pada Hari Minggu Palma ini. Melalui perayaan Minggu Palma Gereja merayakan sengsara Tuhan. Secara liturgis maksud ini digambarkan secara jelas dengan warna merah busana liturgi imam dan pembacaan passio atau kisah sengsara Tuhan.
Perayaan Minggu Palma memiliki dua wajah, di luar Gereja, bernuansa gembira, meriah. Bagian Upacara di luar Gereja ini, menunjukkan sisi Yesus sebagai Raja penyelamat yang hendak memberikan nyawa-Nya bagi segenap umat yang dipercayakan kepada-Nya. Ia rela menderita dan mati bagi keselamatan umat yang dicintai-Nya. Sosok Yesus sebagai raja yang bersedia memberikan nyawanya, digambarkan secara liturgis dengan imam yang disambut lambaian daun palma oleh umat yang hadir. Yesus sebagai raja yang bersedia memberikan nyawa-Nya juga digambarkan dengan imam yang berjalan di depan umat, bukan di belakang prosesi. Inilah yang membedakan prosesi Minggu Palma dengan prosesi lainnya. Sebab, pada prosesi yang lain, imam selalu berjalan di belakang, ia digambarkan sebagai pembimbing.
Sedangkan, upacara yang di laksanakan di dalam Gereja lebih menggambarkan suasana sedih, sebab, memang pada hari ini Gereja merayakan sengsara Tuhan. Saat Yesus memasuki Yerusalem menjelang akhir hidupnya, Ia bermaksud menyerahkan nyawa-Nya bagi penebusan umat manusia. Melalui perayaan Minggu Palma juga dimaksudkan sebagai cara Gereja membuka pekan suci. Disebut pekan suci, karena dalam pekan ini Gereja merayakan perayaan-perayaan paling agung dan paling istimewa diantara perayaan yang dirayakan Gereja sepanjang tahun.
Dalam pekan suci, Gereja merayakan Trihari Paska, dimana Tuhan Yesus sebagai penyelamat melaksanakan tugas mulianya. Minggu Palma sebagai perayaan yang membuka pekan suci digambarkan secara liturgis dengan Imam yang membuka pintu gereja saat mengakhiri prosesi dalam bagian pembukaan upacara ini. Jika, imam mengetuk pintu sebelum membuka pintu Gereja yang masih tertutup, tindakan liturgis imam itu dimaksudkan sebagai lambang Yesus yang mengetuk pintu hati umat, supaya dalam pekan suci ini, para murid Yesus mengarahkan hati dan jiwa-Nya kepada-Nya. Pintu hati kita diketuk agar kita membuka bagi rahmat penebusan yang ditawarkan secara berlimpah dalam pekan ini.
Adapun tata urutan prosesi Minggu Palma berbeda dengan prosesi liturgis lainnya. Pada prosesi Minggu imam bersama misdinar altar berada di depan, sedang pada prosesi yang lain imam di bagian belakang. Dalam prosesi semestinya umat tetap memperhatikan ketertiban, ketenangan dan kekhusukkan dalam menghayati upacara ini. Untuk itu, mohon diindahkan urut-urutan prosesi, yang diatur sebagai berikut :
1. Misdinar pembawa dupa sebagai pucuk prosesi disusul misdinar pembawa salib dan pembawa lilin.
2. Imam dan para misdinar atau akolit lainnya.
3. Lektor, pemazmur dan para asisten imam.
4. anggota paduan suara atau petugas koor dan petugas liturgi lainnya.
5. segenap umat beriman.
Melalui tata urutan seperti itu, maka prosesi ini selain mengungkapkan secara simbolis makna Liturgi Minggu Palma, juga tetap dengan jelas menampakkan makna simbolis Gereja yang tersusun secara herarkhis.
Sumber : http://programkatekese.blogspot.com/2011/04/pekan-suci-diawali-dengan-minggu-palma.html
Thursday, April 14, 2011
Kamus Kecil : Seputar Devosi dan Kongres Ekaristi
Ekaristi
Istilah Ekaristi berasal dari kata Yunani eucharistia yang berarti pujian- syukur. Perayaan Ekaristi pertama- tama merupakan perayaan syukur Gereja atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus yang berpuncak pada wafat dan kebangkitan Kristus.
Misa
Istilah Misa berasal dari rumus pembubaran dalam bahasa Latin pada bagian Ritus Penutup dari Perayaan Ekaristi yang berbunyi Ite missa est yang biasa diterjemahkan dalam TPE (Tata Perayaan Ekaristi) kita Pergilah, kalian diutus! Dengan demikian kata misa dihubungkan dengan perutusan, yakni kita diutus untuk menghadirkan dan mewujudkan apa yang telah kita rayakan dan alami selama Perayaan Ekaristi dalam perjuangan hidup konkret sehari-hari.
Devosi
Devosi berasal dari kata Latin devotio, (kata kerja devovere), yang berarti: kebaktian, pengorbanan, penyerahan, sumpah, kesalehan, cinta bakti. Dengan demikian devosi menunjuk sikap hati yang mengarahkan dan menyerahkan diri kepada seseorang atau sesuatu yang dijunjung tinggi dan dicintai. Dalam tradisi kristiani, devosi biasa dipahami sebagai bentuk penghayatan dan pengungkapan iman kristiani di luar liturgi resmi.
Bentuk-bentuk devosi
Ada macam-macam bentuk devosi yang populer di tengah umat Katolik, a.l. devosi Ekaristi, devosi kerahiman ilahi, devosi kepada Hati Kudus Yesus, devosi kepada Bunda Maria (doa rosario, novena Tiga Salam Maria, Litani Santa Perawan Maria dst), devosi kepada orang-orang kudus (misalnya: santo Yusuf, santo Antonius, santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus), ziarah, jalan salib, novena.
Devosi Ekaristi
Devosi Ekaristi ialah bentuk devosi atau olah kesalehan kepada Tuhan Yesus Kristus yang hadir dalam Ekaristi Mahakudus. Devosi Ekaristi tidak dapat dipisahkan dari Perayaan Ekaristi dan dipandang sebagai olah kesalehan yang mau memperdalam dan memperpanjang apa yang dirayakan dalam Misa Kudus.
Bentuk-bentuk Devosi Ekaristi
Ada dua macam bentuk devosi Ekaristi:
1. Yang dilaksanakan secara bersama, yang meliputi: adorasi Ekaristi, prosesi atau perarakan Sakramen Mahakudus, dan Kongres Ekaristi. Dalam bentuknya yang bersama ini biasanya diberikan Berkat Sakramen Mahakudus kepada umat.
2. Yang dilaksanakan secara pribadi, seperti doa syukur sesudah komuni saat Misa Kudus, dan visitasi atau kunjungan kepada Sakramen Mahakudus (visitatio sanctissimi).
Patokan devosi Ekaristi yang sehat
Ada tiga patokan dasar:
1. Devosi Ekaristi yang sesuai dengan iman dan tradisi Gereja
2. Devosi Ekaristi yang membawa kepada pengalaman kesatuan dengan Tuhan (pengalaman mistik) dan pada gilirannya juga dengan sesama
3. Devosi Ekaristi yang mendorong pada perwujudan konkret sehari-hari melalui pelayanan kepada sesama dalam masyarakat.
Adorasi Ekaristi
Adorasi Ekaristi merupakan salah satu bentuk devosi Ekaristi yang dilaksanakan bersama. Adorasi berasal dari kata Latin adoratio, yang berasal dari kata kerja adorare yang berarti menyembah, bersembah-sujud. Adorasi Ekaristi dapat disebut juga Pujian kepada Sakramen Mahakudus, Pujian kepada Ekaristi Mahakudus, Kebaktian kepada Sakramen Mahakudus, atau Sembah sujud kepada Sakramen Mahakudus. Istilah Salve atau Astuti juga menunjuk Adorasi Ekaristi ini.
Macam Adorasi Ekaristi
Ada macam-macam kemungkinan adorasi Ekaristi, a.l. Adorasi Ekaristi Abadi yang dilaksanakan selama 24 jam sehari dan selama 7 hari terus menerus, Adorasi Ekaristi Sehari yang dilaksanakan selama 24 jam, atau Adorasi Ekaristi dalam waktu beberapa jam atau satu jam.
Kongres
Kata kongres berasal dari bahasa Latin congressus, yang berarti: berjalan atau melangkah bersama.
Kongres Ekaristi
Kongres Ekaristi merupakan salah satu bentuk devosi Ekaristi yang dilaksanakan dalam kebersamaan. Maka bila dihubungkan dengan asal kata Latin congressus, istilah Kongres Ekaristi memuat makna: kita membuat langkah atau gerakan bersama untuk maju dalam memahami, merayakan dan menghayati Ekaristi.
Kongres Ekaristi Keuskupan (KEK)
KEK merupakan pertemuan umat beriman se Keuskupan yang bersama-sama mendalami, merayakan dan menghayati Ekaristi dan segala bentuk devosinya. Seluruh segi dari Ekaristi, ya segi liturgis, teologis, pastoral, yuridis, ekumenis, spiritual, tetapi juga kultural dan sosialnya mendapat perhatian dalam satu kesatuan tema.
Kongres Ekaristi Keuskupan I KAS (KEK I KAS)
* KEK I KAS menjadi KEK yang pertama di KAS dan bahkan di Indonesia.
* Tema yang dipilih ialah Ekaristi, Berbagi Lima Roti dan Dua Ikan.
* Dasar Kitab Suci-nya untuk tema KEK I KAS ialah Injil Yohanes 6:1-15. Dari persembahan seorang anak kecil yang membawa lima roti dan dua ikan, Tuhan Yesus menggandakan makanan untuk ribuan orang. Ini melambangkan peristiwa Ekaristi sendiri!
* Tujuan KEK I KAS a.l. meningkatkan cinta dan penghormatan akan Ekaristi, meningkatkan persaudaraan paguyuban umat beriman yang dijiwai Ekaristi, dan menumbuhkan gerakan solidaritas dalam masyarakat berkat Ekaristi.
Kongres Ekaristi Internasional
Kongres Ekaristi diadakan bisa pada tingkat internasional, nasional, dan lokal atau tingkat Keuskupan. Kongres Ekaristi Internasional yang terakhir, yaitu ke-49, diadakan di Quebec, Kanada, tanggal 15 � 22 Juni 2008 dengan tema Ekaristi, karunia Allah bagi hidup dunia. Sedangkan Kongres Ekaristi pertama kali diadakan di kota Lille, Perancis pada tahun 1881. Sejak pertama kalinya, Kongres Ekaristi didukung dan disetujui oleh Sri Paus.
Sumber : http://kongres-ekaristi.org/kamus.php
Istilah Ekaristi berasal dari kata Yunani eucharistia yang berarti pujian- syukur. Perayaan Ekaristi pertama- tama merupakan perayaan syukur Gereja atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus yang berpuncak pada wafat dan kebangkitan Kristus.
Misa
Istilah Misa berasal dari rumus pembubaran dalam bahasa Latin pada bagian Ritus Penutup dari Perayaan Ekaristi yang berbunyi Ite missa est yang biasa diterjemahkan dalam TPE (Tata Perayaan Ekaristi) kita Pergilah, kalian diutus! Dengan demikian kata misa dihubungkan dengan perutusan, yakni kita diutus untuk menghadirkan dan mewujudkan apa yang telah kita rayakan dan alami selama Perayaan Ekaristi dalam perjuangan hidup konkret sehari-hari.
Devosi
Devosi berasal dari kata Latin devotio, (kata kerja devovere), yang berarti: kebaktian, pengorbanan, penyerahan, sumpah, kesalehan, cinta bakti. Dengan demikian devosi menunjuk sikap hati yang mengarahkan dan menyerahkan diri kepada seseorang atau sesuatu yang dijunjung tinggi dan dicintai. Dalam tradisi kristiani, devosi biasa dipahami sebagai bentuk penghayatan dan pengungkapan iman kristiani di luar liturgi resmi.
Bentuk-bentuk devosi
Ada macam-macam bentuk devosi yang populer di tengah umat Katolik, a.l. devosi Ekaristi, devosi kerahiman ilahi, devosi kepada Hati Kudus Yesus, devosi kepada Bunda Maria (doa rosario, novena Tiga Salam Maria, Litani Santa Perawan Maria dst), devosi kepada orang-orang kudus (misalnya: santo Yusuf, santo Antonius, santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus), ziarah, jalan salib, novena.
Devosi Ekaristi
Devosi Ekaristi ialah bentuk devosi atau olah kesalehan kepada Tuhan Yesus Kristus yang hadir dalam Ekaristi Mahakudus. Devosi Ekaristi tidak dapat dipisahkan dari Perayaan Ekaristi dan dipandang sebagai olah kesalehan yang mau memperdalam dan memperpanjang apa yang dirayakan dalam Misa Kudus.
Bentuk-bentuk Devosi Ekaristi
Ada dua macam bentuk devosi Ekaristi:
1. Yang dilaksanakan secara bersama, yang meliputi: adorasi Ekaristi, prosesi atau perarakan Sakramen Mahakudus, dan Kongres Ekaristi. Dalam bentuknya yang bersama ini biasanya diberikan Berkat Sakramen Mahakudus kepada umat.
2. Yang dilaksanakan secara pribadi, seperti doa syukur sesudah komuni saat Misa Kudus, dan visitasi atau kunjungan kepada Sakramen Mahakudus (visitatio sanctissimi).
Patokan devosi Ekaristi yang sehat
Ada tiga patokan dasar:
1. Devosi Ekaristi yang sesuai dengan iman dan tradisi Gereja
2. Devosi Ekaristi yang membawa kepada pengalaman kesatuan dengan Tuhan (pengalaman mistik) dan pada gilirannya juga dengan sesama
3. Devosi Ekaristi yang mendorong pada perwujudan konkret sehari-hari melalui pelayanan kepada sesama dalam masyarakat.
Adorasi Ekaristi
Adorasi Ekaristi merupakan salah satu bentuk devosi Ekaristi yang dilaksanakan bersama. Adorasi berasal dari kata Latin adoratio, yang berasal dari kata kerja adorare yang berarti menyembah, bersembah-sujud. Adorasi Ekaristi dapat disebut juga Pujian kepada Sakramen Mahakudus, Pujian kepada Ekaristi Mahakudus, Kebaktian kepada Sakramen Mahakudus, atau Sembah sujud kepada Sakramen Mahakudus. Istilah Salve atau Astuti juga menunjuk Adorasi Ekaristi ini.
Macam Adorasi Ekaristi
Ada macam-macam kemungkinan adorasi Ekaristi, a.l. Adorasi Ekaristi Abadi yang dilaksanakan selama 24 jam sehari dan selama 7 hari terus menerus, Adorasi Ekaristi Sehari yang dilaksanakan selama 24 jam, atau Adorasi Ekaristi dalam waktu beberapa jam atau satu jam.
Kongres
Kata kongres berasal dari bahasa Latin congressus, yang berarti: berjalan atau melangkah bersama.
Kongres Ekaristi
Kongres Ekaristi merupakan salah satu bentuk devosi Ekaristi yang dilaksanakan dalam kebersamaan. Maka bila dihubungkan dengan asal kata Latin congressus, istilah Kongres Ekaristi memuat makna: kita membuat langkah atau gerakan bersama untuk maju dalam memahami, merayakan dan menghayati Ekaristi.
Kongres Ekaristi Keuskupan (KEK)
KEK merupakan pertemuan umat beriman se Keuskupan yang bersama-sama mendalami, merayakan dan menghayati Ekaristi dan segala bentuk devosinya. Seluruh segi dari Ekaristi, ya segi liturgis, teologis, pastoral, yuridis, ekumenis, spiritual, tetapi juga kultural dan sosialnya mendapat perhatian dalam satu kesatuan tema.
Kongres Ekaristi Keuskupan I KAS (KEK I KAS)
* KEK I KAS menjadi KEK yang pertama di KAS dan bahkan di Indonesia.
* Tema yang dipilih ialah Ekaristi, Berbagi Lima Roti dan Dua Ikan.
* Dasar Kitab Suci-nya untuk tema KEK I KAS ialah Injil Yohanes 6:1-15. Dari persembahan seorang anak kecil yang membawa lima roti dan dua ikan, Tuhan Yesus menggandakan makanan untuk ribuan orang. Ini melambangkan peristiwa Ekaristi sendiri!
* Tujuan KEK I KAS a.l. meningkatkan cinta dan penghormatan akan Ekaristi, meningkatkan persaudaraan paguyuban umat beriman yang dijiwai Ekaristi, dan menumbuhkan gerakan solidaritas dalam masyarakat berkat Ekaristi.
Kongres Ekaristi Internasional
Kongres Ekaristi diadakan bisa pada tingkat internasional, nasional, dan lokal atau tingkat Keuskupan. Kongres Ekaristi Internasional yang terakhir, yaitu ke-49, diadakan di Quebec, Kanada, tanggal 15 � 22 Juni 2008 dengan tema Ekaristi, karunia Allah bagi hidup dunia. Sedangkan Kongres Ekaristi pertama kali diadakan di kota Lille, Perancis pada tahun 1881. Sejak pertama kalinya, Kongres Ekaristi didukung dan disetujui oleh Sri Paus.
Sumber : http://kongres-ekaristi.org/kamus.php
Friday, April 8, 2011
Apa dan Siapa Prodiakon itu?
Apa dan Siapa Prodiakon Itu ?
Kita sering melihat beberapa orang berjubah putih di altar mendampingi pastor dalam Misa/Perayaan Ekaristi. Penampilannya mirip pastor dan juga membagikan komuni kepada umat. Siapakah mereka? Mereka adalah prodiakon. Mereka adalah awam yang tugas-tugasnya ditetapkan oleh Pastor Paroki dan Uskup, antara lain yang utama adalah membantu pastor dalam membagi komuni kepada umat dalam suatu Perayaan Ekaristi, memimpin ibadat Perayaan Sabda, dan mengantarkan komuni kepada umat yang sedang menderita sakit. Sering juga, prodiakon mendapat tugas dalam upacara penguburan di pemakaman.
Mengapa disebut Prodiakon ?
Prodiakon adalah kata bentukan dari kata 'pro', kata Latin 'yang berarti 'demi', dan kata 'diakon' yang berarti 'melayani'. Dengan demikian kata 'prodiakon' dapat diartikan sebagai 'untuk melayani', karena tugas-tugasnya terutama adalah untuk melayani umat dalam berbagai kepentingan yang berkaitan dengan kehidupan beragamanya.
Sebutan 'prodiakon' merupakan pilihan sebutan yang digunakan sejak tahun 1985. Sebelumnya, digunakan sebutan 'diakon awam' (1966) atau 'diakon paroki' (1983) yang diberlakukan di Keuskupan Agung Semarang. Kini, sebutan 'prodiakon' berlaku di seluruh Gereja di Indonesia. Di luar Indonesia tidak dikenal sebutan seperti itu, namun hanya sebagai pembantu penerimaan komuni.
Apa Dasar Teologisnya ?
Ada dua pertimbangan teologis yang mendasari penugasan prodiakon, yaitu
1. Berkat imamat umum melalui baptisan krisma dan ekaristi. Partisipasi awam dalam liturgi Gereja mengalir dari hakikat imamat umum yang dimiliki seorang beriman berkat sakramen baptisan dan krisma yang diterimanya. Merupakan ungkapan dari imamat umum yang dimiliki Prodiakon adalah salah satu dari petugas lain, seperti putra altar, koor, lektor, pemazmur, pembawa doa umat, petugas persembahan, dan lain-lainnya.
2. Tuntutan hakikat liturgi sebagai perayaan Gereja. Perayaan liturgi merupakan perayaan seluruh Gereja. Upacara-upacara bukanlah tindakan perorangan dari 'pastor' saja, melainkan melibatkan semua anggota tubuh Gereja dengan berbagai peran yang berbeda. Perayaan Gereja adalah sakramen kesatuan, yaitu imamat kudus yang berhimpun di bawah para uskup. Dengan demikian, prodiakon merupakan perwujudan dari peran serta umat beriman secara sadar dan aktif dalam liturgi Gereja.
Siapakah Prodiakon itu ?
Sebutan 'prodiakon' dapat juga diartikan sebagai 'demi kepentingan' atau 'selaku pelayan' Gereja. Dengan demikian, seorang prodiakon dapat dianggap juga sebagai diakon.
* Perbedaannya adalah bahwa seorang diakon adalah seorang yang ditahbiskan dan termasuk ke dalam hirarki-klerik, sedangkan prodiakon tidak ditahbiskan dan statusnya tetap awam. Prodiakon hanya dilantik secara biasa oleh uskup atau oleh pastor atas nama uskup.
* Seorang prodiakon harus memiliki nama baik sebagai pribadi maupun keluarga, mempunyai penampilan layak dan diterima oleh umat, serta didukung oleh keluarga.
* Prodiakon boleh mengundurkan diri dengan cara mengajukan surat permohonan tertulis kepada Bapak Uskup melalui pastor paroki.
* Apabila dalam perjalanan tugasnya seorang prodiakon menemui kesulitan dalam kehidupan rumahtangganya atau menjadi batu sandungan umat, maka sebaiknya ia non-aktif terlebih dulu atau mengajukan pengunduran diri.
* Tugas dan kewenangannya yang diberikan kepadanya pun terbatas hanya di parokinya saja, dan hanya untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun. Namun batasan waktu ini dapat diperpendek atau dipilih kembali.
Sumber : http://prodbernadet.blogspot.com
Kita sering melihat beberapa orang berjubah putih di altar mendampingi pastor dalam Misa/Perayaan Ekaristi. Penampilannya mirip pastor dan juga membagikan komuni kepada umat. Siapakah mereka? Mereka adalah prodiakon. Mereka adalah awam yang tugas-tugasnya ditetapkan oleh Pastor Paroki dan Uskup, antara lain yang utama adalah membantu pastor dalam membagi komuni kepada umat dalam suatu Perayaan Ekaristi, memimpin ibadat Perayaan Sabda, dan mengantarkan komuni kepada umat yang sedang menderita sakit. Sering juga, prodiakon mendapat tugas dalam upacara penguburan di pemakaman.
Mengapa disebut Prodiakon ?
Prodiakon adalah kata bentukan dari kata 'pro', kata Latin 'yang berarti 'demi', dan kata 'diakon' yang berarti 'melayani'. Dengan demikian kata 'prodiakon' dapat diartikan sebagai 'untuk melayani', karena tugas-tugasnya terutama adalah untuk melayani umat dalam berbagai kepentingan yang berkaitan dengan kehidupan beragamanya.
Sebutan 'prodiakon' merupakan pilihan sebutan yang digunakan sejak tahun 1985. Sebelumnya, digunakan sebutan 'diakon awam' (1966) atau 'diakon paroki' (1983) yang diberlakukan di Keuskupan Agung Semarang. Kini, sebutan 'prodiakon' berlaku di seluruh Gereja di Indonesia. Di luar Indonesia tidak dikenal sebutan seperti itu, namun hanya sebagai pembantu penerimaan komuni.
Apa Dasar Teologisnya ?
Ada dua pertimbangan teologis yang mendasari penugasan prodiakon, yaitu
1. Berkat imamat umum melalui baptisan krisma dan ekaristi. Partisipasi awam dalam liturgi Gereja mengalir dari hakikat imamat umum yang dimiliki seorang beriman berkat sakramen baptisan dan krisma yang diterimanya. Merupakan ungkapan dari imamat umum yang dimiliki Prodiakon adalah salah satu dari petugas lain, seperti putra altar, koor, lektor, pemazmur, pembawa doa umat, petugas persembahan, dan lain-lainnya.
2. Tuntutan hakikat liturgi sebagai perayaan Gereja. Perayaan liturgi merupakan perayaan seluruh Gereja. Upacara-upacara bukanlah tindakan perorangan dari 'pastor' saja, melainkan melibatkan semua anggota tubuh Gereja dengan berbagai peran yang berbeda. Perayaan Gereja adalah sakramen kesatuan, yaitu imamat kudus yang berhimpun di bawah para uskup. Dengan demikian, prodiakon merupakan perwujudan dari peran serta umat beriman secara sadar dan aktif dalam liturgi Gereja.
Siapakah Prodiakon itu ?
Sebutan 'prodiakon' dapat juga diartikan sebagai 'demi kepentingan' atau 'selaku pelayan' Gereja. Dengan demikian, seorang prodiakon dapat dianggap juga sebagai diakon.
* Perbedaannya adalah bahwa seorang diakon adalah seorang yang ditahbiskan dan termasuk ke dalam hirarki-klerik, sedangkan prodiakon tidak ditahbiskan dan statusnya tetap awam. Prodiakon hanya dilantik secara biasa oleh uskup atau oleh pastor atas nama uskup.
* Seorang prodiakon harus memiliki nama baik sebagai pribadi maupun keluarga, mempunyai penampilan layak dan diterima oleh umat, serta didukung oleh keluarga.
* Prodiakon boleh mengundurkan diri dengan cara mengajukan surat permohonan tertulis kepada Bapak Uskup melalui pastor paroki.
* Apabila dalam perjalanan tugasnya seorang prodiakon menemui kesulitan dalam kehidupan rumahtangganya atau menjadi batu sandungan umat, maka sebaiknya ia non-aktif terlebih dulu atau mengajukan pengunduran diri.
* Tugas dan kewenangannya yang diberikan kepadanya pun terbatas hanya di parokinya saja, dan hanya untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun. Namun batasan waktu ini dapat diperpendek atau dipilih kembali.
Sumber : http://prodbernadet.blogspot.com